Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“TAKSONOMI HEWAN”
“PHYLUM PLATYHELMINTHES”

Dosen Pengampu:
Benediktus Ege, M.Pd

Disusun Oleh :

Anggun Budi Nur’ Aisyah ( 2117051476 )

Civi Artantri ( 2117051480 )

Mawardi ( 2117051486 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
PERSADA KHATULISTIWA SINTANG
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas dari mata kuliah Taksonomi Hewan yaitu membuat makalah yang
berjudul “Phylum Platyhelminthes” dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah yang berjudul “Phlum Platyhelminthes” berisi tentang definisi, karakteristik


secara umum maupun khusus, klasifikasi, dan klasifikasi ilmiah. Tidak hanya itu, di dalam
makalah ini juga dijelaskan manfaat dan kerugian bagi kehidupan. Makalah ini dibuat dengan
tujuan agar mahasiswa lebih mudah mempelajari dan memahami tentang Phylum
Platyhelminthes dengan lebih spesifik pada penamaan takson (klasifikasi ilmiah).

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya Bapak Benediktus
Ege, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Taksonomi Hewan yang telah membimbing
kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang setulus-tulusnya.

                                                                               

i
DAFTAR ISI

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1

A. Latar belakang...................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................................1

C. Tujuan................................................................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN.......................................................................................................2

A. Pengertian Platyhelminthes..............................................................................................2

B. Ciri-ciri Platyhelminthes...................................................................................................3

C. Klasifikasi kelas Phylum Plathyhelminthes......................................................................3

D. Peran Plathyhelminthes.....................................................................................................7

BAB 3 PENUTUP................................................................................................................8

A. Kesimpulan ......................................................................................................................8

B. Saran..................................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Invertebrata adalah hewan yang tidak memiliki tulang punggung atau kolom vertebral.
Sebagian besar hewan adalah invertebrata. Istilah Invertebrata sendiri merupakan bentuk
awal ‘Vertebra’ yang berasal dari kata Latin. ‘Vertebra’ pada umumnya berarti sendi, arti
khususnya adalah ‘sendi tulang belakang dari vertebrata’. Kata ini ditambah dengan awalan
“in” berarti tidak atau tanpa, yang mengandung arti ‘mereka yang bukan veterbrae’.
Invertebrata atau avertebrata adalah hewan yang tidak memiliki tulang punggung antar
ruas-ruas tulang belakang. Hewan invertebrata ini terbagi atas beberapa golongan yaitu filum
Protozoa, Porifera, Arthopoda, Platyhelmintes, Nemathelminthes, Annelida, Coelenterata,
Mollusca, dan Echinodermata.
Platyhelminthes merupakan salah satu filum dari golongan hewan invertebrata atau
hewan tanpa tulang belakang. Filum platyhelminthes disebut juga cacing pipih. Dikatakan
demikan, karena cacing ini memiliki tubuh tipis yang rata antara permukaan punggung dan
perut.
Platyhelminthes adalah filum dalam Kerajaan Animalia. Filum ini mencakup semua
cacing pipih kecuali Nemertea, yang dulu merupakan salah satu kelas pada Platyhelminthes,
yang telah dipisahkan.
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan phylum platyhelminthes?
b. Bagaimana ciri-ciri umum phylum platyhelminthes?
c. Apa saja klasifikasi kelas pada phylum platyhelminthes?
d. Bagaimana ciri-ciri umum pada setiap kelas phylum platyhelminthes?
e. Bagaimana penamaan taksonomi dalam phylum platyhelminthes?
C. Tujuan
a. Memahami pengertian dari phylum platyhelminthes.
b. Mengetahui ciri-ciri umum phylum platyhelminthes.
c. Memahami klasifikasi kelas pada phylum platyhelminthes.
d. Mengetahui ciri-ciri umum pada setiap kelas phylum platyhelminthes.
e. Memahami penamaan taksonomi dalam phylum platyhelminthes

1
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Platyhelminthes

Platyhelminthes berasal dari bahasa Yunani yaitu


platy yang berarti pipih dan helminthes yang berarti
cacing. Sehingga, mereka juga seringkali disebut
dengan cacing pipih atau cacing pita. Cacing pipih
adalah filum ketiga dari kingdom Animalia (hewan)
yang memiliki tiga lapisan sel (triploblastik) dan
memiliki bentuk tubuh pipih.

Tiga lapisan sel ini penyusun tubuh cacing pipih


yaitu ektodermis (lapisan luar), mesodermis (lapisan
tengah) dan endodermis (lapisan dalam). Selain itu, memiliki pencernaan berupa rongga
gastrovaskuler, sistem saraf tangga tali dan bereproduksi secara generatif dan vegetatif.

Platyhelminthes memiliki ukuran tubuh beragam, dari yang berukuran hampir


microskopis hingga yang panjangnya 160 cm. Pada umumnya, cacing pipih hidup di daerah
sungai, danau, laut atau sebagai parasit dalam organisme lain. Selain itu, cacing pipih
tergolog hewan yang sensitif terhadap cahaya matahari.

Anggota filum ini merupakan kelompok hewan aselomata atau belum memiliki rongga
tubuh. Dilansir dari Ensiklopedia Britannica, cacing pipih merupakan hewan lunak atau tanpa
tulang belakang (invertebrata) yang hidup bebas atau parasit. Tapi, sekitar 80% mereka hidup
secara parasit pada organisme lain.

Platyhelminthes yang hidup bebas memakan hewan-hewan dan tumbuhan kecil atau zat
organik lainnya seperti sisa organisme.Platyhelminthes parasit hidup padajaringan atau cairan
tubuh inangnya.Habitat Platyhelminthes yang hidup bebas adalah di air tawar, laut, dan
tempat-tempat yang lembab.Platyhelminthes yang parasit hidup di dalam tubuh inangnya
(endoparasit) pada siput air, sapi, babi, atau manusia.

2
B. Ciri-ciri Platyhelminthes
Platyhelminthes memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut:
a. Memiliki bentuk tubuh pipih, tidak bersegmen dan simetris.
b. Ukuran tubuhnya mikroskopi, namun ada yang panjangnya 20 cm yaitu cacing
pita.
c. Memliki satu lubang dimulut dan tidak punyak dubur.
d. Regenerasi yang cenderung tinggi dan bersifat hermafrodit (dua kelamin).
e. Cacing pipih tidak memiliki sistem pernapasan dan menggunakan pori-pori
sebagai tempat masuknya oksigen. Oksigen masuk ke pori-pori dengan cara
difusi. Respirasi melalui permukaan tubuh.
f. Cacing pipih tidak memiliki rongga sejati, akan tetapi memiliki bentuk simetris
bilateral.
g. Tidak memiliki sistem pencernaan lengkap. Pencernaan platyhelminthes bekerja
melalui rongga gastrovaskular.
h. Mempunyai sistem saraf tangga tali dan memiliki mata.
i. Tidak memiliki pembuluh darah sehingga rongga gastrovaskular berfungsi untuk
mendistribusikan nutrisi ke seluruh tubuh.
j. Cacing pipih bersifat triploblastik (memiliki tiga lapisan sel) yaitu epidermis
(lapisan luar), mesodermis (lapisan tengah), dan endodermis (lapisan dalam).
k. Hidup secara parasit dan ada yang hidup bebas.
l. Tinggal di habitat air tawar, air laut, tempat yang lembab dan hidup di dalam
organisme lain.
m. Bereproduksi secara generatif dengan perkawinan silang dan bereproduksi secara
vegetatif yaitu membelah diri dan cacing pipih sangat sensitif terhadap cahaya.

C. Klasifikasi Kelas pada Phylum Platyhelminthes


Platyhelminthes dapat dibedakan menjadi 3 kelas, yaitu Turbellaria (cacing bulu getar),
Trematoda (cacing isap), Monogenea, dan Cestoda (cacing pita).

3
1. Kelas Turbellaria

Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Kelas : Turbellaria
Ordo : Tricladida
Famili : Planariidae
Genus : Euplanaria
Species : Euplanaria, sp

Planaria
a. Pengertian Kelas Turbellaria
Kelas Turnellaria merupakan cacing pipih yang menggunakan bulu getar
sebagai alat geraknya. Turbellaria merupakan kelompok Platyhelminthes yang hidup
secara bebas dan tidak memiliki alat isap. Nama kelompok hewan ini berasal dari kata
turbulensi yang diakibatkannya di dalam habitat airnya berkat silianya yang
berdenyut dengan keras. Salah satu kelas Tubellaria yang dikenal adalah Planaria.
Planaria merupakan jenis cacing pipih yang biasanya hidup di air tawar yang jernih
dan belum terkontaminasi sama sekali. Cacing ini bersifat karnivor dan dapat
ditemukan di perairan, genangan air, kolam, atau sungai. Biasanya cacing ini
menempel dibatuan atau didaun yang tergenang air. Beberapa Turbellaria melakukan
gerakan berombak untuk berenang di air.
b. Ciri-ciri umum Turbellaria adalah sebagai berikut:
1) Bisa melakukan gerak dengan cara menggetarkan bulu getarnya.
2) Melangsungkan hidupnya dengan cara yang bebas
3) Mempunyai sel-sel kelenjar yang banyak dan menghasilkan mukosa yang
berguna untuk subtrat yang dilaluinya dan melibas mangsa.
4) Panjang tubuh Tubellaria sangatlah bervariasi, ada jenis cacing dengan
panjang tubuh 5 mmh hingga 50 mm.
5) Biasanya berhabitat pada air laut, air tawar, dan tanah yang banyak
mengandung air.
6) Tidak bersifat merugikan karena bukan parasite.

4
7) Bisa melakukan fragmentasi.
2. Kelas Trematoda

Kingdom :Animalia

Filum : Platyhelminthes

Kelas : Trematoda

Ordo : Plagiorchiida

Famili : Fasciolidae

Genus : Fasciola

Spesies :Fasciola hepatica

Fasiola hepatica

a. Pengertian kelas trematoda


Trematoda atau disebut juga cacing isap adalah kelas dari anggota hewan tak
bertulang belakang yang termasuk dalam filum Platyhelminthes. Jenis cacing
Trematoda hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia. Tubuhnya dilapisi dengan
kutikula untuk menjaga agar tubuhnya tidak tercerna oleh inangnya dan mempunyai
alat pengisap dan alat kait untuk melekatkan diri pada inangnya. Beberapa contoh
Trematoda adalah Fasciola (cacing hati), Clonorchis, dan Schistosoma Contoh lain
dari Trematoda adalah Fasciolopsis buski yang ada di usus manusia, Paragonimus
westermanii yang hidup di paru-paru vertebrata, dan lain-lain.

b. Ciri-ciri dari Trematoda adalah sebagai berikut:


1) Melangsungkan hidupnya sebagai parasit yang tentunya merugikan.
2) Tidak memiliki silia dan pada bagian tubuhnya, terdapat kutikula yang
menjaga tubuh Trematoda tidak dicerna oleh inangnya.
3) Memiliki alat isap yang memiliki pengait yang berfungsi sebagai pelekat agar
tubuhnya menempel pada inangnya.

5
4) Biasanya hidup ektoparasit dan endoparasit.
5) Ada banyak jenis Trematoda. Jenis parasit ini bahkan banyak ditemukan
dalam tubuh hewan dan manusia.
3. Kelas Cestoda
Kingdom : Animalia
Filum : Platyhelminthes
Kelas : Cestoda
Ordo : Cyclophyllidea
Famili : Taeniidae
Genus : Taenia
Spesies : Taenia saginata

Taenia
saginata
a. Pengertian Kelas Cestoda

Kelas Cestoda memiliki kulit yang dilapisi kitin sehingga tidak tercemar oleh
enzim di usus inang. Cacing ini merupakan parasit pada hewan, contohnya adalah
Taenia solium dan T. saginata. Spesies ini menggunakan skoleks untuk menempel
pada usus inang. Taenia bereproduksi dengan menggunakan telur yang telah dibuahi
dan di dalamnya terkandung larva yang disebut onkosfer. Contoh Cestoda adalah
Taenia saginata dan Taenia solium yang biasanya berhabitat atau hidup di dalam
tubuh hewan maupun manusia.

b. Ciri-ciri tubuh kelas cestoda


1) Mempunyai bentuk tubuh yang berbentuk seperti pita.
2) Memiliki atau tidak memiliki segmen.
3) Panjang tubuh hewan Cestoda biasanya mencapai 5–70 mm.
4) Memiliki organ pelekatan pada bagian anterior.
5) Terdiri atas sebuah kepala anterior yang mengandung kait atau alat penambat
lainnya untuk mencengkeram bagian interior usus.

6
D. Peranan Platyhelminthes dalam Kehidupan
Adapun peranan Platyhelminthes dalam kehidupan adalah sebagai berikut:
1) Planaria menjadi salah satu makanan bagi organisme lain.
2) Cacing hati maupun cacing pita merupakan parasit pada manusia
3) Schistosoma sp, dapat menyebabkan skistosomiasis, penyakit parasit yang ditularkan
melalui siput air tawar pada manusia. Apabila cacing tersebut berkembang di tubuh
manusia, dapat terjadi kerusakan jaringan dan organ seperti kandung kemih, ureter,
hati, limpa, dan ginjal manusia.Kerusakan tersebut disebabkan perkembangbiakan
cacing Schistosoma di dalam tubuh.
4) Clonorchis sinensis yang menyebabkan infeksi cacing hati pada manusia dan hewan
mamalia lainnya, spesies ini dapat menghisap darah manusia.
5) Paragonimus sp, parasit pada paru-paru manusia. dapat menyebabkan gejala
gangguan pernafasan yaitu sesak bila bernafas, batuk kronis, dahak/sputum becampur
darah yang berwarna coklat (ada telur cacing).
6) Fasciolisis sp, parasit di dalam saluran pencernaan. Terjadinya radang di daerah
gigitan, menyebabkan hipersekresi dari lapisan mukosa usus sehingga menyebabkan
hambatan makanan yang lewat. Sebagai akibatnya adalah ulserasi, haemoragik dan
absces pada dinding usus. Terjadi gejala diaree kronis.
7) Taeniasis, penyakit yang disebabkan oleh Taenia sp. Cacing ini menghisap sari-sari
makanan di usus manusia.

7
BAB 3

PENUTUP

A. Keimpulan
Platyhelminthes berasal dari bahasa Yunani yaitu platy yang berarti pipih dan helminthes
yang berarti cacing. Sehingga, mereka juga seringkali disebut dengan cacing pipih atau
cacing pita. Cacing pipih adalah filum ketiga dari kingdom Animalia (hewan) yang memiliki
tiga lapisan sel (triploblastik) dan memiliki bentuk tubuh pipih.
Pada umumnya, cacing pipih hidup di daerah sungai, danau, laut atau sebagai parasit
dalam organisme lain. Selain itu, cacing pipih tergolog hewan yang sensitif terhadap cahaya
matahari.
Platyhelminthes dapat dibedakan menjadi 3 kelas, yaitu Turbellaria (cacing bulu getar),
Trematoda (cacing isap), Monogenea, dan Cestoda (cacing pita). Disetiap kelas memiliki
dampak tersendiri bagia lingkungan ada yang mempunyai dampak positif dan ada pula yang
mempunyai dampak negative.
A. Saran
Diharapkan dengan materi yang sudah dipaparkan dapat di pahami dan dipelajari dengan
baik dengan metode dan cara belajar masing-masing individu. Materi sebaiknya dapat juga
diingat dan dimengerti dengan baik terlebih pada penamaan (klasifikasi ilmiah).

8
DAFTAR PUSTAKA

Ensiklopedia Hewan (Invertebrata), Jakarta: Lentera Abadi, 2008.

https://acehmillano.wordpress.com/2013/03/24/platyhelminthes-cacing-pipih/

Ferdinan P, Fictor; Moekti, Aeribowo. 2009. PRAKTIS BELAJAR BIOLOGI. Penerbit : Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

DAFTAR PUSTAKA

Fanh. A.1992. Anatomi Tumbuhan Edisi Ketiga Terjemahan. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. I TB. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Fanh. A. 1990. Plant Anatomy.. pergamon Press, Oxford, nw York, Toronto, Sydney, paris,
Frankfurt.

Loveles. A.R. 1987. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropiks Gramedia,
Jakarta.

Pandey, B.P. 1982. Plant Anatomy. Head of the Departhment of botany. Ramnagar, new Delhi. -
110055.

9
Sutrian, Y. 1992. Pengantar anatomi Tumbuh-Tumbuhan, tentang Sel & jaringan . Rineka Cipta.
Jakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai