TERHADAP MANUSIA”
Nama: NPM:
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat
nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-
baiknya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita nabi
Muhammad SAW,yang telah menjadi suritauladan bagi umat manusia,sehingga
sampai detik ini kami masih merasakan indahnya iman dan islam.
Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu Ibu Devi Sela Eka
Selvia,M.Pd.I yang telah memberikan tugas makalah ini dalam rangka melengkapi
tugas dari mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam Program Studi Pendidikan
Biologi dengan materi “Pandangan Filsafat Pendidikan Islam Terhadap Manusia”.
Mungkin makalah ini kurang dari sempurna,penyusun mohon maaf yang sebesar-
besarnya serta kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya, sehingga dapat menambah wawasan serta pengetahuan sesuai
dengan bidang studi yang di tekuni.
Penyusun
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………….. i
Daftar Isi………………………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………. 2
C. Tujuan ………………………………………………………………………… 2
D. Manfaat……………………………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan...................................................................................................... 14
B. Saran................................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna diantara makhluk-
makhluk lainnya karena dibekali akal dan pikiran dalam bertindak sehingga dapat
memunculkan sifat perbedaan karakter antara satu dengan yang lainnya.Manusia
selain individu yang unik tidak ada duanya,manusia juga makhluk yang penuh akan
masalah artinya manusia akan selalu menghadapi masalah yang baru dan seterusnya
silih berganti. Manusia senantiasa keliru dalam memahami dirinya. Kadangkala ia
cenderung untuk bersikap superior, sehingga memandang dirinya sebagai makhluk
yang paling besar dan agung di alam ini. Bahkan superioritas ini diserukannya dengan
penuh keangkuhan, kecongkakan dan kesombongan. Kadangkala pula dia cenderung
untuk bersikap imferior, sehingga memandang dirinya sebagai makhluk yang paling
hina dan rendah didunia ini.Islam telah menjelaskan hakikat dan asal diri manusia,
keistimewaan dan kelebihannya,tugasnya didalam hidup, hubungannya dengan alam,
serta kesiapannya untuk menerima kebaikan dan keburukan.
Hakikat dan asal diri manusia berpangkal pada dua substansi yaitu materi yang
berasal dari bumi dan ruh yang berasal dari tuhan,maka hakikatnya manusia adalah
ruh,sedangkan jasadnya hanyalah alat yang digunakan oleh ruh untuk menjalani
kehidupan material dialam yang bersifat sekunder dan ruh yang bersifat primer karena
ruh saja tanpa jasad material tidak dapat dinamakan manusia.Diantara hal yang
memuliakan dan melebihkan manusia adalah bahwa Allah telah memberikan
kepadanya kemampuan untuk belajar dan berpengatahuan, serta membekalinya
dengan segala peralatan kemampuan. Tugas paling luhur manusia ialah beribadah
kepada Allah. Inti dari seluruh tanggung jawab ini adalah tanggung jawab manusia
terhadap ibadah kepada Allah dan pengtauhidan-Nya yaitu memurnikan ibadah hanya
kepada Allah SWT.
Oleh karena itu,dalam memecahkan segala persoalan yang ada didalam kehidupan
dan terlintas dipikiran manusia terhadap segala sesuatu maka diperlukan mempelajari
dan mendalami filsafat pendidikan islam agar agar dapat menghendaki daya pikir
yang sadar dan teliti maupun teratur untuk melihat dan menganalisa adanya rikan
1
persamaan dan perbedaan yang ditinjau dari segala keseluruhan tidak setengah-
setengah sehingga dapat memberikan prinsip dan jawaban yang tepat tentang suatu
kebenaran.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas dapat kita ambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran dan proses penciptaan manusia didalam Al-Qur’an?
2. Apa kedudukan manusia dalam filsafat pendidikan islam?
3. Apa tugas dan tanggung jawab manusia di muka bumi?
4. Bagaimana konsep implikasi manusia terhadap pendidikan islam?
C. Tujuan
Ditinjau dari rumusan masalah diatas ,maka tujuan dalam makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui bagaimana gambarandan proses penciptaannya manusia di dalam
Al-Qur’an.
2. Mengetahui kedudukan manusia dalam filsafat pendidikan islam.
3. Mengetahui tugas dan tanggung jawaab manusia dimuka bumi.
4. Mengetahui konsep implikasi manusia terhadap pendidikan islam.
D. Manfaat
Berdasarkan tujuan diatas,maka manfaat yang diharapkan dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
Secara teoritis makalah ini diharapkan dapat berguna untuk memberikan ilmu dan
wawasan serta menjadi sumber referensi dan informasi bagi orang yang membacanya
agar mengetahui dan lebih mendalami pemahaman materi dalam mata kuliah filsafat
pendidikan islam dengan materi tentang “Pandangan Filsafat Pendidikan Islam
Terhadap Manusia”.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Ismai Raji’al faruqi.1984.Islam dan Kebudayaan.Bandung:Mizan.Hal.37.
3
Artinya: "katakanlah Sesungguhnya aku (Muhammad) hanyalah
seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima
wahyu..."(QS.Al-Kahfi 18:110).
Dengan pemaknaan yang diperkuat ayat diatas dapat dipahami
bahwa seluruh manusia(bani adam a.s). akan mengalami proses
reproduksi seksual dan senantiasa berupaya untuk memenuhi
semua kebutuhan biologisnya, memerlukan ruang dan waktu, serta
tunduk terhadap hukum alamiahnya, baik yang berupa sunnatullah
(sosial kemasyarakatan), maupun takdir Allah (hukum alam).
Semuanya itu merupakan konsekwensi logis dari proses
pemenuhan kebutuhan tersebut. Untuk itu, Allah Swt. memberikan
kebebasan dan kekuatan kepada manusia sesuai dengan batas
kebebasan dan potensi yang dimilikinya untuk mengelola dan
memanfaatkan alam semesta, sebagai salah satu tugas
kekhalifahannya di muka bumi.
Kata al-basyar juga digunakan al-qur’an untuk menjelaskan
eksistensi Nabi dan Rasul.Eksistensinya, memiliki kesamaan
dengan manusia pada umumnya, akan tetapi juga memiliki titik
perbedaan khusus bila dibanding dengan manusia lainnya.2
b. Kata Al-Ihsan
Kata al-Insan yang berasal dari kata al-uns, dinyatakan dalam
al-Qur’an sebanyak 73 kali dan tersebar dalam 43 surat. 3Secara
etimologi,al-Insan dapat diartikan harmonis, lemah lembut,
tampak, atau pelupa.
Dan ada juga dari akar kata Naus yang mengandung arti
“pergerakan atau dinamisme”. Merujuk pada asal kata al- Insan
dapat kita pahami bahwa manusia pada dasarnya memiliki potensi
yang positif untuk tumbuh serta berkembang secara fisik maupun
mental spiritual. Di samping itu, manusia juga dibekali dengan
2
Ramaliyus.2009.Filsafat Pendidikan Islam Cetakan 1.Jakarta:Kalam Mulia.Hal.49.
3
Muhammad Fuad Abdul Al-Baqi.1988. al-Mujam al-Mufahras li al-Alfazh al-Quran Karim.Qahirah:
Dar al-Hadits.Hal. 153.
4
sejumlah potensi lain, yang berpeluang untuk mendorong ia ke arah
tindakan, sikap, serta prilakun negatif dan merugikan4.
Kata al-Insan digunakan Al-Qur’an untuk menunjukan totalitas
manusia sebagai makhluk jasmani dan rohani. Harmonisasi kedua
aspek tersebut dengan berbagai potensi yang di milikinya
mengantarkan manusia sebagi makhluk Allah yang unik dan
istimewa, sempurna, dan memiliki diferensiasi individual antara
satu dengan yang lainnya,dan sebagai makhluk yang dinamis,
sehingga mampu menyandang predikat khalifah Allah di muka
bumi.
Perpaaduan antara aspek pisik dan pisikis telah membantu
manusia untuk mengekspresikan dimensi al-insan al-bayan, yaitu
sebagai makhluk berbudaya yang mampu berbicara, mengetahui
baik dan buruk, mengemabngkan ilmu pengetahuan dan peradaban,
dan lain sebagainya.
c. Kata Al-Nas
Kata al-Nas dinyatakan dalam al-Quran sebanyak 240 kali dan
tersebar dalam 53 surat.5 Kata al-nas menunjukkan pada eksistensi
manusia sebagai makhluk sosial secara keseluruhan, tanpa melihat
status keimanan atau kekafirannya.6
Menurut teori “strukturalisme” Giddens yang mengatakan
bahwa manusia merupakan individu yang mempunyai karakter
serta prinsip berbeda antara yang lainnya tetapi manusia juga
merupakan agen social yang bisa mempengaruhi atau bahkan di
bentuk oleh masyarakat dan kebudayaan di mana ia berada dalam
konteks sosial.7
Dalam menunjuk makna manusia, kata al-Nas lebih bersifat
umum bila dibandingkan dengan kata al-Insan. Keumuman tersebut
4
Prof. Dr. H. Jalaludin.2001.Teologi Pendidikan.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.Hal 21.
5
Muhammad Fuad Abdul Al-Baqi.1988. al-Mujam al-Mufahras li al-Alfazh al-Quran Karim.Qahirah:
Dar al-Hadits.Hal. 153.
6
Ibid.Hal.892.
7
Brian Fay.2002.Filsafat Ilmu Sosial Kontemporer, Jendela Cetakan 1. Yogyakarta.Hal. 69.
5
dapat dilihat dari penekanan makna yang dikandungnya, Kata al-
Nas menunjukan manusia sebagai makhluk sosial dan kebanyakan
digambarkan sebagai kelompok manusia tertentu yang sering
melakukan mafsadah dan merupakan pengisi neraka, di samping
iblis.
d. Bani Adam
Allah SWT mendefenisikan manusia dengan menggunakan
kata bani Adam. Kata ini dijumpai dalam al-Quran sebanyak 7 kali
dan tersebar dalam 3 surat." Secara etimologi, kata bani Adam
menunjukkan arti pada keturunan nabi Adam A.S.
Menurut al-Thabathaba'i, penggunaan kata bani Adam menunjuk
pada arti manusia secara umum. Dalam hal ini, setidaknya ada tiga
aspek yang dikaji, yaitu: Pertama, anjuran untuk berbudaya sesuai
dengan ketentuan Allah, di antaranya adalah dengan berpakaian
guna menutup auratnya. Kedua, mengingatkan pada keturunan
Adam agar jangan terjerumus pada bujuk rayu syaitan yang
mengajak pada keingkaran. Ketiga, memanfaatkan semua yang ada
di alam semesta dalam rangka ibadah dan mentauhidkan-Nya.
Kesemua itu merupakan anjuran sekaligus peringatan Allah, dalam
rangka memuliakan keturunan Adam di banding makhluk-Nya
yang lain.8
Bila dilihat pandangan para mufassir di atas, terlihat bahwa
pemaknaan kata bani Adam, lebih ditekankan pada aspek amaliah
manusia, sekaligus pemberi arah ke mana dan dalam bentuk apa
aktivitas itu di lakukan. Pada dirinya diberikan kebebasan untuk
melakukan serangkaian kegiatan dalam kehidupannya untuk
memanfaatkan semua fasilitas yang ada di alam ini secara
maksimal. Allah memberikan garis pembatas kepada manusia pada
dua alternatif, yaitu kemuliaan atau kesesatan. Di sini terlihat
demikian kasih dan demokratisnya Allah terhadap makhluknya
(manusia). Hukum kausalitas tersebut memungkinkan Allah untuk
8
Ibn Ja'far Muhammad bin Jarir al-Thabary.1988.Jami' al-Bayân 'an Ta'wi: aiy al-Qur ‘an.Beirut: Dar
al-Fikr. Hal. 125.
6
meminta pertangung jawaban pada manusia atas semua aktivitas
yang dilakukan.
7
Sampai disini prosesnya murni bersifat materi sebagai warisan dari
leluhurnya. Kemudian setiap manusia menerima ruhnya langsung dari Allah
disaat embrio sudah siap dan cocok menerimanya. Maka dari pertemuan ruh
dan badan, terbentuklah makhluk baru manusia.9
9
Ali Isa Othman.1985.Manusia Menurut al-Ghazali.Bandung: Pustaka.Hal.15-16.
8
Artinya: dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku (QS.Az-Zariyat 51:56)
Berdasarkan ayat diatas, tentulah bahwa bagaimanapun moderennya
atau primitifnya suatu suku bangsa manusia, mereka akan mengakui adanya
zat Yang Maha Kuasa di luar dirinya, selanjutnya Allah SWT berfirman:
Berdasarkan Ayat tersebut terlihat bahwa seluruh tugas manusia dalam hidup
ini berakumulasi pada tanggung jawab mengabdi (beribadah) kepada-Nya.
9
C. Tugas dan Tanggung Jawab Manusia Dimuka Bumi
1. Kewajiban Terhadap Diri Sendiri
Kewajiban manusia terhadap diri pribadi: ialah memenuhi tuntutan
kebutuhan jasmani dan rohaninya. Jasmani manusia membutuhkan
makan,minun, pakaian, tempat tinggal, istirahat dan kelelahan berkerja dan
sebagainya.Begitu juga rohani manusia harus dipenuhi segala kebutuhannya,
seperti kebutuhan ingin tahu, ingin disayangi, ingin sukses, ingin dihargai,
ingin bebas dan ingin mengabdi kepada yang Maha Kuasa.Melaksanakan
kewajiban terhadap diri sendiri bernilai ibadah Allah.
10
ialah memanfaatkan alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan dalam
waktu yang sama manusia juga memelihara kelestarian dan
memakmurkannya, agar dapat memenuhi ke butuhan hidup manusia sepanjang
zaman.
11
konsep kesatuan (integrasi) antara pendidikan Qalbiyah dan Aqliyah sehingga
mampu menghasilkan manusia muslim yang pintar secara intelektual dan
terpuji secara moral. Jika kedua komponen itu terpisah atau dipisahkan dalam
proses kepen didikan Islam, maka manusia akan kehilangan keseimbangannya
dan tidak akan pernah menjadi pribadi-pribadi yang sempurna (al-insan al
kamil).
2. Al-Qur'an menjelaskan bahwa fungsi penciptaan manusia di alam ini adalah
sebagai khalifah dan abd. Untuk melaksanakan fungsi ini Allah SWT
membekali manusia dengan seperangkat potensi. Dalam konteks ini, maka
pendidikan Islam harus merupakan upaya yang ditujukan ke arah
pengembangan potensi yang dimiliki manusia secara maksimal se hingga
dapat diwujudkan dalam bentuk konkrit, dalam kehidupan.
3. Kewajiban manusia seperti diuraikan di atas, memerlukan motivasi bagi
manusia agar dapat melaksanakan dengan baik dan benar. Selain itu manusia
juga harus mengetahui bagaimana cara melaksanakan kewajiban tersebut.
Ketiga hal di atas harus menjadi acuan dasar dalam menciptakan dan
mengembangkan sistem pendidikan Islam masa kini dan masa depan. Fungsionalisasi
pendidikan Islam dalam mencapai tujuannya sangat ber gantung pada sejauhmana
kemampuan umat Islam menterjemahkan dan merealisasikan konsep filsafat
penciptaan manusia dan fungsi penciptaan nya dalam alam semesta ini. Untuk
menjawab hal itu, maka pendidikan Islam dijadikan sebagai sarana yang kondusif
bagi proses transformasi ilmu pengetahuan dan budaya Islami dan satu generasi
kepada generasi berikutnya. Dalam konteks ini difahami bahwa posisi manusia
sebagai khalifah dan abd menghendaki program pendidikan yang menawarkan
sepenuhnya penguasaan ilmu pengetahuan secara totalitas, agar manusia tegar sebagai
khalifah dan taqwa sebagai subtansi dan aspek 'abd. Sementara itu, keberadaan
manusia sebagai resultan dan dua komponen (materi dan immateri) menghendaki pula
program pendidikan yang sepenuhnya mengacu pada konsep equilibrium, yaitu
integrasi yang utuh antara pendidikan aqliyah dan qalbiyah. Agar pendidikan umat
berhasil dalam prosesnya, maka konsep pen ciptaan manusia dan fungsi
penciptaannya dalam alam semesta harus sepenuhnya diakomodasikan dalam
perumusan teori-teori pendidikan Islam melalui pendekatan kewahyuan, empirik
12
keilmuan dan rasional filosofis. Dalam hal ini harus dipahami pula bahwa pendekatan
keilmuan dan filosofis hanya merupakan media untuk menalar pesan-pesan Tuhan
yang absolut, baik melalui ayat-ayat-Nya yang bersifat tekstual (Qur'aniyah),
mnaupun ayat-ayat-Nya yang bersifat kontekstual (Kauniyah) yang telah dijabarkan
Nya melalui sunnatullah.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Gambaran Tentang Manusia dan Proses Penciptaannya Dalam Al-Qur’an
Manusia merupakan makhluk-Nya paling sempurna dan sebaik-baik ciptaan
yang dilengkapi dengan akal fikiran. Ada empat kata yang digunakan didalam
al-qur’an untuk menunjukkan makna manusia yaitu al-basyar,al-ihsan,al-nas
dan bani adam.
2. Proses penciptaan manusia dan dilihat dari proses penciptaannya, Al-Qur’an
menyatakan peroses penciptaan manusia dalam dua tahapan yang berbeda,
yaitu: pertama, disebut dengan tahapan primordial. Kedua, disebut dengan
tahapan biologis.
3. Kedudukan manusia yaitu:Hamba Allah(‘Abd Allah) dan khalifah
allah(khalifah fi al-ardh).
4. Kewajiban manusia antara lain: Kewajihan Terhadap Diri Sendiri,kewajiban
terhadap masyarakat,kewajiban terhadap alam dan kewajiban terhadap allah.
5. Implikasi konsep manusia terhadap pendidikan islam ada 3(tiga) antara lain:
a) Karena manusia adalah makhluk yang merupakan resultan dari dua
komponen (materi dan immateri).
b) Al-Qur'an menjelaskan bahwa fungsi penciptaan manusia di alam ini
adalah sebagai khalifah dan abd.
c) Kewajiban manusia seperti,memerlukan motivasi bagi manusia agar
dapat melaksanakan dengan baik dan benar.
B. Saran
Makalah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam menambah
pengetahuan dan pemahaman dan dapat dijadikan sebagai sumber referensi tambahan
yang dapat memperluas wawasan terkait materi yang dibahas yaitu “Pandangan
Filsafat Pendidikan Islam Terhadap Manusia”.
14
DAFTAR PUSTAKA
Ibn Ja'far Muhammad bin Jarir al-Thabary.1988.Jami' al-Bayân 'an Ta'wi: aiy al-Qur
‘an.Beirut: Dar al-Fikr.
15