Dasar Biomedik II
Tentang
“TREMATODA (PARU)”
Disusun Oleh:
Ilfi Fauziah Effendy
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena Ridho-Nya
lah makalah tentang “Trematoda” ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih,
juga kami sampaikan kepada dosen pembimbing kami yang telah memberi
pengarahan yang baik kepada kami dalam menyusun makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Cover
Daftar Pengantar.......................................................................................... ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Trematoda atau cacing daun yang berparasit pada hewan dapat dibagi
menjadi tiga sub klas yaitu Monogenea, Aspidogastrea, dan Digenea. Pada hewan
jumlah jenis dan macam cacing daun ini jauh lebih besar dari pada yang terdapat
pada manusia, karena pada hewan sub-klas ini dapat dijumpai.
Cacing daun yang dikenali merupakan jenis cacing yang tergolong dalam
kelas Trematoda filum Platyhelmintes. Cacing daun ini bersifat parasit. Pada
umumnya cacing ini bersifat hermafrodit, kecuali cacing schistosoma. Spesies
yang menjadi parasit pada manusia merupakan golongan subkelas Dignea, yang
hidup sebagai endoparasit. Sebagian besar caciang trematoda ditemukan di benua
Asia dan Afrika, beberapa spesies yang ditemukan di Indonesia seperti
1
fasciolopsis buski di kalimantan, echinostoma di jawa dan sulawesi, heterophydae
di jakarta, schistoma japonicum di sulawesi tengah.
1.2 Pembahasan
1. Apa itu trematoda?
2. Apa morfologi umum trematoda
3. Apa itu trematoda paru?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Trematoda
Trematoda atau cacing daun yang berparasit pada hewan dapat dibagi
menjadi tiga sub klas yaitu Monogenea, Aspidogastrea, dan Digenea. Pada hewan
jumlah jenis dan macam cacing daun ini jauh lebih besar dari pada yang terdapat
pada manusia, karena pada hewan sub-klas ini dapat dijumpai.
Trematoda disebut sebagai cacing isap karena cacing ini memiliki alat
pengisap. Alat penghisap terdapat pada mulut di bagian anterior. Alat hisap
(Sucker) ini untuk menempel pada tubuh inangnya makanya disebut pula cacing
hisap.
Pasa saat menempel cacing ini mengisap makanan berupa jaringan atau
cairan tubuh inangnya. Dengan demikian maka Trematoda merupakan hewan
parasit karena merugikan dengan hidup di tubuh organisme hidupdan
mendapatkan makanan tersedia di tubuh inangnya. Trematoda dewasa pada
umumnya hidup di dalam hati,usus,paru-paru, ginjal, dan pembuluh darah
vertebrata, ternak, ikan, manusia Trematoda. Trematoda berlindung di dalam
inangnya dengan melapisi permukaan tubuhnya dengan kutikula permukaaan
tubuhnya tidak memiliki sila.
3
2.2 Morfologi umum Trematoda
4
telur berisi sel telur, hanya pada beberapa spesies telur sudah mengandung
mirasidium (M) yang mempunyai bulu getar. Bila sudah mengandung mirasisium
telur,menetes di dalam air (telur matang). Pada spesies trematoda yang
mengeluarkan telur berisi sel telur, telur akan menjadi matang dalam waktu
kurang lebih 2-3 minggu. Pada beberapa spesies trematoda, telur matang menetes
bila ditelan keong (hospes perantara) dan keluarlah mirasidium yang masuk ke
dalam jaringan keong, atau telur dapat langsung menetas dan mirasidium
berengang di air, dalam waktu 24 jam mirasidium harus sudah menemukan keong
air agar dapat melanjutkan perkembangannya. Keong air di sini berfungsi sebagai
hospes perantara pertama (HP I). Dalam keong air tersebut mirasidium
berkembang menjadi sebuah kantung yang berisi embryo, disebut sporokista (S).
Sporokista ini dapat mengandung sporookista lain atau redia (R), bentuknya
berupa kantung yang sudah mempunyai mulut, faring dan sekum. Di dalam
sporokista II atau redia (R), larva berkembang menjadi serkaria (SK).
M S1 S2 SK : Misalnya Schistosoma
Serkaria kemudian keluar dari keong air dan mencari hospes perantara II
yang berupa ikan, tumbuh-tumbuhan air, katam, udang batu dan keong air lainnya,
atau dapat menginfeksi hospes definitif secara langsung seperti
pada Schistosoma. Dalam hospes perantara II serkaria berubah menjadi
metaserkaria yang berbentuk kista. Hospes definitif mendapat infeksi bila makan
hospes perantara II yang mengandung metaserkaria yang tidak dimasak dengan
baik. Infeksi cacing Schistosoma terjadi dengan cara serkaria menembus kulit
hospes definitif, yang kemudian berubah menjadi skistosomula, lalu berkembang
menjadi cacing dewasa dalam tubuh hospes.
5
2.3 Trematoda Paru (parangonimus westermani)
Kingdom : Animalia
Filum : Platyhelminthes
Kelas : Trematoda Ordo :
Plagiorchiida Famili : Troglotrematidae Genus :
Paragonimus
Spesies : Paragonimus westermani
3. Distribusi
Penyebaran geografis cacing ini di daerah Asia Timur, antara lain China,
Jepang, Korea, Taiwan, serta dapat juga ditemukan di Indonesia, Filipina,
Vietnam, India, Afrika, dan Amerika. Spesies-spesies lain dari genus
paragonimus antara lain : Paragonimus africanus (Afrika), Paragonimus
mexicanus (Meksiko dan Amerika Latin), Paragonimus uterobilateralis
(Nigeria), Paragonimus kellicotti (Jepang).
6
4. Morfologi
7
Ciri-ciri telur :
Telur berbentuk oval
Ukuran : panjang 80 – 120 μm dan lebar 50 – 60 μm
Mempunyai operculum yang khas berdinding tebal
Telur berisis sel-sel ovu, (belum matang).
5. Siklus hidup
8
dalam paru-paru. Kadang-kadang dapat mengembara ke otak dan menjadi
dewasa di situ. Cacing ini dapat hidup selama 5 – 6 tahun. Morfologi
Paragonimus westermani
6. Patogenesis
Karena cacing dewasa berada dalam kista di paru, maka gejala dimulai
dengan adanya batuk kering yang lama kelamaan menjadi batuk parah.
Keadaan ini disebut dengan endemic hemoptysis, cacing dewasa dapat
pula berimigrasi kealat-alat lain dan menimbulkan abses pada alat tersebut
(antara lain hati, limpa, otak, otot, dinding usus)
9
Ektopik infeksi :
Pengobatan :
Obat praziquantel, dengan dosis 25mg/kg/hari secara oral, tiga dosis per
hari selama 2 hari. Obat alternatifnya adalah Triclabendazole dengan dosis
10 mg/kg/hari, satu atau dua dosis perhari.
10
BAB III
PENUTUP\
3.1 Kesimpulan
1. Trematoda berasal dari bahasa yunani Trematodaes yang berarti punya
lobang, bentuk tubuh pipih dorso ventral sperti daun.
2. Trematoda disebut sebagai cacing isap karena cacing ini memiliki alat
pengisap. Alat penghisap terdapat pada mulut di bagian anterior. Alat
hisap (Sucker) ini untuk menempel pada tubuh inangnya makanya disebut
pula cacing hisap.
3. Paragonimus westermani adalah salah satu trematoda paru-paru yang
bersifat hermaprodit yang dapat menimbulkan penyakit paragonimiasis.
Bagian tubuh yang paling utama diserang adalah bagian paru.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini pembaca dan penyusun makalah agar lebih
memperhatikan kebersihan agar terhindar dari penyakit khususnya penyakit yang
disebabkan oleh trematoda paru.
11
DAFTAR PUTAKA
Buku Ajar Parasitologi Kedokteran edisi ke empat. Badan Penerbit FKUI. Jakarta:
sungkar
Sumber : https://medlab.id/paragonimus-westermani/
12