Anda di halaman 1dari 6

HAKIKAT MANUSIA

MENURUT AL QURAN
LINDA FITRI
NIM;22070042
Prodi : M2
Berbicara tentang manusia adalah merupakan pembahasan yang sangat
kompleks dimana kita menemuhi banyak definisi yang berbeda-beda dari
banyak pendapat. Para ahli dari berbagai disiplin ilmu telah
mengemukakan jawaban yang bervariasi tentang manusia. Ahli ilmu
mantiq (logika) menyatakan bahwa manusia adalah hewan yang berfikir
(hayawan al-nathiq), sedangkan ahli antropolog atau budayawan
menyatakan bahwa manusia adalah makhluk budaya (homo sapiens),
dankaum agamawan menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang
senantiasa bergantung pada kekuatan “supranatural” yang ada diluar
kekuatan dirinya. Namun,didalam Al-Qur’an,terdapat banyak kata yang
mengindikasikan tentang manusia dengan kata yang berbeda-beda.
Antara lain Al basyar,
Kata Al basyar, Menurut M. Quraish Shihab,diambil dari akar kata yang
bermakna penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar kata yang
sama,lahir kata basyarah  yang berarti  kulit. Manusia dalam konsep al-
Basyar,dipandang dari pendekatan biologis,berarti manusia terdiri atas
unsur materi,sehingga menampilkan sosok dalam bentuk material (Hasan
Langgulung,1987: 289),berupa tubuh kasar (ragawi). Dalam kaitan
ini,manusia merupakan makluk jasmaniah yang secara umum terkait kepada
kaidah-kaidah umum dari kehidupan makhluk biologi. Berdasarkan konsep
Al-Basyar, manusia tidak jauh berbeda dengan makhluk biologis lainnya. Al-
Basyar adalah gambaran manusia secara materi,yang dapat
dilihat,memakan sesuatu, berjalan,dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan
kehidupannya.
Dengan demikian kehidupan manusia terikat kepada kaidah prinsip kehidupan
biologis seperti berkembang biak,mengalami fase pertumbuhan dan
perkembangan dalam mencapai tingkat pematangan dan kedewasaan. Manusia
memerlukan makanan dan minuman untuk hidup, dan juga memerlukan pasangan
hidup untuk melanjutkan proses keturunannya.
Dalam konsep al-Basyar ini tergambar tentang bagaimana seharusnya peran
manusia sebagai makhluk biologis. Bagaimana ia harus berperan dalam upaya
memenuhi kebutuhan primernya secara benar menurut tuntunan yang telah
diatur oleh Penciptanya. Sebagai makhluk biologis,manusia di bedakan dari
makhluk biologis lainnya seperti hewan,yang pemenuhan kebutuhan primernya
dikuasai oleh dorongan instingtif. Sebaliknya manusia dalam kasus yang
sama,didasarkan tata aturan yang berlaku dari Allah SWT.

Kata An-Naas,dalam Al-Qur’an mengidikasikan tentang fungsi manusia sebagai makhluk


sosial. Bagaiman ia hidup bermasyarakat dalam lingkungannya,mulai dari tingkat keluarga,
masyarakat,hingga pada kawasan yang lebih besar dan kompleks lagi seperti bangsa.
Konsep An-Naas mengacu pada peran manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Manusia di
arahkan agar menjadi warga sosial yang dapat memberi manfaat bagi kehidupandidalam
masyarakat.
Ketiga adalah kata Al-Insan yang menurut Qurais Shihab terbentuk dari akar kata
nasya yang berarti lupa. Penggunaan kata Al-Insan sebagai kata bentukan yang termuat
dalam al-Quran, mengacu pada potensi yang di anugrahkan Allah kepada manusia. Potensi
tersebut antara lain berupa potensi untuk bertumbuh dan berkembang secara fisitak
(Qs. 23:12-14) dan juga potensi untuk bertumbuh dan berkembang secara mental
spiritual.
Begitulah sejatinya manusia dalam Al-Qur’an. Ada banyak kata lain yang
juga sinonim dari kata Al-Basyar, An-Naas, dan Al-Insan. Saya hanya
mengambil secara garis besarnya saja. Kata itu antara lain; Bani Adam,
Kholifah fil Ardh, Abdi Allah, dan Al-Ins. WALLAHU A’LAM.

Anda mungkin juga menyukai