Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH ZOOLOGI AVERTEBRATA

Filum Nemathelminthes

Disusun Oleh:

Ni Luh Chandrika 1304617013

Gia Laras Pangestu 1304617047

Ulmia Lesty Khotimah 1304617064

S1 Pendidikan Biologi 2017

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Jakarta


KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis limpahkan kehadirat Allah SWT, karena atas pertolongan Nya,
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu yang telah direncanakan sebelumnya.
Tak lupa sholawat serta salam Penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga
dan sahabat, semoga selalu dapat menuntun Penulis pada ruang dan waktu yang lain.
Makalah ini disusun untuk memenuhi beberapa tujuan, yang Penulis beri judul :
“Filum Nemathelminthes”
Untuk menyelesaikan makalah ini adalah suatu hal yang mustahil apabila penulis tidak
mendapatkan bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Allah SWT. Atas rahmat dan pertolongannya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
2. Pendamping sekaligus dosen mata kuliah Zoologi Avertebrata, Ibu Dr. Ratna Komala,M.Si.,
dan Ibu Dra.Yulilina Retna D, M.Biomed yang sudah memberi kesempatan kepada kami
untuk membuat makalah dan telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.
3. Teman – teman yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu, yang telah membantu baik
secara langsung maupun tidak langsung hingga terselesaikannya makalah ini.
4. Para pembaca makalah.
Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis,
umumnya bagi pembaca.

Jakarta, 24 September 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... 1
DAFTAR ISI ...................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Nemathelminthes ............................................................................. 4
2.2 Karakteristik Umum Nemathelminthes ......................................................... 4
2.3 Klasifikasi Nemathelminthes ........................................................................ 6
2.4 Karakteristik Khusus Nemathelminthes ........................................................ 10
2.5 Fisiologi Nemathelminthes
2.5.1 Sistem Gerak ........................................................................................ 11
2.5.2 Sistem Respirasi ................................................................................... 12
2.5.3 Sistem Pencernaan ................................................................................ 12
2.5.4 Sistem Ekskresi .................................................................................... 14
2.5.5 Sistem Koordinasi ................................................................................ 14
2.5.6 Sistem Reproduksi ................................................................................ 14
2.6 Daur Hidup Nemathelminthes
2.6.1 Ascaris lumbricoides ............................................................................ 16
2.6.2 Enterobius vermicularis dan Oxyuris vermicularis .............................. 17
2.6.3 Ancylostoma duodonale dan Necator americanus ............................... 18
2.6.4 Wuchereria bancrofti............................................................................ 19
2.7 Peranan Nemathelminthes ............................................................................. 20
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 22
3.2 Saran .............................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 23

2
BAB I

PENDAHULUAAN

1.1 Latar Belakang


Dalam biologi berbagai macam makhluk hidup yang terdapat didunia ini berbagai macam
bentuk dan habitatnya. Makhluk Hidup itu sendiri dibagi menjadi lima kerajaan besar yang terdiri
dari : Monera, Protista, Fungi , Plantae, dan Animalia . Keberadaan makhluk ini lah yang akan
dipelajari sebagai objek pembelajaran, terutama pada kingdom Animalia , filum
Nemathelminthes, dengan mempelajari filum tersebut diharapkan dapat menambah wawasan,
fungsi serta manfaat bagi kelangsungan hidup manusia.
Menurut Kastawi (2005), pada saat ini para ahli zoology telah berhasil mendeskripsikan
kurang lebih satu juta spesies hewan yang terdapat di muka bumi, kurang lebih 5% mempunyai
tulang belakang (Vertebrata) dan 95% merupakan hewan yang tidak bertulang belakang. Karena
95% merupakan hewan yang tidak bertulang belakang, maka dari itu matakuliah Zoologi
Invertebrata harus dipelajari lebih dalam terutama Filum Nemathelminthes yang terkenal karena
hidup menjadi parasit, dan dapat hidup ditumbuh manusia. Untuk mengetahui apakah pernyataan
terseut benar atau tidaknya , perlu mempelajari Filum Nemathelminthes lebih dalam seperti,
struktur tubuh , siklus hidup, habitat, dan reproduksi dari Nemathelminthes.

1.2 Rumusan Masalah


 Apa definisi dari Nemathelminthes?
 Bagaimana karakteristik umum yang ada pada filum Nemathelminthes?
 Bagaimana klasifikasi pada filum Nemathelminthes?
 Bagaimana karakteristik khusus yang ada pada filum Nemathelminthes?
 Bagaimana proses fisiologis pada Nemathelminthes?
 Bagaimana daur hidup Nemathelminthes?
 Bagaimana peranan Nemahelminthes dalam kehidupan manusia dan organisme?

1.3 Tujuan Penulisan


Dalam penulisan makalah ini, kami menyimpulkan beberapa tujuan penulisan diantarnya,
sebagai berikut:

3
 Memahami definisi dari Nemathelminthes
 Mengetahui karakteristik umum yang ada pada filum Nemathelminthes
 Memahami klasifikasi pada filum Nemathelminthes
 Memahami karakteristik khusus yang ada pada filum Nemathelminthes
 Mengetahui proses fisiologis pada Nemathelminthes
 Memahami daur hidup Nemathelminthes
 Mengetahui peranan Nemahelminthes dalam kehidupan manusia dan organisme

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Nemathelminthes


Nemathelminthes berasal dari bahas latin, nematos artinya benang dan nelminthes artinya
cacing. Nemathelmintes meliputi cacing gelang atau cacing gilig yang mempunyai tubuh
silindris. Nemathelminthes adalah hewan Pseudoselomata. Pseudoselomata adalah hewan yang
mempunyai rongga tubuh semu. Dimana Nemathelmintes sudah memiliki rongga tubuh
meskipun bukan rongga tubuh sejati.

2.2 Karakteristik Umum Nemathelminthes


Filum Nemathelminthes mempunyai ciri-ciri umum untuk membedakan anatar filum yang satu
dengan yang lainnya. Nemathelminthes mempunyai ciri-ciri umum sebagai berikut :
1. Cacing Nemathelminthes mempunyai bentuk tubuh silinder, tidak beruas-ruas, tidak
berapendiks (tidak punyaa alat tambahan), dan tidak memiliki probiosis (semacam belalai
atau sebagai pipa untuk menghisap dan menyalurkan makanan)
2. Tubuh di selimuti kutikula yang elastis dan tersusun atas protein.
3. Mempunyai simetri tubuh yang bilateral (jika diambil garis memotong , akan terlihat
antara bagian tubuh besar dan kiri sama )
4. Memiliki tiga lapisan germinal tau biasa disebut Triploblastik yang terdiri dari ektodrm
(lapisan luar), mesoderm (lapisan tengah) dan endoderm (lapisan dalam). Tetapi karena
Nemathelminthes termasuk dalam Tripoblastik pesudoselomata sehingga pada lapisan
mesodermnya tidak semua rongga tubuhnya dilapisi lapisan mesoderm.
5. Mempunyai struktur tubuh terdiri dari kepala, ekor dan rongga badan.
6. Memiliki saluran pencernaan makanan yang dimana antara dinding tubuh dan saluran
pencernaan terdapat rongga yang disebut pseudosoel, memiliki sistem ekskresi tetapi
organ ekskresinya masih sederhana, memiliki sistem saraf, tetapi tidak memiliki sistem
sirkulasi serta tidak memiliki organ respirasi dan sistem respirasinya menggunakan difusi.
7. Alat kelamin betina pada Nemathelminthes pada umumnya berpasangan dan bermuara
pada vulva dan alat kelamin jantan biasanya tunggal dan bermuara pada kloaka.

5
8. Reproduksi pada umumnya dengan cara bertelur, tetapi ada pula yang vivipar atau secara
partenogenesis
9. Dalam siklus hidupnya terjadi 3 stadiym yaitu telur, larva, dan dewasa. Siklus ini
biasanya membutuhkan fase diluar tubuh manusia, dengan atau tanpa tuan rumah
perantara.
Nemathelminthes hidup bebas atau parasit pada manusia, hewan, dan tumbuhan.
Nemathelminthes yang hidup bebas berperan sebagai pengurai sampah organik, sedangkan yang
parasit memperoleh makanan berupa sari makanan dan darah dari tubuh inangnya. Habitat cacing
ini berada di tanah becek dan di dasar perairan tawar atau laut.
Nemathelminthes parasit hidup dalam inangnya, seperti Acaris lumbricoides merupakan
cacing yang bersifat endoparasit dalam usus halus manusia, Enterobius vermicularis (cacing
kremi) hidup parasit di dalam sekum, colon ascenden, dan apendik, dan terakhir seperti Necator
americanus (cacing tambang) hidup parasit pada usus halus manusia.

2.3 Klasifikasi Nemathelminthes


2.3.1 Klasifikasi Berdasarkan Organ Sensoris
Filum ini dibagi lagi menjadi dua kelas yang dibedakan berdasarkan organ sensorinya
yaitu Aphasmida (Adenophora) dan Phasmida (Secernetea). Klasifikasi ini merupakan klasifikasi
dari Commonwealth of Helminthology (CIH) Key to Nematoda Parasites of Vertebrata
(Chabaud,1974). Berikut adalah perbedaan aphasmida dan phasmida:

Aphasmida (Adenophora) Phasmida (Secernetea)

Tidak memiliki phasmid (alat indera yang


Memliki phasmid di bagian ekor
terletak di ujung posterior)

Amphid (sistem navigasi yang ada di bagian


kutikula dan berfungsi sebagai chemoreseptor) Amphid berada di bagian sebelum kepala
berada di daerah bibir

Sebagian besar hidup secara bebas Hidup sebagai parasit di usus

Tidak memiliki indera bulu atau papillae pada


Jantannya memiliki papillae di bagian ekor
kepala dan tubuhnya

6
Berbentuk spindle ( menyerupai kincir dengan
Berbentuk silinder dengan ujung runcing
ujung lancip atau bercabang)

Mempunyai ordo yaitu : Ordo Rhabditida, Ordo


Mempunyai salah satu contoh ordo : Ordo
Strongylida , Ordo Oxyurida, Ordo Ascaridida,
Enoplida
Ordo Spirurida

2.3.2 Klasifikasi Berdasarkan Habitat


Menuruut tempat tinggal cacing dewasa, dibagi 2 kelompok :
1. Nematoda usus (instestinal), beradasarkan cara penyebarannya (transmisidibagi menjadi
dua kelompok:
a. Nematoda usus yang ditularkan melalui tanah “Soil Transmitted Helminths” terdiri
atas :
1. Acaris lumbricoides, Trichuris trichiura : cacing tambang
2. Ancylostoma duodenale ; Strongyloides tercolar
b. Nematoda usus lainnya dimana tanah tidak penting dalam siklus hidupnya, yaitu:
1. Enterobius vermicularis
2. Trichinella spiralis
3. Capilaria philipinensis
2. Nematoda darah dan jaringan, termasuk kedalam Filaria dan Dracunulus yaitu
1. Wuchereria bancrofti
2. Brugia malayi
3. Brugaria timori
4. Oonchocerca volvulus
5. Loa loa
6. Mansonella ozzardi
7. Anchantocheilonema perstans
8. Dracunculus medinensis
2.3.3 Klasifikasi Berdasarkan Kelas
Klasifikasi filum Nemathelminthes menurut Prof.Drs. Radiopoetro dalam bukunya yang
berjudul “Zoologi” terbagi atas dua kelas yang terdiri dari : Kelas Nematoda, dan kelas

7
Nematomorpha (Gordiacea). Terdiri dari 17 Ordo dari kelas Nematoda dan 2 Ordo dari Kelas
Nematomorpha.
Ordo :
KELAS : Gordiodea
NEMATOMORPHAA
Ordo :
FILUM
Nectonematoidea
NEMATHELMINTHES

KELAS :
NEMATODA Ordo : Enoploidea

Ordo : Dorylamoidea

Ordo: Mermithoidea

Ordo : Chromadoroidea

Ordo : Araeolaimoidae

Ordo : Monysteroidea

Ordo: Desmoscolecoidae

Ordo : Rhabditoidea

Ordo : Rhabdiasoidea

Ordo : Oxyuroidea

Ordo : Ascaroidea

Ordo : Strongyloidea

Ordo : Spiruroidea

Ordo : Dracunculoidea

Ordo : Filarioidea

Ordo : Trichuroidea

Ordo : Dioctophymoidea

8
Kelas Nemathoda
Nematoda merupakan penggolongan cacing yang berbentuk benang, karena berasal dari
kata nema = benang dan oidos =bentuk. Kelas Nematoda mempunyai kutikula, dan yang
berbentuk cincin ada pula yang berbentuk polos, lebih banyak dalam kelas Nematoda tidak brsilia
dan mempunyai bulu-bulu kaku. Kelas Nematoda kebanyakan bersifat Gonochoristis dimana
mempunyai gonad tunggal atau sepasang berbentuk tubuler; saluran kelamin jantan bermuara
pada intstinum, sedangkan saluran kelamin betina mmpunyai lubang muara sendiri. Nemathoda
dalam klasifikasinya mmpunyai 17 ordo.
Berikut contoh-contoh dari kelas Nematoda :
a. Ordo Nemartea
Nemartea sebagian besar speciesnya hidup di laut, bentuk tubuhnya tidak
bersegmen dan mmpunyai ukuran yang panjang serta mempunyai ketebalan tubuhnya
yang tipis, berkembang biak secara hermafrodit. Contoh species : Lineus longissimus

b. Ordo Ascaroidea
Ascaris lumbricoides termasuk dalam ordo Ascaroidea. Cacing Ascaris
lumbricoides ini bersifat kosmopolit yang artinya oragnisme ini dapat hidup dalam
berbagai kondisi lingkungan, terutama didaerah tropis. Cacing ini dikenal menyebabkan
penyakit yang biasa disebut penyakit ascariasi.

9
c. Ordo Rabditida
Ancylostoma duodenale termasuk dalam ordo Rabditida. Bentuknya seperti
benang dan mempunyai warna agak keputih-putihan serta mmpunyai sifat entoparasit.
Biasanya hidup didalam intestinum tenue (usus halus) manusia serta melekat pada tunica
muscosanya, cacing ini menghisap darah dan lympha. Jika cacing ini terus hidup pada
inangnya maka, inang yang ditumpangi akan menderita anemia (kekurangan darah).

2.4 Karakteristik Khusus Nemathelminthes


2.4.1 Kelas Nematomorpha (Gordiacea)
Nematomorpha berbentuk silindris, panjang langsing tanpa cincin kutikula. panjang 0,5 -
1 m dengan diameter 1-3 mm, jantan lebih pendek dari betina kecuali Nectonema. Pada ujung –
ujung tubuh membulat
Systema nervosum terdiri dari ganglion cerebrale dan berkas saraf medio – ventral. Ujung
tractus digestivus pada bentuk dewasa mengalami regenerasi, bersifat gonochoristis, saluran
kelamin masuk ke dalam intestinum, stadium larva bersifat parasit sedangkan bentuk dewasa
hidup bebas. Terdiri dari dua ordo, yaitu :
1. Ordo Gordioidea
Hidup di air tawar,parasit pada Arthropoda aquatis dan terestrial, cuticula tanpa bulu- buli
kaku. Contoh: Gordius sp.
2. Ordo Nectonematoidea
Hidup di laut, bersifat parasit pada Crustacea, cuticula dengan dua deretan bulu – bulu
kaku. Contoh: Nectonema sp.
2.4.2 Kelas Nematoda
Nematoda tubuhnya berbentuk bulat panjang atau silindris dan dalam penampang
melintangnya berbentuk circuler. Ada 2 tipe bentuk badan, yaitu :
10
1. Tipe Fusiform: berbentuk bulat panjang, bagian tengahnya merupakan bagian yang
terlebar dan runcing ke arah ujung-ujungnya, ujung posterior lebih pipih dan lebih runcing
daripada ujung anterior
2. Tipe Filiform: berbentuk seperti benang, dan diameter penampang melintang pada seluruh
bagian tubuh sama, tidak memipih ke arah ujung-ujungnya
Pada umumnya cacing jantan tubuhnya lebih kecil daripada tubuh cacing betina, dan
ujung posteriornya melengkung. Mulut terletak di ujung anterior dan umumnya dilengkapi
dengan 6 labia. Tiap labium mempunyai papilla yang bersifat sensoris. Di antara labia terdapat
bulatan – bulatan (lobi) kecil yang disebut interlabia.
Terdapat modifikasi cuticuler yang terletak di ujung anterior (disebut amphid), dan di
ujung posterior (disebut phasmid)
 Ordo Ascaroidea
Ascaris lumbricoides berbentuk silinder, dan runcing pada kedua ujungnya. Hewan betina
berukuran 20 – 29 cm dengan diameter 4 – 6 mm. Cacing jantan lebih kecil dibandingkan dengan
betina, panjangnya 13 – 31 cm dan diameter 2 – 4 mm dengan ujung ekor meleng kung
sementara cacing betina lurus. Tubuhnya ditutupi oleh kutikula yang tebal dan elastis dengan 4
buah garis memanjang yang terdapat di sepanjang tubuhnya (1 dorsal, 1 ventral, 2 lateral).
Di bagian anterior terdapat mulut dengan 3 buah bibir (1 bibir dorsal dan 2 bibir
ventrolateral) dan masingmasing bibir memiliki papilla. Memiliki serabut – serabut otot
longitudinal. Rongga di antara dinding tubuh dan alat pencernaan disebut pseudocolom.

2.5 Fisiologi Nemathelminthes


2.5.1 Sistem Gerak
Gerak pada Nematoda disebabkan oleh adanya otot-otot yang terdapat pada dinding
tubuh. Otot-otot itu terletak diantara tali epidermal, dan membujur sepanjang tubuh. Otot-otot itu
terbagi menjadi empat kuadran, dua kuadran terletak pada sisi dorsal, dan yang lain pada sisi
ventral. Kontraksi dan relaksasi dari otot-otot menyebabkan tubuh cacing memendek dan
memanjannng. Koordinasi gerak dari keempat kuadran otot menyebabkan cacing bergerak
dengan cara meliuk-liuk.
Nematoda mempunyai dua macam otot :

11
1. Somatik (yang tidak mengkhusus) yang terdiri dari satu lapis langsung di bawah
hipodermis.
2. Khusus, yang memiliki berbagai fungsi, tergantung pada lokasinya, sebagai contoh otot
spikuler berguna untuk mengeluarkan spikulum pada yang jantan.
Otot-otot dinding tubuh terletak longitudinal dan bertanggung jawab untuk melakukan
gerakan cacing seperti ular. Zona yang banyak berserabut pada setiap ujung serabut otot melekat
pada hipodermis, sedangkan ujung lain yang kurang berserabut dari sel otot itu dihubungkan
dengan batang-batang syaraf dorsal maupun ventral, yang akan memberi stimulasi motor kepada
otot-otot tersebut. Bagian yang non kontraktil dari otot somatik bertindak sebagai penyimpan
glikogen. Diantara lapisan otot dan saluran pencernaan terdapat rongga tubuh yang dikenal
sebagai pseudoselom, yang berfungsi sebagai kerangka hidrostatik.
2.5.2 Sistem Respirasi
Nematoda tidak mempunyai organ pernapasan yang spesial. Respirasi dilakukan secara
anaerob. Energi diperoleh dengan cara mengubah glikogen menjadi CO dan asam lemak yang di
ekskresikan melalui kutikula. Haemoglobin terjadi pada cairan perivisceral beberapa parasitik
nematoda. Ini terbentuk dengan terang oleh organisme, selama ini berbeda dari haemoglobin tuan
rumah, dan haemoglobin dari sifat yang berbeda kadang-kadang terjadi pada dinding tubuh dan
cairan periviscera
Secara singkat, pernapasan nematoda dilakukan dengan carapertukaran gas secara difusi
melalui permukaan tubuh.
2.5.3 Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan disebut juga sistem digesti yang diawali dari mulut dan berakhir di
anus. Organ tersebut berada di dalam rongga, organ di dalam sistem pencernaan nematoda juga
memiliki rongga yang disebut rongga semu (pseudo coelom). Proses makan pada Ascaris
biasanya sangat cepat, dan material tertahan pada usus selama beberapa menit. Makanan
tersimpan dalam dinding usus.
Pada Ascaris lumbricoides, Oxyuris vermicularis, Ancylostoma duodonale dan Necator
americanus memiliki sistem pencernaan yang lengkap dari mulut buccal cavity, faring, intestin,
rectum, dan anus.
Sistem pencernaan Ascaris tidak dilengkapi dengan kelenjar – kelenjar pencernaan.
Makanan dimasukan kedalam tubuhnya berupa makanan setengah jadi yang berasal dari
12
inangnya. Cacing Ascaris juga menggigit membran mukosa dengan bibirnya untuk menghisap
darah dan cairan jaringandari inang.
Pada Ascaris dikelilingi oleh 3 bibir sebagai sistem pencernaan makanan. Mulut berlanjut
pada faring atau eso – fagus yang berbentuk silindris. Bagian belakang faring atau esophagus
menebal dan dilengkapi kelep. Dinding faring mempunyai serabut – serabut otot radial yang
dapat melebarkan rongga faring.
Makanan dihisap oleh faring. Faring mempunyai tiga sel kelenjar yang tidak bercabang.
Sel sel kelenjar dari faring menghasilkan enzim dan intestinnya menyerap makanan serta
melaksanakan pencernaan secara intraselular. Kelenjar itu mempunyai saluran yang menuju
rongga faring. Rongga faring mempunyai tiga lekuk longitudinal yang bagian dalamnya dilapisi
oleh kutikula.
Rongga faring tampak berbentuk triradiat, dan pada tiga lekuk internal muncul serabut –
serabut jaringan ikat yang mengarah pada kutikula penutup faring, yang menjaga agar bentuk
triradiat pada rongga faring itu tetap. Faring atau esophagus merupakan saluran pencernaan
bagian depan (stomodeum). Faring berlanjut dengan intestine yang merupakan saluran pencrnaan
bagian tengah. Intestine itu berbentuk pipih dorsoventral dan berdinding tipis.
Dinding intestine dilapisi oleh selapis epitel kolumnar. Dinding luar dan dinding dalam
dibatasi oleh kutiula yang tipis dan tidak tertutup oleh lapisan otot. Bagian akhir dari saluran
pencernaan makanan (proktodaeum) yang merupakan kelanjutan dan intestine adalah rektum.
Bagian ini pendek dan sempit, dindingnya mengandung serabut- serabut otot dan dilapisi
kutikula.
Di dalam rektum terdapat kelenjar rektar uniselular yang berukuran besar dan jumlahnya
tiga pada yang betina dan enam pada yang jantan. Bagian ujung rektum atau anus mempunyai
bibir yang tebal. Pada hewan yang jantan terdapat sebuah kloaka. Kelebihan makanan disimpan
sebagai cadangan glikogen dan lemak di dalam intestine, otot dan epidermis.
Kebanyakan nematoda yang hidup bebas karnivor dan memakan metazoa kecil, termasuk
jenis nematoda yang lain. Spesies lain baik laut maupun air tawar adalah phytophagus, memakan
diatom, ganggang dan jamur. Spesies terestrial merupakan hama tanaman komersial. Ada pula
spesies laut, air tawar dan terestrial “deposit feeder”, memakan lumpur dan memanfaatkan
bakteri dan bahan organik yang terkandung dalam lumpur. Beberapa spesies memakan sampah
organik seperti kotoran hewan, bangkai dan tanaman busuk.
13
Nematoda yang bersifat parasit, memperoleh makan dari hospesnya. Cara-cara
memperoleh makanan ini antara lain:
1. Dengan menghisap darah, contoh : Ancylostoma.
2. Dengan merusak jaringan hospes, contoh : Trichuris.
3. Dengan memakan atau menghisap sari-sari makanan dalam intestinum hospes, contoh :
Ascaris.
4. Dengan mengabsorbsi sari-sari makanan dari cairan tubuh hospes, contoh : Fillaria.
2.5.4 Sistem Ekskresi
Nemaltheminthes memiliki sistem eksresi yang sederhana. Alat ekskresi nematoda adalah
sistem sel kelenjar, dengan atau tanpa saluran yang terletak pada anterior. Dari sistem kelenjar
muncul sistem pembuluh eksresi yang berbentuk huruf H, pembuluh eksresi itu mempunyai dua
saluran eksresi longitudinal yang dihubungkan oleh jembatan kanal tranversal.
Dari jembatan kanal tranversal itu muncul saluran eksresi menuju ke lubang eksresi pada
Ascaris lumbricoides terdapat sebuah saluran eksresi longitudinal pada setiap tali lateral. Rusuk
anteridior dari sel yang berbentuk H mengalami reduksi, dan kanal tranversal bercabang
membentuk satu jaringan dan muncul jaringan eksresi umum yang pendek. Saluran umum itu
berakhir pada lubang eksresi yang terletak dibagian ventral di belakang bibir. Sistem eksresi pada
cacing ini tidak dilengkapi dengan lubang – lubang internal, silia, dan sel api.
2.5.5 Sistem Koordinasi
Lingkaran cincin syaraf mengelilingi oesophagus merupakan otak, dan berhubungan
dengan enam benang syaraf anterior yang pendek dan enam benang syaraf posterior. Alat indera
pada nematoda adalah papila, setae dan amphid. Setae terdapat di kepala dan seluruh permukaan
tubuh. Amphid di jumpai pada nematoda yang hidup bebas, terutama spesies laut. Amphid ialah
lubang kutikula yang buntu dan bercilia, berfungsi sebagai chemoreceptor.
Bentuk dari amphid bermacam-macam karena itu di gunakan untuk identifikasi. Banyak
nematoda yang mempunyai phasmid pada bagian ekornya, yaitu sepasang kelenjar uniseluler
yang bermuara di kedua sisi lateral tubuh cacing, berfungsi sebagai chemoreseptor. Beberapa
spesies laut dan air tawar mempunyai bintik mata.
2.5.6 Sistem Reproduksi
Dalam filum nematoda hanya melakukan reproduksi secara seksual yaitu dengan
peleburan gamet jantan dan gamet betina, ada hewan jantan dan betina. Belum pernah ditemukan
14
adanya anggota nematoda yang berkembangbiak secara aseksual. Umumnya dioecious, dan
jantan ditandai dengan ekor berbentuk kait, berukuran lebih kecil dari betina. Ekor cacing jantan
dapat dibedakan menjadi dua tipe , yaitu yang berupa sayap sedangkan yang melebar membentuk
bentukan yang disebut Bursa.
Sistem reproduksi bersifat gonokoris, yaitu organ kelamin jantan dan betina terpisah pada
individu yang berbeda. Fertilisasi terjadi secara internal. Telur hasil fertilisasi dapat membentuk
kista dan kista dapat bertahan hidup pada lingkungan yang tidak menguntungkan.
Jenis kelamin kebanyakan nematoda adalah terpisah (uniseksual).
Alat repoduksi jantan terdiri dari satu atau kadang-kadang dua testis tubuler. Secara
berturutan setelah testis, vas deferens, vesikulum seminalis (sebagai tempat menyimpan sperma),
vas deferens dan terakhir kloaka. Disebelah dorsal kloaka ditemukan kantung spikulum yang
biasanya ditemukan 1atau 2 atau tidak spikula (alat untuk kopulasi). Cacing jantan mempunyai
organ reproduksi yang juga merupakan modifikasi dari gulungan tabung yang panjang. Cacing
nematoda biasanya hanya mempunyai satu testis, yang berada di ujung distal tabung yang
melanjutkan sebagai vas deferens dan bersatu dengan ujung bawah usus pada kloaka. Sebelum
persatuan itu, vasdeferens melebar membentuk vesikula seminalis sebagai kantung penyimpanan
sperma. Disekeliling anus ditemukan beberapa papila yang kadang-kadang bertangkai serta
susunan berbeda pada setiap jenis cacing.
Alat reprodusi betina terdiri atas ovarium, receptacolom seminalis, uterus, vagina, pulpa.
Sistem reproduksi cacing betina terdiri dari satu atau dua gulungan tubulus yang menyatu
membentuk suatu vagina yang bermuara keluar melewati vulva. Vulva biasanya terletak di
bagian anterior tubuh. Ujung distal tubulus tersebut diatas membentuk ovarium, bagian-bagian
selanjutnya adalah oviduk, dan sisanya adalah uterus. Bagian anterior yang berkelenjar dari
uterus mempunyai aktifitas metabolik dan sintetik yang tinggi. Lipida cenderung melimpah pada
organ reproduksi baik pada yang jantan maupun betina.
Telur yang telah dibuahi akan menetas ± 8 hari dan menjadi larva yang besarnya 0,2 mm
kemudian menjadi dewasa setelah 4 minggu. Pembuahan terjadi di dalam uterus, telur yang telah
dibuahi mendapat cangkang yang tebal dan keras. Permukaan cangkang dihiasi ukiran yang
spesifik untuk masing-masing spesies, hingga bentuk telur dipakai untuk identifikasi infeksi
parasit dari pengamatan tinja penderita. Bagian anterior yang berkelenjar dari uterus mempunyai

15
aktifitas metabolik dan sintetik yang tinggi. Lipida cenderung melimpah pada organ reproduksi
baik pada yang jantan maupun betina.
Bentuk telur pada nematoda sangat bervariasi. Kulit telur terdiri dari tiga lapis pokok.
Paling luar atau lapisan vitelina adalah submikroskopik dan kemungkinan berasal dari oolema.
Lapisan tersebut diselubungi oleh lapisan uterina. Berikutnya adalah lapisan kitinosa merupakan
lapisan yang paling jelas dan mengandung berbagai macam jumlah kitin. Paling dalam adalah
lapisan lipida yang dibentuk paling akhir, dan diduga bertanggung jawab terhadap
impermeabilitas kulit telur. Protein pada kulit telur mengandung kira-kira 35% prolina.
Pembelahan telur-telur Nematoda yaitu melalui perkembangan embrio melalui beberapa
stadia yaitu :
1. Stadium morula, yang berbentuk ellipsoid.
2. Stadium blastula.
3. Stadium gastrula, dengan cara invaginasi terbentuk stomodaeum, dan embrio memanjang.
4. Stadium cacing muda yang berubah menjadi dewasa.

2.6 Daur Hidup Nemathelminthes


2.6.1 Ascaris lumbricoides
Daur hidup dari Ascaris lumbricoides (cacing perut), yaitu :
1. Cacing perut dewasa hidup pada lumen dari usus halus. Cacing betina akan menghasilkan
telur yang dapat mencapai 200.000 butir per hari. Telur-telur ini dapat berembrio ataupun
tidak berembrio.
2. Telur-telur tersebut dikeluarkan melalui kotoran. Hanya telur yang dibuahi yang dapat
berkembang dan menginfeksi manusia.
3. Telur yang berembrio dapat menginfeksi (bersifat infektif) setelah 18 hari sampai
beberapa minggu bergantung dari kondisi lingkungan (kelembaban tanah, suhu, ada
tidaknya sinar matahari).
4. Telur infektif tertelan manusia.
5. Larva menetas dan kemudian menyerang membran lendir usus.
6. Larva menembus dinding usus dan terbawa aliran darah menuju paru-paru. Dalam paru-
paru larva tumbuh selama 10 sampai 14 hari dan naik ke faring.

16
7. Larva tersebut tertelan kembali dan berkembang menjadi cacing dewasa dalam usus
halus. Cacing usus dewasa dapat hidup selama satu sampai dua tahun.

2.6.2 Enterobius vermicularis dan Oxyuris vermicularis


Daur hidup dari Enterobius vermicularis (cacing kremi), yaitu:
1. Telur disimpan pada daerah anus.
2. Autoinfeksi terjadi ketika seseorang menggaruk daerah anus dan tidak sengaja menelan
telur yang berembrio. Penularan dari manusia ke manusia juga terjadi melalui pakaian,
sprei yang terinfeksi, dan berbagai cara lainnya.
3. Setelah telur berembrio tertelan, telur tersebut menetas menjadi larva di usus halus.
4. Larva berkembang menjadi dewasa pada daerah sekum (kantong pada usus besar dekat
usus buntu).
5. Cacing dewasa yang “hamil” berpindah ke daerah sekitar anus untuk bertelur saat malam
hari. Saat bertelur inilah yang menimbulkan rasa gatal pada inang.

17
2.6.3 Ancylostoma duodonale dan Necator americanus
Daur Hidup pada Ancylostoma duodonale (cacing tambang), yaitu:
1. Telur dikeluarkan melalui feses, dan dengan kondisi yang tepat (suhu, kelembaban,
keteduhan), larva menetas dalam satu sampai dua hari.
2. Larva yang menetas disebut larva rhabditiform dan tumbuh pada feses atau tanah.
3. Larva tersebut lalu berkembang menjadi larva filariform setelah lima sampai sepuluh hari
(dan dua kali molting). Larva bentuk ini telah bersifat infektif dan dapat bertahan hidup
tiga sampai empat minggu pada kondisi lingkungan yang menguntungkan.
4. Ketika bersentuhan dengan manusia, larva filariform menembus kulit manusia dan
terbawa oleh pembuluh darah ke jantung kemudian ke paru-paru. Lalu naik ke faring dan
tertelan menuju ke usus halus untuk hidup dan mencapai dewasa.
5. Cacing filaria dewasa hidup di usus halus untuk kemudian bertelur kembali.
*Ketika penetrasi pada kulit inang, larva rhabditiform dapat dorman sementara pada usus
atau otot.

18
2.6.4 Wuchereria bancrofti
Daur hidup pada Wuchereria bancrofti (cacing rambut), yaitu:
1. Ketika menghisap darah, nyamuk yang terinfeksi menularkan larva (tahap ketiga) pada
kulit inang manusia melalui luka “gigitan.”
2. Larva berkembang menjadi cacing filaria dewasa pada kelenjar getah bening (limfa).
3. Cacing dewasa menghasilkan mikrofilaria yang memiliki lapisan pelindung dan bergerak
aktif dalam peredaran darah.
4. Mikrofilaria dalam darah tersebut ikut tertelan oleh nyamuk yang “menggigit” manusia
yang terinfeksi.
5. Mikrofilaria melepaskan lapisan pelindung dan hidup pada perut nyamuk.
6. Mikrofilaria kemudian berkembang menjadi larva tahap pertama.
7. Berkembang lagi menjadi larva tahap ketiga.
8. Larva tahap ketiga pindah ke kepala dan “belalai” nyamuk untuk siap menginfeksi
manusia ketika nyamuk “menggigit” manusia.

19
2.7 Peranan Nemathelminthes
Sebagian besar Nemathelminthes hidup sebagai parasit internal pada manusia dan hewan
seperti sapi, tikus, anjing dan babi. Hanya beberapa Nemathelminthes yang hidup bebas.
Nemathelminthes yang hidup bebas terdapat di tanah becek dan didasar perairan, berperan untuk
menguraikan sampah organik sedangkan yang parasit akan hidup di tubuh inangnya dan
memperoleh makanan dengan menyerap nutrisi dan darah dari inangnya. Hampir seluruh hewan
dapat menjadi inang bagi Nemathelminthes.
Nemathelminthes yang hidup sebagai parasit dapat menyebabkan berbagai macam
penyakit, diantaranya:
1. Ancylostoma duodenale (cacing tambang)
Banyak ditemukan di daerah pertambangan. Hidup parasit pada usus manusia, gigi – gigi
kaitnya cacing ini menambatkan diri pada dinding usus halus kemudian menghisap darah
dari inangnya. Oleh karena itu, cacing ini dapat menyebabkan anemia. Larva cacing ini
menginfeksi manusia melalui kulit telapak kaki yang tidak beralas.
2. Enterobius vermicularis disebut juga Oxyuris vermicularis (cacing kremi).
Parasit pada usus besar manusia. Jika akan bertelur cacing betina bermigrasi ke daerah
sekitar anus sehingga menimbulkan rasa gatal. Bila tanpa sengaja kita menggaruknya,
kemudian tanpa cuci tangan maka telur cacing ini dapat tertelan kembali.

20
3. Wuchereria bancrofti (cacing rambut)
Infeksi cacing filaria kepada tubuh manusia terjadi bila nyamuk Culex sp. yang
mengandung mikrofilia menusuk manusia, mikrofilia dapat masuk melalui bekas tusukan
nyamuk. Cacing dewasa dalam tubuh manusia dapat menyumbat saluran limfa yang
menyebabkan pembengkakan di beberapa bagian tubuh menyebabkan penyakit filariasis
atau kaki gajah.
4. Ascaris lumbricoides (cacing perut) menyebabkan penyakit cacingan yang sering terjadi
pada anak – anak

21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Karakteristik filum Nemathelminthes diantaranya, tubuh berbentuk bulat panjang,
Triploblastik, pseudoselomata, ukuran mikroskopis, betina berukuran lebih besar dari pada
jantan, tidak bersegmen. kulitnya halus, licin, dan dilapisi kutikula, sistem pencernaan sempurna,
tidak memiliki pembuluh darah dan sistem respirasi, pernapasan secara difusi melalui permukaan
tubuh, dan bersifat kosmopolit di air laut, air tawar, maupun sebagai parasit.
Klasifikasi filum Nemathelminthes berdasarkan kelas terbagi atas dua kelas yaitu kelas
Nematoda, dan Nematomorpha (Gordiacea). Terdiri dari 17 Ordo dari kelas Nematoda dan 2
Ordo dari Kelas Nematomorpha.
Nemathelminthes memilki saluran pencernaan yang lengkap. Tidak memiliki organ
sirkulasi dan respirasi. Prgan eskresinya sederhana. Sistem saraf berbentuk cincin yang
mengelilingi esofagus.
Sebagian besar Nemathelminthes hidup sebagai parasit internal pada manusia dan hewan
Hanya beberapa Nemathelminthes yang hidup bebas. Nemathelminthes yang hidup bebas
terdapat di tanah becek dan didasar perairan.

3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan detail dalam menjelaskan tentang filum Nemathelminhes dengan sumber – sumber
yang lebih beragam yang tentunya dapat di pertanggungjawabkan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Kastawi, Yusuf. dkk. 2005. Zoologi Avertebrata. Malang : UM Press.


Miller, Stephen A. And John P. Harley. 2012. Zoology Ninth Edition. London : McGraw- Hill
Higer Education.
Parker,T.J. Haswell,W.A. 1949. A Texbook of Zoology, Vol.II. London: Macmillan
Radioputro.1991. Zoologi. Jakarta: Erlangga
Rosttikawati, Teti. dan Rita Istiani. 2014. Zoologi Invertebrata. Tanggerang: Jelajah Nusa.
Rusyana, Adun. 2011. Zoologi Invertebrata. Bandung: IKAPI

23

Anda mungkin juga menyukai