Anda di halaman 1dari 19

“FILUM PLATYHELMINTHES”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Taksonomi Invertebrata

Dosen Pengampu; Mahmud Rudini, M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 3:

Nama: NPM:
Dasmon Deri : 2111060180
Reza Alfidiansyah : 2111060183
Syahnaz Aulia Saqinah : 2111060088
Vita Arizca : 2111060093

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

FAKULTAS TARBIAH DAN KEGURUAN

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat
nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-
baiknya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita nabi
Muhammad SAW,yang telah menjadi suritauladan bagi umat manusia,sehingga
sampai detik ini kami masih merasakan indahnya iman dan islam.

Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu Bapak Mahmud
Rudini,M.Pd. yang telah memberikan tugas makalah ini dalam rangka melengkapi
tugas dari mata kuliah Taksonomi Invertebrata Program Studi Pendidikan Biologi
dengan materi “Filum Platyhelminthes”.

Mungkin makalah ini kurang dari sempurna,penyusun mohon maaf yang sebesar-
besarnya serta kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya, sehingga dapat menambah wawasan serta pengetahuan sesuai
dengan bidang studi yang di tekuni.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bandar lampung,22 September 2022

Penyusun

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………. i

Daftar Isi……………………………………………………………….... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………….. 2
C. Tujuan …………………………………………………………… 2
D. Manfaat………………………………………………………….. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Platyhelminthes............................................................ 3
B. Ciri-Ciri Platyhelmintes................................................................. 4
C. Struktur Tubuh Platyhelminthes................................................... 5
D. Klasifikasi Platyhelminthes........................................................... 8
E. Peran Platyhelminthes dalam Kehidupan...................................... 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................... 15
B. Saran............................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 16

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kingdom animalia merupakan hewan organisme eukariotik atau
organisme dengan sel kompleks dengan multiseluler.Walaupun memiliki
sel kompleks, hewan tidak memiliki klorofil atau zat hijau seperti
tumbuhan. Hal itu menyebabkan hewan tidak bisa memproduksi
makanannya sendiri seperti tumbuhan.Untuk mendapatkan makanan
energi, hewan harus mencari makan sendiri yang nantinya bisa diolah oleh
pencernaanya. Klasifikasi animalia dibedakan menjadi dua yaitu
invertebrata (hewan yang tidak memiliki tulang belakang) dan vertebrata
(hewan yang memiliki tulang belakang).
Berdasarkan perbedaan pada simetri tubuh dan lapisan penyusun
tubuhnya, kingdom animalia dibagi menjadi 9 (Sembilan) filum antara
lain: Porifera (hewan berpori), Coenlenterata (hewan berongga),
Platyhelminthes (cacing pipih), Nemathelminthes (cacing giling),Annelida
(cacing bersegmen), Mollusca (hewan bertubuh lunak), Arthropoda
(hewan berbuku-buku), Echinodermata (hewan berkulit duri), Chordata
(hewan bertulang belakang).Dalam penulisan makalah ini, penyusun akan
membahas satu filum yang akan diuraikan dalam pembuatan makalah ini
yaitu filum Platyhelminthes.
Platyhelminthes adalah cacing daun yang umumnya bertubuh pipih.
Cacing ini merupakan yang paling sederhana diantara semua hewan
simetris bilateral.Platyhelminthes memiliki tubuh padat, lunak, dan
epidermis bersilia. Cacing pipih merupakan hewan tripoblastik yang tidak
mempunyai rongga tubuh (acoelomata).Sebagian besar cacing pipih,
seperti cacing isap dan cacing pita adalah parasit. Namun,banyak yang
hidup bebas yang habitatnya di air tawar dan air laut, khususnya di pantai
yang berbatu dan terumbu. Sejumlah besar hewan ini berbentuk hampir
menyerupai pita. Hewan ini simetrisbilateral dengan sisi kiri dan kanan,
permukaan dorsal dan ventral dan juga anterior danposterior. Cacing
parasit ini mempunyai lapisan kutikula dan silia yang hilang setelah
dewasa. Hewan ini mempunyai alat pengisap yang mungkin disertai
dengan kait untuk menempel. Cacing pipih belum mempunyai sistem
peredaran darah dan sistem pernafasan. Sedangkan sistem pencernaannya

1
tidak sempurna, tanpa anus.Platyhelminthes terbagi dalam 3 kelas, yaitu
Kelas Turbellaria, Kelas Trematoda dan kelas Cestoda.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas dapat kita ambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa Pengertian Platyhelminthes?
2. Apa Ciri-Ciri Platyhelmintes?
3. Bagaimana Struktur Tubuh Platyhelminthes?
4. Apa saja Klasifikasi Platyhelminthes?
5. Apa Peran Platyhelminthes dalam Kehidupan?

C. Tujuan
Ditinjau dari rumusan masalah diatas ,maka tujuan dalam makalah ini
adalah untuk:
1. Mengetahui Pengertian Platyhelminthes.
2. Mengetahui Ciri-ciri Platyhelminthes.
3. Mengetahui Struktur Tubuh Platyhelminthes..
4. Mengetahui Klasifikasi Platyhelminthes.
5. Mengetahui Peranan Platyhelminthes.

D. Manfaat
Berdasarkan tujuan diatas,maka manfaat yang diharapkan dalam makalah
ini adalah sebagai berikut:
Secara teoritis makalah ini diharapkan dapat berguna untuk memberikan
ilmu dan wawasan serta menjadi sumber referensi dan informasi bagi
orang yang membacanya agar mengetahui dan lebih mendalami
pemahaman materi dalam mata kuliah Taksonomi Invertebrata dengan
materi tentang “Filum Platyhelminthes”.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Platyhelminthes
Secara bahasa platyhelminthes berasal dari dua kata bahasa yunani
yaitu “Platy” yang artinya pipih dan “helmin” yang artinya cacing.
Platyhelminthes dikelompokkan kedalam Taksonomi berikut:1

1. Kingdom : Animalia
2. Phylum : Platyhelminthes
3. Class: Rhapdhitophora
4. Ordo: Tricladida
5. Subordo: Continencola
6. Family: Planariidae
7. Genus: Planaria
8. Spesies: P.torva

Gambar 2.1 Ilustrasi Hewan Platyhelminthes

platyhelminthes disebut cacing pipih,Platyhelminthes hidup bebas


di air tawar, laut, dan tempat-tempat yang lembab, dan ada juga
Platyhelminthes yang parasit hidupnya di dalam tubuh
inangnya(endoparasit). Platyhelminthes merupakan filum ketiga pada
kingdom Animalia setelah Porifera dan Coelenterata. 2

Meskipun disebut paling sederhana, filum ini memiliki struktur


yang lebih kompleks dibandingkan hewan dalam filum porifera dan
coelenterata sering juga disebut flatworms atau cacing pipih
merupakan keluarga filum dari cacing lunak, bertubuh kurus, berdaun,
atau berbentuk seperti pita.

1
Nurhadi.2018.Buku Ajar Taksonomi Invertebrata.Yogyakarta:Deepublish.Hal.46.
2
Diah Aryulina, dkk. 2007. Biologi 1 SMA. Jakarta:Erlangga.Hal.53.

3
B. Ciri-ciri Platyhelminthes
Platyhelminthes (cacing pipih) merupakan salah satu filum dalam
kingdom Animalia yang masuk dalam subfilum Avertebrata atau
hewan tidak bertulang belakang. Hewan-hewan yang termasuk dalam
filum ini memiliki ciri dan sifat sebagai berikut:3
1. Memiliki bentuk tubuh pipih, tidak bersegmen dan simetris.
2. Ukuran tubuhnya mikroskopi, namun ada yang panjangnya
20 cm yaitu cacing pita.
3. Memliki satu lubang dimulut dan tidak punyak dubur.
4. Regenerasi yang cenderung tinggi dan bersifat Hermafrodit
(dua kelamin).
5. Cacing pipih tidak memiliki sistem pernapasan dan
menggunakan pori-pori sebagai tempat masuknya oksigen.
Oksigen masuk ke pori-pori dengan cara difusi.
6. Cacing pipih tidak memiliki rongga sejati, akan tetapi
memiliki bentuk simetris bilateral.
7. Tidak memiliki sistem pencernaan lengkap. Pencernaan
platyhelminthes bekerja melalui rongga gastrovaskular.
8. Mempunyai sistem saraf tangga tali dan memiliki mata.
9. Tidak memiliki pembuluh darah sehingga rongga
gastrovaskular berfungsi untuk mendistribusikan nutrisi ke
seluruh tubuh.
10. Cacing pipih bersifat triploblastik (memiliki tiga lapisan
sel) yaitu epidermis (lapisan luar), mesodermis (lapisan
tengah), dan endodermis (lapisan dalam).
11. Hidup secara parasit dan ada yang hidup bebas.
12. Tinggal di habitat air tawar, air laut, tempat yang lembab
dan hidup di dalam organisme lain.

3
Sri Maya.2020.Zoologi Invertebrata Cetakan I.Bandung:Widina Bhakti Persada.Hal 69.

4
13 Bereproduksi secara generatif dengan perkawinan silang dan
bereproduksi secara vegetatif yaitu membelah diri.
14 Cacing pipih sangat sensitif terhadap cahaya.

C. Struktur Tubuh Platyhelminthes


Platyhelminthes merupakan hewan yang tidak memiliki rongga
tubuh sehingga disebut hewan aselomata. Platyhelminthes memiliki
tubuh simetri bilateral,tubuhnya tersusun oleh tiga lapisan
(triploblastik), yaitu lapisan luar (ektoderm), lapisan tengah
4
(mesoderm) dan lapisan dalam (Endoderm). Dinding tubuh bagian
luar disebut epidermis dan ditutupi oleh sel halus yang bersilia.
Lapisan dalam tersusun oleh otot yang berkembang dengan baik. Pada
ujung tubuhnya terdapat kepala yang tumpul atau membulat,
sedangkan pada ujung lainnya terdapat bagian ekor yang
meruncing.Pada bagian ujung depan tubuhya terdapat bagian sensorik
yang dapat merespon perubahan lingkungan dengan cepat. Dengan
bagian sensoriknya, yang juga merespon terhadap cahaya dan zat
kimia, hewan ini dapat bergerak menuju sumber makanan dengan
cepat. Hewan ini memiliki berbagai ukuran tubuh. Ukurannya bisa
berkisar dari mikroskopis hingga makroskopis dengan panjang 20 m
seperti pada cacing Taenia solium.
Meskipun memiliki struktur tubuh yang sederhana, hewan
Platyhelminthes memiliki beberapa sistem dalam tubuhya,antara lain:5
1. Sistem pernapasan dan sistem sirkulasi
Platyhelminthes tidak memiliki kedua sistem ini.
Pertukaran O2 dan CO2 terjadi dengan difusi, dengan pertukaran
dari lokasi konsentrasi tinggi ke lokasi konsentrasi rendah.

4
Sugiarti Suwignyo.2005.Avertebrata Air Jilid 1.Jakarta:Swadaya.Hal.70.
5
Wiwik Endang,M.2010.Mengenal Hewan Invertebrata.Bekasi:Mitra Utama.Hal.23.

5
2. Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan cacing pipih disebut sistem
gastrovaskuler, dimana peredaran makanan tak melewati darah
tetapi oleh usus.Sistem pencernaan cacing pipih dimulai dari
mulut, faring, dan dilanjutkan ke kerongkongan. Di belakangan
kerongkongan ini terdapat usus yang memiliki cabang ke seluruh
tubuh.6Dengan demikian, selain mencerna makanan, usus juga
mengedarkan makanan ke seluruh tubuh.Selain itu, cacing pipih
juga memainkan pembuangan sisa makanan melewati mulut
karena tak memiliki anus.Cacing pipih tak memiliki sistem
transpor karena makanannya diedarkan melewati sistem
gastrovaskuler.Sementara itu, gas O2 dan CO2 dikeluarkan dari
tubuhnya melewati ronde difusi.

3. Susunan Saraf
beberapa macam sistem saraf pada cacing pipih:7
 Sistem saraf tangga tali merupakan sistem saraf yang
paling sederhana. Pada sistem tersebut, pusat susunan
saraf yang disebut sbg ganglion otak terdapat di bagian
kepala dan berjumlah berpasangan. Dari kedua ganglion
otak tersebut keluar tali saraf sisi yang memanjang di
bagian kiri dan kanan tubuh yang dihubungkan dengan
serabut saraf melintang.
 Pada cacing pipih yang semakin tinggi tingkatannya,
sistem saraf dapat tersusun dari sel saraf (neuron) yang
dibedakan menjadi sel saraf sensori (sel pembawa sinyal
dari indera ke otak), sel saraf motorik (sel pembawa dari
otak ke efektor), dan sel asosiasi (perantara)

4. Sistem Indera
platyhelmintes memiliki alat deteksi sekitar atau indera
yaitu oseli. Oseli merupakan bintik mata yang mengandung
pigmen yang peka terhadap cahaya.Akan tetapi kepekaan
tersebut tidak dianggap sebagai alat visual, karena itu untuk
mendeteksi apakah ada cahaya atau tidak karena tubuh
platyhelmintes sangat rentang terhadap kekeringan. Oseli atau

6
Wiwik Endang,M.2010.Mengenal Hewan Invertebrata.Bekasi:Mitra Utama.Hal.24.
7
Ibid.Hal.25.

6
pigmen mata cacing pipih terletak sepasang dan dibagian anterior
cacing pipih.
Selain oseli atau pigmen mata, cacing pipih juga
mempunyai indera peraba dan sel kemoreseptor diseluruh bagian
tubuhnya. Bahkan untuk sebagian spesies cacing pipih, ada yang
mempunyai indera tambahan seperti aurikula (sejenis telinga),
reoreseptor (mengetahui arah aliran air) serta statosista
(pengatur keseimbangan tubuh cacing pipih).

5. Sistem Ekksresi(Regulasi)
Sistem regulasi disebut osmoregulasi. Cacing pipih
menggunakan saluran pengeluaran disebut protonefridiofor yang
hadir sepasang atau lebih. Sistem osmoregulasi secara
keseluruhan disebut protonefridia. Sisa metabolisme tubuh
cacing pipih dikeluarkan dengan difusi pada dinding sel tubuh
cacing pipih.

6. Sistem Reproduksi
Sistem reproduksi terjadi secara aseksual dan seksual.
Secara aseksual, proses reproduksi terjadi melalui fragmentasi,
sementara secara seksual, difusi gamet jantan dan betina terjadi.
Secara umum, cacing ini bersifat hemafrodit, yaitu dalam satu
tubuh terdapat 2 alat kelamin (pria dan wanita). Telur yang
dihasilkan bersifat mikroskopis. Pemupukan terjadi secara
internal, baik sendiri atau melalui fertilisasi silang

Gambar 2.2 sistem Reproduksi Platyhelminthes

7
D. Klasifikasi Platyhelminthes
Klasifikasi filum platyhelminthes Filum platyhelminthes memiliki
tiga kelas, yaitu turbellaria, trematoda dan cestoda.
1. Kelas Turbellaria (cacing berambut getar)
Turbellaria merupakan kelompok Platyhelminthes yang
hidup secara bebas dan tidak memiliki alat isap. Nama kelompok
hewan ini berasal dari kata turbulensi yang diakibatkan di dalam
habitat airnya berkat silianya yang berdenyut dengan keras

Gambar 2.3 Planaria, spesies dari kelas Turbellaria

Pada umumnya, Turbellaria bisa menggerakkan tubuhnya dengan


cara menggerakkan bulu getarnya. Selain itu, jenis cacing pipih ini
biasanya hidup dengan bebas.

Ciri-ciri Turbellaria adalah sebagai berikut:8

1. Bisa melakukan gerak dengan cara menggetarkan bulu


getarnya.Melangsungkan hidupnya dengan cara yang bebas
2. Mempunyai sel-sel kelenjar yang banyak dan menghasilkan
mukosa yang berguna untuk subtrat yang dilaluinya dan
melibas mangsa.
3. Panjang tubuh Tubellaria sangatlah bervariasi, ada jenis
cacing dengan panjang tubuh 5 mmh hingga 50 mm.
4. Biasanya berhabitat pada air laut, air tawar, dan tanah yang
banyak mengandung air.
5. Tidak bersifat merugikan karena bukan parasit
6. Bisa melakukan fragmentasi
8
Enda Sri Palupi,dkk.2015.Tahapan Perkembangan Organ Reproduksi Sesksual pada
Planaria.Baturaden:Banyumas.Hal 40.

8
Salah satu contoh spesies kelas turbellaria adalah Planaria
sp. berbentuk pipih dengan bagian kepala mirip segitiga. Pada
tengah bagian kepalanya, ada bintik mata yang berfungsi
membedakan gelap dan terang. Planaria hidup bebas di perairan
tawar yang jernih dan tidak mengalir. Biasanya berlindung di
tempat yang teduh, seperti balik batu dan bawah daun. Sistem
pencernaan planaria terdiri dari: : Mulut, Faring, Esofagus
(lambung) dan usus halus.

2. Kelas Trematoda (cacing hisap)


Trematoda adalah jenis cacing pipih yang bersifat parasit
dan hemafrodit. Jenis hewan ini pada umumnya memiliki alat
penghisap yang digunakan untuk menempelkan diri kepada
inangnya.

Gambar 2.4 salah satu spesies kelas Trematoda

Tubuh bagian luarnya ditutupi oleh kutikula yang berfungsi agar


tubuhnya tidak tercerna oleh sel tubuh inangnya, cacing ini
memakan cairan atau jaringan tubuh dari sel inangnya.9
Ciri-ciri dari Trematoda adalah sebagai berikut:
1. Melangsungkan hidupnya sebagai parasit yang tentunya
merugikan
2. Tidak memiliki silia dan pada bagian tubuhnya, terdapat
kutikula yang menjaga tubuh Trematoda tidak dicerna
oleh inangnya

9
Sugiarti Suwignyo.2005.Avertebrata Air Jilid 1.Jakarta:Swadaya.Hal.73.

9
3. Memiliki alat isap yang memiliki pengait yang berfungsi
sebagai pelekat agar tubuhnya menempel pada inangnya
4. Biasanya hidup ektoparasit dan endoparasit
5. Ada banyak jenis Trematoda. Jenis parasit ini bahkan
banyak ditemukan dalam tubuh hewan dan manusia

Salah satu contoh spesies kelas trematoda adalah Fasciola


hepatica. Cacing ini berbentuk pipih seperti daun, ukurannya
berkisar 8 sampai 13 milimeter, dan memiliki susunan tubuh
triploblastik. Sistem perncernaan makanan dari spesies ini
sederhana. Terdiri atas mulut, faring, esofagus, serta usus yang
memiliki dua cabang. Fasciola hepatica bersifat hermafrodit dan
hidup secara parasit.

Gambar 2.5 daur hidup Fasciola hepatica

Fasciola hepatica berkembang biak secara generatif daur


hidup cacing ini dimulai saat telur fasciola hepatica dewasa yang
berada di saluran empedu hewan ternak keluar bersama feses.
Pada tempat yang tepat telur yang telah mengalami fertilisasi
tersebut akan menetas sebagai larva bersilia yang disebut dengan
mirasidium. Mirasidium kemudian masuk ke dalam tubuh siput
karena tidak dapat bertahan di alam bebas lebih dari 8 jam, di

10
dalam tubuh siput mirasidium akan tumbuh menjadi
sporosista lalu berkembang menjadi media atau larva kedua
kemudian menjadi serkaria atau larva ketiga.
Serkaria mempunyai bentuk tubuh seperti berudu yang dapat
berenang bebas. Serkaria kemudian keluar tubuh siput lalu hidup
menempel di rumput kemudian membentuk metaserkaria. Jika
rumput yang terdapat meta serkaria tersebut dimakan oleh
hewan ternak lain maka metaserkaria akan tumbuh besar di organ
hati.

3. Kelas Cestoda (cacing pita)


Cestoda merupakan jenis cacing pipih yang pada umumnya
ditemukan dalam usus vertebrata. Jenis cacing pipih ini bersifat
Endoparasit (parasit yang hidup pada organ dalam tubuh seperti
hati, limfa, otak, sistem pencernaan, sirkulasi darah, rongga
perut, otot daging dan jaringan tubuh lainnya) dan biasa disebut
sebagai cacing pita.10

Gambar 2.6 salah satu kelas Cestoda

Cacing pita merupakan suatu parasit yang memerlukan dua


inang yang berbeda untuk kelangsungan hidupnya. Cacing pita
dewasa biasanya hidup pada saluran pencernaan inang sejati
(definitive host), sedangkan bentuk larvanya di temukan pada otot,

10
Adun Rusyana.2011.Zoologi Invertebrata.Bandung:Alfabeta.Hal.64-65.

11
hati, otak atau jaringan dibawah kulit inang antara (intermediary
host).11

Ciri-ciri cestoda adalah sebagai berikut:

1. Mempunyai bentuk tubuh yang berbentuk seperti pita


2. Panjang tubuh hewan Cestoda biasanya mencapai 5–70 mm.
3. Memiliki organ pelekatan pada bagian anterior,Terdiri atas
sebuah kepala anterior yang mengandung kait atau alat
penambat lainnya untuk mencengkeram bagian interior usus.

Contoh spesies kelas cestoda, antara lain Taenia saginata,


Taenia solium, dan Taenia pisiformis. Cacing ini hidup sebagai
parasit pada usus makhluk hidup. Bagian tubuhnya terdiri dari
kepala, leher, dan segmen-segmen. Cacing ini tidak memiliki
mulut dan saluran pencernaan makanan. Mereka menyerap
makanan dari usus inangnya lewat saluran di permukaan tubuhnya.

E. Peran Platyhelminthes Dalam Kehidupan


Platyhelminthes memiliki peran bagi kehidupan yaitu peran
menguntungkan dan merugikan sebagai berikut:
1. Peran Menguntungkan Platyhelmintes
Selain bersifat parasit ternyata filum platyhelminthes memiliki
peran yang menguntungkan bagi kehidupan sebagai berikut;
a. Sebagai Pembasmi Hama
Di beberapa negara, jenis hewan Platyhelminthes, yaitu
kelompok Planaria (Turbellaria) dimanfaatkan untuk
membasmi hama, khususnya hama siput.

11
Sarayo Sumarto.2016.Ekologi Hewan.Bandung:CV Patra Media Grafindo.Hal.9.

12
b. Sebagai Indikator Kualitas Air Bersih
Keberadaan hewan Planaria biasa dimanfaatkan untuk
menjadi tolak ukur kualitas air bersih sebab hewan ini
hanya mampu hidup di air yang belum sama sekali
tercemar

c. Sebagai makanan ikan


Cacing Planaria juga biasa dimanfaatkan sebagai makanan
ikan-ikan tertentu dan banyak ditemukan di akuarium.

d. Sebagai Pengatur Dinamika Zooplankton


Dalam rantai makanan, sebagian besar cacing pipih
berfungsi untuk mengatur dinamika populasi zooplankton
di kolam. Jenis hewan ini juga berperan sebagai konsumen
protozoa, rotifera, dan ganggang, dan membantu mengatur
populasi organisme ini.

2. Peran Merugikan Platyhelminthes


Sebagian besar hewan Platyhelminthes adalah parasit yang bisa
merugikan makhluk hidup lainnya. Kelas Cestoda dan Trematoda
banyak didominasi oleh jenis cacing parasit.Ada banyak hewan
Platyhelminthes yang bersifat parasit. Pada umumnya, jenis hewan
ini berhabitat di tubuh hewan dan manusia.
Adapun macam-macam hewan Platyhelminthes yang bersifat
parasit adalah sebagai berikut:
 Schistosoma mansoni (Blood Flukes), yaitu jenis cacing
yang menyebabkan adanya gangguan skistosomiasis atau
pendarahan pada saat mengeluarkan kotoran.
 Schipistoma haematobium, yaitu jenis cacing parasit yang
terdapat pada pembuluh darah yang bisa menimbulkan

13
penyakit Schistosomiasis haematobium atau adanya
pendarahan di urine.
 Schistosoma japonicum, yaitu jenis parasit yang terdapat
dalam perut manusia yang bisa menyebabkan gangguan
pencernaan.
 Fasciola hepatica, yakni jenis parasit yang ada dalam organ
hati yang bisa mengakibatkan munculnya penyakit
fascioliasis.
 Fasciolopsis buski, yaitu jenis cacing yang menjadi faktor
penyebab adanya penyakit fasciolopsiasis.
 Paragonimus westermani, yakni jenis cacing isap yang
berhabitat di paru-paru yang bisa menimbulkan penyakit
paragonimiasis.
 Taenia saginata, yaitu jenis cacing pita dalam usus yang
bisa menyebabkan munculnya Taeniasis saginata.
 Diphyllobothrium latum, yakni jenis cacing yang
kekurangan vitamin B12 dan anemia megaloblastik
 Taenia solium, yaitu jenis parasit berhabitat pada tubuh
babi yang mengakibatkan penyakit Taeniasis solium.
 Dibothriocephalus, yakni jenis cacing yang banyak
ditemukan pada ikan yang bisa menyebabkan gangguan
pencernaan.
 Echinococcus granulosus, yakni jenis cacing yang banyak
ditemukan pada tubuh anjing yang bisa menimbulkan
penyakit Echinococcosis cystic.
 Taenia taeniaeformis, yaitu jenis parasit yang menginfeksi
kucing dan menyebabkan gangguan kesehatan.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Platyhelminthes berasal dari Bahasa yunani, dari kata Platy=pipih dan
Helminthes=cacing.Jadi berarti cacing bertubuh pipih.
2. Ciri ciri Platyhekminthes yaitu Tidak memiliki rongga tubuh yang
sebenarnya atau aselomata. Tubuhnya bersimetri bilateral dan
triploblastik (terdiri dari tiga lapisan tubuh) dan Tidak punya organ
khusus untuk pertukaran gas.
3. Struktur Tubuh Platyhelminthes yaitu hewan yang tidak memiliki
rongga tubuh sehingga disebut hewan aselomata. Platyhelminthes
memiliki tubuh simetri bilateral,tubuhnya tersusun oleh tiga lapisan
(triploblastik), yaitu lapisan luar (ektoderm), lapisan tengah
(mesoderm) dan lapisan dalam (Endoderm).
4. Platyhelminthes terbagi menjadi kelas, yaitu Turbellaria (cacing
rambut getar), Termatoda (cacing hisap), dan Cestoda (cacing pita).
5. Platyhelminthes yang hidup bebas adalah di air tawar, laut, dan tempat-
tempat yang lembab, sedangkan Platyhelminthes yang parasit hidup di
dalam tubuh inangnya(endoparasit).
6. Peranan platyhelminthes dalam kehidupan adalah Planaria menjadi
salah satu makanan bagi organisme lain, cacing hati maupun cacing
pita merupakan parasit pada manusia.

B. Saran
Makalah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam menambah
pengetahuan dan pemahaman dan dapat dijadikan sebagai sumber
referensi tambahan yang dapat memperluas wawasan terkait materi yang
dibahas yaitu “Filum Platyhelminthes”

15
DAFTAR PUSTAKA

Adun Rusyana.2011.Zoologi Invertebrata.Bandung:Alfabeta.

Enda Sri Palupi,dkk.2015.Tahapan Perkembangan Organ Reproduksi Sesksual


pada Planaria.Baturaden:Banyumas.

Diah Aryulina, dkk. 2007. Biologi 1 SMA. Jakarta:Erlangga.

Nurhadi.2018.Buku Ajar Taksonomi Invertebrata.Yogyakarta:Deepublish.

Sarayo Sumarto.2016.Ekologi Hewan.Bandung:CV Patra Media Grafindo.

Sugiarti Suwignyo.2005.Avertebrata Air Jilid 1.Jakarta:Swadaya.

Sri Maya.2020.Zoologi Invertebrata Cetakan I.Bandung:Widina Bhakti Persada.

Wiwik Endang,M.2010.Mengenal Hewan Invertebrata.Bekasi:Mitra Utama.

16

Anda mungkin juga menyukai