1304617013
PBB 2017
16 Maret 2020
Terestrial Environment
Terestrial Environment atau yang biasa disebut dengan ekosistem darat, pada suatu
terrestrial environtment biasanya batang dan daun tumuhan yang hidup pada ekosistem darat
memiliki lapisan lilin untuk mencegah kekurangan air dan untuk mencegah adanya pertukaran
gas, sedangkan hewan yang hidup pada ekosistem terstrial memperoleh air dari makanan yang
dimakan dan air yang berasal dari apa yang diminum. Maka dari itu baik tumbuhan dan hewan
pada ekosistem terrestrial membutuhkan air.
Waktu dan jumlah curah hujan yang tinggi yang diterima disetiap lokasi berbeda yang
menyebabkan berbeda pula ketersediaan air untuk tanaman dan hewan. Fluktasi suhu dan
kelembapan juga mempengaruhi tumbuhan dan hewan, fluktasi suhu ini mempengaruhi dalam
jangka pendek pada proses metabolisme, sedangkan pada jangka panjang mempengaruhi evolusi
dan distribusi tanaman serta hewan.
Pada ekosistem darat atau terrestrial environment, cahaya matahari memiliki peranan
penting, dalam proses metabolisme tanaman. Distribusi cahaya matahari secara vertical
dipengaruhi oleh kanopi pada suatu vegetasi, diamana dalam suatu daerah terrestrial environment
memiliki kanopi yang mampu memantulkan dan menyerap sebagian cahaya atau radiasi panas
matahari. Kuantitas dan kualitas distribusi cahaya yang dapat mencapai permukaan tanah
dipengaruhi oleh kuantitas dan posisi daun. Kuantitas daun mempengaruhi distribusi cahaya
matahari untuk mencapai permukaan tanah, semakin besar indeks luas daun diatas suatu
permukaan tanah, maka semakin rendah cahaya yang mampu mencapai permukaan tanah,
begitupun sebaliknya. Sedangkan untuk posisi daun juga mempengaruhi distribusi cahaya
kepermukaan tanah, serta jumlah energi cahaya yang diserap dan dipantulkan. Posisi daun yang
tegak lurus akan menyerap energi cahaya matahari lebih banyak, sedangkan posisi daun yang
membentuk sudut terhadap cahaya matahari penyerapannya kurang dari posisi daun yang tegak
lurus.
Faktor yang mempengaruhi ketersediaan air pada terrestrial environment selain ditribusi
cahaya matahari juga terdapat factor utama yang mengendalikan air, yaitu adanya factor tanah.
Adanya tanah terbentuk dan disintesis oleh pelapukan batuan dan aksi organisme hidup.
Pembentukan tanah dimulai dari pelapukan batuan secara mekanik maupun kimiawi, secara
mekanik/fisik sepeti air, suhu, cuaca, gelombang dan lain sebagainya. Secara kimiawi yaitu
karena adanya aktivitas organisme tanah dan air hujan, air hujan contohnya seperti hujan asam,
dan aktivitas organisme seperti penguraian serasah tanaman.
Tanah dibedakan oleh pebedaan fisik dan sifat kimia yang meliputi warna, tekstur tanah,
kedalaman, kelembaban, dan struktur tanah. Warna yang muncul pada tanah menunjukan
komposisi kimia dan mineral darimana tanah terbentuk. Tekstur tanah merupakan persentase
berat pasir, lumpur, dan tanah liat. Tekstur tanah berupa partikel, berdasarkan partikel, tanah
diklasifikasikan menjadi : gravel (kerikil), sand (pasir), silt, dan clay (tanah liat). Dari klasifikasi
tersebut gravel lah yang memiliki partikel tanah terbesar, kemudian diikuti oleh sand, silt, dan
ukuran tekecil ialah clay (tanah liat) yang ukuran partikel tanahnya < 0,002 mm.
Tekstur tanah berpengaruh pada titik layu dan kapasitas lapang. Titik layu adalah kondisi
dimana tumbuhan tidak dapat lagi menyerap air pada tanah karena minimnya air pada tanah.
Kemudian, kapasitas lapang adalah jumlah air terbanyak yang bisa ditampung oleh tanah. Selain
tekstur tanah yaitu ukuran partikel tanah juga mempengaruhi volume dan ukuran pori tanah ,
yang nantinya akan mempengaruhi titik layu dan kapasitas lapang tanah. Sebagai contoh : pasir
adalah tekstur tanah yang memiliki teksur yag kasar, memiliki pori yang sedikit namun ukuran
pori pada pasir lebih besar, air lebih mudah menyerap kedalam pasir. Sedangkan tanah liat
memiliki tekstur partikel yang halus, memiliki pori yang banyak namun ukuran porinya lebih
sedikit sehinngga air lebih banyak tertahan pada tanah liat (clay). Pada tanah liat memiliki
kerapatan antar partikel yang tinggi. Hal ini dapat menyulitkantumbuhan untuk menembus tanah,
dan menyulitka tumbuhan dalam menyerap air, sehingga titik layu akan tinggi.
Kelembapan pada tanah juga dipengaruhi oleh kontur tanah. Tanah yang berada diatas
tempat curam akan menjadi lebih kering dibandingkandari tanah dibawahnya, karena air
cendrung bergerak keawah bawah. Pertukaran ion pada tanah juga mempengaruhi kesuburan
tanah. Zat kimia tanah akan bercampur pada air dan membentuk larutan, zat kimia tanah ini
dapat tertahan oleh tanah akibat adanya gaya Tarik menarik antar ion negative dengan ion
positif. Atau biasa disebut action dan anion. Kemampuan ion terlarut pada tanah terkait pada
partikel tanah seberapa banyak memiliki muatan. Banayaknya molekul tanah yang memiliki
muatan dan dapat mengikat ionterlarut akan mempengaruhi kapasitas pertukaran ion pada tanah.
Kapasitas pertukaran ion pada tanah ini lah yang menunjukan kemampuan tanah untuk mengikat
ion terlarut