Anda di halaman 1dari 9

BAB II Kata al-Basyar dinyatakan dalam Al-Qur'an sebanyak 36 kali

PEMBAHASAN dan Makna ini dapat dipahami bahwa manusia merupakan


makhluk yang memiliki segala sifat kemanusiaan yang terbatas,
seperti makan, minum, seks, keamanan, kebahagiaan, dan lain
A. Gambaran Tentang Manusia dan Proses Penciptaannya Dalam Al- sebagainya. Penunjukkan kata al-Basyar ditunjukan Allah Hanya
Qur’an saja kepada mereka diberikan wahyu, sedangkan kepada manusia
1. Gambaran Tentang Manusia umumnya tidak diberikan. Firman Allah SWT.kepada seluruh
Dalam Al-Quran banyak ditemukan gambaran yang manusia tanpa kecuali. Demikian pula halnya dengan para rasul-
membicarakan tentang manusia dan makna filosofis dari rasul-Nya.
penciptaannya. Manusia merupakan makhluk-Nya paling sempurna Artinya: "katakanlah Sesungguhnya aku (Muhammad) hanyalah
dan sebaik-baik ciptaan yang dilengkapi dengan akal fikiran. Dalam seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima
hal ini Ibn 'Arabi misalnya melukiskan hakikat manusia dengan wahyu..."(QS.Al-Kahfi 18:110).
mengatakan bahwa, "tak ada makhluk Allah yang lebih bagus Dengan pemaknaan yang diperkuat ayat diatas dapat
daripada manusia, yang memiliki daya hidup, mengetahui, dipahami bahwa seluruh manusia(bani adam a.s). akan
berkehendak, berbicara, melihat, mendengar, berfikir, dan mengalami proses reproduksi seksual dan senantiasa berupaya
memutuskan. Manusia adalah makhluk kosmis yang sangat penting, untuk memenuhi semua kebutuhan biologisnya, memerlukan
karena dilengkapi dengan semua pembawaan dan syarat-syarat yang ruang dan waktu, serta tunduk terhadap hukum alamiahnya, baik
diperlukan bagi mengemban tugas dan fungsinya sebagai makhluk yang berupa sunnatullah (sosial kemasyarakatan), maupun takdir
Allah di muka bumi."1 Allah (hukum alam). Semuanya itu merupakan konsekwensi
Ada empat kata yang digunakan didalam al-qur’an untuk logis dari proses pemenuhan kebutuhan tersebut. Untuk itu,
menunjukkan makna manusia,namun secara khusus memiliki Allah Swt. memberikan kebebasan dan kekuatan kepada manusia
penekanan pengertian yang berbeda dapat dilihat dari uraian berikut: sesuai dengan batas kebebasan dan potensi yang dimilikinya
a. Kata Al-Basyar untuk mengelola dan memanfaatkan alam semesta, sebagai salah
satu tugas kekhalifahannya di muka bumi.
1
Ismai Raji’al faruqi.1984.Islam dan Kebudayaan.Bandung:Mizan.Hal.37.
1
Kata al-basyar juga digunakan al-qur’an untuk menjelaskan unik dan istimewa, sempurna, dan memiliki diferensiasi
eksistensi Nabi dan Rasul.Eksistensinya, memiliki kesamaan individual antara satu dengan yang lainnya,dan sebagai makhluk
dengan manusia pada umumnya, akan tetapi juga memiliki titik yang dinamis, sehingga mampu menyandang predikat khalifah
perbedaan khusus bila dibanding dengan manusia lainnya.2 Allah di muka bumi.Perpaaduan antara aspek pisik dan pisikis
telah membantu manusia untuk mengekspresikan dimensi al-
b. Kata Al-Ihsan insan al-bayan, yaitu sebagai makhluk berbudaya yang mampu
Kata al-Insan yang berasal dari kata al-uns, dinyatakan berbicara, mengetahui baik dan buruk, mengemabngkan ilmu
dalam al-Qur’an sebanyak 73 kali dan tersebar dalam 43 surat.3 pengetahuan dan peradaban,
Secara etimologi,al-Insan dapat diartikan harmonis, lemah dan lain sebagainya.
lembut, tampak, atau pelupa.Dan ada juga dari akar kata Naus
yang mengandung arti “pergerakan atau dinamisme”. Merujuk c. Kata Al-Nas
pada asal kata al- Insan dapat kita pahami bahwa manusia pada Kata al-Nas dinyatakan dalam al-Quran sebanyak 240 kali
dasarnya memiliki potensi yang positif untuk tumbuh serta dan tersebar dalam 53 surat.5 Kata al-nas menunjukkan pada
berkembang secara fisik maupun mental spiritual. Di samping eksistensi manusia sebagai makhluk sosial secara keseluruhan,
itu, manusia juga dibekali dengan sejumlah potensi lain, yang tanpa melihat status keimanan atau kekafirannya. 6
berpeluang untuk mendorong ia ke arah tindakan, sikap, serta Menurut teori “strukturalisme” Giddens yang mengatakan
4
prilakun negatif dan merugikan . bahwa manusia merupakan individu yang mempunyai karakter
Kata al-Insan digunakan Al-Qur’an untuk menunjukan serta prinsip berbeda antara yang lainnya tetapi manusia juga
totalitas manusia sebagai makhluk jasmani dan rohani. merupakan agen social yang bisa mempengaruhi atau bahkan di
Harmonisasi kedua aspek tersebut dengan berbagai potensi yang
di milikinya mengantarkan manusia sebagi makhluk Allah yang

2
Ramaliyus.2009.Filsafat Pendidikan Islam Cetakan 1.Jakarta:Kalam Mulia.Hal.49.
3 5
Muhammad Fuad Abdul Al-Baqi.1988. al-Mujam al-Mufahras li al-Alfazh al-Quran Muhammad Fuad Abdul Al-Baqi.1988. al-Mujam al-Mufahras li al-Alfazh al-Quran
Karim.Qahirah: Dar al-Hadits.Hal. 153. Karim.Qahirah: Dar al-Hadits.Hal. 153.
4 6
Prof. Dr. H. Jalaludin.2001.Teologi Pendidikan.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.Hal 21. Ibid.Hal.892
2
bentuk oleh masyarakat dan kebudayaan di mana ia berada ibadah dan mentauhidkan-Nya. Kesemua itu merupakan anjuran
dalam konteks sosial. 7 sekaligus peringatan Allah, dalam rangka memuliakan keturunan
Dalam menunjuk makna manusia, kata al-Nas lebih bersifat Adam di banding makhluk-Nya yang lain. 8
umum bila dibandingkan dengan kata al-Insan.Keumuman Bila dilihat pandangan para mufassir di atas, terlihat bahwa
tersebut dapat dilihat dari penekanan makna yang pemaknaan kata bani Adam, lebih ditekankan pada aspek
dikandungnya,Kata al-Nas menunjukan manusia sebagai amaliah manusia, sekaligus pemberi arah ke mana dan dalam
makhluk sosial dan kebanyakan digambarkan sebagai kelompok bentuk apa aktivitas itu di lakukan. Pada dirinya diberikan
manusia tertentu yang sering melakukan mafsadah dan kebebasan untuk melakukan serangkaian kegiatan dalam
merupakan pengisi neraka, di samping iblis. kehidupannya untuk memanfaatkan semua fasilitas yang ada di
alam ini secara maksimal. Allah memberikan garis pembatas
d. Bani Adam kepada manusia pada dua alternatif, yaitu kemuliaan atau
Allah SWT mendefenisikan manusia dengan menggunakan kesesatan. Di sini terlihat demikian kasih dan demokratisnya
kata bani Adam. Kata ini dijumpai dalam al-Quran sebanyak 7 Allah terhadap makhluknya (manusia). Hukum kausalitas
kali dan tersebar dalam 3 surat." Secara etimologi, kata bani tersebut memungkinkan Allah untuk meminta pertangung
Adam menunjukkan arti pada keturunan nabi Adam A.S. jawaban pada manusia atas semua aktivitas yang dilakukan.
Menurut al-Thabathaba'i, penggunaan kata bani Adam
menunjuk pada arti manusia secara umum. Dalam hal ini, 2. Proses Penciptaan Manusia
setidaknya ada tiga aspek yang dikaji, yaitu: Pertama, anjuran Dan dilihat dari proses penciptaannya, Al-Qur’an
untuk berbudaya sesuai dengan ketentuan Allah, di antaranya menyatakan peroses penciptaan manusia dalam dua tahapan yang
adalah dengan berpakaian guna menutup auratnya. Kedua, berbeda, yaitu: pertama, disebut dengan tahapan primordial. Kedua,
mengingatkan pada keturunan Adam agar jangan terjerumus disebut dengan tahapan biologi. Manusia pertama, Adam AS ,
pada bujuk rayu syaitan yang mengajak pada keingkaran. Ketiga, diciptakan dari at-tin (tanah), at-turob (tanah debu), min shal (tanah
memanfaatkan semua yang ada di alam semesta dalam rangka
8
Ibn Ja'far Muhammad bin Jarir al-Thabary.1988.Jami' al-Bayân 'an Ta'wi: aiy al-Qur
7
Brian Fay.2002.Filsafat Ilmu Sosial Kontemporer, Jendela Cetakan 1. Yogyakarta.Hal. 69. ‘an.Beirut: Dar al-Fikr. Hal. 125.
3
liat), min hamain masnun (tanah lumpur hitam yang busuk) yang (melalui tanaman dan hewan), makanan menjadi darah, kemudian
dibentuk Allah dengan seindah-indahnya, kemudian Allah menjadi sperma jantan dan indung telur. Kedua unsur ini bersatu
meniupkan ruh dari-Nya kedalam diri (manusia) tersebut (Q.S, Al- dalam satu wadah yaitu rahim dengan transformasi panjang yang
Anam/6:2, Al-Hijr/15:26,28,29, Al-Mu’minun/23:12, Ar- akhirnya menjadi tubuh harmonis (jibillah) yang cocok untuk
Rum/30:20, Ar-Rahman/55:4). menerima ruh. Sampai disini prosesnya murni bersifat materi
Penciptaan manusia selanjutnya adalah peruses biologi yang sebagai warisan dari leluhurnya. Kemudian setiap manusia
dapat dipahami secara sains-empirik. Di dalam peruses ini, manusia menerima ruhnya langsung dari Allah disaat embrio sudah siap dan
diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan air mani (nuthfah) yang cocok menerimanya. Maka dari pertemuan ruh dan badan,
disimpan di tempat yang kokoh (rahim). kemudian air mani di terbentuklah makhluk baru manusia.9
jadikan darah beku (‘alaqah) yang menggantung dalam rahim.
Darah beku tersebut kemudian dijadikan-Nya segumapal daging B. Kedudukan Manusia Dalam Filsafat Pendidikan Islam
(mudghah) dan kemudian di balut dengan tulang belulang lalu Kesatuan wujud manusia antara pisik dan pisikis serta didukung
kepadanya ditiupkan ruh. (Q.S, Al Mu’minun/23:12-24). Hadist oleh potensi-potensi yang ada membuktikan bahwa manusia sebagai ahsan
yang diriwayatkan Bukhori dan Muslim menyatakan bahwa ruh di at-taqwin dan merupakan manusia pada posisi yang strategis yaitu: Hamba
hembuskan Allah SWT ke dalam janin setelah ia mengalami Allah (‘abd Allah) dan Khalifah Allah (khalifah fi al-ardh).
perkembangan 40 hari nuthfah, 40 hari alaqah daan 40 hari 1) Manusia Sebagai Hamba Allah (‘abd Allah)
mudghah. Al-Ghazali mengungkapkan proses penciptaan manusia Musa Asy’arie mengatakan bahwa esensi hamba adalah
dalam teori pembentukan (taswiyah) sebagai suatu proses yang ketaatan, ketundukan dan kepatuhan yang kesemuanya itu hanya
timbul di dalam materi yang membuatnya cocok untuk menerima layak di berikan kepada Tuhan. Ketundukan dan ketaatan pada
ruh. Materi itu merupakan sari pati tanah liat nabi Adam AS yang kodrat alamiah senantiasa berlaku baginya. Ia terikat oleh hokum-
merupakan cikal bakal bagi keturunannya. Cikal bakal atau sel benih hukum Tuhan yang menjadi kodrat pada setiap ciptaannya, manusia
(nuthfah) ini yang semula adalah tanah liat setelah melewati menjadi bagian dari setiap ciptaannya, dan ia bergantung pada
berbagai proses akhirnya menjadi bentuk lain (khalq akhar) yaitu sesamanya. Sebagai hamba Allah, manusia tidak bisa terlepas dan
manusia dalam bentuk yang sempurna. Tanah liat menjadi makanan 9
Ali Isa Othman.1985.Manusia Menurut al-Ghazali.Bandung: Pustaka.Hal.15-16.
4
kekuasaannya. Sebab, manusia mempunyai fitrah (potensi) untuk Bila ditijau, kata khalifah berasal dari fi’il madhi khalafa,
beragama. Hal ini disebabkan karena manusia adalah makhluk yang yang berarti “mengganti dan melanjutkan”. Bila pengertian
memiliki potensi untuk beragama sesuai dengan fitrahnya. Dan tersebut ditarik pada pengertian khalifah, maka dalam konteks
manusia dulu telah mengakui bahwa diluar dirinya ada zat yang ini artinyalebih cenderung kepada pengertian mengganti yaitu
lebih berkuasa dan mengusa seluruh kehidupannya. Namun mereka proses penggantian antara satu individu dengan individu yang
tidak mengetahui hakikat zat yang berkuasa. Mereka aplikasikan apa lain.
yang mereka yakini dengan berbagai bentuk ucapan ritual seperti Menurut Quraish Shihab, istilah khalifah dalam bentuk
pemujaan terhadap batu besar, gunung, matahari, dan roh nenek mufrad (tunggal) berarti pengusaan politik dan religius. Istilah
moyang mereka. Kesemuanya dalah bukti bahwa manusia memiliki inji digunakan nabi-nabi dan tidak digunakan untuk manusia
potensi untuk beragama, Allah berfirman: Artinya: maka pada umumnya. Sedangkan manusia bisa digunakan khala’if
hadapkanlah wajahmu kepada agama (Allah), tetaplah pada fitrah yang didalamnya mengandung makna yang lebih luas, yaitu
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah (agama) itu bukan hanya sebagai penguasa dalam berbagai bidang
tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, kehidupan. Dalam hubungan pembicaraan dengan kedudukan
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. Ar-Rum:30) manusia di alam ini, nampaknya istilah khala cocok digunakan
Artinya: dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan dibanding kata khalifah. Namun demikian yang terjadi dalam
supaya mereka menyembah-Ku (QS.Az-Zariyat 51:56) penggunaan sehari-hari adalah bahwa manusia sebagai khalifah
Berdasarkan ayat diatas, tentulah bahwa bagaimanapun di muka bumi. Dan sebagai seorang khalifah manusia berfungsi
moderennya atau primitifnya suatu suku bangsa manusia, mereka mengantikan orang lain dan menempati tempat serta kedudukan-
akan mengakui adanya zat Yang Maha Kuasa di luar dirinya, Nya. Ia menggantikan kedudkan orang lain dalam aspek
selanjutnya Allah SWT berfirman: Berdasarkan Ayat tersebut kepemimpinan atau kekuasaan. Dan Quraisy Shihab pun
terlihat bahwa seluruh tugas manusia dalam hidup ini berakumulasi menyimpulkan bahwa kata khalifah itu mencakup dua
pada tanggung jawab mengabdi (beribadah) kepada-Nya. pengertian:
a) Orang yang di beri kekuasaan untuk mengelola wilayah,
2) Manusia Sebagai Khalifah Allah fi al-Ardh baik luas maupun terbatas.
5
memenuhi yang menjadi kewajibannya terhadap orang lain, hak
masing-masing terpenuhi. Dalam hidup bermasyarakat jangan
b) Khalifah memilki potensi untuk mengemban tugasnya,
sampai dilakukan hal-hal yang merugikan orang lain. Sebaik-
namun juga dapat berbuat kesalahan dan kekeliruan.
baiknya orang adalah yang paling banyak memberi jasa kepada
orang lain (masyarakat).
C. Tugas dan Tanggung Jawab Manusia Dimuka Bumi
1. Kewajiban Terhadap Diri Sendiri
3. Kewajiban Terhadap Alam
Kewajiban manusia terhadap diri pribadi: ialah memenuhi tuntutan
Sebagaimana diinformasikan dalam al-Qur'an, Allah
kebutuhan jasmani dan rohaninya. Jasmani manusia membutuhkan
menundukkan isi langit dan bumi kepada manusia, guna melayani
makan,minun, pakaian, tempat tinggal, istirahat dan kelelahan
hidup manusia dalam melaksanakan fugsinya sebagai khalifah Allah
berkerja dan sebagainya.Begitu juga rohani manusia harus dipenuhi
di bumi (QS. 4:13). Laut, sungai, matahari, bulan, bintang, siang dan
segala kebutuhannya, seperti kebutuhan ingin tahu, ingin disayangi,
malam, udara, air dijadikan oleh Allah sebagai sarana kemakmuran
ingin sukses, ingin dihargai, ingin bebas dan ingin mengabdi kepada
hidup manusia (QS. 14:32-34). Binatang ternak diciptakan Allah
yang Maha Kuasa.Melaksanakan kewajiban terhadap diri sendiri
guna memenuhi kebutuhan hidup manusia juga (QS. 16:5). Laut
bernilai ibadah Allah.
ditun dukkan kepada manusia sebagai sarana transportasi antar pulau
dan benua; dan untuk digali kekayaannya yang berupa ikan dan
2. Kewajiban Terhadap Masyarakat
mutiara (QS. 35:2 dan QS. 16:4).
Kewajiban mnusia terhadap masyarakat adalah mewujudkan
Dari ayat-ayat al-Qur'an yang menyebutkan hubungan antara
hidup tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan.Manusia
alam dan manusia diperoleh ajaran bahwa fungsi manusia terhadap
sebagai makhluk sosial, tidak mungkin hidup seorang diri tanpa ada
alam lingkungannya ialah memanfaatkan alam untuk memenuhi
orang lain! Sebagai anggota masyarakat, manusia dengan sesamanya
kebutuhan hidupnya, dan dalam waktu yang sama manusia juga
saling ketergantungan. Oleh karenanya, dalam hubungan hidup
memelihara kelestarian dan memakmurkannya, agar dapat
bermasyarakat timbul hubungan hak dan kewajiban. Setiap individu
memenuhi ke butuhan hidup manusia sepanjang zaman.
wajib memenuhi yang menjadi hak orang lain. Dengan saling

6
Pada uraian terdahulu telah dikemukakan tentang filsafat penciptaan
4. Kewajiban Terhadap Allah manusia dan fungsi penciptaannya dalam alam semesta. Dari uraian
Manusia sebagai makhluk pengemban amanat Allah terserbut, paling tidak ada 3 (tiga) implikasi terpenting dalam hubungannya
berkewajiban terhadap Allah. Kewajiban manusia terhadap Allah dengan pendidikan Islam, yaitu:
bertumpu kepada ajaran yang menegaskan bahwa jin dan manusia 1. Karena manusia adalah makhluk yang merupakan resultan dari dua
diciptakan Allah agar mereka beribadah kepada-Nya (Q.S. komponen (materi dan immateri), maka konsepsi itu menghendaki
51:56).Beribadah kepada Allah dalam arti yang luas, ialah proses pembinaan yang mengacu ke arah realisasi dan
melaksanakan hidup sesuai pedoman dan petunjuk Allah yang telah pengembangan komponen-komponen tersebut. Hal ini berarti bahwa
disampaikan kepada umat manusia dengan perantaraan Rasul-Rasul- sistem pendidikan Islam harus dibangun di atas konsep kesatuan
Nya. Rasul Rasul Allah diutus silih berganti, sejak Nabi Adam A.S (integrasi) antara pendidikan Qalbiyah dan Aqliyah sehingga mampu
hingga Nabi yang terakhir yaitu Nabi Muhammad SAW.Pandangan menghasilkan manusia muslim yang pintar secara intelektual dan
al-Qur'an tentang manusia dapat dijadikan sebagai acuan dalam terpuji secara moral. Jika kedua komponen itu terpisah atau
pelaksanaan pendidikan, karena di dalam pendidikan peserta didik dipisahkan dalam proses kepen didikan Islam, maka manusia akan
(d.h.i manusia) di samping sebagai objek sekaligus la juga berfungsi kehilangan keseimbangannya dan tidak akan pernah menjadi
sebagai subjek dalam pendidikan. pribadi-pribadi yang sempurna (al-insan al kamil).
2. Al-Qur'an menjelaskan bahwa fungsi penciptaan manusia di alam ini
D. Implikasi Konsep Manusia Terhadap Pendidikan Islam adalah sebagai khalifah dan abd. Untuk melaksanakan fungsi ini
Para ahli pendidikan muslim umumnya sependapat bahwa teori dan Allah SWT membekali manusia dengan seperangkat potensi. Dalam
praktek kependidikan Islam harus didasarkan pada konsepsi dasar tentang konteks ini, maka pendidikan Islam harus merupakan upaya yang
manusia. Pembicaraan diseputar persoalan ini adalah merupakan sesuatu ditujukan ke arah pengembangan potensi yang dimiliki manusia
yang sangat vital dalam pendidikan. Tanpa kejelasan tentang konsep ini secara maksimal se hingga dapat diwujudkan dalam bentuk konkrit,
pendidikan akan meraba-raba. Bahkan menurut Ali Ashraf, pendidikan dalam kehidupan.
Islam tidak akan dapat dipahami secara jelas tanpa terlebih dahulu mema 3. Kewajiban manusia seperti diuraikan di atas, memerlukan motivasi
hami Islam tentang pengembangan individu seutuhnya. bagi manusia agar dapat melaksanakan dengan baik dan benar.
7
Selain itu manusia juga harus mengetahui bagaimana cara bahwa pendekatan keilmuan dan filosofis hanya merupakan media
melaksanakan kewajiban tersebut. untuk menalar pesan-pesan Tuhan yang absolut, baik melalui ayat-
Ketiga hal di atas harus menjadi acuan dasar dalam ayat-Nya yang bersifat tekstual (Qur'aniyah), mnaupun ayat-ayat-
menciptakan dan mengembangkan sistem pendidikan Islam masa Nya yang bersifat kontekstual (Kauniyah) yang telah dijabarkan Nya
kini dan masa depan. Fungsionalisasi pendidikan Islam dalam melalui sunnatullah.
mencapai tujuannya sangat bergantung pada sejauhmana
kemampuan umat Islam menterjemahkan dan merealisasikan konsep
filsafat penciptaan manusia dan fungsi penciptaan nya dalam alam
semesta ini. Untuk menjawab hal itu, maka pendidikan Islam
dijadikan sebagai sarana yang kondusif bagi proses transformasi
ilmu pengetahuan dan budaya Islami dan satu generasi kepada
generasi berikutnya. Dalam konteks ini difahami bahwa posisi
manusia sebagai khalifah dan abd menghendaki program pendidikan
yang menawarkan sepenuhnya penguasaan ilmu pengetahuan secara
totalitas, agar manusia tegar sebagai khalifah dan taqwa sebagai
subtansi dan aspek 'abd. Sementara itu, keberadaan manusia sebagai
resultan dan dua komponen (materi dan immateri) menghendaki pula
program pendidikan yang sepenuhnya mengacu pada konsep
equilibrium, yaitu integrasi yang utuh antara pendidikan aqliyah dan
qalbiyah. Agar pendidikan umat berhasil dalam prosesnya, maka
konsep pen ciptaan manusia dan fungsi penciptaannya dalam alam
semesta harus sepenuhnya diakomodasikan dalam perumusan teori-
teori pendidikan Islam melalui pendekatan kewahyuan, empirik
keilmuan dan rasional filosofis. Dalam hal ini harus dipahami pula
8
12

Anda mungkin juga menyukai