Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

HELMINTOLOGI

Mata Kuliah Parasitologi

Disusun Oleh:

Kelompok 2

Madu Regia (2010204065)

Oktasia Pradini (2010204041)

Muhammad Juanda (2010204024)

Dosen Pembimbing:

Novinovrita, M. M.Si

JURUSAN TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

(IAIN) KERINCI

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya lah
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu.
Shalawat serta salam tak lupa juga kita curahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, karena beliaulah yang telah menghantarkan kita dari zaman
jahiliyah menuju zaman yang penuh berkah. Adapun judul makalah kami
“ Helmintologi”.

Kami sangat berharap semoga dengan adanya makalah ini, kami dapat
memberikan sedikit gambaran dan memperluas wawasan ilmu yang kami miliki
dan dapat bermanfaat bagi pembaca . Kami ucapkan terima kasih kepada Dosen
Pembimbing Ibu Novinovrita, M. M.Si selaku Dosen Pengampu mata kuliah
Parasitologi, yang telah memberikan ilmu dan arahan pada tugas makalah ini. Dan
tanpa bimbingan beliau mungkin tugas ini tidak dapat terselesaikan dengan tepat.

Tentunya masih banyak kesalahan pada tugas makalah ini yang mungkin
tidak kami sadari, oleh karena itu kritik dan saran bagi pembaca sangat kami
harapkan guna perbaikan tugas makalah- makalah selanjutnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Kerinci, 19 Februari 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... 1

DAFTAR ISI ......................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 3

A. Latar Belakang .......................................................................................... 3


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 4

A. Pengertian Helmintologi ........................................................................... 4


B. Pembagian Helmintologi ........................................................................... 5
1. Nemathelminthes................................................................................. 5
2. Platyhelminthes ................................................................................... 7

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 12

A. Kesimpulan ............................................................................................... 12
B. Saran .......................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Helmintologi adalah ilmu yang mempelajari parasit yang berupa
cacing. Berdasarkan taksonomi, helmint dibagi menjadi dua macam, yaitu
nemathelminthes (cacing gilik) dan platyhelminthes (cacing pipih).
Stadium dewasa cacing-cacing yang termasuk nemathelminthes (kelas
nematoda) berbentuk bulat memanjang dan pada potongan transversal
tampak rongga badan dan alat-alat. Cacing ini mempunyai alat kelamin
terpisah. Cacing dewasa yang termasuk platyhelmintes mempunyai badan
pipih, tidak mempunyai rongga badan dan biasanya bersifat hemafrodit.
Penyakit karena cacing (helminthiasis), banyak tersebar di seluruh
dunia,terutama di daerah tropis. Hal ini berkaitan dengan faktor cuaca dan
tingkat ekonomi masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Helmintologi?
2. Apa saja pembagian Helmintologi?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Helmintologi
2. Untuk mengetahui pembagian Helmintologi

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Helmintologi
Helmintologi adalah ilmu yang mempelajari parasit berupa cacing.
Berdasarkan taksonomi, helmin dibagi menjadi : nemathelminthes (cacing
gilik ; nema = benang) dan platyhelmintes (cacing pipih). Stadium dewasa
cacing yang termasuk nemathelminthes (kelas nematoda) berbentuk bulat
memanjang dan pada potongan transversal tampak rongga badan dan alat-
alat dengan kelamin terpisah (Susanto dkk, 2011). Soil Transmitted
Helminth (STH), yaitu nematoda yang dalam siklus hidupnya untuk
mencapai stadium infektif, memerlukan tanah dengan kondisi tertentu.
(Safar, 2010)

Infeksi cacing merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat


terbesar di dunia, terutama di negara berkembang dengan status ekonomi
menengah ke bawah. Sebagian besar cacing bersifat parasit sejati karena
tidak dapat hidup di luar tubuh manusia. Manifestasi infeksi cacing pada
manusia bergantung pada lokasi infeksi, tahap perkembangan pada siklus
hidup cacing, serta ukuran cacing Hal ini berkaitan dengan faktor cuaca
dan tingkat ekonomi masyarakat.

Kebanyakan cacing memerlukan suhu dan kelembaban udara tertentu


untuk hidup dan berkembang biak. Sebagian cacing memerlukan
vertebrata atau invertebrata tertentu sebagai host, misalnya ikan, siput,
crustacea atau serangga, dalam siklus (lingkaran) hidupnya. Di daerah
tropis, host-host ini juga banyak berhubungan dengan manusia, karena
tidak adanya pegendalian dari masyarakat setempat.

Demikian juga kebiasaan makan masyarakat, menyebabkan terjadinya


penularan penyakit cacing tertentu. Misalnya, kebiasaan makan ikan,
kerang, daging atau sayuran secara mentah atau setengah matang. Bila di
dalam makanan tersebut terdapat kista atau larva cacing, maka siklus
hidup cacingnya menjadi lengkap, sehingga terjadi infeksi pada manusia.
Berbeda dengan infeksi oleh organisme lain (bakteri, rikettsia, virus,
jamur, protozoa), pada infeksi karena cacing, cacing dewasanya tidak
pernah bertambah banyak di dalam tubuh manusia.(Onggowaluyo,2002)

4
B. Pembagian Helmintologi
Berdasarkan taksonomi, helmintologi dibagi menjadi:
1. Nemathelminthes (cacing gilik)

Nemathelminthes memiliki tubuh berbentuk bulat panjang seperti


benang dengan ujung-ujung yang meruncing. Cacing ini memiliki
rongga tubuh semu, sehingga disebut sebagai hewan pseudoselomata.
Nemathelminthes umumnya memiliki ukuran tubuh yang mikroskopis,
namun ada pula yang mencapai panjang 1 meter. Individu betina
berukuran lebih besar daripada individu jantan. Permukaan tubuh
Nemathelminthes dilapisi kutikula untuk melindungi diri dari enzim
pencernaan yang berasal dari inangnya. Kutikula ini akan semakin
menguat apabila cacing ini hidup parasit pada usus inang daripada
hidup bebas.

Sistem pencernaan cacing ini telah lengkap, terdiri dari mulut,


faring, usus, dan anus. Mulut terdapat pada ujung anterior, sedangkan
anus terdapat pada ujung posterior. Beberapa jenis ada yang memiliki
kait pada mulutnya. Nemathelminthes tidak memiliki pembuluh darah
dan sistem respirasi. Cairan pseudoselom yang akan mengalirkan
makanan ke seluruh tubuh dan pernapasan akan berlangsung secara
difusi melalui permukaan tubuh.

Nemathelminthes ada yang hidup bebas, ada pula yang parasit pada
manusia. Nemathelminthes yang hidup bebas terdapat di tanah becek
dan di dasar perairan, berperan untuk menguraikan sampah organik,
sedangkan yang parasit akan hidup di tubuh inangnya dan memperoleh
makanan dengan menyerap nutrisi dan darah dari inangnya. Hampir
seluruh hewan dapat menjadi inang bagi Nemathelminthes.
(Winnepennickx, 1995)

5
Nemathelminthes umumnya bereproduksi secara seksual karena
sistem reproduksinya bersifat gonokoris, yaitu alat kelamin jantan dan
betinanya terpisah pada individu yang berbeda. Fertilisasi dilakukan
secara internal. Hasil fertilisasi dapat mencapai lebih dari 100.000 telur
per hari. Saat berada di lingkungan yang tidak menguntungkan, maka
telur dapat membentuk kista untuk perlindungan dirinya.

Terdapat sekitar 80 ribu spesies Nemthelminthes yang telah


diidentifikasi, dan yang belum teridentifikasi juga sangat banyak.
Beberapa nematoda yang menjadi parasit pada manusia adalah:
a) Ascaris lumbricoides (cacing perut), penyebab penyakit ascariasis

b) Ancylostoma duodenale (cacing tambang), banyak di daerah


pertambangan

c) Oxyuris vermicularis (cacing kremi), dapat melakukan autoinfeksi

6
d) Wuchereria bancrofti (cacing rambut), penyebab penyakit kaki
gajah

e) Trichinella spiralis, penyebab penyakit trichinosis

2. Platyhelminthes (cacing pipih)

Platyhelminthes merupakan cacing yang tergolong triploblastik


aselomata karena memiliki 3 lapisan embrional yang terdiri dari
ektoderma, endoderma, dan mesoderma. Namun, mesoderma cacing
ini tidak mengalami spesialisasi sehingga sel-selnya tetap seragam dan
tidak membentuk sel khusus.

Tubuh pipih dosoventral dan tidak bersegmen. Umumnya, golongan


cacing pipih hidup di sungai, danau, laut, atau sebagai parasit di dalam

7
tubuh organisme lain. Cacing golongan ini sangat sensitif terhadap
cahaya. Beberapa contoh Platyhelminthes adalah Planaria yang sering
ditemukan di balik batuan (panjang 2–3 cm), Bipalium yang hidup di
balik lumut lembap (panjang mencapai 60 cm), Clonorchis sinensis,
cacing hati, dan cacing pita.

Sistem pencernaan cacing pipih disebut sistem gastrovaskuler,


dimana peredaran makanan tidak melalui darah tetapi oleh usus.
Sistem pencernaan cacing pipih dimulai dari mulut, faring, dan
dilanjutkan ke kerongkongan. Di belakang kerongkongan ini terdapat
usus yang memiliki cabang ke seluruh tubuh. Dengan demikian, selain
mencerna makanan, usus juga mengedarkan makanan ke seluruh
tubuh. Selain itu, cacing pipih juga melakukan pembuangan sisa
makanan melalui mulut karena tidak memiliki anus. Cacing pipih tidak
memiliki sistem transpor karena makanannya diedarkan melalui sistem
gastrovaskuler. Sementara itu, gas O2 dan CO2 dikeluarkan dari
tubuhnya melalui proses difusi.

Sistem saraf tangga tali merupakan sistem saraf yang paling


sederhana. Pada sistem tersebut, pusat susunan saraf yang disebut
sebagai ganglion otak terdapat di bagian kepala dan berjumlah
sepasang. Dari kedua ganglion otak tersebut keluar tali saraf sisi yang
memanjang di bagian kiri dan kanan tubuh yang dihubungkan dengan
serabut saraf melintang. Pada cacing pipih yang lebih tinggi
tingkatannya, sistem saraf dapat tersusun dari sel saraf (neuron) yang
dibedakan menjadi sel saraf sensori (sel pembawa sinyal dari indra ke
otak), sel saraf motor (sel pembawa dari otak ke efektor), dan sel
asosiasi (perantara).

Beberapa jenis cacing pipih memiliki sistem penginderaan berupa


oseli, yaitu bintik mata yang mengandung pigmen peka terhadap
cahaya. Bintik mata tersebut biasanya berjumlah sepasang dan terdapat
di bagian anterior (kepala). Seluruh cacing pipih memiliki indra
meraba dan sel kemoresptor di seluruh tubuhnya. Beberapa spesies
juga memiliki indra tambahan berupa aurikula (telinga), statosista
(pegatur keseimbangan), dan reoreseptor (organ untuk mengetahui
arah aliran sungai). Umumnya, cacing pipih memiliki sistem
osmoregulasi yang disebut protonefridia. Sistem ini terdiri dari saluran
berpembeluh yang berakhir di sel api. Lubang pengeluaran cairan yang
dimilikinya disebut protonefridiofor yang berjumlah sepasang atau

8
lebih. Sedangkan, sisa metabolisme tubuhnya dikeluarkan secara difusi
melalui dinding sel. Cacing pipih dapat bereproduksi secara aseksual
dengan fragmentasi dan secara seksual dengan perkawinan silang,
walaupun hewan ini tergolong hermafrodit.

Platyhelminthes dapat dibedakan menjadi 3 kelas, yaitu Turbellaria


(cacing bulu getar), Trematoda (cacing isap), Monogenea, dan Cestoda
(cacing pita).
a) Kelas Turbellaria merupakan cacing pipih yang menggunakan bulu
getar sebagai alat geraknya, contohnya adalah Planaria.

b) Kelas Trematoda memiliki alat isap yang dilengkapi dengan kait


untuk melekatkan diri pada inangnya karena golongan ini hidup
sebagai parasit pada manusia dan hewan. Beberapa contoh
Trematoda adalah Fasciola (cacing hati), Clonorchis, dan
Schistosoma.

Siklus hidup cacing Trematoda yaitu Fasciola hepatica bersifat


hermaprodit, dari setiap individu dapat menghasilkan ratusan ribu
telur, telur tersebut dikeluarkan ke usus dan keluar bersama-sama
pengeluaran feses. Bila telur sampai pada tempat yang basah akan
menetas menjadi mirasidium.

9
c) Kelas Cestoda memiliki kulit yang dilapisi kitin sehingga tidak
tercemar oleh enzim di usus inang. Cacing ini merupakan parasit
pada hewan, contohnya adalah Taenia solium dan T. saginata.
Spesies ini menggunakan skoleks untuk menempel pada usus
inang. Taenia bereproduksi dengan menggunakan telur yang telah
dibuahi dan di dalamnya terkandung larva yang disebut onkosfer.

Siklus hidup Taenia saginata/Taenia solium, yaitu:


Proglotid (bersama feces) -> mencemari makanan babi -> babi ->
usus babi (telur menetas jadi hexacan) -> aliran darah ->
otot/daging (sistiserkus) -> manusia -> usus manusia (sistiserkus
pecah -> skolex menempel di dinding usus) -> sampai dewasa di
manusia -> keluar bersama feces

Beberapa spesies Platyhelminthes dapat menimbulkan penyakit


pada manusia dan hewan. Salah satu diantaranya adalah genus
Schistosoma yang dapat menyebabkan skistosomiasis, penyakit parasit
yang ditularkan melalui siput air tawar pada manusia. Apabila cacing
tersebut berkembang di tubuh manusia, dapat terjadi kerusakan
jaringan dan organ seperti kandung kemih, ureter, hati, limpa, dan
ginjal manusia. Kerusakan tersebut disebabkan perkembanganbiakan
cacing Schistosoma di dalam tubuh hingga menyebabkan reaksi
imunitas. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit endemik di
Indonesia. Contoh lainnya adalah Clonorchis sinensis yang
menyebabkan infeksi cacing hati pada manusia dan hewan mamalia
lainnya. Spesies ini dapat menghisap darah manusia. Pada hewan,
infeksi cacing pipih juga dapat ditemukan, misalnya Scutariella
didactyla yang menyerang udang jenis Trogocaris dengan cara
menghisap cairan tubuh udang tersebut.(Parianto J, 2006)

Umumnya Platyhelminthes merupakan cacing yang merugikan


karena bersifat parasit pada manusia dan hewan, namun terdapat

10
spesies platyhelminthes (cacing pipih) yang tidak merugikan manusia
atau hewan yaitu planaria. Planaria memiliki peranan yang
dimanfaatkan sebagai makanan ikan. Platyhelminthes (cacing pipih)
lebih banyak memberikan dampak kerugian bagi manusia dan hewan.
Ketika manusia mengkonsumsinya, dampaknya dapat merugikan
manusia karena terinfeksi cacing yang dapat menyebabkan masalah-
masalah bagi kesehatan manusia. (Entjang, 2003)

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Helmintologi adalah ilmu yang mempelajari parasit yang berupa
cacing. Berdasarkan taksonomi, helmint dibagi menjadi dua macam yaitu
nemathelminthes (cacing gilik) dan platyhelminthes (cacing pipih).
Stadium dewasa cacing-cacing yang termasuk Nemathelminthes (kelas
Nematoda) berbentuk bulat memanjang dan pada potongan transversal
tampak rongga badan dan alat-alat. Cacing ini mempunyai alat kelamin
terpisah. Dalam parasitologi Kedokteran diadakan pembagian nematoda
menjadi nematoda usus yang hidup di rongga usus dan nematoda jaringan
yang hidup di jaringan berbagai alat tubuh. Macam-macam Helmintologi
dibagi menjadi 4, yaitu Toxcara (Jenis Cacing yang terdapat pada hewan),
Nematoda ( cacing yang bentuknya panjang, silindrik (gilig) tidak
bersegmen dan tubuhnya bilateral simetrik. Panjang cacing ini mulai dari 2
mm sampai 1 meter. ), Trematoda (cacing daun yang berparasit pada
hewan ), dan Cestoda (Cacing pita ).

B. Saran
Diharapkan untuk lebih mendalami tentang helmintologi agar tercipta
peserta didik yang paham mengenai helmintologi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Onggowaluyo, 2002. Parasitologi Medik I Helmintologi, Cetakan I, Jakarta

Safar, R. 2010. Parasitologi Kedokteran: Protozoologi, Entomologi dan


Helmintologi. Cetakan I. Bandung: Yrama Widya

Tambayong, Jan.2000. Mikrobiologi Untuk Keperawatan Jan Tambayong.


Monica Ester. Jakarta: Widya Medika.

Entjang, Indan. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi, Bandung:PT.Citra Aditya


Bakti.

Winnepenninckx B, Backeljau T, Mackey LY; et al. (1995). "Nemathelminthes".


Mol. Biol. Evol. 12 (6): 1132–7.

Prianto J, 2006. Atlas Parasitologi Kedokteran.Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

13

Anda mungkin juga menyukai