TENTANG MANUSIA
(Sifat Dan
Penciptaannya )
Pandangan Al-Quran
tentang Manusia
Melihat isi Al-Quran diperuntukkan
bagi kepentingan manusia Al-Quran
Kitab suci tentang manusia dan
kemanusiaa.
Dalam QS. 2:183 Allah Swt. menegaskan
bahwa diturunkannya Al-Quran sebagai
petunjuk (hudan) bagi manusia, sebagai
penjelasan atas petunjuk itu (bayyinat
min al-huda) dan juga sebagai pembeda
(furqan) yang benar dan yang salah.
Pendapat ini jika tinjau dari sudut pandangan AlQuran lebih tepat dari yang berpendapat bahwa
An-Nas sinonim dengan kata nasiyah (lupa) atau
naasa-yanuusu (berguncang). Istilah lain adalah
yang sama dengan insan adalah unas, anasiy, insiy
dan ins.
Unas digunakan untuk menunjukkan 12 golongan
dalam Bani Israil seperti dalam surat 17:21
disebutkan
pada hari kami memanggil setiap unas dengan
iman mereka. Anasiy hanya disebut satu kali (QS.
25:49)
Disebut Bani Adam karena manusia berasal dari Nabi Adam as,
sehingga ini menisbatkan, bahwa manusia bukanlah merupakan
hasil evolusi dari makhluk anthropus [sebangsa kera] yang
disebutkan oleh terori evolusi Darwin. Hal ini diperkuat lagi dengan
panggilan-panggilan Adam dalam Al-Quran oleh Allah dengan huruf
nida (yaa Adam), demikian pula penggunaan kata ganti yang
menunjukkan kepada Nabi Adam. Dalam penggunaan kata ganti
tersebut, Allah selalu menggunakan kata tunggal (anta) dan bukan
jamak (antum). Sebagaimana yang terdapat dalam QS. Al-Baqarah :
35,
Dan Kami berfirman: Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu
surga ini dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi
baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati
pohon ini yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang
zalim.
Dari panggilan Al-Quran terhadap penyebutan bani Adam
menunjukkan bahwa Adam adalah nenek moyang manusia, dan
karenanya Adam adalah manusia pertama. Kesimpulan ini sejalan
dengan hadits yang menyatakan : Manusia seluruhnya berasal dari
Adam dan Adam (diciptakan) dari
makhluk anthropomorfisme
berupa penjasadan Tuhan, atau
mengubah Tuhan menjadi manusia
makhluk theoformis yang memiliki
sesuatu yang agung di dalam dirinya.
Manusia dianugerahkan akal
membedakan antara yang baik dan
yang buruk, membawa manusia
ke arah dan suasana tauhid.
Manusia dan fitrahnya
Fitrah akar kata al-fathr belahan, dan
makna lahirnya penciptaan atau kejadian
yang menunjukkan bawaan sejak lahirnya.
Maka hadapkanlah wajahmu kepada
agama, (pilihan) fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia atas fitrah itu. Tidak
ada perubahan pada fitrah Allah . Itulahh
agama yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahuinya. (QS. AlRum [30] : 30)
Manusia dan fitrahnya
Sejak asal kejadiaannya, fitrah dalam diri
manusia mempunyai potensi beragama yang
lurus yang dipahami oleh ulama sebagai tauhid.
Selain itu fitrah juga adalah bagian dari khalq
(penciptaan) Allah.
Fitrah bentuk dan sistim yang diwujudkan
Allah pada setiap makhluk. Fitrah yang
berkaitan dengan manusia adalah apa yang
disiptakan Allah pada manusia yang berkaitan
dengan jasmani dan akalnya (serta ruhnya).
Manusia dan fitrahnya
Manusia berjalan dengan kakinya karena dia
memiliki fitrah jasadiyah, sementara dia
menpotensikan nalarnya dengan menghasilkan
premis-premis karena memiliki fitrah aqliah.
Dengan fitrahnya yang suci dan bersihketika
dilahirkan dalam kondisi tidak memiliki dosa
sama sekali.
Sehingga dengan demikian manusia memiliki
potensi dasar keilahian ketaatan kepada
Allah atau kecenderungan kepada kebenaran.
Manusia dan fitrahnya
Islam tidak mengenal adanya dosa
warisansetiap bayi yang dilahirkan sudah
membawa beban dosa yang berasal dari nenekkakek pertamanya, Adam dan Hawa As.
Untuk dapat mengaktualisasikan fitrah-nya,
manusia perlu memahami dan menguasai potensi
salah satu kekurangan yang ada pada dirinya.
Potensi unggulan yang dimiliki manusia
memberikannya kemampuan pada dirinya untuk
dapat membedakan antara kebaikan dan
kesalahan atau kekurangan.
Wallahualam bissawab