Anda di halaman 1dari 16

HALAMAN JUDUL

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU


ZOOLOGI INVERTEBRATA NURUL HIMMAH, S.Pd, M.Pd

MAKALAH

Filum Platyhelminthes

Oleh:

Kelompok 3

1. Hayyatun Najema 210101110061


2. Rahma Wati 210101110655
3. Nurul Huda 210101110893

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN
2022
KATA PENGANTAR
‫الرحيــم‬
ّ ‫الرحمن‬
ّ ‫بــسم هللا‬

Segala puji hanyalah bagi Allah SWT, atas segala limpahan karunia,
nikmat, dan petunjuk-Nya sehingga pada akhirnya makalah ini dapat selesai.
Shalawat serta salam selalu kita haturkan kepada panutan kita, Nabi Besar
Muhammad Saw, keluarga, sahabat, dan para pengikut beliau hingga akhir zaman.
Alhamduillah atas izin-Nya dan atas kerja sama yang baik dari teman-teman yang
telah memberikan ide-idenya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
penulisan makalah yang berjudul ”Filum Platyhelminthes” dengan tepat waktu,
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

Kami sampaikan terima kasih banyak kepada ibu Nurul Himmah, S.Pd,
M.Pd, selaku dosen pengampu mata kuliah Zoologi Invertebrata yang telah
mempercayakan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-
baiknya. Juga kepada kedua orang tua serta teman-teman sekalian yang selalu
memberikan dukungan kepada kami.

Harapan kami, semoga makalah ini mampu memberikan manfaat dalam


meningkatkann pengetahuan sekaligus wawasan kepada kita semua. Penulis
berharap kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Banjarbaru, 23 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1


A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan Makalah........................................................................ 2
D. Manfaat Penulisan Makalah ...................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3


A. Pengertian Filum Platyhelminthes............................................................. 3
B. Ciri-Ciri Filum Platyhelminthes ................................................................ 3
C. Klasifikasi Filum Platyhelminthes ............................................................ 4
1. Turbellia-Cacing Berambut Getar ........................................................ 4
2. Trematoda-Cacing Isap ........................................................................ 7
3. Cesoda-Cacing Pita .............................................................................. 9
D. Peranan serta kegunaan dan kerugian Filum Platyhelminthes .................. 10

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 12


A. kesimpulan ............................................................................................. 12
B. Saran ...................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Platyhelminthes adalah cacing daun yang umumnya bertubuh pipih.
Cacing ini merupakan yang paling sederhana diantara semua hewan simetris
bilateral. Platyhelminthes memiliki tubuh padat, lunak, dan epidermis bersilia.
Cacing pipih merupakan hewan tripoblastik yang tidak mempunyai rongga tubuh
(acoelomata).Sebagian besar cacing pipih, seperti cacing isap dan cacing pita
adalah parasit. Namun,banyak yang hidup bebas yang habitatnya di air tawar dan
air laut, khususnya di pantai berbatu dan terumbu.
Filum ini terdiri atas 9000 spesies. Pemberian nama pada organisme ini
adalah sangat cepat. Sejumlah besar hewan ini berbentuk hampir menyerupai pita.
Hewan ini simetris bilateral dengan sisi kiri dan kanan, permukaan dorsal dan
ventral dan juga anterior dan posterior. Cacing parasit ini mempunyai lapisan
kutikula dan silia yang hilang setelah dewasa. Hewan ini mempunyai alat
pengisap yang mungkin disertai dengan kait untuk menempel. Cacing pipih belum
mempunyai sistem peredaran darah dan sistem pernafasan. Sedangkan sistem
pencernaannya tidak sempurna, tanpa anus. Platyhelminthes terbagi dalam 3
kelas, yaitu Kelas Turbellaria, Kelas Trematoda dan kelas Cestoda.Walaupun
hidup sebagai parasit tetapi cacing ini memiliki peran dalam kehidupan. Untuk
lebih mengetahui lebih jauh mengenai hewan-hewan dalam kelas ini, maka akan
di bahas pada BAB II

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah pada makalah ini
adalah sebagai berikut.

1. Apakah Pengertian Filum Platyhelminthes ?


2. Sebutkan ciri-ciri Filum Platyhelminthes ?
3. Sebutkan dan jelaskan Klasifikasi Filum Platyhelminthes ?

1
4. Jelasan mengenai peranan serta kegunaan dan kerugian Filum
Platyhelminthes bagi manusia ?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk mengetahui Pengertian Filum Platyhelminthes.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri Filum Platyhelminthes.
3. Untuk mengetahui Klasifikasi Filum Platyhelminthes.
4. Untuk mengetahui peranan serta kegunaan dan kerugian Filum
Platyhelminthes bagi manusia

D. Manfaat Penulisan Makalah


Dengan menulis makalah ini diharapkan agar pembaca mampu memahami
mengenai Filum Platyhelminthes serta klasifikasi . Makalah ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi pembaca seperti peserta didik guna memperdalam pengetahuan
dan wawasan tentang peranannya serta keuntungan maupun kerugian Filum
Platyhelminthes bagi makhluk hidup.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Filum Platyhelminthes


Platyhelminthes berasal dari bahasa Yunani. Platy berarti pipih dan helmin
berarti cacing. Jadi, Platyhelminthes adalah cacing yang berbentuk pipih. Hewan
yang tergolong ke dalam filum Platyhelminthes memiliki ujung posterior (ekor),
permukaan ventral, dan permukaan dorsal. Cacing ini sebagian besar hidup bebas
baik di air tawar maupun di air laut.1
Platyhelminthes adalah filum ketiga dari kingdom animalia setelah
porifera dan coelenterata. Platyhelminthes adalah hewan triploblastik yang paling
sederhana. Cacing ini bisa hidup bebas dan bisa hidup parasit. Yang merugikan
adalah platyhelminthes yang hidup dengan cara parasite. Platyhelminthes terbagi
dalam 3 kelas, yaitu Kelas Turbellaria, Kelas Trematoda dan kelas Cestoda

Sumber : Image app Goggle Sumber : Image app Goggle Sumber : Image app Goggle
Gambar 1.1 Turbellaria Gambar 1.2 Trematoda Gambar 1.3 Cestoda

B. Ciri-Ciri Filum Platyhelminthes


1. Bertubuh pipih, kadang-kadang seperti pita, lunak, simetri bilateral,
triploblastik, danacoelomate,dan tidak bersegmen.
2. Belum memiliki sistem peredaran darah.

1
Karmana, Oman. (2007). Cerdas Belajar Biologi untuk kelas X sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.
Bandung : Media Pratama. Hlm 200

3
3. Alat pencernaan kadang-kadang agak kompleks dan tidak memiliki
anus.
4. Alat eksresi berupa sel-sel api dengan saluran yang berhubungan
dengannya.
5. Umumnya bersifat parasit pada tubuh hewan lainnya
6. Reproduksi secara seksual dan aseksual. Secara seksual dilakukan
dengan perkawinan silang atau perkawinan sendiri, karena bersifat
hermaprodit (monoceus). Secara aseksual dengan fragmentasi dan
membentuk generasi baru (regenerasi).
7. Susunan syaraf terdiri atas 2 ganglia yang berbentuk cincin
membentuk tangga tali.
8. Tubuhnya terdiri atas bagian kepala (anterior), ekor (posterior), bagian
punggung(dorsal), bagian perut (ventral), dan bagian samping
(lateral).
9. Belum memiliki sistem respirasi. Masuknya oksigen (O2) dan
keluarnya karbondioksida (CO2) melalui permukaan kulit.
10. Hidup bebas di air tawar maupun tempat-tempat lembab.
11. Sangat sensitif terhadap cahaya.2

C. Klasifikasi Filum Platyhelminthes


1. Turbellaria- Cacing Berambut Getar
Kelompok cacing Turbellaria adalah cacing yang hidup bebas dan
bergerak dengan bulu getarnya, contohnya Planaria sp. 3Cacing ini dapat
digunakan sebagai indikator biologis kemurnian air. Apabila dalam suatu
perairan banyak terdapat cacing ini, berarti air tersebut belum tercemar
karena cacing ini hanya dapat hidup di air yang jernih, sehingga apabila air
tersebut tercemar maka cacing ini akan mati. Kelas Turbellaria termasuk
planaria air tawar seperti Dugesia yang memberi makan organisme kecil

2
Campbell, Neil A dkk. (2003). Biologi Edisi Kelima JILID II. Jakarta : Erlangga.hlm 77
3
Mardiastuti, Wiwik Endang.2010.Mengenal Hewan Invertebrata.Bekasi:Penerbit Mitra Utama.hln 118

4
atau tetap sebagai makhluk kecil.Kepala planaria berbentuk ujung panah,
dengan tambahan sisinya sebagai pengindera makanan atau keberadaan
organisme lain. Cacing pipih mempunyai dua bintik mata yang peka cahaya,
memiliki pigmen sehingga Nampak seperti mata bersilangan. Adanya tiga
lapisan otot membuatnya dapat melakukan berbagai gerak.Sel kelenjar
mengeluarkan material lendir untuk hewan ini dapat meluncur. Memiliki sel
api sebagai sistem ekskresi yang terdiri dari serangkaian kana-kanal yang
saling berhubungan di sepanjang kedua sisilongitudinal tubuhnya.Sel api
adalah sel berbentuk gelembung berisi seberkas silia dan terdapat lubang di
bagian tengah gelembung itu. Sel api ini berfungsi baik untuk ekskresi
maupun pengaturan osmosis.

Ciri Umum
a. Merupakan cacing pipih yang dapat bergerak dengan menggetarkan
bulu gatarnya.
b. Di permukaan ventral cacing ini terdapat yang dapat digetarkan,
c. Sebagian besar Turbellaria adalah cacing yang hidup bebas,
d. Panjang tubuh bervariasi dari 5-50 mm,
e. Dengan mikroskop biasa bulu getar tak terlihat,
f. Hidup di air laut,air tawar dan tanah basah,
g. Jarang yang hidup sebagai parasite,
h. Melakukan fragmentasi.

Sumber :image app google

Gambar 3.1 Planaria sp

5
1) Habitat
Hidup bebas di perairan air tawar yang jernih dan tidak mengalir, biasanya
berlindung di tempat-tempat yang teduh (di balik batu-batuan, di bawah daun
yang jatuh).
2) Struktur Tubuh
Tubuh pipih dorsoventral, bagian kepala berbentuk segitiga dengan tonjolan
seperti dua keping yang terletak di sisi lateral yang disebut aurikel, bagian ekor
meuncing. Panjang tubuh sekitar 5-25 mm, bagian tubuh sebelah dorsal
warnanya lebih gelap daripada warna tubuh sebelah ventral. Di tengah-tengah
bagian dorsal kepalanya terdapat bintik mata (berfungsi untuk membedakan
gelap dan terang). Dekat pertengahan tubuh bagian ventral agak ke arah ekor
terdapat lubang mulut. Lubang mulut berhubungan dengan kerongkongan yang
dindingnya dilengkap dengan otot daging sirkular dan longitudinal. Kerong
kongan dapat ditarik dan cijulurkan. Dalam posisi menjulur kerong kongan
tersebut mirip belalai (proboscis). Di sepanjang pinggiran tubuh bagian ventral
terdapat "zona adesif" yang menghasilkan lendir liat (berfungsi untuk
melekatkan diri ke permukaan yang ditempelinya). Di permukaan ventral
ditutupi oleh rambut-rambut getar halus (berfungsi dalam pergerakan). 4

Sumber :Rusyana Adun (2013) Sumber :Rusyana Adun (2013)


Gambar 3.1 Morfologi Planaria sp Gambar 3.1 Penampang Melintang
Planaria sp

4
Rusyana, Adun. (2018) Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktik). Bandung: Alfabeta hlm54

6
Planaria sp bersifat fototropik negatif. Tubuh bersilia untuk
pergerakan hidup bebas, reproduksi aseksual: fragmentasi, tingkat regenerasi
sangat tinggi. Reproduksi seksual:membentuk sperma dan ovum,
Hermaprodit (fertilisasisilang), zigot tanpa periode larva.
2. Trematoda- cacing isap
Jenis cacing Trematoda hidup sebagai parasit pada hewan dan
manusia. Tubuhnya dilapisi dengan kutikula untuk menjaga agar tubuhnya
tidak tercerna oleh inangnya dan mempunyai alat pengisap dan alat kait untuk
melekatkan diri pada inangnya. Contoh anggota Trematoda adalah Fasciola
hepatica (cacing hati). Cacing ini hidup di hati ternak kambing,biri-biri, sapi,
dan kerbau. Kelas Trematoda termasuk cacing kait (flukes) baik dalam
darah,hati maupun paru-paru. Cacing kait tidak memiliki kepala, namun
memiliki mulut penghisap.Sistem pencernaan, sistem saraf dan sistem
pembuangan yang kurang tapi sistem reproduksinya berkembang baik walau
hermaphrodit.Cacing kait darah menyebabkan penyakit schistosomiasis.
Cacing ini terdiri dari jantan dan betina. Cacing betina
menumpuk/menyimpan telur-telurnya dalam pembuluh darah di sekitar usus
inang. Telur-telur ini bermigrasi ke usus lalu dikeluarkan tubuh bersama
feses. Telur menetas menjadi larva di dalam air dan berenang mencari siput
air. Larva bereproduksi secara aseksual dan akhirnya meninggalkan siput.
Ketika larva menembus kulit manusia, selanjutnya akan matang di hati lalu
menembus pembuluh darah pada usus5

Sumber : image app google

Gambar 3.2 Fasciola hepatica

5
Rusyana, Adun.2011.Zoologi Invertebrata.Bandung:Alfabeta.hlm43

7
Ciri Umum :
a. Hidup sebagai parasit
b. Tidak bersilia dan tubuhnya dilapisi oleh kutikula agar tidak tercerna oleh
tubuh inang
c. Memiliki alat pengisap yang dilenkapi dengan kait-kait untuk melekatkan
diri pada inangnya
d. Memiliki batil isap perut dan batil isap mulut
e. Ada yang hidup ektoparasit ada juga yang hidup endoparasi
Contoh :
a. Fasciola hepatica
Hidup sebagai parasit pada hati beberapa jenis hewan, makanya
cacing ini sering disebut cacing hati. Fasciola hepatica bentuk tubuh pipih,
panjang tubuh antara 2-5 cm,dikepala ada 2 alat isap. Fasciola hepatica
bersifat hermafrodit. Reproduksi secara seksual dengan perkawinan silang
/ sendiri.
b. Clonorchis sinensis
Cacing hati pada manusia, reproduksinya secara seksual. Fase
metaserkaria dari cacing ini masuk ke dalam daging ikan air tawar
(sebagai hospes perantaranya). Salah satu cara untuk menghindar diri sari
cacing ini adalah tidak mengonsumsi ikan yang tidakdimasak.
c. Schistosoma japonicum
Disebut juga cacing darah, hidup pada pembuluh darah balik
(vena) perut. Hidupsebagai parasit pada manusia, kucing, anjing, babi,
biri-biri, sapi dan binatang pengerat.Cacing jantan tubuhnya panjang 9-22
mm. Cacing betina ukurannya 14-26 mm, tubuhnya melipat melindungi
tubuhnya ramping.
d. Paragonimus westermani
Hidup parasit di paru-paru manusia, kucing dan babi. Larvanya
hidup pada siput dan metaserkarianya menempel pada udang ait tawar.

8
3. Cestoda- Cacing Pita
Cacing ini dikenal sebagai cacing pita. Seperti cacing hati, cacing
pita bersifat sebagai parasit pada hewan dan manusia, jumlahnya sekitar
1500 species. Cacing ini membentuk koloni seperti pita sehingga
panjangnya bisa mencapai 20 m atau lebih. Tubuh kita dapat dimasuki
cacing ini apabila kita memakan ikan, daging sapi, anjing, atau babi yang
tidak matang. Jenis yang terkenal adalah Taenia saginata (inangnya hewan
sapi) dan Taenia solium(inangnya hewan babi).Bagian scolex memiliki
pangait dan pengisap yang memungkinkannya menempel pada dinding
usus inang. Di bawah skolex terdapat leher yang pendek dan tali panjang
proglottid, dimana setiap proglottid berisi satu set penuh organ kelamin
jantan dan betina dan stuktur lainnya.Seteleh terjadi pembuahan, proglottid
menjadi sekantung telur masak, lalu putus dan keluar bersama feses. Jika
telur ini tertelan oleh babi atau sapi, larvanya menjadi sistiserkusdi dalam
otot inang. Jika manusia memakan daging babi atau sapi yang terinfeksi
yang tidak sempurna.

Sumber : image app google


Gambar 3.3 Cestoda

9
Ciri Utama:
a. Bentuk tubuh pipih seperti pita
b. Tidak bersilia
c. Tubuh ditutupi oleh kutikula
d. Memiliki saluran pencernaan makanan
e. Memiliki skoleks, sucker,dan rostelum
f. Memiliki dua hospes
g. Hewan hermaprodite
h. Mampu melakukan pembuahan sendiri
i. Bentuk infektif : Systecercus
Contoh :
a. Taenia Saginata dan Taenia Solium Daur hidupnya:Proglotid (bersama
feces) - mencemari makanan babi – dimakan babi- usus babi (telur
menetas jadi hexacan) - aliran darah - otot/daging (sistiserkus) - manusia -
usus manusia (sistiserkus pecah - skolex menempel di dinding usus) -
sampai dewasa dimanusia - keluar bersama feses.
b. Dyphylobothrium latum, hidup parasit pada manusia, anjing, kucing,
serigala,inang perantaranya ikan.
c. Echinoccus granulosus, hidup parasit pada usus anjing / karnivora
lainnya,inang perntaranya babi, biri-biri dan manusia.
d. Monogenea
Ektoparasit pada ikan laut dan ikan air tawar, amphibi, reptil, &
averterbrata lain.Satu inang monogenea.Berukuran 0,2 – 0,5 mm, posterior
opisthaptor.

D. Peranan Serta Kegunaan dan Kerugian Filum Platyhelminthes Bagi


Manusia
Karena kebanyakan platyhelminthes hidup sebagai parasit, pada
umunya phyllum ini akan merugikan manusia. selain manusia, ada pula cacing
pita inang domba, babi dan sapi. dulu amat banyak orang-orang cina, jepang
dan korea yang menderita karena penyakit parasit (clonorchis), disamping

10
belum berkembang ilmu kesehatan, mereka juga suka makan daging mentah
atau setengah matang.Usaha-usaha untuk mencegah infeksi cacing pita pada
manusia dan pada inang lain biasanya dengan memutuskan daur cacing pita,
baik dengan cara mencegah jangan sampai inang perantara terkena infeksi
maupun dengan jalan mencegah jangan sampai inag sendiri terkjena infeksi,
selain itu juga pembuangan tinja manusia perlu diatur menurut syarat-syarat
kesehatan sehingga tidak memungkinkan heksakan yang keluar bersama tinja-
tinja itu sampai tertelan babi, sementara itu semuadaging babi, sapi dan ikan
yang mungkin mengandung sisteserkus harus dimasak sebaik-baiknya oleh
manusia.
Pada umumnya Platyhelminthes merupakan organisme yang dapat
berperan menguntungkan maupun merugikan. Adapun peran Platyhelminthes
bagi kehidupan antara lain adalah sebagai berikut :6
1. Peranan yang merugikan
a. Schistosoma mansoni (Blood Flukes) merupakan parasit yang dapat
menyebabkan skistosomiasis atau pendarahan ketika mengeluarkan
fases.
b. Parasit yang dapat menyebabkan kerusakan fungsi hati secara total.
c. Mengganggu fungsi kerja organ jantung, limfa, dan ginjal yang
terdapat pada manusia.
d. Untuk jenis cacing pita, yaitu Taenia Saginata, Taenia Solium, dan
Dibothriocephalus yang hidup sebagai parasit di dalam usus manusia
2. Peranan yang menguntungkan
a. Platyhelminthes jenis Planaria dapat dimanfaatkan untuk indikator
pencernaan air,
b. Semakin bertambah dan bervariasi bioderfitas animalia diindonesia.
c. Sebagai alat percobaan bagi para ilmuwan.

6
Suwignyo, Sugiarti dkk.2005.Avertebrata Air Jilid 1.Jakarta:Penerbit Swadaya.hlm89

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Platyhelminthes berasal dari bahasa Yunani. Platy berarti pipih dan helmin
berarti cacing. Jadi, Platyhelminthes adalah cacing yang berbentuk pipih. Hewan
yang tergolong ke dalam filum Platyhelminthes memiliki ujung posterior (ekor),
permukaan ventral, dan permukaan dorsal. Cacing ini sebagian besar hidup bebas
baik di air tawar maupun di air laut. Platyhelminthes terbagi dalam 3 kelas, yaitu
Kelas Turbellaria, Kelas Trematoda dan kelas Cestoda. Pada umumnya
Platyhelminthes merupakan organisme parasit tetapi juga memiliki peran
menguntungkan maupun merugikan.
Adapun peran yang merugikan Schistosoma mansoni menyebabkan
pendarahan ketika mengeluarkan fases, Parasit yang menyebabkan kerusakan
fungsi hati, Mengganggu fungsi kerja organ jantung, limfa, dan ginjal yang
terdapat pada manusia, Untuk jenis cacing pita, yaitu Taenia Saginata, Taenia
Solium, dan Dibothriocephalus yang hidup sebagai parasit di dalam usus manusia.
Adapun peranan yang menguntungkan Platyhelminthes jenis Planaria dapat
dimanfaatkan untuk indikator pencernaan air, semakin bertambah dan bervariasi
bioderfitas animalia dan sebagai alat percobaan bagi para ilmuwan.

B. Saran
Bahwa dalam ilmu Biologi itu terdapat berbagai macam mahkluk hidup.
Salah satunya hewan, hewan ada yang merugikan dan ada yang menguntungkan.
Maka dari itu, kita harus memahami tentang filum platyhelminthes ini, supaya
kita dapat mengetahui pengertian, ciri, klasifikasi dan peranan manusia. Untuk
menambah wawasan ilmu pengetahuan.

12
DAFTAR PUSTAKA
Karmana, Oman. (2007). Cerdas Belajar Biologi untuk kelas X sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah. Bandung : Grafindo Media Pratama.
Campbell, Neil A dkk. (2003). Biologi Edisi Kelima JILID II. Jakarta : Erlangga.
Rahmawati, A., Haryono, T., & Ambarwati, R. (2014). Pengembangan LKS
Pengamatan Subpokok Bahasan Filum Platyhelminthes, Nemathelminthes,
dan Annelida Berorientasi Concept Attainment Model untuk Kelas X
SMA. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi, 3(1), 416-417
Alawiyah, H., Muldayanti, N. D., & Setiadi, A. E. (2016). Analisis Kesulitan
Belajar Siswa dalam Memahami Materi Invertebrata di Kelas X MAN 2
Pontianak. Jurnal Bioeducation, 3(2)
Noortiningsih, N., Jalip, I. S., & Handayani, S. (2012). Keanekaragaman
Makrozoobenthos, Meiofauna dan Foraminifera di Pantai Pasir Putih Barat
dan Muara Sungai Cikamal Pangandaran, Jawa Barat. VIS VITALIS
Jurnal Ilmiah Biologi,1.(1)
Kusnadi, dkk. 2010. BUKU SAKU BIOLOGI SMA. Jakarta : Kawan Pustaka
Mardiastuti, Wiwik Endang.2010.Mengenal Hewan Invertebrata.Bekasi:Penerbit
Mitra Utama.
Rusyana, Adun.2011.Zoologi Invertebrata.Bandung:Alfabeta.
Suwignyo, Sugiarti dkk.2005.Avertebrata Air Jilid 1.Jakarta:Penerbit Swadaya.
Rusyana, Adun. (2018) Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktik). Bandung:
Alfabeta hlm 45

13

Anda mungkin juga menyukai