Filum Nemathelminthes
Disusun Oleh:
Puji syukur Penulis limpahkan kehadirat Allah SWT, karena atas pertolongan Nya,
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu yang telah direncanakan sebelumnya.
Tak lupa sholawat serta salam Penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga
dan sahabat, semoga selalu dapat menuntun Penulis pada ruang dan waktu yang lain.
Makalah ini disusun untuk memenuhi beberapa tujuan, yang Penulis beri judul :
“Filum Nemathelminthes”
Untuk menyelesaikan makalah ini adalah suatu hal yang mustahil apabila penulis tidak
mendapatkan bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Allah SWT. Atas rahmat dan pertolongannya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
2. Pendamping sekaligus dosen mata kuliah Zoologi Avertebrata, Ibu Dr. Ratna Komala,M.Si.,
dan Ibu Dra.Yulilina Retna D, M.Biomed yang sudah memberi kesempatan kepada kami
untuk membuat makalah dan telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.
3. Teman – teman yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu, yang telah membantu baik
secara langsung maupun tidak langsung hingga terselesaikannya makalah ini.
4. Para pembaca makalah.
Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis,
umumnya bagi pembaca.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... 1
DAFTAR ISI ...................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Nemathelminthes ............................................................................. 4
2.2 Karakteristik Umum Nemathelminthes ......................................................... 4
2.3 Klasifikasi Nemathelminthes ........................................................................ 6
2.4 Karakteristik Khusus Nemathelminthes ........................................................ 10
2.5 Fisiologi Nemathelminthes
2.5.1 Sistem Gerak ........................................................................................ 11
2.5.2 Sistem Respirasi ................................................................................... 12
2.5.3 Sistem Pencernaan ................................................................................ 12
2.5.4 Sistem Ekskresi .................................................................................... 14
2.5.5 Sistem Koordinasi ................................................................................ 14
2.5.6 Sistem Reproduksi ................................................................................ 14
2.6 Daur Hidup Nemathelminthes
2.6.1 Ascaris lumbricoides ............................................................................ 16
2.6.2 Enterobius vermicularis dan Oxyuris vermicularis .............................. 17
2.6.3 Ancylostoma duodonale dan Necator americanus ............................... 18
2.6.4 Wuchereria bancrofti............................................................................ 19
2.7 Peranan Nemathelminthes ............................................................................. 20
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 22
3.2 Saran .............................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 23
2
BAB I
PENDAHULUAAN
3
Memahami definisi dari Nemathelminthes
Mengetahui karakteristik umum yang ada pada filum Nemathelminthes
Memahami klasifikasi pada filum Nemathelminthes
Memahami karakteristik khusus yang ada pada filum Nemathelminthes
Mengetahui proses fisiologis pada Nemathelminthes
Memahami daur hidup Nemathelminthes
Mengetahui peranan Nemahelminthes dalam kehidupan manusia dan organisme
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
8. Reproduksi pada umumnya dengan cara bertelur, tetapi ada pula yang vivipar atau secara
partenogenesis
9. Dalam siklus hidupnya terjadi 3 stadiym yaitu telur, larva, dan dewasa. Siklus ini
biasanya membutuhkan fase diluar tubuh manusia, dengan atau tanpa tuan rumah
perantara.
Nemathelminthes hidup bebas atau parasit pada manusia, hewan, dan tumbuhan.
Nemathelminthes yang hidup bebas berperan sebagai pengurai sampah organik, sedangkan yang
parasit memperoleh makanan berupa sari makanan dan darah dari tubuh inangnya. Habitat cacing
ini berada di tanah becek dan di dasar perairan tawar atau laut.
Nemathelminthes parasit hidup dalam inangnya, seperti Acaris lumbricoides merupakan
cacing yang bersifat endoparasit dalam usus halus manusia, Enterobius vermicularis (cacing
kremi) hidup parasit di dalam sekum, colon ascenden, dan apendik, dan terakhir seperti Necator
americanus (cacing tambang) hidup parasit pada usus halus manusia.
6
Berbentuk spindle ( menyerupai kincir dengan
Berbentuk silinder dengan ujung runcing
ujung lancip atau bercabang)
7
Nematomorpha (Gordiacea). Terdiri dari 17 Ordo dari kelas Nematoda dan 2 Ordo dari Kelas
Nematomorpha.
Ordo :
KELAS : Gordiodea
NEMATOMORPHAA
Ordo :
FILUM
Nectonematoidea
NEMATHELMINTHES
KELAS :
NEMATODA Ordo : Enoploidea
Ordo : Dorylamoidea
Ordo: Mermithoidea
Ordo : Chromadoroidea
Ordo : Araeolaimoidae
Ordo : Monysteroidea
Ordo: Desmoscolecoidae
Ordo : Rhabditoidea
Ordo : Rhabdiasoidea
Ordo : Oxyuroidea
Ordo : Ascaroidea
Ordo : Strongyloidea
Ordo : Spiruroidea
Ordo : Dracunculoidea
Ordo : Filarioidea
Ordo : Trichuroidea
Ordo : Dioctophymoidea
8
Kelas Nemathoda
Nematoda merupakan penggolongan cacing yang berbentuk benang, karena berasal dari
kata nema = benang dan oidos =bentuk. Kelas Nematoda mempunyai kutikula, dan yang
berbentuk cincin ada pula yang berbentuk polos, lebih banyak dalam kelas Nematoda tidak brsilia
dan mempunyai bulu-bulu kaku. Kelas Nematoda kebanyakan bersifat Gonochoristis dimana
mempunyai gonad tunggal atau sepasang berbentuk tubuler; saluran kelamin jantan bermuara
pada intstinum, sedangkan saluran kelamin betina mmpunyai lubang muara sendiri. Nemathoda
dalam klasifikasinya mmpunyai 17 ordo.
Berikut contoh-contoh dari kelas Nematoda :
a. Ordo Nemartea
Nemartea sebagian besar speciesnya hidup di laut, bentuk tubuhnya tidak
bersegmen dan mmpunyai ukuran yang panjang serta mempunyai ketebalan tubuhnya
yang tipis, berkembang biak secara hermafrodit. Contoh species : Lineus longissimus
b. Ordo Ascaroidea
Ascaris lumbricoides termasuk dalam ordo Ascaroidea. Cacing Ascaris
lumbricoides ini bersifat kosmopolit yang artinya oragnisme ini dapat hidup dalam
berbagai kondisi lingkungan, terutama didaerah tropis. Cacing ini dikenal menyebabkan
penyakit yang biasa disebut penyakit ascariasi.
9
c. Ordo Rabditida
Ancylostoma duodenale termasuk dalam ordo Rabditida. Bentuknya seperti
benang dan mempunyai warna agak keputih-putihan serta mmpunyai sifat entoparasit.
Biasanya hidup didalam intestinum tenue (usus halus) manusia serta melekat pada tunica
muscosanya, cacing ini menghisap darah dan lympha. Jika cacing ini terus hidup pada
inangnya maka, inang yang ditumpangi akan menderita anemia (kekurangan darah).
11
1. Somatik (yang tidak mengkhusus) yang terdiri dari satu lapis langsung di bawah
hipodermis.
2. Khusus, yang memiliki berbagai fungsi, tergantung pada lokasinya, sebagai contoh otot
spikuler berguna untuk mengeluarkan spikulum pada yang jantan.
Otot-otot dinding tubuh terletak longitudinal dan bertanggung jawab untuk melakukan
gerakan cacing seperti ular. Zona yang banyak berserabut pada setiap ujung serabut otot melekat
pada hipodermis, sedangkan ujung lain yang kurang berserabut dari sel otot itu dihubungkan
dengan batang-batang syaraf dorsal maupun ventral, yang akan memberi stimulasi motor kepada
otot-otot tersebut. Bagian yang non kontraktil dari otot somatik bertindak sebagai penyimpan
glikogen. Diantara lapisan otot dan saluran pencernaan terdapat rongga tubuh yang dikenal
sebagai pseudoselom, yang berfungsi sebagai kerangka hidrostatik.
2.5.2 Sistem Respirasi
Nematoda tidak mempunyai organ pernapasan yang spesial. Respirasi dilakukan secara
anaerob. Energi diperoleh dengan cara mengubah glikogen menjadi CO dan asam lemak yang di
ekskresikan melalui kutikula. Haemoglobin terjadi pada cairan perivisceral beberapa parasitik
nematoda. Ini terbentuk dengan terang oleh organisme, selama ini berbeda dari haemoglobin tuan
rumah, dan haemoglobin dari sifat yang berbeda kadang-kadang terjadi pada dinding tubuh dan
cairan periviscera
Secara singkat, pernapasan nematoda dilakukan dengan carapertukaran gas secara difusi
melalui permukaan tubuh.
2.5.3 Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan disebut juga sistem digesti yang diawali dari mulut dan berakhir di
anus. Organ tersebut berada di dalam rongga, organ di dalam sistem pencernaan nematoda juga
memiliki rongga yang disebut rongga semu (pseudo coelom). Proses makan pada Ascaris
biasanya sangat cepat, dan material tertahan pada usus selama beberapa menit. Makanan
tersimpan dalam dinding usus.
Pada Ascaris lumbricoides, Oxyuris vermicularis, Ancylostoma duodonale dan Necator
americanus memiliki sistem pencernaan yang lengkap dari mulut buccal cavity, faring, intestin,
rectum, dan anus.
Sistem pencernaan Ascaris tidak dilengkapi dengan kelenjar – kelenjar pencernaan.
Makanan dimasukan kedalam tubuhnya berupa makanan setengah jadi yang berasal dari
12
inangnya. Cacing Ascaris juga menggigit membran mukosa dengan bibirnya untuk menghisap
darah dan cairan jaringandari inang.
Pada Ascaris dikelilingi oleh 3 bibir sebagai sistem pencernaan makanan. Mulut berlanjut
pada faring atau eso – fagus yang berbentuk silindris. Bagian belakang faring atau esophagus
menebal dan dilengkapi kelep. Dinding faring mempunyai serabut – serabut otot radial yang
dapat melebarkan rongga faring.
Makanan dihisap oleh faring. Faring mempunyai tiga sel kelenjar yang tidak bercabang.
Sel sel kelenjar dari faring menghasilkan enzim dan intestinnya menyerap makanan serta
melaksanakan pencernaan secara intraselular. Kelenjar itu mempunyai saluran yang menuju
rongga faring. Rongga faring mempunyai tiga lekuk longitudinal yang bagian dalamnya dilapisi
oleh kutikula.
Rongga faring tampak berbentuk triradiat, dan pada tiga lekuk internal muncul serabut –
serabut jaringan ikat yang mengarah pada kutikula penutup faring, yang menjaga agar bentuk
triradiat pada rongga faring itu tetap. Faring atau esophagus merupakan saluran pencernaan
bagian depan (stomodeum). Faring berlanjut dengan intestine yang merupakan saluran pencrnaan
bagian tengah. Intestine itu berbentuk pipih dorsoventral dan berdinding tipis.
Dinding intestine dilapisi oleh selapis epitel kolumnar. Dinding luar dan dinding dalam
dibatasi oleh kutiula yang tipis dan tidak tertutup oleh lapisan otot. Bagian akhir dari saluran
pencernaan makanan (proktodaeum) yang merupakan kelanjutan dan intestine adalah rektum.
Bagian ini pendek dan sempit, dindingnya mengandung serabut- serabut otot dan dilapisi
kutikula.
Di dalam rektum terdapat kelenjar rektar uniselular yang berukuran besar dan jumlahnya
tiga pada yang betina dan enam pada yang jantan. Bagian ujung rektum atau anus mempunyai
bibir yang tebal. Pada hewan yang jantan terdapat sebuah kloaka. Kelebihan makanan disimpan
sebagai cadangan glikogen dan lemak di dalam intestine, otot dan epidermis.
Kebanyakan nematoda yang hidup bebas karnivor dan memakan metazoa kecil, termasuk
jenis nematoda yang lain. Spesies lain baik laut maupun air tawar adalah phytophagus, memakan
diatom, ganggang dan jamur. Spesies terestrial merupakan hama tanaman komersial. Ada pula
spesies laut, air tawar dan terestrial “deposit feeder”, memakan lumpur dan memanfaatkan
bakteri dan bahan organik yang terkandung dalam lumpur. Beberapa spesies memakan sampah
organik seperti kotoran hewan, bangkai dan tanaman busuk.
13
Nematoda yang bersifat parasit, memperoleh makan dari hospesnya. Cara-cara
memperoleh makanan ini antara lain:
1. Dengan menghisap darah, contoh : Ancylostoma.
2. Dengan merusak jaringan hospes, contoh : Trichuris.
3. Dengan memakan atau menghisap sari-sari makanan dalam intestinum hospes, contoh :
Ascaris.
4. Dengan mengabsorbsi sari-sari makanan dari cairan tubuh hospes, contoh : Fillaria.
2.5.4 Sistem Ekskresi
Nemaltheminthes memiliki sistem eksresi yang sederhana. Alat ekskresi nematoda adalah
sistem sel kelenjar, dengan atau tanpa saluran yang terletak pada anterior. Dari sistem kelenjar
muncul sistem pembuluh eksresi yang berbentuk huruf H, pembuluh eksresi itu mempunyai dua
saluran eksresi longitudinal yang dihubungkan oleh jembatan kanal tranversal.
Dari jembatan kanal tranversal itu muncul saluran eksresi menuju ke lubang eksresi pada
Ascaris lumbricoides terdapat sebuah saluran eksresi longitudinal pada setiap tali lateral. Rusuk
anteridior dari sel yang berbentuk H mengalami reduksi, dan kanal tranversal bercabang
membentuk satu jaringan dan muncul jaringan eksresi umum yang pendek. Saluran umum itu
berakhir pada lubang eksresi yang terletak dibagian ventral di belakang bibir. Sistem eksresi pada
cacing ini tidak dilengkapi dengan lubang – lubang internal, silia, dan sel api.
2.5.5 Sistem Koordinasi
Lingkaran cincin syaraf mengelilingi oesophagus merupakan otak, dan berhubungan
dengan enam benang syaraf anterior yang pendek dan enam benang syaraf posterior. Alat indera
pada nematoda adalah papila, setae dan amphid. Setae terdapat di kepala dan seluruh permukaan
tubuh. Amphid di jumpai pada nematoda yang hidup bebas, terutama spesies laut. Amphid ialah
lubang kutikula yang buntu dan bercilia, berfungsi sebagai chemoreceptor.
Bentuk dari amphid bermacam-macam karena itu di gunakan untuk identifikasi. Banyak
nematoda yang mempunyai phasmid pada bagian ekornya, yaitu sepasang kelenjar uniseluler
yang bermuara di kedua sisi lateral tubuh cacing, berfungsi sebagai chemoreseptor. Beberapa
spesies laut dan air tawar mempunyai bintik mata.
2.5.6 Sistem Reproduksi
Dalam filum nematoda hanya melakukan reproduksi secara seksual yaitu dengan
peleburan gamet jantan dan gamet betina, ada hewan jantan dan betina. Belum pernah ditemukan
14
adanya anggota nematoda yang berkembangbiak secara aseksual. Umumnya dioecious, dan
jantan ditandai dengan ekor berbentuk kait, berukuran lebih kecil dari betina. Ekor cacing jantan
dapat dibedakan menjadi dua tipe , yaitu yang berupa sayap sedangkan yang melebar membentuk
bentukan yang disebut Bursa.
Sistem reproduksi bersifat gonokoris, yaitu organ kelamin jantan dan betina terpisah pada
individu yang berbeda. Fertilisasi terjadi secara internal. Telur hasil fertilisasi dapat membentuk
kista dan kista dapat bertahan hidup pada lingkungan yang tidak menguntungkan.
Jenis kelamin kebanyakan nematoda adalah terpisah (uniseksual).
Alat repoduksi jantan terdiri dari satu atau kadang-kadang dua testis tubuler. Secara
berturutan setelah testis, vas deferens, vesikulum seminalis (sebagai tempat menyimpan sperma),
vas deferens dan terakhir kloaka. Disebelah dorsal kloaka ditemukan kantung spikulum yang
biasanya ditemukan 1atau 2 atau tidak spikula (alat untuk kopulasi). Cacing jantan mempunyai
organ reproduksi yang juga merupakan modifikasi dari gulungan tabung yang panjang. Cacing
nematoda biasanya hanya mempunyai satu testis, yang berada di ujung distal tabung yang
melanjutkan sebagai vas deferens dan bersatu dengan ujung bawah usus pada kloaka. Sebelum
persatuan itu, vasdeferens melebar membentuk vesikula seminalis sebagai kantung penyimpanan
sperma. Disekeliling anus ditemukan beberapa papila yang kadang-kadang bertangkai serta
susunan berbeda pada setiap jenis cacing.
Alat reprodusi betina terdiri atas ovarium, receptacolom seminalis, uterus, vagina, pulpa.
Sistem reproduksi cacing betina terdiri dari satu atau dua gulungan tubulus yang menyatu
membentuk suatu vagina yang bermuara keluar melewati vulva. Vulva biasanya terletak di
bagian anterior tubuh. Ujung distal tubulus tersebut diatas membentuk ovarium, bagian-bagian
selanjutnya adalah oviduk, dan sisanya adalah uterus. Bagian anterior yang berkelenjar dari
uterus mempunyai aktifitas metabolik dan sintetik yang tinggi. Lipida cenderung melimpah pada
organ reproduksi baik pada yang jantan maupun betina.
Telur yang telah dibuahi akan menetas ± 8 hari dan menjadi larva yang besarnya 0,2 mm
kemudian menjadi dewasa setelah 4 minggu. Pembuahan terjadi di dalam uterus, telur yang telah
dibuahi mendapat cangkang yang tebal dan keras. Permukaan cangkang dihiasi ukiran yang
spesifik untuk masing-masing spesies, hingga bentuk telur dipakai untuk identifikasi infeksi
parasit dari pengamatan tinja penderita. Bagian anterior yang berkelenjar dari uterus mempunyai
15
aktifitas metabolik dan sintetik yang tinggi. Lipida cenderung melimpah pada organ reproduksi
baik pada yang jantan maupun betina.
Bentuk telur pada nematoda sangat bervariasi. Kulit telur terdiri dari tiga lapis pokok.
Paling luar atau lapisan vitelina adalah submikroskopik dan kemungkinan berasal dari oolema.
Lapisan tersebut diselubungi oleh lapisan uterina. Berikutnya adalah lapisan kitinosa merupakan
lapisan yang paling jelas dan mengandung berbagai macam jumlah kitin. Paling dalam adalah
lapisan lipida yang dibentuk paling akhir, dan diduga bertanggung jawab terhadap
impermeabilitas kulit telur. Protein pada kulit telur mengandung kira-kira 35% prolina.
Pembelahan telur-telur Nematoda yaitu melalui perkembangan embrio melalui beberapa
stadia yaitu :
1. Stadium morula, yang berbentuk ellipsoid.
2. Stadium blastula.
3. Stadium gastrula, dengan cara invaginasi terbentuk stomodaeum, dan embrio memanjang.
4. Stadium cacing muda yang berubah menjadi dewasa.
16
7. Larva tersebut tertelan kembali dan berkembang menjadi cacing dewasa dalam usus
halus. Cacing usus dewasa dapat hidup selama satu sampai dua tahun.
17
2.6.3 Ancylostoma duodonale dan Necator americanus
Daur Hidup pada Ancylostoma duodonale (cacing tambang), yaitu:
1. Telur dikeluarkan melalui feses, dan dengan kondisi yang tepat (suhu, kelembaban,
keteduhan), larva menetas dalam satu sampai dua hari.
2. Larva yang menetas disebut larva rhabditiform dan tumbuh pada feses atau tanah.
3. Larva tersebut lalu berkembang menjadi larva filariform setelah lima sampai sepuluh hari
(dan dua kali molting). Larva bentuk ini telah bersifat infektif dan dapat bertahan hidup
tiga sampai empat minggu pada kondisi lingkungan yang menguntungkan.
4. Ketika bersentuhan dengan manusia, larva filariform menembus kulit manusia dan
terbawa oleh pembuluh darah ke jantung kemudian ke paru-paru. Lalu naik ke faring dan
tertelan menuju ke usus halus untuk hidup dan mencapai dewasa.
5. Cacing filaria dewasa hidup di usus halus untuk kemudian bertelur kembali.
*Ketika penetrasi pada kulit inang, larva rhabditiform dapat dorman sementara pada usus
atau otot.
18
2.6.4 Wuchereria bancrofti
Daur hidup pada Wuchereria bancrofti (cacing rambut), yaitu:
1. Ketika menghisap darah, nyamuk yang terinfeksi menularkan larva (tahap ketiga) pada
kulit inang manusia melalui luka “gigitan.”
2. Larva berkembang menjadi cacing filaria dewasa pada kelenjar getah bening (limfa).
3. Cacing dewasa menghasilkan mikrofilaria yang memiliki lapisan pelindung dan bergerak
aktif dalam peredaran darah.
4. Mikrofilaria dalam darah tersebut ikut tertelan oleh nyamuk yang “menggigit” manusia
yang terinfeksi.
5. Mikrofilaria melepaskan lapisan pelindung dan hidup pada perut nyamuk.
6. Mikrofilaria kemudian berkembang menjadi larva tahap pertama.
7. Berkembang lagi menjadi larva tahap ketiga.
8. Larva tahap ketiga pindah ke kepala dan “belalai” nyamuk untuk siap menginfeksi
manusia ketika nyamuk “menggigit” manusia.
19
2.7 Peranan Nemathelminthes
Sebagian besar Nemathelminthes hidup sebagai parasit internal pada manusia dan hewan
seperti sapi, tikus, anjing dan babi. Hanya beberapa Nemathelminthes yang hidup bebas.
Nemathelminthes yang hidup bebas terdapat di tanah becek dan didasar perairan, berperan untuk
menguraikan sampah organik sedangkan yang parasit akan hidup di tubuh inangnya dan
memperoleh makanan dengan menyerap nutrisi dan darah dari inangnya. Hampir seluruh hewan
dapat menjadi inang bagi Nemathelminthes.
Nemathelminthes yang hidup sebagai parasit dapat menyebabkan berbagai macam
penyakit, diantaranya:
1. Ancylostoma duodenale (cacing tambang)
Banyak ditemukan di daerah pertambangan. Hidup parasit pada usus manusia, gigi – gigi
kaitnya cacing ini menambatkan diri pada dinding usus halus kemudian menghisap darah
dari inangnya. Oleh karena itu, cacing ini dapat menyebabkan anemia. Larva cacing ini
menginfeksi manusia melalui kulit telapak kaki yang tidak beralas.
2. Enterobius vermicularis disebut juga Oxyuris vermicularis (cacing kremi).
Parasit pada usus besar manusia. Jika akan bertelur cacing betina bermigrasi ke daerah
sekitar anus sehingga menimbulkan rasa gatal. Bila tanpa sengaja kita menggaruknya,
kemudian tanpa cuci tangan maka telur cacing ini dapat tertelan kembali.
20
3. Wuchereria bancrofti (cacing rambut)
Infeksi cacing filaria kepada tubuh manusia terjadi bila nyamuk Culex sp. yang
mengandung mikrofilia menusuk manusia, mikrofilia dapat masuk melalui bekas tusukan
nyamuk. Cacing dewasa dalam tubuh manusia dapat menyumbat saluran limfa yang
menyebabkan pembengkakan di beberapa bagian tubuh menyebabkan penyakit filariasis
atau kaki gajah.
4. Ascaris lumbricoides (cacing perut) menyebabkan penyakit cacingan yang sering terjadi
pada anak – anak
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Karakteristik filum Nemathelminthes diantaranya, tubuh berbentuk bulat panjang,
Triploblastik, pseudoselomata, ukuran mikroskopis, betina berukuran lebih besar dari pada
jantan, tidak bersegmen. kulitnya halus, licin, dan dilapisi kutikula, sistem pencernaan sempurna,
tidak memiliki pembuluh darah dan sistem respirasi, pernapasan secara difusi melalui permukaan
tubuh, dan bersifat kosmopolit di air laut, air tawar, maupun sebagai parasit.
Klasifikasi filum Nemathelminthes berdasarkan kelas terbagi atas dua kelas yaitu kelas
Nematoda, dan Nematomorpha (Gordiacea). Terdiri dari 17 Ordo dari kelas Nematoda dan 2
Ordo dari Kelas Nematomorpha.
Nemathelminthes memilki saluran pencernaan yang lengkap. Tidak memiliki organ
sirkulasi dan respirasi. Prgan eskresinya sederhana. Sistem saraf berbentuk cincin yang
mengelilingi esofagus.
Sebagian besar Nemathelminthes hidup sebagai parasit internal pada manusia dan hewan
Hanya beberapa Nemathelminthes yang hidup bebas. Nemathelminthes yang hidup bebas
terdapat di tanah becek dan didasar perairan.
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan detail dalam menjelaskan tentang filum Nemathelminhes dengan sumber – sumber
yang lebih beragam yang tentunya dapat di pertanggungjawabkan.
22
DAFTAR PUSTAKA
23