Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

NEMATODA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Virologi dan Parasitologi

Disusun oleh :

Ade Tantan Fitriani D1A191902

E. Mulyani Handiyani D1A191774

Ipah Afifah D1A191954

Nani Fitriani D1A191887

Puspitasari D1A191802

Rohandi D1A191959

Silvia Putri D1A191764

Suci Rahmawati D1A191871

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS AL-GHIFARI

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam.
Atas izin dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa
kurang suatu apapun. Tak lupa penulis haturkan shalawat serta salam kepada
Rasulullah SAW. Semoga syafaatnya mengalir kepada kita di hari akhir kelak.

Makalah Nematoda ini disusun guna memenuhi tugas dari ibu Apt. Nurma
Sabila, S.Farm., M.Farm., dalam mata kuliah Virologi dan Parasitologi. Selain itu,
penulis juga berharap supaya makalah ini dapat dapat menambah wawasan bagi
pembaca mengenai nematode.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Besar
harapan penulis supaya pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik
dan saran. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak.
Aamiin.

Bandung, November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I ...................................................................................................................... 1

1. Pendahuluan ................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3. Tujuan Makalah .................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3

2. Pembahasan Nematoda ................................................................................ 3


2.1. Pengertian Nematoda ............................................................................ 3
2.2. Morfologi dan Daur Hidup Nematoda .................................................. 3
2.3. Jenis Nematoda Cacing Tambang (hookworm).................................... 4
BAB III PENUTUPAN ......................................................................................... 10

3. Penutup....................................................................................................... 10
3.1. Kesimpulan ......................................................................................... 10
3.2. Saran ................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Pendahuluan
1.1.Latar Belakang
Ilmu farmasi adalah ilmu penting dalam pengobatan manusia yang
saling berhubungan. Nematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
hewan kecil/cacing gilik. Dalam kefarmasian dengan beberapa model dan
konsep yang di kemukakan oleh beberapa tokoh dapat dipelajari
perkembangan serta mengenal berbagai macam cara dan teori dalam
pengobatan terhadap penyakit yang berhubungan dengan nematoda.
Nematoda merupakan filum yang paling beragam dalam
pseudocoelomates, dan salah satu yang paling beragam dari semua binatang.
Spesies nematoda sangat sulit untuk dibedakan, lebih dari 28.000
spesies yang telah diidentifikasi, diantaranya terdapat 16.000 spesies
yang bersifat parasit. Kelompok ini dahulu dikenal sebagai Aschelminths
atau Pseudocoelomata, saat ini tidak lagi diakui sebagai salah satunya di
alam. Hal ini sangat memungkinkan bahwa rancangan tubuh yang
sederhana dari mikroorganisme ini telah menunujukkan adanya
pengurangan dan penyederhanaan dari lebih dari satu kelompok organisme
asal. (Wallaceetal, 1996).
Banyak nematoda yang hidup bebas dan memiliki peran ekologi
yang sangat penting sebagai dekomposer dan predator pada
mikroorganisme. Walaupun terdapat sejumlah besar nematoda yang hidup
bebas ada juga sejumlah sejumlah besar spesies yang bersifat parasit,
banyak yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan dan lainnya
juga menyerang tanaman. Mayoritas nematoda cukup kecil, dengan
berbagai ukuran dari panjang 100 micrometer (mm atau inchi) hingga
ukuran nematoda Diotophyme raksasa betina yang dapat mencapai 1 meter
(Ramel, 2008).

1
1.2.Rumusan Masalah
1.2.1. Apa itu nematoda?
1.2.2. Bagaimana morfologi dan daur hidup pada nematoda?
1.2.3. Bagaimana geografis, patologi, gejala klinis, diagnosis serta
pengobatan penyakit yang diakibatkan oleh nematoda?

1.3.Tujuan Makalah
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang
nematode di lingkungan sekitar, serta untuk mengetahui bagaimana
morfologi, daur hidup, geografis, patologi, gejala klinik, diagnosis serta
pengobatan penyakit yang disebabkan oleh nematoda.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2. Pembahasan Nematoda
2.1.Pengertian Nematoda
Kata nematoda berasal dari bahasa Yunani yaitu nemat atau
nematos (benang) dan helminth (cacing atau benang yang menyerupai
cacing). Filum nematoda merupakan kelompok besar kedua setelah
serangga apabila didasarkan atas keanekaragaman
jenisnya. Nematoda telah dikenal sejak zaman purba sebagai parasit pada
manusia. Namun ketika mikroskop yang lebih baik ditemukan dan ahli
hewan abad ke sembilan berhasil mengekplorasikan makhluk hidup dalam
lingkup yang luas, maka nematoda pun dilupakan.
Nematoda mempunyai jumlah spesies terbanyak diantara cacing-
cacing yang hidup sebagai parasit. Cacing tersebut berbeda-beda dalam
habitat, daur hidup dan hubungan hospes-parasit (hist-parasite
relationship).

2.2.Morfologi dan Daur Hidup Nematoda


Besar dan panjang cacing nematoda beragam ada yang panjangnya
beberapa milimeter ada pula yang melebihi satu meter. Nematoda
mempunyai kepala, ekor, dinding, rongga badan dan alat-alat lain yang agak
lengkap. Sistem pencernaan, ekresi dan reproduksi biasanya terpisah. Pada
umumnya cacing bertelur tetapi ada juga yang vivipar dan yang berkembang
biak secara partenogenesis. Cacing dewasa tidak bertambah banyak di
dalam badan manusia. Seekor cacing betina dapat mengeluarkan telur atau
larva 20 sampai 200.000 butir sehari. Telur dan larva tersebut dikeluarkan
dari badan hospes dengan tinja larva biasanya mengalami pertumbuhan
diikuti pergantian kulit. Bentuk infektif dapat memasuki badan manusia
dengan berbagai cara ada yang masuk secara aktif, ada juga yang tertelan
atau masuk melalui gigitan vektor.

3
2.3.Jenis Nematoda Cacing Tambang (hookworm)
Ada beberapa spesies cacing tambang yang penting, diantaranya :
Necator americanus - manusia
Ancylostoma duodenale - manusia
Ancylostoma braziliense - anjing, kucing
Ancylostama caninum - anjing, kucing

2.3.1. Necator americanus dan Ancylostoma duodenale

a. Sejarah
Kedua parasit ini diberi nama “cacing tambang“ karena pada
zaman dahulu cacing ini ditemukan di Eropa pada pekerja
pertambangan yang belum mempunyai fasilitas sanitasi yang
memadai.

b. Hospes dan Nama Penyakit


Hospes parasit ini adalah manusia, cacing ini menyebabkan
nekatoriasis dan ankilostomiasis.

c. Distribusi Geografis
Penyebaran cacing ini di seluruh daerah katulistiwa dan di
tempat lain dengan keadaan yang sesuai, misalnya di daerah
pertambangan dan perkebunan. Prevalensi di Indonesia tinggi,
terutama di derah pedesaan sekitar 40%.

4
d. Morfologi dan Daur Hidup
Cacing dewasa ini hidup di rongga usus halus dengan mulut
yang besar melekat pada mukosa dinding usus. Cacing betina
N.americamus tiap hari mengeluarkan telur 5.000-10.000 butir.
Sedangkan A.duodenale kira-kira 10.000-25.000 butir. Cacing
betina berukuran panjang kurang lebih 1 cm. Cacing jantan kurang
lebih 0,8 cm. Bentuk badan N.americanus biasanya menyerupai
hurup S, sedangkan A.duodenale menyerupai huruf C. Rongga
mulut kedua cacing ini besar. N.americanus mempunyai benda
kitin, sedangkan A.duodenale ada dua pasang gigi. Cacing jantan
mempunyai bursa kopulatriks.
Tekur di keluarkan dengan tinja dan setelah menetas dalam
waktu 1-1,5 hari keluarlah larva rabditiform yang tumbuh menjadi
larva filarifom, yang dapat menembus kulit dan dapat hidup selama
7-8 minggu ditanah.
Telur cacing tambang yang besarnya kurang lebih 60 x 40
mikron, berbentuk bujur dan mempunyai dinding tipis. Di
dalamnya terdapat beberapa sel. Larva rabditiform panjangnya
kurang lebih 250 mikron, sedangkan larva filariform panjangnya
kurang lebih 600 mikron.
Daur hidupnya sebagai berikut :
Telur – larva rabditiform – larva filariform – menembus kulit –
kapiler darah – jantung kanan – paru – bronkus – trakea – laring –
ususu halus.

5
Infeksi terjadi jika larva filariform menembus kulit. Infeksi
A.duodenale juga dapat terjadi dengan menelan larva filariform.

Tabel Karakteristik cacing tambang

Karakteristik Ancylostoma Necator americanus


duodenale
-Ukuran cacing dewasa
Jantan 0,8 - 1,1 cm 0,7 - 0,9 cm
Betina 1,0 – 1,3 cm 0,9 - 1,1 cm
-Umur cacing dewasa 1 tahun 3 - 5 tahun
-Lokasi cacing dewasa Usus halus Usus halus
-Masa prepaten 53 hari 49-56 hari
-Jumlah telur/cacing 10.000 - 25.000 5.000 - 10.000
betina/hari
-Rute infeksi Oral , perkutan Perkutan

e. Patologi dan Gejala Klinis


Gejala nekatoriasis dan ankilostomiasis

1. Stadium larva

6
Bila banyak larva filariform sekaligus menembus kulit,
maka terjadi perubahan kulit yang disebut ground itch.
Perubahan pada paru biasanya ringan. Infeksi larva
filariform A.duodenale secara oral menyebabkan penyakit
wakana dengan gejala mual, muntah, iritasi faring, batuk,
sakit leher dan serak.
2. Stadium dewasa
Gejala tergantung pada spesies, jumlah cacing dan
keadaan gizi penderita (fe dan protein). Tiap cacing
N.americanus menyebabkan kehilangan darah sebanyak
0,005 – 0,1 cc sehari, sedangkan A.duodenale 0,08-0,34 cc.
Pada infeksi kronik atau infeksi berat terjadi anemia
hipokrom mikrositer. Disamping itu juga terdapat eosinafila.
Cacing tambang biasanya tidak menyebabkan kematian,
tetapi daya tahan berkurang dan prestasi kerja turun.

f. Diagnosis
Diagnosis ditegakan dengan menemukan telur dalam tinja
segar. Dalam tinja yang lama mungkin ditemukan larva. Untuk
membedakan spesies N.americanus dan A.duodenale dapat
dilakukan biakan misalnya dengan cara harada-mori.

g. Pengobatan
Pirantel pamoat 10 mg/kg berat badan memberikan hasil
cukup baik, bilamana digunakan beberapa hari berturut-turut.

h. Epidemiologi
Insidens tinggi ditemukan pada penduduk di indonesia,
terutama di daerah pedesaan khususnya di perkebunan. Seringkali
pekerja perkebunan yang langsung berhubungan dengan tanah
mendapat infeksi lebih dari 70%. Kebiasaan defakasi di tanah dan
pemakaian tinja sebagai pupuk kebun (diberbagai daerah tertentu).

7
Penyebaran infeksi. Tanah yang baik untuk pertumbuhan
larva ialah tanah gembur (pasir humus) dengan suhu optimum untuk
N.americanus 28-32 derajat celcius. sedangkan untuk A.duodenale
lebih rendah 23-25 derajat celcius. Pada umumnya A.duodenale
lebih kuat. Untuk menghindari infeksi antara lain dengan memakai
sandal atau sepatu.

2.3.2. Ancylostoma branziliense dan Ancylostoma caninum

a. Hospes dan Nama Penyakit


Kucing dan anjing merupakan hospes definitif. Cacing ini
menyebabkan creeping eruption pada manusia.

b. Distribusi Geografik
Kedua parasit ini ditemukan di daerah tropik dan subtropik.
Juga ditemukan di indonesia. Pemeriksaan di Jakarta menunjukan
bahwa pada sejumlah kucing di temukan 72% A.braziliense,
sedangkan pada sejumlah anjing terdapat 18% A.braziliense dan
68% A.caninum.

c. Morfologi
A.brazilliense mempunyai dua pasang gigi yang sama
besarnya. Panjang cacing jantan 4,7-6,3 mm dan cacing 6,1-8,4
mm. A.caninum mempunyai 3 pasang gigi panjang-panjang cacing
jantan 10 mm dan cacing betina 14 mm.

8
d. Patologi dan Gejala Klinis
Pada manusia larva tidak menjadi dewasa dan menyebabkan
kelainan kulit yang disebut creeping eruption, creeping disease
atau cutaneous larva migrans.
Creeping eruption adalah dermatitis dengan gambaran khas
berupa kelainan intrakutan serpiginosa yang antara lain disebabkan
Ancylosmata braziliense dan Ancylostoma caninum. Pada tempat
larva filariform menembus kulit terjadi papel keras, merah dan
gatal. Dalam beberapa hari terbentuk terowongan intrakutan
sempit, yang tampak sebagai garis merah, sedikit menimbul, gatal
sekali dan bertambah panjang sesuai gerakan larva di dalam kulit.
Sepanjang garis yang berkelok-kelok terdapat vesitel kecil yang
dapat terjadi infeksi sekunder karena kulit digaruk.
Di Jakarta pernah dipelajari 46 kasus creeping eruotion yang
terdiri atas orang dewasa dan anak. Kelainan kulit terutama
ditemukan pada kaki penderita dan juga pada lengan bawah,
punggung dan bokong.

e. Diagnosis
Diagnosis creeping eruption ditegakkan dengan gambaran
klinis yang khas pada kulit dan biopsi.

f. Pengobatan
Pengobatan dilakukan dengan semprotan kloretil atau
albendazol 400 mg selama 3 hari berturut-turut. Pada anak dibawah
2 tahun albendazol diberikan dalam bentuk salep 2%.

2.3.3. Ancylostoma ceylanicum


Cacing tambang anjing dan kucing ini dapat menjadi dewasa
pada manusia. Di rongga mulut terdapat dua pasang gigi yang tidak
sama besarnya. Diantara 100 anjing, 37% mengandung
A.ceylanicum. cacing ini juga ditemukanpada 50 ekor kucing
sebanyak 24% kelompok anjing dan kucing ini berasal dari Jakarta
dan sekitarnya

9
BAB III
PENUTUPAN

3. Penutup
3.1.Kesimpulan
Nematoda adalah cacing silinder, melingkar dengan belahan
menyilang dan jarak panjangnya dari 200µ sampai 40cm
(pada Ascaris, parasit dalam usus manusia) dan 9 meter pada parasit dalam
paus. Cacing ini triploblastik, tanpa segmen dan terututup, kulit ari yang
fleksibel tapi liat, di bawahnya hanya ada lapisan otot melintang, tidak ada
sistem darah atau sirkulasi lainnya.

Habitat nematoda ini ialah hidup bebas di alam dan memiliki daerah
yang penyebaran yang luas mulai daerah kutub yang dingin, padang pasir,
hingga ke laut yang dalam. Nematoda ini sangat mudah ditemukan di laut,
air tawar, air oayau dan tanah. Nematoda ini hidup bebas dengan memakan
sampah organik, bangkai, kotoran hewan, tanaman yang membusuk,
ganggang jamur dan hewan kecil lainnya.

Pengobatan yang diakibatkan nematoda beragam, dapat dilakukan


dengan semprotan kloretil atau albendazol 400 mg selama 3 hari berturut-
turut. Pada anak dibawah 2 tahun albendazol diberikan dalam bentuk salep
2%. Pirantel pamoat 10 mg/kg berat badan memberikan hasil cukup baik,
bilamana digunakan beberapa hari berturut-turut, semua pengobatan
tersebut dapat diberikan tergantung pada nematoda penyebabnya.

3.2.Saran
Diharapakan dengan adanya makalah ini mahasiswa dapat
mengetahui berbagai macam ciri, bentuk, dan struktur dari nematoda dan
saran yang dapat penulis berikan, perlu adanya metode penelitian lebih
lanjut yang difasilitasi pihak kampus sebagai upaya peningkatan diskusi
terhadap nematoda.

10
DAFTAR PUSTAKA

Butel, Janet. 1996. Mikrobiologi kedokteran. Jakarta.

Ntjang, Indan. 2011. Mikrobiologo & Parasitologi. Bandung: PT. CITRA ADITYA
BAKTI 8.

Soedarto, 2011. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Bandung: Sagung Seto.

11

Anda mungkin juga menyukai