Anda di halaman 1dari 14

KEDUDUKAN DAN TUJUAN

PENCIPTAAN MANUSIA
M O H . B A S T H O M I A LWA N , M . P D .
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Hakekat Manusia Menurut Teori Barat
Membicarakan tentang manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat bergantung metodologi
yang digunakan dan terhadap filosofis yang mendasari.
■ Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens (makhluk berkeinginan).
Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang memiliki prilaku interaksi antara komponen biologis
(id), psikologis (ego), dan social (superego). Di dalam diri manusia tedapat unsur animal (hewani),
rasional (akali), dan moral (nilai).
■ Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia sebagai homo mehanibcus (manusia mesin).
Behavior lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (aliran yang menganalisa jiwa manusia
berdasarkan laporan subjektif dan psikoanalisis (aliran yang berbicara tentang alam bawa sadar yang
tidak nampak). Behavior yang menganalisis prilaku yang Nampak saja. Menurut aliran ini segala
tingkah laku manusia terbentuk sebagai hasil proses pembelajaran terhadap lingkungannya, tidak
disebabkan aspek.
■ Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homo sapiens (manusia berpikir). Menurut
aliran ini manusia tidak di pandang lagi sebagai makhluk yang bereaksi secara pasif pada
lingkungannya, makhluk yang selalu berfikir. Penganut teori kognitif mengecam pendapat yang
cenderung menganggap pikiran itu tidak nyata karena tampak tidak mempengaruhi peristiwa. Padahal
berpikir , memutuskan, menyatakan, memahami, dan sebagainya adalah fakta kehidupan manusia.
HAKEKAT MANUSIA DALAM AGAMA ISLAM

Al-Qur’an memandang manusia sebagaimana fitrahnya yang suci dan mulia, bukan
sebagai manusia yang kotor dan penuh dosa. Al-Qur’an memuliakan manusia sebagai
makhluk surgawi yang sedang dalam perjalanan menuju suatu kehidupan spiritual yang
suci dan abadi di Akhirat nantinya.
Al-Qur’an mempunyai beberapa istilah untuk menunjukkan pengertian manusia,
sebagai berikut :
1. Al-Basyar
2. Al-Insan
3. Al-Nas (Bani Adam)
1. AL-BASYAR :

kata “basyar” dipakai untuk menyebut semua makhluk baik laki-


laki ataupun perempuan, baik satu ataupun banyak. Kata ini
memberikan refrensi kepada manusia sebagai makhluk “Biologis”
yang mempunyai bentuk tubuh yang mengalami pertumbuhan dan
perkembangan jasmani. Kata basyar adalah jamak dari kata
basyarah yang berarti kulit. “Manusia dinamai basyar karena kulitnya
tampak jelas, dan berbeda dengan kulit binatang lain.”
LANJUTAN
Al-Qur’an menggunakan kata ini sebanyak 35 kali dalam bentuk tunggal dan
sekali dalam bentuk mutsanna (dua) untuk menunjukkan manusia dari sudut
lahiriyah-nya serta persamaannya dengan manusia seluruhnya. Karena Nabi
Muhammad SAW diperintahkan untuk menyampaikan bahwa “ aku adalah
Basyar ( manusia ) seperti kamu yang diberi wahyu [Q.S. Al-Kahf 18:110 ].
Penggunaan kata basyar disini dikaitkan dengan kedewasaan dalam
kehidupan manusia, yang menjadikannya mampu memikul tanggung jawab.
Dan karena itu pula, tugas manusia sebagai khalifah dibebankan kepada
basyar [Q.S. Al-Hijr 15:28] yang menggunakan kata basyar dan [QS Al-
Baqarah 2;30] yang menggunakan khalifah, yang keduanya mengandung
pemberitahuan Allah kepada malaikat tentang manusia [Shihab, 1996;280].
2. AL-INSAN :
Kata al-insan dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak 65 kali dipakai untuk
manusia yang tunggal, sedangkan untuk jamaknya diapakai an-naas, unasi, insiya,
dan anasi. Hampir semua ayat yang menyebut manusia dengan menggunakan kata
al-insan, konteksnya selalu mengartikan manusia sebagai makhluk istimewa, secara
moral maupun spiritual yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya.
Manusia sebagai Al-Insan

kata al-insan dipakai untuk menyebut manusia dalam


KEUNGGULAN konteks kedudukan manusia sebagai makhluk yang
mempunyai kelebihan-kelebihan. kata al-insan dipakai
MANUSIA TERLETAK
untuk menyebut manusia dalam konteks kedudukan
PADA WUJUD
manusia sebagai makhluk yang mempunyai kelebihan-
KEJADIANNYA
kelebihan.
SEBAGAI MAKHLUK
1. Manusia sebagai makhluk berfikir,
YANG DICIPTAKAN
2. makhluk pembawa amanat,
DENGAN KUALITAS
3. Manusia sebagai makhluk yang bertanggung Jawab
AHSANI TAQWIM,
pada semua yang diperbuat.
SEBAIK-BAIKNYA
PENCIPTAAN.
3. Al-Nas :
Kata ini mengacu kepada manusia sebagai makhluk sosial. Dalam Al-Qur’an
Al-Nas ini paling banyak disebutkan yaitu sebanyak 240 kali. Bisa dilihat dalam
seluruh ayat yang menggunakan kata “ Ya ayyuha an-nas.”
Penjelasan konsep ini dapat ditunjukkan dalam dua hal, sebagai berikut :
■ Pertama, banyak ayat yang menunjukkan kelompok-kelompok sosial dengan
karakteristiknya masing-masing yang satu dengan yang lainnya belum tentu
sama. Ayat ini menggunakan kata “Wa minan-nas (dan diantara manusia).”
■ Kedua, pengelompokkan manusia berdasarkan mayoritas, yang umumnya
menggunakan ungkapan “aktsara an-nas” (Sebagian besar manusia). (Hasan,
2004; 131-132).
TUJUAN DAN KEDUDUKAN PENCIPTAAN
MANUSIA
Keberadaan manusia di muka bumi ini bukanlah untuk main-main,
senda gurau, hidup tanpa arah atau tidak tahu dari mana datangnya dan
mau kemana tujuannya. Manusia yang merupakan bagian dari alam
semesta ini pun diciptakan untuk suatu tujuan. Allah SWT menegaskan
bahwa penciptaan manusia dalam firman-Nya Surat Adz-Dzariyat :56
yang berarti “ Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” [Q.S. adz-Dzariyat : 56].
Khalifah Allah SWT
Sebagai makhluk Allah SWT, Manusia mendapat amanat dari Allah SWT,
yang harus dipertanggung jawabkan di hadapannya. Tugas hidup yang dipikul
manusia di muka bumi adalah manusia sebagai Khalifah, yaitu tugas
kepemimpinan, wakil Allah SWT dimuka Bumi untuk mengelola dan
memelihara alam.
Khalifah yang berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan.
Manusia menjadi khalifah berarti manusia memperoleh amanat Tuhan untuk
mewujudkan kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepada
manusia bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya mengolah serta
mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Allah SWT.
Hamba Allah SWT
Disamping peran manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi
memiliki kebebasan, manusia juga sebagai Hamba Allah (‘abdun).
Seorang hamba Allah harus taat dan patuh kepada perintah Allah
SWT.
Makna dari kata abdun (hamba) adalah ketaatan, ketundukan
dan kepatuhan yang kesemuanya hanya layak diberikan kepada
Allah SWT yang dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan dan
ketundukan pada kebenaran dan keadilan.
Alam Semesta
Istilah alam yang kita pakai adalah “alam semesta, jagat raya, universe (inggris), dalam bahasa
arab disebut ‘alam. Istilah alam dalam al-qur’an datang dalam bentuk jamak [ ‘alamiina], disebut
sebanyak 73 kali yang termasuk dalam 30 surat. Pemahaman kata ‘alamin, bentuk jamak al-quran
tersebut mengandung berbagai interpretasi pemikiran bagi manusia.
Mengenai proses penciptaan alam semesta, Al-Qur’an telah menyebutkan secara gamblang
mengenai hal tersebut, dan dapat dipahami bahwa proses penciptaan alam semesta menurut Al-Qur’an
adalah secara bertahap. Hal ini dapat diketahui melalui firman Allah Swt dalam Surat Al-Anbiya ayat 30:
Terjemahnya:
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit
dan bumi itu keduanya dahulu adalah sesuatu yang padu kemudian Kami
pisahkan antara keduanya. Dan daripada air Kami jadikan segala sesuatu
yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga yang beriman?
WASSALAMU’ALAIKUM WR. WB.
TERIMA KASIH....

Anda mungkin juga menyukai