Anda di halaman 1dari 28

KONSEPSI AL-QURAN

TENTANG MANUSIA
(Sifat Dan
Penciptaannya )

Manusia, (dalam Al-Quran) puncak penciptaan


Allah dengan tingkat kesempurnaan dan
keunikannya yang prima dibanding makhluk
lainnya.
Keunikannya fungsi mandataris Tuhan di bumi.
Menurut kodratnya :
hanief (makhluk yang cinta kepada kesucian
dan selalu cenderung kepada kebenaran,
dhamier (hati nurani) arah kebaikan dan selalu
menuju kepada kebenaran.
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia
dalam bentuk yang sebaik-baiknya (QS. 95:4).

manusia obyek yg paling penting


di dalam Al-Quran karena
sifatnya, perbuatannya,
psikologisnya, kewajibannya dan
tujuan hidupnya
Jika bukan karena mansia alQuran tidak diturunkan

Terhadap alam sekitarnya, binatang dan


tumbuh-tumbuhan, dari alam
makrokosmos sampai alam
mikrokosmos. Dari jasad renikn (bakteri,
virus dan sejenisnya) sampai alam yang
terbentang luas seperti binatang,
sungai, hutan, gunung dan sejenisnya,
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala
yang ada di bumi untuk kamu dan dia
berkehendak (menciptakan) langit, lalu
dijadikan-Nya tujuh langit. dan dia Maha
mengetahui segala sesuatu.

Pandangan Al-Quran
tentang Manusia
Melihat isi Al-Quran diperuntukkan
bagi kepentingan manusia Al-Quran
Kitab suci tentang manusia dan
kemanusiaa.
Dalam QS. 2:183 Allah Swt. menegaskan
bahwa diturunkannya Al-Quran sebagai
petunjuk (hudan) bagi manusia, sebagai
penjelasan atas petunjuk itu (bayyinat
min al-huda) dan juga sebagai pembeda
(furqan) yang benar dan yang salah.

Istilah manusia dalam alQuran


Untuk mengetahui bagaimana karakteristik
manusia dalam Al-Quran, maka istilah yang
dipakai untuk menyebutkan manusia adalah:
1. Memakai ungkapan Al- Basyar
2. Menggunakan istilah Al-Insan.
3. Menunjuk pada perkataan Bani Adam dan
Zurriyat
Adam.
4. Ada yang menambahkan dengan An-nas.
Juga ditemukan kata yang sejenis, seperti annas, al-insa, ins, nas atau unas.

1. Manusia sebagai alBasyar


Kata Basyar menurut Al-Raghib Al-Ashfahaniy

jamak dari basyarat kulit.


Manusia disebut basyar kulit manusia
tampak berbeda dengan kulit hewan lainnya.
Kata ini di dalam Al-Quran secara khusus
merujuk kepada tubuh dan lahiriah manusia.
Basyar merujuk pada (penampilan manusia)
penampakan sesuatu yang baik dan indah
manusia memiliki kulit yang lebih baik
dan sangat berbeda dengan makhluk
lainnya.
Disebut juga al-Basyar manusia
mempunyai perasaan dan emosi.

1. Manusia sebagai alBasyar


Disebut 37 kali bermakna manusia (dalam
bentuk tunggal) sekali dalam bentuk
mutsanna (dua) untuk menunjuk manusia
dari sudut lahiriyahnya (fisik) serta
persamaannya dengan manusia
seluruhnya. Seperti ungkapan Rasulullah
Saw. dalam QS. Al-Kahfi [18] : 110,
Aku adalah basyar (manusia) seperti kamu
yang diberi wahyu al-basyar.

Makna basyar mempunyai


kemampuan menanggapi dan
menyatakan emosinya dalam
komunikasi dengan sesamanya.
Juga manusia mempunyai kedudukan
sebagai pengurus bumi dan hanya
memperoleh kegembiraan
(kebahagiaan) jika ia melaksanakan
tugasnya itu.

Dalam seluruh ungkapan, Al-Quran


manusia sebagai makhluk biologis, yang
juga menunjukkan proses penciptaan
manusia melalui tahap dari awal
menuju ke bentuk sempurna (dewasa).
Dan diantara tanda-tanda kekuasan-Nya
(Allah) menciptakan kamu dari tanah,
kemudian ketika kamu menjadi basyar
kamu
bertebaran (QS. Al-Rum [30] : 20

Bertebaran berarti berkembang biak akibat


hubungan seks atau bertebaran mencari
rezki.
Kedua hal tersebut hanya dapat dilakukan
oleh manusia kecuali oleh orang yang
memiliki kedewasaan dan tanggung jawab.
Ketika Maryam mendapati dirinya hamil dia
berkata Tuhanku bagaimana bagaimana
mungkin aku mempunyai anak, padahal aku
tidak disentuh basyar (QS. 3:47). Nabi Saw.
disuru Allah menegaskan bahwa secara
biologis, ia seperti manusia lainnya, dan
Katakanlah, aku ini basyar (manusia biasa)
seperti kamu, hanya saja aku diberi wahyu
bahwa Tuhanmu ialah Tuhan yang satu (QS.
18:110; 41:6).

Dengan juga demikian al-basyar dikaitakan


dengan kedewasaan dalam kehidupan
manusia, yang menjadikannya mampu
memikul tanggung jawab.
Dan karena itu pula, tugas kekhalifaan
dibebankan kepada al-basyar lihat QS. AlHijr [15] ayat 28 dan QS. Al-Baqarah [2]
ayat 30 yang menggunakan kata khalifah.
Selain al-basyar, al-insan juga mempunyai
kaitan fungsi manusia sebagai khalifah.

2. manusia sebagai alInsan


Dari kata uns jinak, harmonis dan tampak.

Pendapat ini jika tinjau dari sudut pandangan AlQuran lebih tepat dari yang berpendapat bahwa
An-Nas sinonim dengan kata nasiyah (lupa) atau
naasa-yanuusu (berguncang). Istilah lain adalah
yang sama dengan insan adalah unas, anasiy, insiy
dan ins.
Unas digunakan untuk menunjukkan 12 golongan
dalam Bani Israil seperti dalam surat 17:21
disebutkan
pada hari kami memanggil setiap unas dengan
iman mereka. Anasiy hanya disebut satu kali (QS.
25:49)

Konteks insan 3 kategori.


Pertama, insan keistimewaannya sebagai
khalifah atau pemikul amanah.
Kedua, Insan predisposisi negatif diri manusia.
Dan
ketiga insan proses penciptaan manusia.
Kategori 1 dan 2 sisi spiritual dan psikologis
sedang ketiga dalam konteks jasmaniah/fisik.
Pada kategori 1 memiliki keistimewaan dimana
wujudnya berbeda dengan hewan atau bahkan
jin. sama al-ins lembut, lawannya al-jin
(buas).
Selain itu, al-Quran juga menyebut, bahwa alinsan adalah makhluk yang diberi ilmu
(kecerdasan dan kecakapan), Yang mengajar
dengan pena, mengajar insan apa yang tidak
diketahuinya (QS. 96:4,5),
Ia mengajarkan [insan] al-bayan (S.55:3).

Manusai diberi kemampuan


mengembangkan ilmu dan daya
nalarnya. insan juga dihubungkan
kata nazhar (merenungkan,
memikirkan, menganalisis, mengamati)
perbuatannya. (QS. 79:35),
Proses terbentuknya makanan dari
siraman air hujan hingga terbentuknya
buah-buahan (QS. 80:24-36 ), dan
penciptaannya (QS. 86:5).

Dalam hubungan inilah, setelah Allah


menjelaskan sifat insan yang tidak labil,
Allah berfirman, Akan Kami perlihatkan
kepada mereka [insan] tanda-tanda
Kami di alam semesta ini dan pada diri
mereka sendiri sehingga jelas baginya
bahwa ia itu al-Haq (QS. 41:53).
kata Insan yang oleh sebagian ahli
bahasa berasal dari kata nasiya-yansa
(lupa) bentuk tashghir menjadi
unaisiyan, Ibnu Abbas kata tersebut
dihubungkan pada perilaku manusia
yang melupakan janjinya pada Tuhan.

Sisi lain manusia al-insan amanah dari


Allah khalifah di bumi ini.
Amanah bisa menemukan hukum alam,
menguasai dan kemudian menggunakannya,
dengan inisiatif moral insani, untuk
menciptakan tatanan dunia yang baik.
manusia sebagai khalifah pemikul alwilayah al-ilahiyyah.
Amanah inilah yang dalam ayat-ayat lain
disebutkan sebagai perjanjian (ahd, mitsaq,
isr).
Predisposisi untuk beriman inilah yang
digambarkan secara metaforis dalam surat
Al-Araf ayat 172.

Manusia sebagai An-nas


Manusia dalam konteks zoon politicon
makhluk sosial disebutkan dalam AlQuran > 240 kali manusia secara
umum menggambarkan keturunan
Nabi Adam.
Pertama, Banyak ayat yang
menyebutkan karakteristik manusia
dalam interaksinya sebagai makhluk
social. Ayat-ayat itu lazimnya berbunyi
wa min an-nas (dan diantara sebagian
manusia).

Manusia sebagai An-nas


Ada sebagian manusia yang beriman tetapi
sebenarnya tidak beriman (QS. 2:8), yang
mengambil sekutu terhadap Allah (QS. 2:165)
yang hanya memikirkan kehidupan dunia (QS.
2:200), yang mempesonakan orang dalam
pembicaraan tentang kehidupan dunia, tetapi
memusuhi kebenaran (QS. 2:204), yang
berdebat dengan Allah tanpa ilmu, petunjuk
dan al-Kitab (QS. 22:3, 8; 31:20), yang
menyembah Allah dengan iman lemah (QS.
22:11 ;29:10), yang menjual pembicaraan
yang menyesatkan (QS. 31:6); disamping ada
sebagian orang yang rela mengorbankan
dirinya untuk mencari kerelaan Allah.

Kedua, dengan memperhatikan


ungkapan aktsar an-nas, kita dapat
menyimpulkan, sebagian manusia
mempunyai kwalitas rendah, baik
dari segi ilmu maupun dari segi
iman.
Menurut Al-Quran sebagian manusia
itu tidak berilmu (QS. 7:187; 12:21;
28:68; 30:6, 30; 45:26; 34:28, 36;
40:57), tidak bersyukur

Manusia sebagai Bani


adam

Disebut Bani Adam karena manusia berasal dari Nabi Adam as,
sehingga ini menisbatkan, bahwa manusia bukanlah merupakan
hasil evolusi dari makhluk anthropus [sebangsa kera] yang
disebutkan oleh terori evolusi Darwin. Hal ini diperkuat lagi dengan
panggilan-panggilan Adam dalam Al-Quran oleh Allah dengan huruf
nida (yaa Adam), demikian pula penggunaan kata ganti yang
menunjukkan kepada Nabi Adam. Dalam penggunaan kata ganti
tersebut, Allah selalu menggunakan kata tunggal (anta) dan bukan
jamak (antum). Sebagaimana yang terdapat dalam QS. Al-Baqarah :
35,
Dan Kami berfirman: Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu
surga ini dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi
baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati
pohon ini yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang
zalim.
Dari panggilan Al-Quran terhadap penyebutan bani Adam
menunjukkan bahwa Adam adalah nenek moyang manusia, dan
karenanya Adam adalah manusia pertama. Kesimpulan ini sejalan
dengan hadits yang menyatakan : Manusia seluruhnya berasal dari
Adam dan Adam (diciptakan) dari

Manusia sebagai Bani


adam
Manusia dalam Al-Quran, bukanlah

makhluk anthropomorfisme
berupa penjasadan Tuhan, atau
mengubah Tuhan menjadi manusia
makhluk theoformis yang memiliki
sesuatu yang agung di dalam dirinya.
Manusia dianugerahkan akal
membedakan antara yang baik dan
yang buruk, membawa manusia
ke arah dan suasana tauhid.

Manusia sebagai Bani


adam

Bani Adam adalah Zurriyat


Adamsesuatu yang lahir dari yang
lain (makna dari huruf-huruf baa, nuun
dan raa)
Hadis : Al-naasu kulluhum min Adam
wa Adama min al-turab. semua
manusia berasal dari Adam dari
tanah.
Hadits lain : Kullukum min Adam (Kamu
semuanya berasal dari Adam).


Manusia dan fitrahnya
Fitrah akar kata al-fathr belahan, dan
makna lahirnya penciptaan atau kejadian
yang menunjukkan bawaan sejak lahirnya.
Maka hadapkanlah wajahmu kepada
agama, (pilihan) fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia atas fitrah itu. Tidak
ada perubahan pada fitrah Allah . Itulahh
agama yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahuinya. (QS. AlRum [30] : 30)


Manusia dan fitrahnya
Sejak asal kejadiaannya, fitrah dalam diri
manusia mempunyai potensi beragama yang
lurus yang dipahami oleh ulama sebagai tauhid.
Selain itu fitrah juga adalah bagian dari khalq
(penciptaan) Allah.
Fitrah bentuk dan sistim yang diwujudkan
Allah pada setiap makhluk. Fitrah yang
berkaitan dengan manusia adalah apa yang
disiptakan Allah pada manusia yang berkaitan
dengan jasmani dan akalnya (serta ruhnya).


Manusia dan fitrahnya
Manusia berjalan dengan kakinya karena dia
memiliki fitrah jasadiyah, sementara dia
menpotensikan nalarnya dengan menghasilkan
premis-premis karena memiliki fitrah aqliah.
Dengan fitrahnya yang suci dan bersihketika
dilahirkan dalam kondisi tidak memiliki dosa
sama sekali.
Sehingga dengan demikian manusia memiliki
potensi dasar keilahian ketaatan kepada
Allah atau kecenderungan kepada kebenaran.


Manusia dan fitrahnya
Islam tidak mengenal adanya dosa
warisansetiap bayi yang dilahirkan sudah
membawa beban dosa yang berasal dari nenekkakek pertamanya, Adam dan Hawa As.
Untuk dapat mengaktualisasikan fitrah-nya,
manusia perlu memahami dan menguasai potensi
salah satu kekurangan yang ada pada dirinya.
Potensi unggulan yang dimiliki manusia
memberikannya kemampuan pada dirinya untuk
dapat membedakan antara kebaikan dan
kesalahan atau kekurangan.

Wallahualam bissawab

Anda mungkin juga menyukai