Anda di halaman 1dari 18

“PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

TERHADAP MANUSIA”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Filsafat Pendidikan Islam

Dosen pengampu: Devi Sela Eka Selvia,M.Pd.I

Disusun Oleh Kelompok 3:

Nama: NPM:

Dasmon Deri : 2111060180

Syahnaz Aulia Saqinah : 2111060088

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat
nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-
baiknya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita nabi
Muhammad SAW,yang telah menjadi suritauladan bagi umat manusia,sehingga
sampai detik ini kami masih merasakan indahnya iman dan islam.

Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu Ibu Devi Sela Eka
Selvia,M.Pd.I yang telah memberikan tugas makalah ini dalam rangka melengkapi
tugas dari mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam Program Studi Pendidikan
Biologi dengan materi “Pandangan Filsafat Pendidikan Islam Terhadap Manusia”.

Mungkin makalah ini kurang dari sempurna,penyusun mohon maaf yang sebesar-
besarnya serta kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya, sehingga dapat menambah wawasan serta pengetahuan sesuai
dengan bidang studi yang di tekuni.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bandar Lampung,19 September 2022

Penyusun

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………………….. i

Daftar Isi………………………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………. 2
C. Tujuan ………………………………………………………………………… 2
D. Manfaat……………………………………………………………………….. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Gambaran Tentang Manusia dan Proses Penciptaannya Dalam Al-Qur’an..... 3


B. Kedudukan Manusia Dalam Filsafat Pendidikan Islam.................................. 8
C. Tugas dan Tanggung Jawab Manusia Dimuka Bumi...................................... 10
D. Implikasi Konsep Manusia Terhadap Pendidikan Islam................................. 11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................................... 14
B. Saran................................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna diantara makhluk-
makhluk lainnya karena dibekali akal dan pikiran dalam bertindak sehingga dapat
memunculkan sifat perbedaan karakter antara satu dengan yang lainnya.Manusia
selain individu yang unik tidak ada duanya,manusia juga makhluk yang penuh akan
masalah artinya manusia akan selalu menghadapi masalah yang baru dan seterusnya
silih berganti. Manusia senantiasa keliru dalam memahami dirinya. Kadangkala ia
cenderung untuk bersikap superior, sehingga memandang dirinya sebagai makhluk
yang paling besar dan agung di alam ini. Bahkan superioritas ini diserukannya dengan
penuh keangkuhan, kecongkakan dan kesombongan. Kadangkala pula dia cenderung
untuk bersikap imferior, sehingga memandang dirinya sebagai makhluk yang paling
hina dan rendah didunia ini.Islam telah menjelaskan hakikat dan asal diri manusia,
keistimewaan dan kelebihannya,tugasnya didalam hidup, hubungannya dengan alam,
serta kesiapannya untuk menerima kebaikan dan keburukan.
Hakikat dan asal diri manusia berpangkal pada dua substansi yaitu materi yang
berasal dari bumi dan ruh yang berasal dari tuhan,maka hakikatnya manusia adalah
ruh,sedangkan jasadnya hanyalah alat yang digunakan oleh ruh untuk menjalani
kehidupan material dialam yang bersifat sekunder dan ruh yang bersifat primer karena
ruh saja tanpa jasad material tidak dapat dinamakan manusia.Diantara hal yang
memuliakan dan melebihkan manusia adalah bahwa Allah telah memberikan
kepadanya kemampuan untuk belajar dan berpengatahuan, serta membekalinya
dengan segala peralatan kemampuan. Tugas paling luhur manusia ialah beribadah
kepada Allah. Inti dari seluruh tanggung jawab ini adalah tanggung jawab manusia
terhadap ibadah kepada Allah dan pengtauhidan-Nya yaitu memurnikan ibadah hanya
kepada Allah SWT.
Oleh karena itu,dalam memecahkan segala persoalan yang ada didalam kehidupan
dan terlintas dipikiran manusia terhadap segala sesuatu maka diperlukan mempelajari
dan mendalami filsafat pendidikan islam agar agar dapat menghendaki daya pikir
yang sadar dan teliti maupun teratur untuk melihat dan menganalisa adanya rikan

1
persamaan dan perbedaan yang ditinjau dari segala keseluruhan tidak setengah-
setengah sehingga dapat memberikan prinsip dan jawaban yang tepat tentang suatu
kebenaran.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas dapat kita ambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran dan proses penciptaan manusia didalam Al-Qur’an?
2. Apa kedudukan manusia dalam filsafat pendidikan islam?
3. Apa tugas dan tanggung jawab manusia di muka bumi?
4. Bagaimana konsep implikasi manusia terhadap pendidikan islam?

C. Tujuan
Ditinjau dari rumusan masalah diatas ,maka tujuan dalam makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui bagaimana gambarandan proses penciptaannya manusia di dalam
Al-Qur’an.
2. Mengetahui kedudukan manusia dalam filsafat pendidikan islam.
3. Mengetahui tugas dan tanggung jawaab manusia dimuka bumi.
4. Mengetahui konsep implikasi manusia terhadap pendidikan islam.

D. Manfaat
Berdasarkan tujuan diatas,maka manfaat yang diharapkan dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
Secara teoritis makalah ini diharapkan dapat berguna untuk memberikan ilmu dan
wawasan serta menjadi sumber referensi dan informasi bagi orang yang membacanya
agar mengetahui dan lebih mendalami pemahaman materi dalam mata kuliah filsafat
pendidikan islam dengan materi tentang “Pandangan Filsafat Pendidikan Islam
Terhadap Manusia”.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Gambaran Tentang Manusia dan Proses Penciptaannya Dalam Al-Qur’an


1. Gambaran Tentang Manusia
Dalam Al-Quran banyak ditemukan gambaran yang membicarakan
tentang manusia dan makna filosofis dari penciptaannya. Manusia merupakan
makhluk-Nya paling sempurna dan sebaik-baik ciptaan yang dilengkapi
dengan akal fikiran. Dalam hal ini Ibn 'Arabi misalnya melukiskan hakikat
manusia dengan mengatakan bahwa, "tak ada makhluk Allah yang lebih bagus
daripada manusia, yang memiliki daya hidup, mengetahui, berkehendak,
berbicara, melihat, mendengar, berfikir, dan memutuskan. Manusia adalah
makhluk kosmis yang sangat penting, karena dilengkapi dengan semua
pembawaan dan syarat-syarat yang diperlukan bagi mengemban tugas dan
fungsinya sebagai makhluk Allah di muka bumi."1
Ada empat kata yang digunakan didalam al-qur’an untuk menunjukkan
makna manusia,namun secara khusus memiliki penekanan pengertian yang
berbeda dapat dilihat dari uraian berikut:
a. Kata Al-Basyar
Kata al-Basyar dinyatakan dalam Al-Qur'an sebanyak 36 kali
dan tersebar dalam 26 surat. Secara etimologi al-Basyar juga
diartikan mulamasak yaitu persentuhan kulit antara laki-laki dan
perempuan. Makna ini dapat dipahami bahwa manusia merupakan
makhluk yang memiliki segala sifat kemanusiaan yang terbatas,
seperti makan, minum, seks, keamanan, kebahagiaan, dan lain
sebagainya. Penunjukkan kata al-Basyar ditunjukan Allah Hanya
saja kepada mereka diberikan wahyu, sedangkan kepada manusia
umumnya tidak diberikan. Firman Allah SWT.kepada seluruh
manusia tanpa kecuali. Demikian pula halnya dengan para rasul-
rasul-Nya.

1
Ismai Raji’al faruqi.1984.Islam dan Kebudayaan.Bandung:Mizan.Hal.37.

3
Artinya: "katakanlah Sesungguhnya aku (Muhammad) hanyalah
seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima
wahyu..."(QS.Al-Kahfi 18:110).
Dengan pemaknaan yang diperkuat ayat diatas dapat dipahami
bahwa seluruh manusia(bani adam a.s). akan mengalami proses
reproduksi seksual dan senantiasa berupaya untuk memenuhi
semua kebutuhan biologisnya, memerlukan ruang dan waktu, serta
tunduk terhadap hukum alamiahnya, baik yang berupa sunnatullah
(sosial kemasyarakatan), maupun takdir Allah (hukum alam).
Semuanya itu merupakan konsekwensi logis dari proses
pemenuhan kebutuhan tersebut. Untuk itu, Allah Swt. memberikan
kebebasan dan kekuatan kepada manusia sesuai dengan batas
kebebasan dan potensi yang dimilikinya untuk mengelola dan
memanfaatkan alam semesta, sebagai salah satu tugas
kekhalifahannya di muka bumi.
Kata al-basyar juga digunakan al-qur’an untuk menjelaskan
eksistensi Nabi dan Rasul.Eksistensinya, memiliki kesamaan
dengan manusia pada umumnya, akan tetapi juga memiliki titik
perbedaan khusus bila dibanding dengan manusia lainnya.2

b. Kata Al-Ihsan
Kata al-Insan yang berasal dari kata al-uns, dinyatakan dalam
al-Qur’an sebanyak 73 kali dan tersebar dalam 43 surat. 3Secara
etimologi,al-Insan dapat diartikan harmonis, lemah lembut,
tampak, atau pelupa.
Dan ada juga dari akar kata Naus yang mengandung arti
“pergerakan atau dinamisme”. Merujuk pada asal kata al- Insan
dapat kita pahami bahwa manusia pada dasarnya memiliki potensi
yang positif untuk tumbuh serta berkembang secara fisik maupun
mental spiritual. Di samping itu, manusia juga dibekali dengan

2
Ramaliyus.2009.Filsafat Pendidikan Islam Cetakan 1.Jakarta:Kalam Mulia.Hal.49.
3
Muhammad Fuad Abdul Al-Baqi.1988. al-Mujam al-Mufahras li al-Alfazh al-Quran Karim.Qahirah:
Dar al-Hadits.Hal. 153.

4
sejumlah potensi lain, yang berpeluang untuk mendorong ia ke arah
tindakan, sikap, serta prilakun negatif dan merugikan4.
Kata al-Insan digunakan Al-Qur’an untuk menunjukan totalitas
manusia sebagai makhluk jasmani dan rohani. Harmonisasi kedua
aspek tersebut dengan berbagai potensi yang di milikinya
mengantarkan manusia sebagi makhluk Allah yang unik dan
istimewa, sempurna, dan memiliki diferensiasi individual antara
satu dengan yang lainnya,dan sebagai makhluk yang dinamis,
sehingga mampu menyandang predikat khalifah Allah di muka
bumi.
Perpaaduan antara aspek pisik dan pisikis telah membantu
manusia untuk mengekspresikan dimensi al-insan al-bayan, yaitu
sebagai makhluk berbudaya yang mampu berbicara, mengetahui
baik dan buruk, mengemabngkan ilmu pengetahuan dan peradaban,
dan lain sebagainya.

c. Kata Al-Nas
Kata al-Nas dinyatakan dalam al-Quran sebanyak 240 kali dan
tersebar dalam 53 surat.5 Kata al-nas menunjukkan pada eksistensi
manusia sebagai makhluk sosial secara keseluruhan, tanpa melihat
status keimanan atau kekafirannya.6
Menurut teori “strukturalisme” Giddens yang mengatakan
bahwa manusia merupakan individu yang mempunyai karakter
serta prinsip berbeda antara yang lainnya tetapi manusia juga
merupakan agen social yang bisa mempengaruhi atau bahkan di
bentuk oleh masyarakat dan kebudayaan di mana ia berada dalam
konteks sosial.7
Dalam menunjuk makna manusia, kata al-Nas lebih bersifat
umum bila dibandingkan dengan kata al-Insan. Keumuman tersebut

4
Prof. Dr. H. Jalaludin.2001.Teologi Pendidikan.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.Hal 21.
5
Muhammad Fuad Abdul Al-Baqi.1988. al-Mujam al-Mufahras li al-Alfazh al-Quran Karim.Qahirah:
Dar al-Hadits.Hal. 153.
6
Ibid.Hal.892.
7
Brian Fay.2002.Filsafat Ilmu Sosial Kontemporer, Jendela Cetakan 1. Yogyakarta.Hal. 69.

5
dapat dilihat dari penekanan makna yang dikandungnya, Kata al-
Nas menunjukan manusia sebagai makhluk sosial dan kebanyakan
digambarkan sebagai kelompok manusia tertentu yang sering
melakukan mafsadah dan merupakan pengisi neraka, di samping
iblis.

d. Bani Adam
Allah SWT mendefenisikan manusia dengan menggunakan
kata bani Adam. Kata ini dijumpai dalam al-Quran sebanyak 7 kali
dan tersebar dalam 3 surat." Secara etimologi, kata bani Adam
menunjukkan arti pada keturunan nabi Adam A.S.
Menurut al-Thabathaba'i, penggunaan kata bani Adam menunjuk
pada arti manusia secara umum. Dalam hal ini, setidaknya ada tiga
aspek yang dikaji, yaitu: Pertama, anjuran untuk berbudaya sesuai
dengan ketentuan Allah, di antaranya adalah dengan berpakaian
guna menutup auratnya. Kedua, mengingatkan pada keturunan
Adam agar jangan terjerumus pada bujuk rayu syaitan yang
mengajak pada keingkaran. Ketiga, memanfaatkan semua yang ada
di alam semesta dalam rangka ibadah dan mentauhidkan-Nya.
Kesemua itu merupakan anjuran sekaligus peringatan Allah, dalam
rangka memuliakan keturunan Adam di banding makhluk-Nya
yang lain.8
Bila dilihat pandangan para mufassir di atas, terlihat bahwa
pemaknaan kata bani Adam, lebih ditekankan pada aspek amaliah
manusia, sekaligus pemberi arah ke mana dan dalam bentuk apa
aktivitas itu di lakukan. Pada dirinya diberikan kebebasan untuk
melakukan serangkaian kegiatan dalam kehidupannya untuk
memanfaatkan semua fasilitas yang ada di alam ini secara
maksimal. Allah memberikan garis pembatas kepada manusia pada
dua alternatif, yaitu kemuliaan atau kesesatan. Di sini terlihat
demikian kasih dan demokratisnya Allah terhadap makhluknya
(manusia). Hukum kausalitas tersebut memungkinkan Allah untuk

8
Ibn Ja'far Muhammad bin Jarir al-Thabary.1988.Jami' al-Bayân 'an Ta'wi: aiy al-Qur ‘an.Beirut: Dar
al-Fikr. Hal. 125.

6
meminta pertangung jawaban pada manusia atas semua aktivitas
yang dilakukan.

2. Proses Penciptaan Manusia


Dan dilihat dari proses penciptaannya, Al-Qur’an menyatakan peroses
penciptaan manusia dalam dua tahapan yang berbeda, yaitu: pertama, disebut
dengan tahapan primordial. Kedua, disebut dengan tahapan biologi. Manusia
pertama, Adam AS , diciptakan dari at-tin (tanah), at-turob (tanah debu), min
shal (tanah liat), min hamain masnun (tanah lumpur hitam yang busuk) yang
dibentuk Allah dengan seindah-indahnya, kemudian Allah meniupkan ruh
dari-Nya kedalam diri (manusia) tersebut (Q.S, Al-Anam/6:2,
Al-Hijr/15:26,28,29, Al-Mu’minun/23:12, Ar-Rum/30:20, Ar-Rahman/55:4).
Penciptaan manusia selanjutnya adalah peruses biologi yang dapat
dipahami secara sains-empirik. Di dalam peruses ini, manusia diciptakan dari
inti sari tanah yang dijadikan air mani (nuthfah) yang disimpan di tempat yang
kokoh (rahim). kemudian air mani di jadikan darah beku (‘alaqah) yang
menggantung dalam rahim. Darah beku tersebut kemudian dijadikan-Nya
segumapal daging (mudghah) dan kemudian di balut dengan tulang belulang
lalu kepadanya ditiupkan ruh. (Q.S, Al Mu’minun/23:12-24). Hadist yang
diriwayatkan Bukhori dan Muslim menyatakan bahwa ruh di hembuskan
Allah SWT ke dalam janin setelah ia mengalami perkembangan 40 hari
nuthfah, 40 hari alaqah daan 40 hari mudghah. Al-Ghazali mengungkapkan
proses penciptaan manusia dalam teori pembentukan (taswiyah) sebagai suatu
proses yang timbul di dalam materi yang membuatnya cocok untuk menerima
ruh. Materi itu merupakan sari pati tanah liat nabi Adam AS yang merupakan
cikal bakal bagi keturunannya. Cikal bakal atau sel benih (nuthfah) ini yang
semula adalah tanah liat setelah melewati berbagai proses akhirnya menjadi
bentuk lain (khalq akhar) yaitu manusia dalam bentuk yang sempurna. Tanah
liat menjadi makanan (melalui tanaman dan hewan), makanan menjadi darah,
kemudian menjadi sperma jantan dan indung telur. Kedua unsure ini bersatu
dalam satu wadah yaitu rahim dengan transformasi panjang yang akhirnya
menjadi tubuh harmonis (jibillah) yang cocok untuk menerima ruh.

7
Sampai disini prosesnya murni bersifat materi sebagai warisan dari
leluhurnya. Kemudian setiap manusia menerima ruhnya langsung dari Allah
disaat embrio sudah siap dan cocok menerimanya. Maka dari pertemuan ruh
dan badan, terbentuklah makhluk baru manusia.9

B. Kedudukan Manusia Dalam Filsafat Pendidikan Islam


Kesatuan wujud manusia antara pisik dan pisikis serta didukung oleh potensi-
potensi yang ada membuktikan bahwa manusia sebagai ahsan at-taqwin dan
merupakan manusia pada posisi yang strategis yaitu: Hamba Allah (‘abd Allah) dan
Khalifah Allah (khalifah fi al-ardh).
1) Manusia Sebagai Hamba Allah (‘abd Allah)
Musa Asy’arie mengatakan bahwa esensi hamba adalah ketaatan,
ketundukan dan kepatuhan yang kesemuanya itu hanya layak di berikan
kepada Tuhan. Ketundukan dan ketaatan pada kodrat alamiah senantiasa
berlaku baginya. Ia terikat oleh hokum-hukum Tuhan yang menjadi kodrat
pada setiap ciptaannya, manusia menjadi bagian dari setiap ciptaannya, dan ia
bergantung pada sesamanya. Sebagai hamba Allah, manusia tidak bisa
terlepas dan kekuasaannya. Sebab, manusia mempunyai fitrah (potensi) untuk
beragama. Hal ini disebabkan karena manusia adalah makhluk yang memiliki
potensi untuk beragama sesuai dengan fitrahnya. Dan manusia dulu telah
mengakui bahwa diluar dirinya ada zat yang lebih berkuasa dan mengusa
seluruh kehidupannya. Namun mereka tidak mengetahui hakikat zat yang
berkuasa. Mereka aplikasikan apa yang mereka yakini dengan berbagai
bentuk ucapan ritual seperti pemujaan terhadap batu besar, gunung, matahari,
dan roh nenek moyang mereka. Kesemuanya dalah bukti bahwa manusia
memiliki potensi untuk beragama, Allah berfirman: Artinya: maka
hadapkanlah wajahmu kepada agama (Allah), tetaplah pada fitrah Allah yang
telah menciptakan manusia menurut fitrah (agama) itu tidak ada perubahan
pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui. (QS. Ar-Rum:30)

9
Ali Isa Othman.1985.Manusia Menurut al-Ghazali.Bandung: Pustaka.Hal.15-16.

8
Artinya: dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku (QS.Az-Zariyat 51:56)
Berdasarkan ayat diatas, tentulah bahwa bagaimanapun moderennya
atau primitifnya suatu suku bangsa manusia, mereka akan mengakui adanya
zat Yang Maha Kuasa di luar dirinya, selanjutnya Allah SWT berfirman:
Berdasarkan Ayat tersebut terlihat bahwa seluruh tugas manusia dalam hidup
ini berakumulasi pada tanggung jawab mengabdi (beribadah) kepada-Nya.

2) Manusia Sebagai Khalifah Allah fi al-Ardh


Bila ditijau, kata khalifah berasal dari fi’il madhi khalafa, yang berarti
“mengganti dan melanjutkan”. Bila pengertian tersebut ditarik pada
pengertian khalifah, maka dalam konteks ini artinyalebih cenderung kepada
pengertian mengganti yaitu proses penggantian antara satu individu dengan
individu yang lain.
Menurut Quraish Shihab, istilah khalifah dalam bentuk mufrad (tunggal)
berarti pengusaan politik dan religius. Istilah inji digunakan nabi-nabi dan
tidak digunakan untuk manusia pada umumnya. Sedangkan manusia bisa
digunakan khala’if yang didalamnya mengandung makna yang lebih luas,
yaitu bukan hanya sebagai penguasa dalam berbagai bidang kehidupan.
Dalam hubungan pembicaraan dengan kedudukan manusia di alam ini,
nampaknya istilah khala cocok digunakan dibanding kata khalifah. Namun
demikian yang terjadi dalam penggunaan sehari-hari adalah bahwa manusia
sebagai khalifah di muka bumi. Dan sebagai seorang khalifah manusia
berfungsi mengantikan orang lain dan menempati tempat serta kedudukan-
Nya. Ia menggantikan kedudkan orang lain dalam aspek kepemimpinan atau
kekuasaan. Dan Quraisy Shihab pun menyimpulkan bahwa kata khalifah itu
mencakup dua pengertian:
a) Orang yang di beri kekuasaan untuk mengelola wilayah, baik luas
maupun terbatas.
b) Khalifah memilki potensi untuk mengemban tugasnya, namun juga
dapat berbuat kesalahan dan kekeliruan.

9
C. Tugas dan Tanggung Jawab Manusia Dimuka Bumi
1. Kewajiban Terhadap Diri Sendiri
Kewajiban manusia terhadap diri pribadi: ialah memenuhi tuntutan
kebutuhan jasmani dan rohaninya. Jasmani manusia membutuhkan
makan,minun, pakaian, tempat tinggal, istirahat dan kelelahan berkerja dan
sebagainya.Begitu juga rohani manusia harus dipenuhi segala kebutuhannya,
seperti kebutuhan ingin tahu, ingin disayangi, ingin sukses, ingin dihargai,
ingin bebas dan ingin mengabdi kepada yang Maha Kuasa.Melaksanakan
kewajiban terhadap diri sendiri bernilai ibadah Allah.

2. Kewajiban Terhadap Masyarakat


Kewajiban mnusia terhadap masyarakat adalah mewujudkan hidup
tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan.Manusia sebagai makhluk
sosial, tidak mungkin hidup seorang diri tanpa ada orang lain! Sebagai anggota
masyarakat, manusia dengan sesamanya saling ketergantungan. Oleh
karenanya, dalam hubungan hidup bermasyarakat timbul hubungan hak dan
kewajiban. Setiap individu wajib memenuhi yang menjadi hak orang lain.
Dengan saling memenuhi yang menjadi kewajibannya terhadap orang lain, hak
masing-masing terpenuhi. Dalam hidup bermasyarakat jangan sampai
dilakukan hal-hal yang merugikan orang lain. Sebaik-baiknya orang adalah
yang paling banyak memberi jasa kepada orang lain (masyarakat).

3. Kewajiban Terhadap Alam


Sebagaimana diinformasikan dalam al-Qur'an, Allah menundukkan isi
langit dan bumi kepada manusia, guna melayani hidup manusia dalam
melaksanakan fugsinya sebagai khalifah Allah di bumi (QS. 4:13). Laut,
sungai, matahari, bulan, bintang, siang dan malam, udara, air dijadikan oleh
Allah sebagai sarana kemakmuran hidup manusia (QS. 14:32-34). Binatang
ternak diciptakan Allah guna memenuhi kebutuhan hidup manusia juga (QS.
16:5). Laut ditundukkan kepada manusia sebagai sarana transportasi antar
pulau dan benua; dan untuk digali kekayaannya yang berupa ikan dan mutiara
(QS. 35:2 dan QS. 16:4).
Dari ayat-ayat al-Qur'an yang menyebutkan hubungan antara alam dan
manusia diperoleh ajaran bahwa fungsi manusia terhadap alam lingkungannya

10
ialah memanfaatkan alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan dalam
waktu yang sama manusia juga memelihara kelestarian dan
memakmurkannya, agar dapat memenuhi ke butuhan hidup manusia sepanjang
zaman.

4. Kewajiban Terhadap Allah


Manusia sebagai makhluk pengemban amanat Allah berkewajiban
terhadap Allah. Kewajiban manusia terhadap Allah bertumpu kepada ajaran
yang menegaskan bahwa jin dan manusia diciptakan Allah agar mereka
beribadah kepada-Nya (Q.S. 51:56).Beribadah kepada Allah dalam arti yang
luas, ialah melaksanakan hidup sesuai pedoman dan petunjuk Allah yang telah
disampaikan kepada umat manusia dengan perantaraan Rasul-Rasul-Nya.
Rasul Rasul Allah diutus silih berganti, sejak Nabi Adam A.S hingga Nabi
yang terakhir yaitu Nabi Muhammad SAW.
Pandangan al-Qur'an tentang manusia dapat dijadikan sebagai acuan
dalam pelaksanaan pendidikan, karena di dalam pendidikan peserta didik (d.h.i
manusia) di samping sebagai objek sekaligus la juga berfungsi sebagai subjek
dalam pendidikan.

D. Implikasi Konsep Manusia Terhadap Pendidikan Islam


Para ahli pendidikan muslim umumnya sependapat bahwa teori dan praktek
kependidikan Islam harus didasarkan pada konsepsi dasar tentang manusia.
Pembicaraan diseputar persoalan ini adalah merupakan sesuatu yang sangat vital
dalam pendidikan. Tanpa kejelasan tentang konsep ini pendidikan akan meraba-raba.
Bahkan menurut Ali Ashraf, pendidikan Islam tidak akan dapat dipahami secara jelas
tanpa terlebih dahulu mema hami Islam tentang pengembangan individu seutuhnya.
Pada uraian terdahulu telah dikemukakan tentang filsafat penciptaan manusia dan
fungsi penciptaannya dalam alam semesta. Dari uraian terserbut, paling tidak ada 3
(tiga) implikasi terpenting dalam hubungannya dengan pendidikan Islam, yaitu:
1. Karena manusia adalah makhluk yang merupakan resultan dari dua komponen
(materi dan immateri), maka konsepsi itu menghendaki proses pembinaan
yang mengacu ke arah realisasi dan pengembangan komponen-komponen
tersebut. Hal ini berarti bahwa sistem pendidikan Islam harus dibangun di atas

11
konsep kesatuan (integrasi) antara pendidikan Qalbiyah dan Aqliyah sehingga
mampu menghasilkan manusia muslim yang pintar secara intelektual dan
terpuji secara moral. Jika kedua komponen itu terpisah atau dipisahkan dalam
proses kepen didikan Islam, maka manusia akan kehilangan keseimbangannya
dan tidak akan pernah menjadi pribadi-pribadi yang sempurna (al-insan al
kamil).
2. Al-Qur'an menjelaskan bahwa fungsi penciptaan manusia di alam ini adalah
sebagai khalifah dan abd. Untuk melaksanakan fungsi ini Allah SWT
membekali manusia dengan seperangkat potensi. Dalam konteks ini, maka
pendidikan Islam harus merupakan upaya yang ditujukan ke arah
pengembangan potensi yang dimiliki manusia secara maksimal se hingga
dapat diwujudkan dalam bentuk konkrit, dalam kehidupan.
3. Kewajiban manusia seperti diuraikan di atas, memerlukan motivasi bagi
manusia agar dapat melaksanakan dengan baik dan benar. Selain itu manusia
juga harus mengetahui bagaimana cara melaksanakan kewajiban tersebut.

Ketiga hal di atas harus menjadi acuan dasar dalam menciptakan dan
mengembangkan sistem pendidikan Islam masa kini dan masa depan. Fungsionalisasi
pendidikan Islam dalam mencapai tujuannya sangat ber gantung pada sejauhmana
kemampuan umat Islam menterjemahkan dan merealisasikan konsep filsafat
penciptaan manusia dan fungsi penciptaan nya dalam alam semesta ini. Untuk
menjawab hal itu, maka pendidikan Islam dijadikan sebagai sarana yang kondusif
bagi proses transformasi ilmu pengetahuan dan budaya Islami dan satu generasi
kepada generasi berikutnya. Dalam konteks ini difahami bahwa posisi manusia
sebagai khalifah dan abd menghendaki program pendidikan yang menawarkan
sepenuhnya penguasaan ilmu pengetahuan secara totalitas, agar manusia tegar sebagai
khalifah dan taqwa sebagai subtansi dan aspek 'abd. Sementara itu, keberadaan
manusia sebagai resultan dan dua komponen (materi dan immateri) menghendaki pula
program pendidikan yang sepenuhnya mengacu pada konsep equilibrium, yaitu
integrasi yang utuh antara pendidikan aqliyah dan qalbiyah. Agar pendidikan umat
berhasil dalam prosesnya, maka konsep pen ciptaan manusia dan fungsi
penciptaannya dalam alam semesta harus sepenuhnya diakomodasikan dalam
perumusan teori-teori pendidikan Islam melalui pendekatan kewahyuan, empirik

12
keilmuan dan rasional filosofis. Dalam hal ini harus dipahami pula bahwa pendekatan
keilmuan dan filosofis hanya merupakan media untuk menalar pesan-pesan Tuhan
yang absolut, baik melalui ayat-ayat-Nya yang bersifat tekstual (Qur'aniyah),
mnaupun ayat-ayat-Nya yang bersifat kontekstual (Kauniyah) yang telah dijabarkan
Nya melalui sunnatullah.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Gambaran Tentang Manusia dan Proses Penciptaannya Dalam Al-Qur’an
Manusia merupakan makhluk-Nya paling sempurna dan sebaik-baik ciptaan
yang dilengkapi dengan akal fikiran. Ada empat kata yang digunakan didalam
al-qur’an untuk menunjukkan makna manusia yaitu al-basyar,al-ihsan,al-nas
dan bani adam.
2. Proses penciptaan manusia dan dilihat dari proses penciptaannya, Al-Qur’an
menyatakan peroses penciptaan manusia dalam dua tahapan yang berbeda,
yaitu: pertama, disebut dengan tahapan primordial. Kedua, disebut dengan
tahapan biologis.
3. Kedudukan manusia yaitu:Hamba Allah(‘Abd Allah) dan khalifah
allah(khalifah fi al-ardh).
4. Kewajiban manusia antara lain: Kewajihan Terhadap Diri Sendiri,kewajiban
terhadap masyarakat,kewajiban terhadap alam dan kewajiban terhadap allah.
5. Implikasi konsep manusia terhadap pendidikan islam ada 3(tiga) antara lain:
a) Karena manusia adalah makhluk yang merupakan resultan dari dua
komponen (materi dan immateri).
b) Al-Qur'an menjelaskan bahwa fungsi penciptaan manusia di alam ini
adalah sebagai khalifah dan abd.
c) Kewajiban manusia seperti,memerlukan motivasi bagi manusia agar
dapat melaksanakan dengan baik dan benar.

B. Saran
Makalah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam menambah
pengetahuan dan pemahaman dan dapat dijadikan sebagai sumber referensi tambahan
yang dapat memperluas wawasan terkait materi yang dibahas yaitu “Pandangan
Filsafat Pendidikan Islam Terhadap Manusia”.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ali Isa Othman.1985.Manusia Menurut al-Ghazali.Bandung:Pustaka.

Brian Fay.2002.Filsafat Ilmu Sosial Kontemporer. Jendela Cetakan 1. Yogyakarta.

Ibn Ja'far Muhammad bin Jarir al-Thabary.1988.Jami' al-Bayân 'an Ta'wi: aiy al-Qur
‘an.Beirut: Dar al-Fikr.

Ismai Raji’al faruqi.1984.Islam dan Kebudayaan.Bandung:Mizan

Muhammad Fuad Abdul Al-Baqi.1988. al-Mujam al-Mufahras li al-Alfazh al-Quran


Karim.Qahirah: Dar al-Hadits.

Prof. Dr. H. Jalaludin.2001.Teologi Pendidikan.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.

Ramaliyus.2009.Filsafat Pendidikan Islam Cetakan 1.Jakarta:Kalam Mulia.

Ramaliyus.2015.Filsafat Pendidikan Islam Cetakan 4.Jakarta:Kalam Mulia.

15

Anda mungkin juga menyukai