Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita
berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu
membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada
kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita
capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Guru serta
teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moriil maupun
materil, sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempuraan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa
maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada guru serta teman-teman sekalian,
yang kadang kala hanya menturuti egois pribadi, untuk itu besar harapan kami
jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan
makalah-makah kami dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah –
mudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-
teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................. 1
BAB II
2.1 Pengertian Nemathelminthes............................................................ 2
2.2 Ciri-ciri Nemathelminthes................................................................ 2
2.3 Struktur Tubuh Nemathelminthes..................................................... 3
2.4 Perkembangbiakan Nemathelminthes.................................................4
2.5 Klasifikasi Nemathelminthes..............................................................4
BAB III
3.1 Kesimpulan ..................................................................................... 8
3.2 Saran ................................................................................................ 8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Nemathelminthes umumnya cacing yg hidupnya parasit dan
merugikan manusia. Pada umumnya merugikan, sebab parasit pada
manusia maupun hewan, dan sampai sekarangpun belum ada satu pakar
yang menemukan sisi positif yang ditimbulkan oleh cacing
Nemathelminthes ini. Nemathelminthes (cacing giling) merupakan jenis
cacing yang hidupnya menyerap sari-sari makanan dari inangnya jadi cacing
ii sangatlah berbahaya karena merupakan parasit. Parasit pada usus halus
manusia, hewan yang memiliki tubuh simetris bilatera.
Tubuhnya terdiri atas 3 lapisan (triploblastik), yaitu lapisan luar
(ektoderm), lapisan tengah (mesoderm), dan lapisan dalam (endoderm).
Pada lapisan luar tubuhnya dilapisi oleh lapisan kutikula. Rongga yang
terdapat pada tubuhnya merupakan rongga semu (pseudoselomata). Cacing
ini memiliki simetri tubuh bilateral. Cacing ini bersifat dioesius, yaitu
cacing jantan dan cacing betina. Nemathelminthes memiliki sistem
pencernaan yang sempurna, saluran pencernaan memanjang dari mulut
sampai ke anus dan cacing ini belum memiliki sistem peredaran darah.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kami angkat dalam penulisan
makalah adalah sebagai berikut :
1. Apa itu Nemathelminthes?
2. Bagaimanakah cirri-ciri nemthelminthes itu?
3. Bagaimankah Struktur tubuh nemthelminthes?
4. Bagaimanakah system Perkembang biakan Nemathelminthes?
5. Bagaimankah Klasifikasi Nemathelminthes!
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan yang akan kami angkat dalam penulisan
makalah adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Apa itu Nemathelminthes!
2. Untuk memahami ciri-ciri nemthelminthes itu!
3. Untuk mengetahui Bagaimankah Struktur tubuh nemthelminthes!
iii
4. Untuk mengetahui Bagaimanakah system Perkembang biakan
Nemathelminthes!
5. Untuk mengetahui Klasifikasi Nemathelminthes!
1.
iv
BAB II
PEMBAHAASAN
v
6. Cincin saraf yang mengelilingi esophagus merupakan pusat sistem saraf,
yang dihubungkan oleh 6 tali saraf longitudinal ke arah anterior dan
posterior.
7. Alat reproduksi jantan dan betina terpisah (berumah dua), jantan lebih
kecil dibandingkan dengan betina, fertilisasi internal, telur memiliki
pembungkus kitin, “larva” mengalami beberapa kali pergantian kulit
(molt), tidak mengalami reproduksi aseksual.
8. Hidup di perairan tawar, parairan latu, di tanah, dan sebagai parasit di
tubuh.
vi
kait pada mulutnya. Nemathelminthes tidak memiliki pembuluh darah.
Makanan diedarkan ke seluruh tubuh melalui cairan pada
Dikatakan Pseudoselom karena Nemathelminthes tidak memiliki
sistem respirasi, pernapasan dilakukan secara difusi melalui permukaan
tubuh. Organ reproduksi jantan dan betina terpisah dalam individu berbeda.
Nemathelminthes hidup bebas atau parasit pada manusia, hewan, dan
tumbuhan. Nemathelminthes yang hidup bebas berperan sebagai pengurai
sampah organik, sedangkan yang parasit memperoleh makanan berupa sari
makanan dan darah dari tubuh inangnya. Habitat cacing ini berada di tanah
becek dan di dasar perairan tawar atau laut. Nemathelminthes parasit hidup
dalam inangnya.
2.4. Perkembangbiakan Nemathelminthes
Nemathelminthes umumnya melakukan reproduksi secara seksual.
Sistem reproduksi bersifat gonokoris, yaitu organ kelamin jantan dan betina
terpisah pada individu yang berbeda. Fertilisasi terjadi secara internal. Telur
hasil fertilisasi dapat membentuk kista dan kista dapat bertahan hidup pada
lingkungan yang tidak menguntungkan.
Alat kelamin terpisah, cacing betina lebih besar dari cacing jantan dan
yang jantan mempunyai ujung berkait. Gonad berhubungan dengan saluran
alat kelamin, dan telur dilapisi oleh kulit yang terbuat dari kitin. Hewan ini
tidak berkembangbiak secara aseksual.
vii
Ascaris adalah salah satu contoh cacing gilig parasit, tidak punya
segmentasi tubuh dan memiliki dinding luar yang halus, bergerak
dengan gerakan seperti cambuk. Cacing ini hidup di dalam usus halus
manusia sehingga sering kali disebut cacing perut.
Ascaris lumbricoides merupakan hewan dioseus, yaitu hewan
dengan jenis kelamin berbeda, bukan hemafrodit. Ascaris lumbricoides
hanya berkembang biak secara seksual. Ascaris lumbricoides jantan
memiliki sepasang alat berbentuk kait yang menyembul dari anus
disebut spikula. Spikula berfungsi untuk membuka pori kelamin cacing
bretina dan memindahkan sperma saat kawin.
Infeksi cacing ini menyebabkan penyakit askariasis atau cacingan,
umumnya pada anak-anak. Infeksi ini terjadi pada saat mengkonsumsi
makanan atau minuman yang tercemar telur ascaris. Cacing dewasa
menghasilkan telur-telur yang akan matang di tanah, saat telur in tertelan
orang, larvanya akan melubangi dinding usus, bergerak ke hati, jantung
dan/atau paru-paru.
Sesaat di dalam paru-paru, larva berganti kulit, setelah sepuluh hari
bermigrasi lewat saluran udara ke kerongkongan tempat dimana mereka
akan tertelan. Dalam usus kecil cacing dewasa kawin dan betinanya
menimbun telur-telur yang akan dilepaskan keluar bersama feses. Telur
dalam feses ini harus mencapai mulut orang lagi untuk memulai siklus
baru.
2. Ancylostoma duodenale (cacing tambang)
viii
Cacing ini dinamakan cacing tambang karena ditemukan di
pertambangan daerah tropis.Cacing tambang dapat hidup sebagai parasit
dengan menyerap darah dan cairan tubuh pada usus halus
manusia.Cacing ini memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dari cacing
perut.Cacing tambang Ancylostoma memiliki ujung anterior
melengkung membentuk kapsul mulut dengan 1 -4 pasang kait kitin atau
gigi pada sisi ventralnya.Kait kitin berfungsi untuk menempel pada usus
inangnnya.Pada ujung posterior cacing tambang jantan terdapat bursa
kopulasi.Alat ini digunakan untuk menangkap dan memegang cacing
betina saat kawin.Cacing betina memiliki vulva (organ kelamin luar)
yang terdapat didekat bagian tengah tubuhnya.
3. Oxyuris vermicularis (cacing kremi)
ix
bertelur pada anus penderita dan menyebabkan rasa gatal.Jika penderita
sering menggaruk pada bagian anus dan tidak menjaga kebersihan
tangan, maka infeksi cacing kremi akan terjadi kembali
4. Wuchereria bancrofti (cacing rambut)
x
pembuluh darah yang menyebabkan penebalan pembuluh darah di
sekitarnya. Akibat kerusakan pembuluh, akan terjadi infiltrasi sel-sel
plasma, esosinofil, serta makrofag di dalam dan sekitar pembuluh darah
yang terinfeksi. Nah, infiltrasi inilah yang menyebabkan terjadi
proliferasi jaringan ikat dan menyebabkan pembuluh limfe di
sekelilingnya menjadi berkelok-kelok serta menyebabkan rusaknya
katup-katup di sepanjang pembuluh limfe tersebut. Akibatnya,
limfedema dan perubahan statis-kronis dengan edema pada kulit di atas
pembuluh tersebut menjadi tak terhindarkan lagi.
5. Trichinella spiralis
xi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Nemathelminthes (dalam bahasa yunani, nema= benang, helminthes=
cacing) disebut sebagai cacing gilig karena tubuhnya berbentuk bulat
panjang atau seperti benang. Nemathelminthes sudah memiliki rongga tubuh
meskipun bukan rongga tubuh sejati. Tubuhnya terdiri atas 3 lapisan
(triploblastik), yaitu lapisan luar (ektoderm), lapisan tengah (mesoderm),
dan lapisan dalam (endoderm). Pada lapisan luar tubuhnya dilapisi oleh
lapisan kutikula. Rongga yang terdapat pada tubuhnya merupakan rongga
semu (pseudoselomata). Cacing ini memiliki simetri tubuh bilateral. Cacing
ini bersifat dioesius, yaitu cacing jantan dan cacing betina. Nemathelminthes
memiliki sistem pencernaan yang sempurna, saluran pencernaan memanjang
dari mulut sampai ke anus dan cacing ini belum memiliki sistem peredaran
darah.
3.2 Saran
Biologi disebut juga dengan ilmu hayat, dimana ilmu tersebut
mempelajari tentang makhluk hidup. Beberapa makhluk hidup berukuran
kecil, tetapi untuk mengamatinya tidak perlu menggunakan mikroskop,
cukup dengan lup (kaca pembesar) saja. selain itu, semoga kedepannya
pembaca yang budiman mampu memanfaatkan laporan ini dengan sebaik-
baiknyadan semaksimal mungkin
xii