Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH TENTANG

KONSEP MANUSIA DAN ALAM SEMESTA


Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam
dengan dosen pengampu Ibu Din Rusyda Arini. M.Pd

Oleh:
Arum dewi jayanti
Mellyana
2021040026
2021040025

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS SAINS AL QUR’AN
JAWA TENGAN DI WONOSOBO
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillahi robbil ‘aalamiin atas berkat rahmat dan karunia-NYA
yang tak terhingga.Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada ibu dosen
pengampu dan teman-teman sekalian yang sudah membagai ilmunya kepada
kami.
Biidznillah tugas ini kami selesaikan dengan kemampuan kami yang masih
kurang dalam segala hal, baik itu dalam hal kepenulisan, adab, ilmu dan yang
lainnya.
Makalah yang berjudul “KONSEP MANUSIA DAN ALAM SEMESTA” ini
kami susun untuk memenuhi tugas makalah dan semoga menjadi kebermanfaatan
bagi kita semua selaku pembaca.
Oleh karena itu kami meminta kritik sarannya supaya makalah yang kami buat
kedepannya bisa lebih baik dan lebih bermanfaat lagi.

Wonosobo, 28 oktober 2021

penyusun
DAFTAR ISI

JUDUL..................................................................................................................I

KATA PENGANTAR........................................................................................II
DAFTAR ISI......................................................................................................III

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................1

A. Latar belakang................................................................1
B. Rumusan masalah...........................................................1
C. Tujuan pembahasan........................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN........................................................................2

A. Konsep manusia menurut perspektif al qur’an.............2


B. Konsep alam semesta menurut perspektif al qur’an.....3
C. Relasi antara manusia dan alam semesta......................3

BAB 3 PENUTUP.................................................................................4

A. Kesimpulan....................................................................4
B. Saran..............................................................................4

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................5
BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Selama sejarah kehidupannya, manusiaa terus snantiasa
berusaha memahami hakikat dirinya. Dinamika perkembangan
manusia dalam pergumulan mencari hakikat dirinya telah banyak
melahirkan berbagai teori dari banyak aliran filsafat. Taidak ada
satupun dari teori tersebut yang dapat memuaskan rasa keingin
tahuan manusia, karena keterbatasan yang dimiliki manusia itu
sendiri.
Teori yang diterima dilingkungan suatu aliran filsafat dalam
kenyataannya bersamaan dengan berjalannya waktu, kerapkali
dirasakan belum memadai. Kenyataan ini menunjukan bahwa
hakikat manusia yang di temukannya itu, tidak lebh dari wacana
kebenaran kodrati yang bersifat nisbi.
Kebenaran demikian cepat atu lambat akan selalu diragukan,
karena sumbernya hanya pmikiran manusia.kendati demikian,
dalam perspektif islam pencarian jati diri manusia melalui
kemampuan berpikirnya menjadi keharusan.
Beberapa penegasan al qur’an mengisyaratkan bahwa manusia
selalu memikirkan hakikat dirinya. Tentu saja karena
keterbatasannya, manusia diharuskan untuk berupaya mencari dan
menggali sumber kebenaran yang lebih valid dibanding dengan
kemampuan berpikirnya sendiri. Yakni dengan mengacu kepada
sebagai kerangka dasar pemikiran islam.
Dalam konteks itulah, tulisan ini akan mencoba mengungkap
salah satu perspektif al qur’an mengenai hakikat manusia.

2. Rumusan masalah
 Bagaimanakah konsep manusia dalam al qur’an?
 Seperti apakah gambaran alam semesta dalam redaksi
alqur’an?
 Adakah relasi antara manusia denga alam semesta?
 Bagaimanakah relasi tersebut dapat terjalin dengan baik?
3. Tujuan pembahasan
 Untuk mengetahui cara pengkonsepan manusia dalam al
qur’an
 Agar dapat membayangkan alam semesta dalam contoh
qur’an
 Supaya dapat mengetahui adanya relasi antara manusia dan
alam semesta
 Supaya kita dapat mengetahui situasi hubungan yang
terjalin antara manusia dan alam semsta

BAB 2 PEMBAHASAN

1. Konsep manusia menurut perspektif al qur’an


Pengindikasian beberapa kata di dalam qur’an yang jika di ringkaskan
semuanya akan berpulang kepada pembicaraan tentang manusia.
Setidaknya ada empat kata yang merujuk pada manusia yaitu, al basyar,
an nas, al ins dan al insan.
Sejatinya, manusia adalah makhluq yang sosial dan mudah dalam segi
beradaptasi. Dan ilmu pengetahuan adalah bekal utama dalam kelancaran
bersosialisasi. Karena dengan pengetahuan manusia terhadap adab atau
etika dan bagaimana kita menanggapi sikap dan pendapat orang lain,
manusia bisa dengan lebih mudah mengenali dan berbaur dengan
lingkungan sekitar.
Berangkat dari makna kata bahasa al basyar menunjukan manusia secara
fisik. Seperti pada firman Allah SWT surat al- furqan;54(71) yang artinya:

“ Dan Dia pula yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia menjadikan
manusia itu (mempunyai) keturunan dan musaharah dan Tuhanmu adalah
mahakuasa”

Konsep dasar manusia sebenarnya sudah tersusun rapi dalam al qur’an,


yaitu bermula dengan penciptaan nabi adam as kemudian Allah sendiri
yang mengajarkan nabi adam tentang nama-nama dan untuk mengetahui
dasar dan manfaat nama-nama benda yang sudah Allah ajarkan.
Sisi kemanusiaan pada manusia yang disebut dalam al-Quran dengan kata
ins dalam arti “tidak liar” atau “tidak biadab”, merupakan kesimpulan
yang jelas bahwa manusia merupakan kebalikan dari jin yang menurut
dalil aslinya bersifat metafisik. Metafisik itu identik dengan “liar” atau
“bebas” karena tidak mengenal ruang dan waktu. Dengan sifat
kemanusiaan itu, jelas sekali bahwa manusia berbeda dengan jenis-jenis
mahluk lain yang metafisis, asing, tidak berkembang biak seperti kita dan
tidak hidup dengan cara hidup kita 1.
Dalam proses penciptaan manusia, Allah SWT tidak hanya mengambil
dari satu materi saja, melainkan dari dua materi yakni, jasad dan ruh.
Kesatu paduan keduanya menjadikan pribadi manusia yang utuh. Dan
manusia adalah semata makhluq yang di anugerahi akal. Yang dengan akal
tersebut manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk, mana yang jelek dan mana yang indah. Dan dapat mengambil suatu
keputusan dengan mempertimbangkat nilai kemadharatannya. Di antara
keunikan manusia dibanding mahluk-mahluk lain adalah bahwa Allah telah
memberikan kepada mereka kebebasan. Di antara kebebasan yang diberikan
Allah kepada manusia adalah kemerdekaan dari perbudakan. Hak untuk bebas
dan merdeka dari perbudakan merupakan nilai dasar sejak dahulu kala. Hakikat
agama-agama adalah pengabdian kepada Allah semata, tidak boleh
mempersekutukan seseorang pun dalam mengabdi atau beribadah kepada-Nya.
Secara alami, manusia adalah makhluk Tuhan yang aktif dan berinisiatif. Kelak
pada hari perhitungan, dia akan dimintai pertanggungjawaban atas segala
tindakan dan perbuatannya selama berada di dunia. Karena, hanya dia--di antara
makhluk lain--yang dibekali potensi yang bisa memilih untuk patuh atau ingkar.
Inilah sifat dasar yang membedakan manusia dari ciptaan Tuhan yang lain. 2

1
Titis Roso Wulan, Cakrawala: Jurnal Studi Islam, Magelang, 2019, hlm 27
2
Ibid, hlm 29
2. Konsep alam semesta menurut perspektif al qur’an
Alam semesta atau jagad raya yang tengah kita singgahi saat ini adalah
bukan suatu benda yang kecil dan sepele untuk kita ketahui hakikat dasar
penciptaannya. Melainkan sudah Allah tulisakan tentunya untuk apa alam
semesta raya ini di ciptakan, dan bagaimanakah proses penciptaan dari
awal mula terbentuk hingga saat ini sudah sangat terjadi banyak
perkembangan dan perubahan. Meskipun nalar atau daya tingkat pikiran
manusia itu hakikatnya terbatas untuk mengetahui segala hal tentang
kehidupan ini, setidaknya kita dapat menangkap dan memahami maksud
yang Allah tuliskan dalam Al Qur’an. Berikut beberapa ayat yang
menjelaskan awal mula jagad raya ini diciptakan dan konsepnya tersendiri.
Yaitu:
Qur’an surat al a’raf ayat 54 yang artinya;
“Sungguh Tuhanmu (adalah) Allah yang menciptakan langit dan bumi
dalam enam masa, lali Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan
malam kepada siangyang mengikutinya dengan cepat. (Dia ciptakan)
matahari, bulan dan bintang tunduk kepada perintah-NYA. Ingatlah!
Segala penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya. Maha suci Allah Tuhan
seluruh alam”.
Kemudian qur’an surat al hadid ayat 4 yang artinya:
“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian
Dia bersemayam diatas ‘Arsy. Dia mengetahui apa yang keluar dari
dalamnya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik ke sana. Dan Dia
bersama kamu dimana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa
yang kamu kerjakan.”
Poin penting yang dapat ditangkap dari kedua ayat di atas adalah
bahwasannya alam semesta raya dengan konteks yang sering disebutkan
dalam al qur’an yaitu dengan kata langit dan bumi, telah Allah ciptakan
dalam kurun waktu 6 hari, yang dimana 6 hari tersebut itu entah menurut
perhitungan Allah atau menurut perhitungan manusia.
Selain langit dan bumi yang tercantum dalam redaksi di atas, juga
terdapat kata benda lain seperti bulan, bintang, matahari yang di
perintahkan untuk tunduk dan mematuhi perintah-perintah Rabb-Nya,
seperti pergantian malam dan siang yang Allah perintahkan kepada
matahari, bulan, bintang, langit dan benda-benda lainnya yang juga ikut
tunduk atas perintah-Nya. Artinya Allah sebagai penggerak absolut untuk
alam semesta raya dan seisinya. Yang secara otomatis alam jagad raya
beserta keseluruhannya tidak ada pilihan lain lagi selain tunduk patuh
kepada Allah SWT.
Dari segi ontologis, hal ini berbeda dengan manusia yang memiliki
kebebasan dalam berpikir, bertingkah laku, dan berpendapat. Hanya saja
manusia diberi pilihan apakah dia ingin patuh kepada Rabb-Nya atau
memilih kafir dalam artian tidak patuh terhadap Rabb-Nya.

3. Relasi antara manusia dan alam semesta


Manusia sebagai makhluq Allah paling sempurna ketimbang
makhluq Allah lainnya telah menjadikan makhluq ini memiliki potensi
tinggi karena memiliki akal dan perasaan. Dan telah Allah buktikan
dengan perantara Nabi Adam as. ketika para malaikat mengklaim bahwa
jika penciptaan manusia ini terjadi, maka mereka hanya akan
menumpahkan darah saja dalam arti tidak bisa mengelola bumi ini dengan
baik. Dan kemudian Allah membantah pendapat para malaikat dalam
bentuk pengajaran pertama kali kepada manusia dari Allah yaitu melalui
nabi adam as. Allah mengajrkan nama benda-benda yang ada di muka
bumi dan kemudian diperlihatkan kepada para malaikat, supaya mereka
percaya bahwa manusia biasa dijadikan sebagai khalifah di bumi.
Termaktub jelas dalam surat al ahzab ayat 72 yang artinya;
“Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi
dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untyk memikul amanat itu
dan mereka khawatir akan menghkianatinya, dan dipikiullah amanat itu
oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat dzalim dan bodoh.”
Termasuk amanat di dalamnya juga untuk mengelola benda-benda di
bumi agar enjadi hunian yang nyaman untuk disinggahi. Contohnya seperti
mengelola perkebunan, pertanian, mengelola lahan-lahn kosong dan lain
sebagainya. Dan Allah sangat melarang tindakan merusak alam yang
memiliki dampak negatif sangat berbahaya bagi keberlangsungan makhluq
hidup di bumi ini. Seperti penebangan pohon-pohon liar yang akan
menyebabkan hutan gundul dan berangsur-angsur dapat terjadi bencana
longsor jika di tambah dengan cuaca musim hujan terus menerus.

“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi , sesudah


(Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut
(tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya
rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”
(QS Al a’raf [7] : 85)

Meskipun Allah telah melarang perbuatan keji dan merusak terhadap


bumi, tetapi masih begitu banyak manusia yang lalai atas perintah Allah
dan memilih kepentingan duniawinya. Manusi seperti itu adalah manusia
yang tidak bertanggung jawab atas tugas yang Allah amanatkan
kepadanya.
Sifat manusia yang selalu rakus, tamak dan dzalim adalah sifat buruk
dari manusi itu sendiri. Dampak terbesar yang sangat mempengaruhi
manusia berbuat kerusakan adalah karena terlalu menegedepankan egonya
untuk bisa menguasai segala-galanya.
Kedua karakter manusia yang saling berlawanan itu ada karena
bertujuan untuk mendominasi diri manusia. Nah, supaya pendominasian
ini dimenangkan oleh karakter baik manusia, maka harus selalu diasah
dengan hikmah hikmah ilahiyah, pembelajaran spiritualis yang bersumber
dari Allah SWT. Seperti selalu mempunyai rasa rendah di hadapan Allah
bahwasannya kita hanya makhluq lemah dan masih sangat membutuhkan
dengan yang namanya ilmu dengan bobot spiritualis yang bersumber dari
Allah SWT.
Hal yang sepapatutnya lebih diperhatikan terkait relasi antara
manusia dan alam semesta adalah bagaimana usaha-usaha untuk
meminimalisir kerusakan yang terjadi akibat tangan manusia itu sendiri.
Salah satu upaya untuk menanggulangi kerusakannya itu dengan mengkaji
terlebih dahulu apa-apa yang akan menjadi eksesnya. Dengan cara ini,
manusia akan lebih paham harus seperti apakah dia berbuat dan
memutuskan tindakan yang tepat, sehingga kerusakan pun dapat dikurangi
dan berangsur-angsur menghilang dan tidak begitu berdampak besar.

BAB 3 PENUTUP

A. kesimpulan
Manusia adalah makhluq Allah yang memiliki kelebihan dan potensi
yang unik dibandingkan makhluq lainnya. Dengan memiliki perasaan dan
berpikir (akal), manusia dapat menangkap dan memahami hal-hal yang ada
dilingkungan sekitarnya. Mudah dalam bersosialisasi, berpikir,
berpendapat, bertindak dan mengelola dalam segala aspek keduniawian.
Dengan kebebasan tersebut, maka manusia diberikan pilihan untuk taat
dan patuh atas perintah Sang Khaliq atau lebih memilih menyeleweng
menuruti ego dan hawa nafsunya.
Alam semesta atau jagad raya yang Allah ciptakan adalah suatu aspek materi
yang besar untuk kita analisis lebih dalam. Dalam artian bumi ini tidak bisa
dibiarkan terbengkalai begitu saja tanpa ada yang mengatur dan menjalankan.
Maka hanya Allah sajalah yag dapat mengatur dan menjalankan ini semua dan
secara otomatis jagad raya ini tidak memiliki pilihan lain selain taat dan patuh
atas perintah Sang Pencipta. Berbeda dengan manusia yang dianugerahi akal dan
pikiran sehingga dapat memilih antara taat atau sesat.
B. Saran
Dari kedua konsep yang telah dipaparkan diatas, yaitu konsep manusia
dan alam semesta serta hubungan atau relasi antara keduanya dapat di
ambil sebuah saran bahwasannya dalam segi tujuan pengembangan dan
tugas untuk mengemban amanat besar ini, manusia harus lebih cerdik lagi
dalam berpikir dan bertingkah laku sebgai perwujudan epistimologinya.
Yaitu dengan selalu mengambil pembelajaran ilahiyah, spiritualis baik dari
segi ukhrawi maupun duniawinya. Dan untuk kemudian diolah oleh akal
tanpa mengurangi perasaan saat mempresentasikannya di kehidupan nyata.
Supaya nasib bumi yang ada dalam genggaman manusia kedepannya bisa
lebih terarah dan untuk meminimalisir keruskan dzahir maupun batin yang
terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Titis Rosowulan, 2019, Konsep Manusia dan Alam Semesta Serta Relasi Keduanay
Dalam Perspektif Al Qur’an, Magelang: Cakrawala Jurnal Studi
Islam

Anda mungkin juga menyukai