“ HELMINTOLOGI “
Disusun Oleh :
Ratna Sari (20330752)
FAKULTAS FARMASI
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan sebagaimana
mestinya dengan baik dan tepat waktu tanpa adanya halangan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Parasitologi.
Adapun judul makalah ini adalah “Helmintologi”. Kami menyadari di dalam penulisan
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, sehingga kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun, untuk perbaikan penulisan makalah selanjutnya.
Dalam penyusunan makalah ini kami tidak terlepas dari mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah turut membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi positif bagi kita semua.
Ratna Sari
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Helmintologi adalah ilmu yang mempelajari parasit yang berupa
cacing.Berdasarkan taksonomi, helmint dibagi menjadi dua macam, yaitu
nemathelminthes (cacing gilik) dan platyhelminthes (cacing pipih). Stadium dewasa
cacing-cacing yang termasuk nemathelminthes (kelas nematoda) berbentuk bulat
memanjang dan padapotongan transversal tampak rongga badan dan alat-alat. Cacing
ini mempunyai alat kelamin terpisah. Cacing dewasa yang termasuk platyhelmintes
mempunyai badan pipih,tidak mempunyai rongga badan dan biasanya bersifat
hemafrodit.
Penyakit karena cacing (helminthiasis), banyak tersebar di seluruh
dunia,terutama di daerah tropis. Hal ini berkaitan dengan faktor cuaca dan tingkat
sosio-ekonomi masyarakat.Kebanyakan cacing memerlukan suhu dan kelembaban
udara tertentu untuk hidup dan berkembang biak. Sebagian cacing memerlukan
vertebrata atau invertebrate tertentu sebagai host, misalnya ikan, siput, crustacea atau
serangga, dalam siklus (lingkaran) hidupnya.
Di daerah tropis, host-host ini juga banyak berhubungan dengan manusia,
karena tidak adanya pegendalian dari masyarakat setempat.Serangga, seperti nyamuk
dan lalat pengisap darah, di samping sebagai intermediate host, juga merupakan
bagian dari lingkaran hidup cacing. Penyebaran telurcacing yang ke luar bersama
feses penderita, tidak hanya berkaitan dengan cuaca, seperti hujan, suhu dan
kelembaban udara, tetapi juga berkaitan dengan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat tentang sanitasi. Kebiasaan penggunaan feses manusia sebagai pupuk
tanaman menyebabkan semakin luasnya pengotoran tanah, persediaan air rumah
tangga dan makanan tertentu, misalnya sayuran, akan meningkatkan jumlah penderita
helminthiasis.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi dari Helmintologi ?
2. Apa Saja Klasifikasi dari Helmintologi ?
3. Apa saja Klasisifikasi dari Platyhelminthes dan Jenis – jenis Cacing Penyebab
Penyakit ?
4. Apa saja Klasisifikasi dari Nemathelminthes dan Jenis – jenis Cacing
Penyebab Penyakit ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Helmintologi.
2. Untuk mengetahui Klasifikasi dari Helmintologi.
3. Untuk mengetahui Klasifikasi dari Platyhelminthes dan Jenis – jenis Cacing
Penyebab Penyakit.
4. Untuk mengetahui Klasifikasi dari Nemathelminthes dan Jenis – jenis Cacing
Penyebab Penyakit.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Helmintologi
Helmintologi adalah ilmu cabang dari parasitologi. Helmintologi, diadopsi
dari kata helmintos yang artinya cacing, dan logos yang artinya ilmu. Sementara
Parasitologi berasal dari kata parasitos yang artinya organisme yang mengambil
makan, dan logos yang artinya ilmu, telaah. Helmintologi merupakan suatu bidang
ilmu tentang cacing yang berperan sebagai parasit. (Jangkung, 2002)
Dalam kaitan dengan masalah kesehatan, maka parasitologi medik
mempelajari parasit yang menghinggapi manusia dapat menyebabkan penyakit dan
bahkan kematian. Dalam bidang kedokteran dikenal sebagai ilmu yang mempelajari
infeksi kecacingan pada manusia, apakah itu menyangkut infeksi kecacingan, faktor-
faktor yang menyebabkan terjadinya infeksi kecacingan, dampak yang ditimbulkan
oleh infeksi karena cacing, serta upaya pencegahan dan pengobatan infeksi
kecacingan tersebut.
Cacing yang bersifat parasit pada manusia termasuk dalam 2 golongan besar,
yaitu cacing bulat (Nemathelminthes) dan cacing pipih (Platyhelminthes). Dari
Nemathelminthes yang terpenting adalah kelas Nematoda sedangkan dari
Platyhelminthes adalah kelas Trematoda dan Cestoda. (Indan Entjang, 2003).
B. Klasifikasi Helmintologi
Klasifikasi dari Helmintologi yaitu :
1. Nemathelminthes
Nemathelminthes berasal dari bahasa yunani, nema = benang,
helminthes=cacing) disebut sebagai cacing gilig ukaran tubuhnya berbentuk bulat
panjang atau seperti benang. Berbeda dengan Platyhelminthes yang belum
memiliki rongga tubuh, Nemathelminthes sudah memiliki rongga tubuh meskipun
bukan rongga tubuh sejati. Oleh karena memiliki rongga tubuh semu,
Nemathelminthes disebut sebagai hewan Pseudoselomata.
2. Platyhelminthes
Platyhelminthes (dalam bahasa yunani, platy=pipih, helminthes=cacing) atau
cacing pipih adalah kelompok hewan yang struktur tubuhnya sudah lebih maju
dibandingkan porifera dan Coelenterata. Tubuh Platyhelminthes memiliki tiga
lapisan sel (triploblastik), yaitu ekstoderm, mesoderm, dan endoderm.
2.2. Cestoda
a. Morfologi
Ukuran cacing dewasa pada Cestoda bervariasi dari yang panjangnya hanya 40
mm sampai yang panjangnya 10-12 meter. Cestoda adalah cacing hermafrodit. Cacing
ini terdiri atas scolex (kepala) yang berfungsi sebagai alat untuk mengaitkan diri pada
dinding intestinum. Di belakang scolex terdapat leher, merupakan bagian cacing yang
tidak bersegmen. Di belakang leher tumbuh proglotid yang semakin lama semakin
banyak yang menyebabkan cacing menjadi semakin panjang dan bersegmen-segmen.
Setiap proglotid (segmen) dilengkapi dengan alat reproduksi (jantan dan betina).
Semakin jauh dari scolex, proglotidnya semakin tua sehingga proglotid yang paling
ujung seolah-olah hanya sebagai kantung telur saja sehingga disebut proglotid
gravida. Proglotid muda selalu dibentuk dibelakang leher, sehingga proglotid tua akan
didorong semakin lama semakin jauh letaknya dari scolex. Seluruh cacing mulai
scolex, leher, sampai proglotid yang terakhir disebut strobila. Cestoda berbeda dengan
nematoda dan trematoda, tidak memiliki usus. Makanan masuk dalam tubuh cacing
karena diserap oleh permukaan tubuh cacing. Berikut ini bagian-bagian tubuh cacing:
Kepala (scolex)
Leher
Tidak bersegmen, sesudah scoleks melanjut ke leher.
Tubuh atau badan
Terdiri dari segmen-segmen (Proglottid) yang dipisahkan oleh garis-garis transversal,
tiap-tiap proglotid biasanya mengandung 1 atau 2 set organ reproduksi.
b. Siklus Hidup
Siklus hidup cacing pita sederhana dalam arti bahwa tidak ada fase aseksual
seperti pada cacing pipih lainnya, tetapi rumit karena setidaknya satu hospes perantara
diperlukan serta tuan rumah definitif. Pola siklus hidup telah menjadi kriteria penting
untuk menilai evolusi antara Platyhelminthes. Banyak cacing pita memiliki siklus
hidup dua fase dengan dua jenis host, yaitu:
1. Taenia saginata dewasa tinggal di usus yang seperti parasit pada manusia.
2. Proglottids dari Taenia saginata meninggalkan tubuh melalui anus dan jatuh ke
tanah, di mana mereka mungkin jatuh pada rumput dan dimakan oleh hewan
pemakan rumput seperti sapi. Ini dikenal sebagai hospes perantara atau host
itermediate.
3. Bentuk remaja dari Teania saginata bermigrasi dan menetap sebagai kista dalam
jaringan tubuh host intermediate seperti otot, dan bukan pada usus. Taenia
saginata remaja ini menyebabkan kerusakan lebih banyak pada host yang
menjadi tuan rumah definitif.
4. Parasit melengkapi siklus hidupnya ketika melewati hospes perantara parasit ke
host definitif, ini biasanya terjadi karena host definitif makan suatu bagian dari
host perantara yang telah terinfeksi oleh Taenia saginata remaja. Seperti
kemungkinan manusia memakan daging sapi yang telah terinfeksi oleh Taenia
saginata, sehingga cacing tersebut dapat masuk dalam tubuh manusia dan
menetap di usus.
Phasmidian
Aphasmidia
3. Enterobios Verobiularis
Ini adalah parasit di usus besar manusia. Jika mereka bertelur, cacing betina
bermigrasi ke daerah sekitar anus, menyebabkan gatal. Jika kita secara tidak
sengaja menggaruknya, maka tanpa mencuci tangan, telur cacing bisa ditelan lagi.
Cacing betina memiliki panjang sekitar 1 cm, dan jantan sekitar 0,5 cm.
4. Ancylostoma Duodenale
Apakah cacing tambang biasa ditemukan di daerah mangsa. Panjang tubuh cacing
adalah dari 1 sampai 1,5 cm. Sebuah parasit di usus manusia. Dengan
menggunakan gigi pengait, cacing ini menempel pada dinding usus dan menyedot
darah dari inang. Karena itu, cacing ini dapat menyebabkan anemia. Larva cacing
menginfeksi manusia melalui kulit kaki mereka, yang tidak membumi.
5. Ascaris Lumbricoides
Parasit di usus kecil manusia, dikenal sebagai cacing gelang atau cacing lambung.
Cacing betina lebih panjang dari cacing jantan. Panjang tubuh bisa mencapai 25
cm, diameter tubuh sekitar 0,5 cm, cacing betina mampu menghasilkan hingga
200.000 telur per hari.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Helmintologi adalah ilmu cabang dari parasitologi. Helmintologi, diadopsi dari
kata helmintos yang artinya cacing, dan logos yang artinya ilmu. Sementara
Parasitologi berasal dari kata parasitos yang artinya organisme yang mengambil
makan, dan logos yang artinya ilmu, telaah. Helmintologi merupakan suatu bidang
ilmu tentang cacing yang berperan sebagai parasit. Cacing yang bersifat parasit pada
manusia termasuk dalam 2 golongan besar, yaitu cacing bulat (Nemathelminthes) dan
cacing pipih (Platyhelminthes). Dari Nemathelminthes yang terpenting adalah kelas
Nematoda sedangkan dari Platyhelminthes adalah kelas Trematoda dan Cestoda.
Masalah kecacingan di masyarakat, selalu identik dengan kondisi sanitasi dan
personal hygiene. Karena identik itulah maka permasalahan tentang kecacingan di
Indonesia berbeda dari suatu masyarakat ke masyarakat lainnya.
Untuk memberantas cacing harus memutuskan rantai daur hidupnya, yang dapat
dilakukan dengan dua metode yaitu pencegahan dan pengobatan. Metode pencegahan
dilakukan dengan cara: perbaikan cara pembuangan kotoran agar tidak mengotori
tanah permukaan, memakai sepatu bila berada di daerah di mana tanahnya
terkontaminasi, menjaga kebersihan perorangan misalnya dengan selalu mencuci
tangan dengan air bersih sebelum dan sesudah makan dan minum sehingga telur
cacing yang infektif tidak tertelan. Metode pengobatan dilakukan dengan cara:
pengobatan semua penderita untuk menghilangkan sumber penularan.
B. Saran
1. Perlunya menjaga kebersihan diri dan lingkungan untuk mencegah penyakit
cacing.
2. Pengolahan makanan maupun minuman harus dengan cara yang benar agar tidak
tercemar oleh telur cacing.
3. Dilakukannya pengobatan pada penderita untuk menghilangkan sumber
penularan.
DAFTAR PUSTAKA