Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“EKSISTENSI MANUSIA MENURUT AL-QUR’AN”


Diajukan sebagai tugas mata kuliah
Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengajar :
Sakdun, S.Ag, M.Pd

Disusun Oleh :
1. Pramita Cahyani Solikah 44219010099
2. Hawa Rizki Suherman 44219010125
3. Sheila Salmaa 44219010141

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


JURUSAN PUBLIC RELATIONS
UNIVERSITASA MERCU BUANA
2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik &
hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah
Pendidikan Agama Islam yang berjudul “Eksistensi Manusia Menurut Al-Qur’an” ini.
Sholawat serta Salam tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, kepada keluarganya,
para sahabatnya dan kepada kita semua hingga akhir zaman.
Adapun makalah Pendidikan Agama Islam yang berjudul “Eksistensi Manusia
Menurut Al-Qur’an” ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan dari banyak pihak dan media, sehingga dapat memperlancar proses pembuatan
makalah ini. Oleh sebab itu, kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan
makalah Pendidikan Agama Islam ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Pendidikan Agama Islam
tentang “Eksistensi Manusia Menurut Al-Qur’an” ini dapat diambil manfaatnya sehingga
dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca. Selain itu, kritik dan saran dari Anda kami
tunggu untuk perbaikan makalah ini nantinya.

Wassalamualaikum wr.wb

Jakarta, 10 September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i

DAFRTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................... 1
D. Metode Penulisan ................................................................................... 2
E. Sistematika Penulisan ........................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Eksistensi Manusia ............................................................... 3


B. Proses Penciptaan Manusia .................................................................... 4
C. Tujuan Manusia Diciptakan ................................................................... 6
D. Fungsi dan Peran Manusia Diciptakan .................................................. 11
E. Keunggulan dan Potensi Manusia .......................................................... 13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................ 15
B. Saran ....................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 17


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia merupakan mahluk Allah SWT yang diciptakan secara sempurna di
banding mahluk lain. Manusia diberikan akal dan fikiran oleh Allah SWT, karena Allah
SWT mempunyai maksud dan tujuan untuk apa manusia diciptakan.
Keberadaan manusia sebenarnya sudah tercantum dalam ayat-ayat Al-Quran,
berita mengenai manusia, proses penciptaan manusia sampai tatanan kehidupan
manusia pun sudah diatur di dalam Al-Quran. Hal ini menggambarkan kepada kita
bahwa pendidikan islam merupakan cara yang paling sempurna dalam mengembangkan
potensi fitrah yang sudah ada sejak jaman ajali. Pendidikan islam akan memberikan
bimbingan bagaimana menjadikan manusia sebagai manusia yang beriman sekaligus
sebagai khalifah yang bertanggung jawab.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai Eksistensi Manusia Menurut Al-
Qur’an, kajian ini diharapkan akan menghantarkan kepada kita untuk menjadi manusia
yang berkepribadian muslim yang bertaqwa kepada Allah dengan pengamalan dari
aplikasi kehidupan kita sehari-hari.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, ada beberapa pokok permasalahan yang
dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1. Apa pengertian dan makna eksistensi manusia menurut Al-Qur’an?
2. Bagaimana proses terjadinya penciptaan manusia?
3. Apa tujuan manusia diciptakan?
4. Apa fungsi dan peran manusia diciptakan?
5. Apa keunggulan dan potensi manusia?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu:
1. Menjelaskan eksistensi manusia menurut Al-Qur’an.
2. Menjelaskan proses penciptaan manusia.
3. Menjelaskan tujuan manusia diciptakan.
4. Menjelaskan fungsi dan peran manusia diciptakan.
5. Menjelaskan keunggulan dan potensi manusia.

D. Metode Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode studi literature atau menggabungkan
referensi yang bersumber tidak hanya dari buku tetapi juga dari media-media lainnya
seperti perangkat media massa yang diambil dari internet.

E. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun menjadi tigabab, yaitu
1. Bab Pendahuluan terbagi atas: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan,
metode penulisan, dan sistematika penulisan.
2. Bab Pembahasan berisi tentang perincian dari rumusan masalah.
3. Bab Penutup berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Makna Eksistensi Manusia Menurut Al-Qur’an


Secara bahasa, eksistensialisme berasal dari kata eksistensi. Eksistensi berasal
dari Bahasa Inggris yaitu excitence; dari Bahasa Latin existere yang berarti muncul,
ada, timbul, memilih keberadaan aktual. Dari kata ex berarti keluar dari sistere yang
berarti muncul atau timbul. Terdapat beberapa pengertian tentang keberadaan yang
dijelaskan menjadi empat pengertian. Pertama, keberadaan adalah apa yang ada. Kedua,
keberadaan adalah apa yang memiliki aktualitas. Ketiga, keberadaan adalah segala
sesuatu yang dialami dan menekankan bahwa sesuatu itu ada. Keempat, keberadaan
adalah kesempurnaan.
Pemahaman secara umum, eksistensi berarti keberadaan, akan tetapi eksistensi
dalam kalangan filsafat eksistensialisme memiliki arti sebagai cara berada manusia,
bukan lagi apa yang ada tetapi apa yang memiliki aktualisasi (ada). Cara manusia
berada di dunia berbeda dengan cara benda-benda. Dalam filsafat eksistensialisme,
bahwa benda hanya sebatas “berada”, sedangkan manusia lebih apa yang dikatakan
“berada”, bukan sebatasa ada, tetapi “bereksistensi”. Hal inilah yang menunjukkan
bahwa manusia sadar akan keberadaannya di dunia.
Adapun pengertian eksistensi manusia menurut Al-Ghazali didefinisikan sebagai
komposisi yang memperlihatkan keberadaan manusia dalam satu totalitas, yaitu
manusia sebagai kenyataan faktual terdiri atas bagian-bagian yang membentuk suatu
komposisi yang menunjukkan keberadaannya. Eksistensi manusia merupakan
perpaduan antara beberapa unsur yang tidak bisa dipisah-pisahkan.
Menurut Harun Nasution, unsur materi manusia mempunyai daya fisik seperti
mendengar, melihat, merasa, meraba, mencium, dan daya gerak. Sementara itu unsur
immateri mempunyai dua daya, yaitu daya berfikir yang disebut akal dan daya rasa
yang berpusat di kalbu. Untuk membangun daya fisik perlu dibina melalui latihan-
latihan keterampilan panca indera.
B. Proses Penciptaan Manusia
Dalam Surat Al-Muk ayat 23 Allah SWT berfirman :

Katakanlah: "Dia-lah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu


pendengaran, penglihatan dan hati." (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur. (Q.S. Al-
Mulk Ayat 23)
Al-Qur’an mengatakan bahwa manusia adalah hasil ciptaan Allah dan anugerah
yang diberikan kepada manusia sangatlah banyak sekali. Al-Qur’an sebagai kitab suci
umat Islam tidak hanya berbicara mengenai petunjuk praktis dan prinsip kehidupan
umat manusia, namun berbicara juga mengenai proses penciptaan manusia. Untuk itu,
Islam memiliki kitab suci Al-Qur’an untuk menjelaskan bagaimana proses penciptaan
manusia mulai dari hanya setitik air yang hina hingga berkembang secara kompleks.
Didalam Al-Qur’an proses penciptaan manusia terjadi dengan dua tahapan yang
berbeda. Tahapan pertama adalah Tahap Primordial dan tahapan kedua adalah Tahapan
Biologi.
1. Tahapan Primordial
Tahapan pertama adalah saat manusia pertama diciptakan pertama kali dari
saripati tanah dan diberikan ruh hingga bentuk yang seindah-indahnya. Hal ini
dijelaskan dalam beberapa ayat sebagai berikut :
a. QS. Al-An’am : 2
“Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal
(kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya (yang Dia
sendirilah mengetahuinya), kemudia kamu masih ragu-ragu (tentang
berbangkit itu).”
b. QS. Shaad :71
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku
akan menciptakan manusia dari tanah.”
c. QS. Al-Hijr : 28
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
“Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering
(yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
Di dalam ayat-ayat Al-Qur’an tersebut menjelaskan bahwa Allah menciptakan
manusia dari bahan dasar tanah yang kemudian dengan kekuasaan dan hukum-
hukumnya dibentuk rupa dan beragam fungsi dari fisik yang ada dalam tubuuh
manusia. Hal ini tentunya dilakukan Allah SWT pada manusia pertama yaitu Nabi
Adam as. hingga setelah itu ada proses penciptaan manusia berupa hukum biologis.

2. Tahapan Biologis
Tahapan biologis adalah hukum Allah SWT melalui proses biologis yang terdapat
dalam fisik atau tubuh manusia beserta segala perangkatnya. Proses biologi ini
membedakan hakikat manusia menurut Islam dengan makhluk lainnya yang tidak
memiliki ruh dan akal untuk mengambil keputusan saat dewasanya. Proses
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Nuthfah (inti sari tanah yang dijadikan air mani)
b. Rahim (tersimpan dalam tempat yang kokoh)
c. Alaqah (darah yang beku menggantung di rahim)
d. Mudgah (Segumpal daging dan dibalut dengan tulang belulang)
e. Ditiupkan ruh

Kemudian dalam salah satu hadits Rasulullah SAW bersabda :


"Sesungguhnya seorang diantara kamu dikumpulkannya pembentukannya
(kejadiannya) dalam rahim ibunya (embrio) selama empat puluh hari. Kemudian
selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan segumpal darah. Kemudian selama
itu pula (empat puluh hari) dijadikan sepotong daging. Kemudian diutuslah
beberapa malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya (untuk menuliskan
/menetapkan) empat kalimat (macam): rezekinya, ajal (umurnya), amalnya, dan
buruk baik (nasibnya)." (HR. Muslim)

Sehingga itulah proses penciptaan manusia yang telah dijelaskan dalam Al-
Qur’an dan Hadits. Kita wajib mengimani salah satu rukun iman ini, karena penjelasan
tentang kehidupan dunia ada didalamnya. Sehingga Al-Qur’an dan Hadits sebagai
pedoman kehidupan kita di dunia untuk menuju akhirat.
C. Tujuan Manusia Diciptakan
Sebelum membahas tujuan manusia diciptakan ada pertanyaan yang harus di
jawab yaitu: Untuk Apa kita ada di dunia ? Allah SWT berfirman dalam Surat Al –
Mulk ayat 1-2 yang berbunyi :

“Maha Suci Allah yang dalam genggaman tangan-Nya, (yakni kekuasaan pengelolaan-
Nya semua) kerajaan (di alam raya ini) dan (hanya) Dia (sendiri yang) Maha
kuasaatas segala sesuatu (1). Dia yang menciptakan (yakni mewujudkan atau
menetapkan adanya) kematian dan kehidupan untuk menguji kamu siapakah di
antara kamu yang terbaik amalnya (berupa kerja dan perbuatan di pentas kehidupan),
dan Dia Maha kuasa lagi maha pengampun (2).“ (QS. Al – Mulk, [67]: 1-2)
Dari Surat Al – Mulk, [67] ayat 1-2 tersebut dapat kita temukan arti bahwasanya
Allah SWT membuat sebuah perumpamaan bahwa hidup dan mati diciptakan untuk
menguji siapa yang terbaik pekerjaannya, perbuatannya dan amalannya. Jadi,
Kehidupan ini adalah kontes perbuatan antara manusia dengan Allah dan Malaikat
sebagai Jurinya. Dengan aturan (syariat) yang telah Allah berikan kepada Para Nabi dan
Para Nabi menyampaikan aturan (syariat) itu kepada umatnya termasuk kita semua.
Sehingga kita wajib mengikuti aturan yang telah diberikan Allah kepada Para Nabi.
Allah menciptakan alam semesta ini pastilah mempunyai tujuan, begitu juga
dengan manusia. Manusia diciptakan karena ada tujuannya. Allah SWT berfirman :

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka mengabdi
kepada-Ku.” (Q.S Adz-Dzariyat : 56)
Ayat di atas tersebut merupakan dalil yang berkenan tentang keberadaan manusia
di dunia. Manusia di dunia untuk mengabdi kepada Allah SWT, melaksanakan
perintah-Nya serta menjauhi larangan-nya. Sebagai bentuk mengakui keberadaan Allah
SWT adalah dengan mengikuti rukun iman dan rukun islam.
Sebagai bagian dari mengabdi kepada Allah SWT adalah menunaikan rukun
islam, yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai karcis masuk Islam,
melakukan shalat, membayar zakat, melakukan puasa, serta menunaikan ibadah haji.
Dengan demikian dapat disimpulkan keberadaan manusia diciptakan Allah SWT untuk
menjadi manusia yang Islami (Islam yang benar). Menjadi Islam yang benar adalah
dengan mengerti, memahami dan melaksanakan dalam kehidupan apa yang telah
dilarang-Nya, dengan kata lain secara konsisten melaksanakan rukun iman dan rukun
islam.
Eksistensi manusia di dunia adalah sebagai tanda kekuasaan Allah SWT terdapat
hamba-hambaNya, bahwa dialah yang menciptakan, menghidupkan, dan menjaga
kehidupan manusia. Tujuan diciptakannya dalam konteks hubungan manusia dengan
Allah SWT adalah dengan mengimani Allah SWT dan memikirkan ciptaanNya untuk
menambah keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Sedangkan dalam konteks
hubungan manusia dengan manusia serta manusia dengan alam adalah untuk berbuat
amal, yaitu perbuatan baik dan tidak melakukan kejahatan terhadap sesama manusia
serta tidak merusak alam.
Terkait dengan tujuan hidup manusia dengan manusia lain dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Tujuan Umum Adanya Manusia di Dunia
Dalam al-qur’an Q.S. Al-Anbiya ayat 107 yang artinya :

Artinya: “Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk Rahmat bagi
semesta alam”( Q.S. Al-Anbiya ayat 107)
Ayat diatas menerangkan tujuan manusia diciptakan oleh Allah SWT dan
berada di dunia ini adalah untuk menjadi rahmat bagi alam semesta. Jadi manusia
sebagai rahmat adalah manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk menebar dan
memberikan kasih sayang kepada alam semesta.

2. Tujuan Individu Adanya Manusia di Dunia


Tujuan setiap individu di dunia adalah sukses di dunia dan di akhirat
dengan cara melaksanakan amal shaleh yang merupakan investasi pribadi
manusia sebagai individu. Allah berfirman dalam QS. An-Nahl ayat 97 :
Artinya :“Barang siapa mengerjakan amal shaleh baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya Allah SWT akan
memberikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan diberi balasan kepada
mereka dengan pahala yang lebih baik dengan apa yang telah mereka
kerjakan”.(Q.S. An-Nahl : 97)

3. Tujuan Individu Dalam Keluarga


Manusia di dunia tidak hidup sendiri. Manusia merupakan makhluk sosial
yang mempunyai sifat hidup berkelompok dan saling membutuhkan satu sama
lain. Dalam kaitannya dengan tujuan individu dan keluarga adalah agar individu
tersebut menemukan ketentraman, kebahagiaan dan membentuk keluarga
sakinah, mawaddah dan rahmah. Manusia diciptakan berpasang-pasangan. Oleh
sebab itu, sudah wajar manusia baik laki-laki dan perempuan membentuk
keluarga. Tujuan manusia berkeluarga menurut QS. Ar-Ruum ayat 21 yang
berbunyi :

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan unrukmu


istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa tentram, dan dijadikan-Nya
diantara kamu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda-tanda bagi kamu yang mau berfikir.”(Q.S. Ar-Ruum : 21).
Tujuan hidup berkeluarga dari setiap manusia adalah supaya tentram. Untuk
menjadi keluarga yang tentram, Allah SWT memberikan rasa kasih sayang. Oleh
karena itu, dalam keluarga harus dibangun rasa kasih sayang satu sama lain.
4. Tujuan Individu Dalam Masyarakat
Setelah hidup berkeluarga, maka manusiamempunyai kebutuhan untuk
bermasyarakat. Tujuan hidup bermasyarakat adalah keberkahan dalam hidup
yang melimpah. Kecukupan kebutuhan hidup ini menyangkut kebutuhan fisik
seperti perumahan, makan, pakaian, kebutuhan sosial (bertetangga), kebutuhan
rasa aman, dan kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat
mudah diperoleh apabila masyarakat beriman bertakwa. Apabila masyarakat tidak
beriman dan bertakwa, maka Allah SWT akan memberikan siksa dan jauh dari
keberkahan.
Oleh sebab itu, apabila dalam suatu masyarakat ingin hidup damai dan
serba kecukupan, maka kita harus mengajak setiap anggota masyarakat untuk
memelihara iman dan takwa. Allah SWT berfirman :

“Jikalau sekiranya penduduk negero-negeri beriman dan bertakwa, pastilah


Kami akan melimpahan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi
mereka mendustakan itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”
(Q.S. Al-Araaf : 96).
Pada dasarnya manusia memiliki dua hasrat atau keinginan pokok dalam
hidupnya, yaitu :
a. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain disekelilingnya yaitu
masyarakat.
b. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam di sekelilingnya.
Istilah masyarakat dalam Ilmu Sosiologi adalah kumpulan individu yang
bertempat tinggal di suatu wilayah dengan batas-batas tertentu, dimana faktor
utama yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar diantara anggota-
anggotanya.

5. Tujuan Individu Dalam Bernegara


Sebagai makhluk hidup yang selalu ingin berkembang menemukan jati diri
sebagai pribadi yang utuh, maka manusia harus hidup bermasyarakat atau
bersentuhan dengan dunia sosial. Lebih dari itu manusia sebagai individu dari
masyarakat memiliki jangkauan yang lebih luas lagi yakni dalam kehidupan
bernegara. Maka, tujuan individu dalam bernegara adalah menjadi warga negara
yang baik di dalam lingkungan negara yang baik yaitu negara yang aman,
nyaman serta makmur.
Terhadap setiap nikmat mari kita bersyukur. Apabila banyak warga negara
yang tidak mensyukuri nikmat Allah SWT, bahkan berkeluh kesah atau
mengingkari nikmat maka akan membuat bangsa tersebut penuh bencana dan
kesulitan. Jadi kunci kemakmuran negara adalah mengembangkan rasa syukur
dan tidak berpaling dari Allah SWT. Allah SWT berfirman yang berbunyi :

Artinya : “Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di


tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah
kiri. (kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezeki yang
(dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (negerimu)
adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun
[15]. Tetapi mereka berpaling, maka kami datngkan kepada mereka banjir besar
dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-
pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr [16].
(Q.S. As-Saba : 15-16)

6. Tujuan Individu Dalam Pergaulan Internasional


Setelah kehidupan bernegara, tidak dapat terlepas dari kehidupan
internasional atau dunia luar. Jadi tujuan individu dalam pergaulan internasional
adalah menjadi individu yang saling membantu dalam kebaikan dan individu
yang dapat membedakan mana yang baik dan buruk dalam dunia globalisasi agar
tidak kalah dan tersesat dalam peraturan dunia. Maka yang penting adalah saling
mengenal dan saling mengetahui. Dengan saling mengenal, maka kita tahu
kebutuhan masing-masing dan apabila saling mengetahui maka kita dapat saling
membantu.

D. Fungsi dan Peran Manusia


Allah Berfirman:

Artinya : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:


“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi”. Mereka
berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman:
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.
(Q.S. Al-Baqoroh (2) : 30)
Dalam kamus Bahasa Indonesia, khalifah berarti pemimpin umat. Menjadi
pemimpin adalah fitrah setiap manusia. Kepemimpinan adalah suatu amanah yang
diberikan Allah SWT yang suatu ketika nanti harus kita pertanggungjawabkan.
Kepemimpinan berkaitan dengan hal-hal sederhana seperti berbakti kepada orang tua,
tidak berbohong, mengunjungi kawan yang sakit, bersilaturahmi dengan tetangga,
mendengar keluh kesah sahabat, dan sebagainya.
Untuk menumbuhkan kepemimpinan ada tiga hal yang perlu diketahui, antara
lain sebagai berikut :
1. Menyadari bahwa nasib kita berada di tangan kita sendiri. Allah SWT tidak akan
mengubah nasib kita kalau kita sendiri tidak berusaha mengubahnya.
2. Kitalah yang paling tahu apa yang penting dan apa yang tidak penting dalam hidup
kita. Kita harus memutuskan nilai-nilai yang kita akan jalani dalam hidup.
3. Kita harus menjalankan hal-hal yang penting. Inilah hal-hal yang sudah kita
putuskan sebagai nilai-nilai kita.
Kepemimpinan adalah suatu yang tumbuh dari dalam, kepemimpinan adalah
sikap, tindakan, perilaku, kebiasaan dan karakter kita sendiri. Proses mencapai
kepemimpinan tersebut tidak mudah. Kepemimpinan tidak dapat dikarbit, tetapi harus
dijalani tahap demi tahap.
Untuk menyadarkan kita bahwa setiap orang adalah pemimpin, ada tuga hal yang
perlu kita lakukan :
a. Memahami Diri Sendiri (Self Understanding)
Untuk menjadi pemimpin kita harus sadar siapakah diri kita sebenarnya dan
memahami diri kita sendiri. Nabi Muhammad SAW bersabda :
“Siapa yang menjadi dirinya akan mengenal Tuhannya”.
Tanpa mengenali diri kita dengan benar, sulit untuk menemukan makna
kehidupan. Hidup adalah sebuah perjalanan melingkar, kita memulai perjalanan
tersebut dari satu titik dan suatu ketika kita akan tiba kembali di titik semula.
Hidup dengan demikian adalah sebuah perjalanan untuk kembali. Kembali
kepada asal usul merupakan fitrah kita sebagai manusia. Pemahaman ini juga
akan melahirkan kesadaran bahwa hidup adalah sementara.

b. Kesadaran Diri (Self Awareness)


Kesadaran diri berarti sadar peran diri sendiri. Untuk menjadi pemimpin
kita harus “melek emosi”. Kita harus dapat mengenali dan mengidentifikasian
perasaan apa pun yang sedang kita rasakan.
Untuk mengenali perasaan yang terdalam, kita perlu senantiasa
memisahkan diri kita dengan emosi yang kita rasakan. Kesadaran diri dengan
demikian mengatakan bahwa kitalah yang bertanggungjawab terhadap perasaan
kita sendiri.

c. Pengendalian Diri (Self Control)


Pengendalian diri berarti sadar sepenuhnya akan apa yang kita lakukan.
Seorang pemimpin menyadari bahwa ia tak dapat mengontrol rangsangan yang
masuk, tetapi ia selalu dapat mengontrol reaksi yang ia berikan.
Pengendalian diri baru dapat terlihat pada situasi yang sulit dan melibatkan
emosi. Pengendalian diri juga berarti mampu menunda kenikmatan jangka pendek
untuk mendapatkan sesuatu yang lebih besar untuk jangka panjang. Orang yang
mampu mengendalikan diri tidak akan tergoda untuk makan terlalu banyak.,
melakukan korupsi, memakai narkoba, dan perbuatan apapun yag kelihatannya
memberikan kenikmatan jangka pendek.
Pengendalian diri juga ditunjukan oleh keberanian seseorang untuk
membuat komitmen dan melaksanakan komitmen tersebut. Hal-hal besar sering
kali berawal dari komitmen-komitmen kecil. Oleh karena itu, sebelum membuat
komitmen untuk orang banyak, latihlah diri kita dengan membuat komitmen-
komitmen yang sederhana.

E. Keunggulan dan Potensi Manusia


Potensi diri adalah kekuatan dari individu yang masih terpendam di dalam,
yang dapat diwujudkan menjadi suatu kekuatan nyata dalam kehidupan manusia.
Potensi diri manusia terdiri dari potensi fisik dan potensi non fisik. Potensi
fisik adalah tubuh manusia sebagai sebuha system yang paling sempurna bila
disbandingkan dengan makhluk Allah SWT lainya seperti binatang, malaikat, dan
jin. Potensi non fisik adalah hati qolbu, ruh, indera, dan akal pikiran. Sesuai
dengan potensi diri yang telah diberikan Allah SWT kepada manusia
konsekuensinya agar dapat berguna bagi diri dan lingkungannya.
Dengan potensi yang dimilikinya, Allah SWT menyuruh manusia untuk
berpikir dan mengelola alam semesta serta memanfaatkan sebesar-besarnya bagi
kemaslahatan dan kesejahteraan hidup manusia.
Secara umum manusia yang dilahirkan normal kedunia ini telah dilengkapi
dengan otak. Para ahli Psikologi sepakat bahwa otak manusia adalah sumber
kekuatan yang luar biasa. Tugas otak selain mengendalikan aktifitas fisik bagian
bagian didalam tubuh seperti paru-paru , jantung dan sebagainya. Juga berfungsi
sebagai untuk menghafal.
Kegiatan-kegiatan yang memerlukan logika seperti : berhitung,
menganalisa, bahasa. Aktivitas imajinasi, intuisi kreativitas, inovasi dan
sebagainya. Tugas otak melahirkan kegiatan berfikir yang pada gilirannya dapat
menghasilkan karya nyata. Jadi otak adalah sumber kekuatan manusia untuk
menghasilkan karya melalui proses berfikir.
Bagaimana merealisasikan harapan-harapan agar menjadi kenyataan. Ada
beberapa proses sebagai berikut:
1. Gunakan potensi yang kita miliki, yaitu kita mengerahkan kemampuan-
kemampuan yang bisa diandalkan dan memang kita memilikinya dan
menguasainya.
2. Persaan takut gagal. Perasaan itu pasti ada, namun kita harus yakin pada diri
kita sendiri bahwa kita mampu untuk melakukannya, perasaan tersebut harus
kita buang jauh-jauh dan kita yakin prosentase keberhasilan kita adalah 50:50.
walaupun gagal, tetapi pada dasarnya kita tidak rugi karena kita telah
melakukan dan mencoba yang terbaik dari pada tidak sama sekali.
3. Melawan kemungkinan-kemungkinan. Hindari diri kita dari fikiran-fikiran
negative dan cobalah selalu positif thinking dalam menghadapi sesutu karena
itu adalah salah satu motivasi buat kita sendiri.
4. Sikap hidup biasa-biasa saja. Sikap ini bukanlah sikap yang baik, kalu kita
hanya mengandalkan dan pasrah dengan kehidupan apa adanya, kita harus
bersaing dan menjadi yang lebih baik dari yang terbaik.
5. Kurang antusias. Kalau kita tidak memiliki antusias dan obsesi dalam hidup
bagaimana kita kita bisa maju dan berkembang mebgembangkan sayap
kehidupan dan merealisasikan keinginan-keinginan.
6. Menolak perubahan.Perubahan harus selalu dilakukan kalau kita ingin menjadi
yang lebih baik. Karena Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya aku tidak
akan merubah suaru kaum sebelum mereka merubah keadaan mereka sendiri .”
Selain menggunakan seluruh potensi yang dimiliki seperti pengetahuan dan
keterampilan, kita juga membutuhkan mesin penggerak untuk mencapai tujuan
tersebut. Mesin yang dapat mendorong tujuan tersebut adalah:
1. Kebijaksanaan; ”Kebijaksanaan Abu Bakar”. Untuk menjadikan mimpi
menjadi kenyataan, maka jangan lupakan kebijaksanaan dalam menjalankan
kehidupan. Jadilah orang yang bijaksana, jangan menjadi orang yang
emosional dan jangan menjadi orang reaktif. Bijaksana akan mengantarkan
keinginan kita menjadi kenyataan.
2. Semangat Juang; ” Semangat Umar Ibnu Khattab”. Untuk menjadikan mimpi
menjadi kenyataan, jangan lupakan semangat juang dalam menjalankan
kehidupan. Kita harus kuat, disiplin, tegas, dan memiliki rasa setia kawan.
3. Kecerdasan ”Keccerdasan Ali Bin Abi Thalib”. Untuk menjadikan mimpi
menjadi kenyataan maka kita harus mencontoh sikap tidak menyombongkan
diri walaupun ilmu yang sangat tinggi, berani dan bijak.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan berbagai aspek yang telah kami bahas, maka dapat kami
simpulkan bahwa :
1. Eksistensi manusia dalam perspektif Al-Qur’an adalah sesuatu yang ada yang
merupakan perpaduan antara unsur jasmani dan unsur rohani atau antara unsur
materi dan immateri, yaitu perpaduan antara badan (sebagai unsur materi), akal
dan ruh (sebagai unsur immateri). Unsur-unsur tersebut mewujud dalam diri
manusia dan merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisah-pisahkan.
2. Asal usul manusia dalam dunia sains menyebutkan manusia mengalami evolusi
dari nenek moyang yang mirip kera menjadi manusia yang wujudnya seperti
sekarang ini. Tetapi pemahaman itu belum mampu mendapatkan pembuktian
yang pasti . Jika ditinjau dari sudut pandang Islam, pemahaman itu sangatlah
bertentangan dikarenakan dalam Islam menyebutkan asal manusia pada awalnya
berawal dari Nabi Adam dan Hawa yang dijelaskan dalam Al-Qur’an diciptakan
dari saripati tanah yang sekarang kita sebut Air Mani lalu mengalami proses
dalam rahim dan membentuk dalam bentuk sebaik-baiknya sehingga jadilah kita
hidup di dunia.
3. Berdasarkan Al-Qur’an, penciptaan manusia bertujuan untuk Mengabdi Kepada
Allah (Beriman), Memanfaatkan Alam Semesta (Beramal), Membentuk Sejarah
Dan Peradaban (Berilmu) baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain.
4. Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa fungsi dan peran manusia dimuka bumi
adalah sebagai Khalifah (pemimpin) baik untuk dirinya sendiri maupun untuk
orang banyak.
5. Potensi diri manusia terdiri dari potensi fisik yaitu tubuh manusia sebagai sebuah
sistem yang paling sempurna bila dibandingkan dengan makhluk Allah lainnya
seperti : binatang, jin, malaikat. Sedangkan potensi non fisik adalah hati, ruh,
indera, dan akal pikiran. Potensi apapun yang dimiliki manusia masing-masing
memiliki fungsi dan perannya, oleh karenanya harus dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya agar dapat berguna bagi diri dan lingkungannya.
B. Saran
Semoga dengan mengetahui dan memahami eksistensi manusia dalam
pandangan islam ini akan menginspirasi untuk menjadi manusia yang seutuhnya yang
diinginkan oleh Allah SWT. Sehingga hidup memiliki arah dan tujuan yang jelas,
yang kelak akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat kelak.
DAFTAR PUSTAKA

Annisa, Finastri. 2016. “Proses Penciptaan Manusia Menurut Islam”,


https://dalamislam.com/info-islami/proses-penciptaan-manusia
(diakses pada tanggal 8 September 2019 pukul 14.00 WIB)
Purwanto, dkk. 2016. Etika Membangun Masyarakat Islam Modern. Yogyakarta : Graha
Ilmu

Anda mungkin juga menyukai