Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PERENCANAAN DAN METODE/TEKNIK PEMANTAUAN, PENYELIDIKAN

“TIKUS DAN KECOA”

Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pengendalian Vektor Dan Rodent

Dosen Pengampu : Muhammad Anis Fahmi, S.KM., M.PH

Disusun Oleh

Kelompok 4 :

Anissa Novia M (10317008)

Eka Fenny Indah Sari (103170024)

Fazal Efendi (10317030)

Fitria Reza Umami (10317033)

Rista Eka Safitri (10317059)

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

INSTITUT ILMU KESEHATANBHAKTI WIYATAKEDIRI

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
Makalah “Perencanaan Dan Metode/Teknik Pemantauan, Penyelidikan”ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan materi maupun pikirannya.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Kami sebagai manusia menyadari bahwa masih ada kelemahan dan kekurangan dalam
penyusunan tugas makalah ini dan untuk menyempurnakannya kami sangat mengharapkan
kritik dan saran dari teman – teman maupun dosen pembimbing. Atas perhatiannya saya
ucapkan terimah kasih.

Kediri, 10 Juli 2019

                                                                                               Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

BAB IPENDAHULUAN..........................................................................................................3

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................3

1.3 Tujuan........................................................................................................................3

1.4 Manfaat......................................................................................................................4

BAB IITINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................5

2.1 Rodent Tikus..............................................................................................................5

2.2 Vektor Kecoa.............................................................................................................8

2.3 Pengendalian Kecoa dan Tikus.............................................................................10

BAB IIIMETODE PENELITIAN........................................................................................12

3.1 Waktu Dan Tempat Pengamatan...........................................................................12

3.2 Bahan dan Alat Pengamatan..................................................................................12

3.3 Cara kerja pengamatan..........................................................................................12

3.4 Metode Pengamatan................................................................................................13

BAB IVPEMBAHASAN........................................................................................................14

4.1 Hasil Pengamatan Tikus.........................................................................................14

4.2 Hasil Pengamatan Kecoa........................................................................................15

BAB VPENUTUP...................................................................................................................16

A. Kesimpulan..................................................................................................................16

B. Saran.............................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17

3
4
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan yang bersih merupakan manifestasi kesehatan. Lingkungan yang bersih
dan sehat identik dengan lingkungan yang jauh dari unsur kotor dan pengganggu lainnya.
Pengganggu ini tidak hanya datang dari sampah yang berserakan atau tempat yang
kumuh, akan tetapi lingkungan yang bersih juga harus jauh dari unsur hewan
pengganggu, vektor, maupun hewan lain yang akan menambah kekumuhan tempat
tersebut dan mengganggu kesehatan misalnya kecoa. Sedangkan kecoa Asia berukuran
sedang dan berwarna coklat gelap menuju hitam. Karena serangga ini makan berbagai
makanan, termasuk sampah busuk, maka mereka diyakini dapat menyebarkan penyakit
pada manusia, termasuk salmonella dan gastroenteritis.
Dinamakan hewan pengganggu karena beberapa hewan ini akan menyebabkan
ketidaknyamanan bagi suatu tempat tersebut. Hewan pengganggu ini biasanya senang
dengan tempat yang memiliki unsur bisa memberikan mereka kenyamanan, salah satunya
hewan ini senang berada di tempat yang kumuh. Salah satu hewan pengganggu ini adalah
tikus. Tikus termasuk dalam hewan rodent. Rodent merupakan salah satu ordo dari
binatang menyusui. Bahasa Latinnya Rodentia. Ada sekitar 2000 sampai 3000 spesies
binatang pengerat yang ditemukan di semua benua kecuali Antarktika. Hewan pengerat
memiliki gigi depan yang selalu tumbuh dan harus diasah dengan menggerigiti sesuatu.
Kedua jenis hewan diatas dapat mengganggu kesehatan manusia sehingga perlu
diadakan pengawasan dan pengendalian atas ketiganya. Salah satu metode pengawasan
dan pengendalian kecoa adalah menggunakan bahan kimia. Selain itu pengendalian tikus
juga dapat dilakukan dengan metode mekanik, yaitu trapping.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara melakukan pemantauan dan identifikasi kecoa dengan metode kimiawi?
2. Bagaimana cara melakukan pemantauan tikus dengan metode mekanik (trapping)?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui dan mempelajari serta memahami mengenai hewan tikus dan
kecoa serta pengendalian tikus dan kecoa tersebut agar tidak merugikan kepada kegiatan/
kesehatan manusia.

5
1.4 Manfaat
Untuk dapat diterapkan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari agar kita dapat
meengatasi permasalahan-permasalahan yang bersumber dari tikus dan kecoa , sehingga
kerugian kerugian yang selama ini terjadi dapat diminimisasi.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rodent Tikus
1. Jenis – Jenis TIKUS
Tikus diketahui dapat mengirimkan sejumlah penyakit langsung (melalui gigitan) atau
tidak langsung melalui gigitan parasit yang ditemukan pada tikus atau oleh kontaminasi
makanan dengan urin atau feses. Ada beberapa jenis tikus di lingkungan pemukiman
antara lain Rattus-rattus (tikus atap), Rattus norvegicus (tikus got) dan Rattus tanezumi
(tikus rumah) (Zumrotus, 2007 ). Identifikasi tikus berdasarkan jenis kelamin, warna
badan&ekor, panjang tikus seluruhnya (TL), panjang ekor (T), panjang kaki belakang
(HF), lebar telinga (E), dan jumlah puting susu (M).
a. Rattus-rattus
Tikus atap pada umumnya bersarang di dalam rumah, gedung-gedung tinggi dan
disekitar pelabuhan. Tikus ini memiliki kemampuan memanjat dan menyeberangi kabel-
kabel yang menghubung bangunan yang satu dengan yang lainnya. Tikus atap memliki
moncong runcing, dengan telinga dan mata yang besar. Berat tikus atap mencapai 150-
250 gram. Panjang tubuhnya mencapai 15- 22 cm. panjang ekor tikus atap melebihi
panjang tubuhnya, yaitu mencapai 18- 25 cm. Warna bulunya abu- abu kehitaman,
dengan bentuk kotoran ramping, panjangnya mencapai 1,2 cm dan ujung kotoran tersebut
berbentuk runcing. Usia hidupnya 9- 24 bulan. Tikus atap mencapai dewasa 2-3 bulan
setelah dilahirkan. Jumlah anak per kelahirannya antara 6-10 ekor. Kelahiran dalam satu
tahun mencapai 6 kali. Jangkauan tikus atap antara 15- 30 meter, dan bisa menembus
lubang 1,2 cm.
b. Rattus norvegicus (Tikus Got)
Tikus ini sangat cepat penyebarannya, dan paling merusak secara ekonomi. Biasanya
menyerang gudang, pabrik, supermarket, gedung dan lain-lain. Tikus ini biasanya
bersarang di lubang- lubang saluran atau got, dibawah bangunan, dibawah timbunan
sampah dan lain-lain. Hewan ini tergolong omnivora yang memakan semua makanan
manusia dan hewan. Tikus got sangat bergantung pada makanan dan air.
Karakteristik tikus got antara lain memiliki moncong yang tumpul, telinga dan mata
kecil. Berat tikus dewasa antara 200- 500 gram. Tikus got memiliki panjang tubuh 19-25
cm, sedangkan panjang ekornya antara 15-22 cm. Warna bulu tikus got coklat tua

7
dibagian atas, dan coklat muda dibagian bawah. Bentuk kotoran dari tikus got adalah
kapsul dengan ukuran 2 cm. Usia hidupnya 5-12 bulan, bahkan hingga 3 tahun. Tikus got
mencapai dewasa 2- 3 bulan setelah dilahirkan. Jumlah anak per kelhirannya antara 8- 12
ekor. Kelahiran dalam satu tahun mencapai tujuh kali. Jangkauan tikus got antara 15- 30
meter, dan bisa menembus lubang 1,2 cm.
c. Rattus tanezumi (Tikus rumah)
Tekstur rambut agak kasar dan lebih mengkilap dari tikus riol (Rattus norvegicus),
bentuk hidung kerucut, hidung runcing, badan kecil, bentuk badan silindris, warna badan
bagian atas dan bawah coklat kelabu, warna ekor bagian atas dan bawah coklat gelap.
Tikus ini memiliki berat badan 60-300 gram, panjang kepala dan badan 100-210 mm,
panjang ekor 120-250 mm (lebih dari panjang kepala dan badan), panjang dari ujung
hidung sampai ujung ekor 220-460, panjang telapak kaki belakang 30-37 mm, lebar
telinga 19-23 mm. Tikus betina mempunyai 10 puting susu, 3 pasang di pektoral dan 2
pasang di inguinal (3+2=10). Tikus ini terdapat di gudang makanan, pemukiman manusia
terutama di langit-langit rumah. Tikus ini sangat pandai memanjat.
d. Mus musculus (Mencit rumah)
Mencit rumah biasanya bersarang di dinding kayu, lemari, gudang makanan, furniture
dan dilubang-lubang. Tikus ini lebih teliti dan selalu menyelidiki dan tikus ini sangat baik
dalam meloncat, memanjat dan berenang. Mencit rumahmemiliki moncong yang runcing,
dengan telinga yang besar dan mata kecil. Berat dewasa dari tikus rumah mencapai 50-
150 gram. Panjang tubuhnya yaitu 6-10 cm ssedangkan panjang ekornya antara 7,5 cm-
10 cm. Warna bulunya coklat muda atau abu- abu muda. Kotoran mencit rumah
berbentuk runcing, dengna ukuran 0,3-0,6 cm. Usia hidupnya antara 9-12 bulan. Berubah
menjadi dewasa dalam waktu 1,5 bulan. Jumlah anak per kelahirannya antara 6-7 ekor,
dengan kelahiran 8-10 kali dalam satu tahun. Mencit ruah bisa menembus lubang 0,6 cm.
2. Penyakit yang Ditimbulkan Tikus
Tikus berperan sebagai perantara berbagai jenis penyakit yang dikenal dengan Rodent
Borne Disease. Penyakit yang tergolong dalam rodent borne disease adalah penyakit
pes, leptospirosis, scrup thypus, murine typhus, ratbite fever.
3. Makanan Tikus
Tikus merupakan hewan yang mempunyai preferensi makanan yang banyak, baik
yang berasal dari tumbuhan maupun dari hewan. Walaupun demikian biji-bijian seperti
gabah, beras dan jagung tampaknya lebih disukai daripada yang lain. Seekor tikus dapat
merusak 283 bibit padi per hariatau 103 batang padi bunting per hari. Setelah itu, tikus

8
juga menyukai umbi-umbian serperti ubi jalar dan ubi kayu. Makanan yang berasal dari
hewan terutama adalah serangga dan hewan-hewan kecil lainnya. Makanan dari hewan
ini merupakan sumber untuk pertumbuhan dan untuk memperbaiki bagian-bagian tubuh
yang rusak, sedangkan makanan yang berasal dari tumbuhan dimanfaatkan sebagai
sumber tenaga.
Hasil penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa kebutuhan makanan seekor
tikus setiap hari kira-kira 10% dari bobot tubuhnya, tergantung dari kandungan air dan
gizi dalam makanannya.Tikus merupakan hewan yang aktif pada maam hari sehingga
sebagian besar aktivitas makannya dilakukan pada malam hari.Tikus memiliki sifat
“neo-fobia”, yaitu takut atau mudah curiga terhadap benda-benda yang baru ditemuinya.
Dengan adanya sifat tikus yang demikian, maka makanan akan dimakan adalah
makanan yang sudah biasa ditemui. Dia akan mencicipi dulu makanan yang baru
ditemuinya.
Hal ini dapat mempengaruhi keberhasilan pengendalian secara kimia dengan
menggunakan umpan beracun, sehingga harus diusahakan agar umpan yang digunakan
adalah umpan yang disukai oleh tikus dan tempat umpanyang digunakan adalah benda-
benda alami yamg banyak terdapat di alam. Dan bila makanan yang dimakan tersebut
membuat keracunan dengan cepat maka dia akan mengeluarkan suara kesakitan dan
tanda bahaya kepada teman-temannya. Maka dari itu untuk penggunaan pestida kimia
sebaiknya digunakan pestisida yang membunuh secara perlahan, dimana tikus tersebut
akan mati dalam beberapa hari, sehingga tikus tersebut tidak merasa kapok dan tidak
akan tahu kalau makanan yang dimakannya ternyata beracun.
Dalam mencari makanan, tikus selalu pergi dan kembali melalui jalan yang sama,
sehingga lama-lama terbentuk jalan tikus. Hal ini disebabkan tikus akan merasa aman
untuk melewati jalan yang sama, daripada setiap saat harus membuat jalan baru. Jalan
yang sama dapat ditandai dengan gesekan benda-benda di sekitar jalan tersebut dengan
misainya, dan juga karena adanya air seni yang dikeluarkan pada jalan tersebut yang
dapat diciuminya.
4. Sarang Tikus
Sarang yang dibuat biasanya mempunyai lebih dari satu pintu, pintu utama untuk
jalan keluar dan masuk setiap hari, pintu darurat yang digunakan dalam keadaan yang
membahayakan, misalnya pada saat dikerjar oleh predator ataupun pada saat dilakukan
gropyokan, dan pintu yang menuju ke sumber air sebagai minumnya. Pintu darurat ini
disamarkan dengan cara ditutupi dengan daun-daunan.Selain itu, sarang tikus juga

9
terdiri dari lorong yang berkelok-kelok; semakin banyak anggota keluarga tikus,
semakin panjang lorong yang dib Sarang tikus juga dilengkapi dengan ruangan/kamar
yang difungsikan untuk beranak dan kamar sebagai gudang tempat meyimpan bahan
makanan.
2.2 Vektor Kecoa
Kecoa termasuk ke dalam serangga Ordo orthoptera. Orthoptera berasal dari kata
orthos=lurus dan ptera=sayap (bahasa Yunani) dengan Famili Blattidae, kecoa atau lipas
termasuk serangga malam yang cukup besar umumnya sebagai hama domestik walaupun
ada yang tampil dalam jumlah besar, sebagian besar diantara 3.5000 spesies sama sekali
tidak terikat pada lingkungan domestik. Serangga ini umumnya terdapat di kawasan tropis
di daerah beriklim sedang. Hama domestik yang sudah terkenal ialah Periplaneta
americana, Blatta orientalis dan Blatta germanica.
1. Jenis – Jenis Kecoa
a. Periplaneta Americana
Kecoa jenis ini tersebar diseluruh Dunia. Panjangnya 35 – 40 mm dan berwarna
kemerah – merahan berkilau sampai coklat. Kulit telur mempunyai ukuran 8 – 10 mm
dan berisi 16 telur.
b. Periplaneta Australasiae
Kecoa Jenis ini terdapat di daerah tropis dan sub tropis. Panjangnya 31 – 37 mm,
menyerupai Periplaneta Americana tetapi lebih gelap. Mempunyai belang kuning
pucat, masing – masing sayap berkembang sekitar sepertiga lengan. Kulit telurnya
berisi sekitar 22 – 24 telur.
c. Blatta Orientalis
Kecoa jenis ini terdapat di wilayah dengan suhu dingin. Berwarna kehitam –
hitaman dan panjangnya 20 – 27 mm. Kulit telurnya berukuran 10 – 12 mm dan berisi
16 – 18 telur.
d. Blattella germanica
Kecoa ini dikenal dengan nama Kecoa Jerman, termasuk kedalam family
Blattellidae, Ordo Dictyoptera atau Blattodea. Kecoa ini banyak dapat dijumpai
terutama didalam bus malam, kereta api, dapur restoran – restoran, rumah askit,
supermarket dan juga gedung – Gedung dibagian tempat bahan makanan disimpan.
Kecoa ini berukuran panjang 10-15 mm, lebar 4-5 mm, warnanya coklat muda
kekuningan, yang betina berwarna sedikit lebih tua daripada jantan. Pronotumnya
berwarna coklat dengan dua garis hitam memanjang. Yang khas dari lipas ini adalah

10
betina selalu membawa ooteka di bagian belakang abdomennya sampai telur siap
untuk menetas. Kantong ooteka ini kemudian dijatuhkan di suatu tempat yang
terlindung dan nimfa akan muncul alam waktu satu sampai dua hari kemudian. Ooteka
berwarna coklat terang, dan panjangnya 7-9 mm. Kecoa ini tergolong kecoa yang
paling cepat perkembangbiakannya. Seekor betina dan keturunannya dilaporkan dapat
menghasilkan lebih dari 30.000 individu lipas pertahun.
e. Penyakit Yang Ditimbulkan Kecoa
Serangga ini dapat memindahkan beberapa mikro organisme patogen antara
lain, Streptococcus, Salmonella dan lain-lain, sehingga mereka berperan dalam
penyebaran penyakit antara lain Disentri, Diare, Cholera, Virus Hepatitis A, Polio
pada anak-anak. Penularan penyakit dapat terjadi melalui organisme patogen sebagai
bibit penyakit yang terdapat pada sampah atau sisa makanan, dimana organisme
tersebut terbawa oleh kaki atau bagian tubuh lainnya dari kecoa, kemudian melalui
organ tubuh kecoa, organisme sebagai bibit penyakit tersebut menkontaminasi
makanan.
f. Makanan Kecoa
Kecoa biasanya omnivora, Kecoa lebih memilih sumber makanan yang kaya
karbohidrat (gula dan pati), protein, dan lipid (lemak dan makanan berminyak).
Mereka juga makan tumbuhan dan makanan berserat. Serangga ini juga sangat
menyukai bahan organik yang membusuk. Hal yang sangat menarik adalah pada saat
kekurangan makanan, kecoa bisa menjadi kanibal dan melahap kaki atau sayap
saudara-saudara mereka.
g. Sarang Kecoa
Banyak spesies kecoa di seluruh dunia, beberapa diantaranya berada di dalam
rumah dan sering didapatkan di restoran, hotel, rumah sakit, gudang, kantor dan
perpustakaan. Kecoa kebanyakan terdapat di daerah tropika yang kemudian menyebar
ke daerah sub tropika atau sampai kedaerah dingin. Pada umumnya tinggal didalam
rumah-rumah makan segala macam bahan, mengotori makanan manusia, berbau tidak
sedap. Kebanyakan kecoa dapat terbang, tetapi mereka tergolong pelari cepat (“
cursorial“), dapat bergerak cepat, aktif pada malam hari, metamorfosa tidak lengkap,
Kerusakan yang ditimbulkan oleh kecoa relative sedikit, tetapi adanya kecoa
menunjukkan bahwa sanitasi didalam rumah bersangkutan kurang baik.

11
2.3 Pengendalian Kecoa dan Tikus
Pengendalian rodent (tikus) dapat dilakukan dengan cara:
1. Inspeksi tikus dan inisial survei
Inspeksi tikus dilakukan sebelum programpengendalian tikus dilaksanakan,
inspeksi yang baik akan memberikan hasil yang maksimal dalam pengendalian tikus.
Sedangkan, inisial survei dimaksudkan untuk menentukan kondisi awal atau tingkat
serangan dan kerusakan yang ditimbulkan oleh tikus sebelum dilakukan program
pengendalian tikus.
2. Sanitasi
Sanitasi diperlukan untuk suksesnya program pengendalian hama tikus. Supaya
mendapatkan hasil sanitasi yang baik, maka perlu dibuat rekomendasi yang benar
tentang pengelolaan sampah, menjaga kebersihan area, sistem tata letak barang
digudang dengan susunan berjarak dari dinding dan tertata diatas palet, dan
sebagainya. Tikus menyukai tempat yang kotor dan lembab, dengan melakukan
sanitasi sama halnya dengan menghilangkan tempat beristirahat, bersembunyi,
berteduh dan berkembang biak tikus. Selain itu, makanan tikus juga dapat
dihilangkan.
3. Rat proofing

Rat proofing merupakan upaya pengendalian tikus dengan upaya mencegah lokasi
tetap tertutup dari celah sehingga tikus tidak bisa masuk. Tikus dapat leluasa masuk
lewat bawah pintu yang renggang, lubang pembuangan air yang tidak tertutup kawat
kasa, lewat shaft yang tidak bersekat atau lewat jalur kabel dari bangunan yang saling
tersambung disekitarnya.

4. Rodent killing (trapping program dan rodenticide program)

Trapping program merupakan cara yang paling efektif untuk mengendalikan tikus
yaitu dengan membuat perangkap yang diletakkan ditempat yang biasanya dilewati
tikus sehingga tikus bisa masuk dan terperangkap.

Sedangkan, poisoning programe merupakan pengendalian tikus dengan


memberikan racun pada umpan tikus. Keberhasilannya tergantung bagaimana usaha agar
tikus memilih dan menyukai umpan makanan yang dipasang dan tidak memilih menyukai
makanan lain yang ada disekitarnya. Umpan makanan harus disukai bagi tikus dan
pemangsanya ditempat yang mudah dijangkau tikus. Rodenticide programe menggunakan

12
bahan kimia untuk mengendalikan tikus. Rodentisida yang digunakan adalah rodentisida
antikoagulan.

Pemberantasan kecoa dapat dilakukan secara fisik dan kimia.


Secara fisik atau mekanis dengan :
a. Membunuh langsung kecoa dengan alat pemukul atau tangan.
b. Menyiram tempat perindukkan dengan air panas.
c. Menutup celah-celah dinding.
Secara Kimiawi :
Menggunakan bahan kimia (insektisida) dengan formulasi spray (pengasapan), dust
(bubuk), aerosol (semprotan) atau bait (umpan). Bisa juga dengan cara umpan gel beracun.
Selanjutnya kebersihan merupakan kunci utama dalam pemberantasan kecoa yang dapat
dilakukan dengan cara-cara seperti sanitasi lingkungan, menyimpan makanan dengan baik
dan intervensi kimiawi (insektisida, repellent, attractan).
2.4 . Hubungan Antara Tikus dengan Kesehatan Masyarakat
Tikus domestic dan binatang pengerat lain, karena distribusinya yang luas dan
hubungannya dengan manusia, berotensi menyebabkan penyakit yang penting.
Penderitaan yang ditimbukan akibat tikus ini mulai dari yang ringan berupa rasa tidak
enak pada tempat bekas gigitan sampai keadaan yang serius, seperti typhoid murine fever,
dan yang fata seperti pes bubonic. Demam gigitan tikus, sesuai dengan namanya
ditularkan ke manusia melalui gigitan binatang yang terinfeksi oleh binatang pengerat.
Walaupun memeiliki angka presentase kasus yang rendah, penyakit ini sering menjadi
masalah kesehatan di beberapa daerah perkotaan tempat ratusan orang, digigit oleh
binatang pengerat setiap tahunnya. Penyakit weil atau hemorrhagic jaundice mungkin
ditularkan ke manusia melalui makanan yang terkontaminasi atau akibat kontak dengan
tikus atau ekskreta tikus yang terinfeksi. Tikus daat bereran dalam penularan berbagai
macam penyakit seperti disentry amuba, cacing trichinosis, dan sebagainya. Tikus rumah
(mus musculus) dikenal sebagai reservoid pada rickettsial poks dibagian timur laut
amerika dan diketahui dapat berperan sebagai reservoir penyakit pes.
2.5 Hubungan Antara Kecoa dengan Kesehatan Masyarakat
Kecoa mempunyai peranan yang cukup penting dalam penularan penyakit. Peranan
tersebut antara lain :
1. Sebagai vector mekanik bagi beberapa mikro organisme patogen.
2. Sebagai inang perantara bagi beberapa spesies cacing.

13
3. Menyebabkan timbulnya reaksi-reaksi alergi seperti dermatitis, gatal-gatal dan
pembengkakan kelopak mata.
Serangga ini dapat memindahkan beberapa mikro organisme patogen antara lain,
Streptococcus, Salmonella dan lain-lain sehingga mereka berperan dalam penyebaran
penyakit antara lain, Disentri, Diare, Cholera, Virus Hepatitis A, Polio pada anak-anak
Penularan penyakit dapat terjadi melalui organisme patogen sebagai bibit penyakit yang
terdapat pada sampah atau sisa makanan, dimana organisme tersebut terbawa oleh kaki
atau bagian tubuh lainnya dari kecoa, kemudian melalui organ tubuh kecoa, organisme
sebagai bibit penyakit tersebut menkontaminasi makanan.

14
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Rancangan Bangun


A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mengetahui dan terampil tentang pengendalian tikus dan kecoa.
2. Mengetahui dampak resiko dan kerugian yang ditimbulkan oleh gangguan tikus dan
kecoa.
3. Mengetahui tempat-tempat sarang tikus dan kecoa yang sering dilewati dan.
4. Mengetahui bagaimana metode pengendalian tikus dan kecoa ,cara kerja alat yang
digunakan dan keefektifanya.
5. Menganalasis data hasil pengendalian tikus dan kecoa.
B. Metode yang digunakan
1. Secara Kimiawi untuk tikus yaitu dengan :
a. Pemasangan racun tikus pada tempat-tempat yang diperkirakan tempat
bersarangnya tikus.
2. Secara Kimiawi untuk kecoa yaitu dengan :
a. Penyemprotan insektisida pada tempat-tempat yang diperkirakan mejadi
sarangnya vektor.
3.2 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan melakukan pengukuran dan
identifikasi jenis lalat serta upaya pengendalian tikus dan kecoa di rumah.
3.3 Waktu Dan Tempat Pengamatan
Penelitian mulai dari tahap persiapan sampai penyelesaian dilaksanakan mulai
tanggal 12 juni 2019 – 17 juni 2019 secara berurutan. Pengamatan ini dilaksanakan di
salah satu rumah di Desa Semanding Kecamatan Pagu dan Desa Tugurejo Kecamatan
Ngasem.
3.4 Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah kepadatan dan jenis tikus dan kecoa di salah satu rumah
di Desa Semanding Kecamatan Pagu dan Desa Tugurejo Kecamatan Ngasem.
3.5 Program Kerja
Pemasangan racun tikus
1. Pasang racun tikus pada siang hari di tempat-tempat yang terdapat tanda - tanda akan
keberadaan tikus . tanda-tanda akan keberadaan tikus / atap rumah bisa dilihat dengan

15
adanya kotoran tikus, adanya lubang yang dicurigai sebagai sarang tikus, penghuni
rumah pernah melihat tikus didaerah tersebut.
2. Beri umpan makanan dan campur dengan racun tikus, misalnya ikan asin , ikan
pindang, roti dan lain-lain.
3. Catat dan hitung jumlah tikus yang berhasil mati.

Penyemprotan Insektisida

1. Amati tempat yang menjadi sarang kecoa.


2. Semprotkan insektisida jarak dekat dengan kecoa agar bahan kimia dari insektisida
tidak menyebar kemana – mana.
3. Catat dan hitung jumlah kecoa yang berhasil mati.
3.6 Bahan dan Alat Pengamatan
1. Tikus Rumah , Kecoa
2. Sarung Tangan
3. Masker
4. Kardus

5. Umpan (ikan asin ) 6. Perangkap tikus dan lem tikus

7. Insektisida

16
3.7 Cara kerja pengamatan
1. Tikus
 Pakailah sarung tangan untuk mencampur umpan ikan asin dengan racun tikus di
kardus.

 Letakkan umpan dan racun di tempat yang teridentifikasi/ yang telah diamati adanya
tikus (di atap rumah, gudang).

Sebelum Sesudah
2. Kecoa
 Siapkan insektisida dan masker untuk pengamat.
 Pakailah masker untuk menyemprotkan insektisida ke koloni kecoa dewasa.
 Atur jarak sedekat mungkin dengan koloni kecoa.

17
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Metode Kimiawi


a. Hari Rabu, 12 Juni 2019
Waktu pemasangan racun tikus : 13.00 – 14.00
Waktu peletakan : 12 Juni 2019 pukul 13.00 s/d 17 Juni 12.00 WIB

Lokasi pemasangan racun Dasar penetapan Hasil


Di atap rumah Adanya suara tikus, aroma Terdapat 1 tikus
uruin tikus, dan kotoran mati
tikus
Di gudang penyimpanan Aroma uruin tikus, dan Terdapat 1 tikus
padi kotoran tikus setengah sadar.

b. Hari Rabu, 12 Juni 2019


Waktu penyemprotan insektisid a : 20.00 – 20.30
Dan diperoleh koloni kecoa di dapur dan selokan.

18
4.2 Pembahasan Kepadatan Tikus Dan Kecoa
1. Kepadatan Tikus
Hasil penelitian Calhoun menunjukan adanya perilaku kanibal pada hewan tikus
seiring dengan bertambahnya jumlah tikus. Secara rinci hasil penelitian Calhoun
menunjukkan bahwa kepadatan rendah, kondisi fisik, dan perilaku tikus berjalan normal.
Tikus-tikus tersebut dapat membuat sarang, kawin, dan berkembangbiak. Tikus
merupakan binatang pengganggu yang merupakan vertebrata utama sebagai reservoir
beberapa penyakit.
Cara paling mudah untuk mengetahui kepadatan populasi tikus di lingkungan rumah
adalah dengan menduga kepadatan relatif. Keberhasilan penangkapan tikus dilihat dari
hasil trap success yang dilakukan di dalam dan di luar rumah yang dinyatakan dengan
rumus (Maulana Yusuf, 2011)

2
Trap success = x 100% = 100 %
2
perangkap tikus model racun tikus dapat menangkap dua ekor atau lebih. Perbedaan
keberhasilan penangkapan dapat disebabkan oleh faktor perangkap, salah satu faktor
adalah tergantung pada sensitivitas pemicu (trigger), selain itu dari ketiga model
perangkap memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Racun tikus dipilih
karena mudah dalam pengaplikasian terhadap pengendalian tikus, ekonomis karena dapat
digunakan berkali-kali, mudah ditemukan di pasar, memiliki harga relatif terjangkau, dan
merupakan cara yang tidak ramah lingkungan
2. Kepadatan Kecoa

Sebelum penelitian dilaksanakan didapatkan kecoa jenis Priplaneta Amerikana


sebanyak lebih dari 10 ekor. Kecoa ini ditangkap satu hari sebelum melakukan penelitian
dan kecoa tersebut dipuasakan terlebih dahulu selama satu hari.Setelah kecoa dipantau
dan dipuasakan hari berikutnya baru dilakukan penyemprotan insektisida.

4.3 Pembahasan Spesies Tikus Dan Kecoa


1. Spesies Tikus
Racun akan membuat daya pandang dan daya tahan tikus jadi menurun. Lama-lama,
tikus akan mati kelelahan mencari tempat terang agar pandangannya semakin jelas. Ada

19
beberapa hal yang perlu diperhatikan Jangan sering memindahkan jebakan atau racun
tikus, karena tikus akan curiga dan enggan mendekati jebakan atau racun tersebut. Karena
tikus mempunyai indra penglihatan dan penciuman yang tajam dan sensitif tak terkecuali
bau manusia.
Pada observasi di Rumah ini, jenis tikus yang terlihat dan ditemukan adalah jenis
Tikus rumah (Rattus tanezumi). Tikus ini banyak dijumpai di rumah (atap, kamar, dapur),
kantor, rumah sakit, sekolah, maupun gudang. Adapun ciri-ciri tikus rumah adalah
sebagai berikut: ukuran panjang ujung kepala sampai ekor 220-370 mm, ukuran panjang
ekor 101-180 mm, ukuran panjang kaki belakang 20-39 mm, ukuran lebar telinga 13-23
mm, rumus mamae 2+3 =10, warna rambut bagian atas coklat tua, dan rambut bagian
perut coklat tua kelabu.
2. Spesies Kecoa

Satu di antaranya adalah cara pengendalian vektor adalah dengan menggunakan


insektisida. Karena pada dasarnya semua insektisida adalah racun, maka penggunaannya
harus penuh dengan kehati-hatian, maka dari itu pengamat mengunakan masker untuk
sedikit mencegah gas insektisida terhirup kedalam tubuh dan mendekatkan jarak
penyemprotan terhadap kecoa untuk menghidari gas insektisida menjalar kemana – mana.
Pada observasi di Rumah ini, jenis kecoa yang terlihat dan ditemukan adalah kecoa jenis
Priplaneta Amerikana. Panjangnya 35 – 40 mm dan berwarna kemerah – merahan
berkilau sampai coklat. Kulit telur mempunyai ukuran 8 – 10 mm dan berisi 16 telur.

4.4 Pembahasan Upaya Pengedalian Yang Sudah Dilakukan Tikus Dan Kecoa
1. Tikus
Pengedalian tikus yang sudah dilakukan dengan poisoning programe merupakan
pengendalian tikus dengan memberikan racun pada umpan tikus. Umpan makanan harus
disukai bagi tikus dan pemangsanya ditempat yang mudah dijangkau tikus. Rodenticide
programe menggunakan bahan kimia untuk mengendalikan tikus. Rodentisida yang
digunakan adalah rodentisida antikoagulan.
2. Kecoa
Pengedalian kecoa yang sudah dilakukan dengan menggunakan bahan kimia
(insektisida) dengan formulasi spray (pengasapan), dust (bubuk), aerosol (semprotan).
4.5 Pembahasan Kondisi Sanitasi Tikus Dan Kecoa

20
1. Tikus
Tikus merupakan rodentia yang membuat sarang dengan tujuan sebagai tempat
melahirkan dan membesarkan anaknya, tempat menyimpan makanan maupun tempat
tinggal dan peristirahatan. Lokasi keberadaan tikus biasanya tersembunyi, lembab,
serta tidak tergenang air. Di dalam rumah, tikus biasanya bersarang pada potongan
kain, kertas, atau pakaian bekas.
2. Kecoa
Secara umum, terdapat 3 sumber utama yang disenangi oleh kecoa yaitu
makanan, ceceran sisa makanan dan tempat lembab. Anda bisa mudah mengenali
apakah suatu rumah telah dimasuki kecoa ada tidak, yakni dengan melihat tanda tanda
seperti adanya kotoran kecoa, bau, ataupun telurnya. Biasanya kotoran kotoran ini
tertinggal pada tempat tempat yang tersembunyi seperti di antara buku2 yang
disimpan di rak, celah antara lemari dengan tempat tidur atau dinding, ataupun juga di
toilet. Selain ceceran makanan dilantai, sampah makanan di tempat sampah dapur
juga merupakan tempat yang disenangi kecoak, usahakan untuk segera membuang
sampah tersebut ke tempat sampah di luar rumah dan menutup tempat sampah.
4.6 Pembahasan Perencanaan Pengendalian Tikus Dan Kecoa
1. Tikus
Pengendalian tikus dengan menggunakan metode secara fisik dengan cara
menggunakan perangkap tikus/lem tikus karena tidak begitu berbahaya seperti racun
tikus, tikus yang terperangkap ditemukan pada perangkap tikus.
2. Kecoa
Pengendalian kecoa secara fisik dengan menggunakan pemasangan perangkap
serangga dan menggunakan alat pembunuh seperti pemukul, jepretan dengan umpan.
Adapun pengendalian secara kimia menggunakan racun insektisida untuk
memberantas vektor lebih efektif namun berdampak pada gangguan kesehatan karena
penyebaran racun menimbulkan keracunan bagi masyarakat

21
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tikus merupakan binatang pengerat yang sudah menjadi musuh masyarakat karena
sebagai faktor penyakitdan identik dengan image kotor. Selain itu tikus sering merusak
property rumah kita karena sifat pengeratnya danmenjadi musuh para petani karena sering
merusak tanaman/sawah mereka. Pengendalian untuk vektor tikus ini bisa kita gunakan
dengan cara pengendalian kimia , lingkungan, biologis, dan fisik dan mekanis. Keempat
pengendalian ini harus dilakukan dengan seiring agar berjlan sesuai dengan yang
diharapakn.
Kecoa ini umumnya terdapat di kawasan tropis di daerah beriklim sedang. Hama
domestik yang sudah terkenal ialah Periplaneta americana, Blatta orientalis dan Blatta
germanica. Kecoa mempunyai peranan yang cukup penting dalam penularan penyakit.
Peranan tersebut antara lain sebagai vector mekanik bagi beberapa mikro organisme

22
pathogen, sebagai inang perantara bagi beberapa spesies cacing. maka mereka diyakini
dapat menyebarkan penyakit pada manusia, termasuk salmonella dan gastroenteritis.
B. Saran
Untuk mewujudkan kualitas dan kuantitas lingkungan yang bersih dan sehat serta
untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimalsebagai salah satu unsur
kesepakatan umum dari tujuan nasional, sangat diperlukan pengetahuan yang cukup serta
mendalam pengetahuan tentang vektor penyakit dan pengendalianvektor
penyakit,sehingga kita dapat meminimalisir dan memutus rantai penyebaran penyakit dan
menuju Indonesia yang sehat.
Cara pencegahan penyakit akibat kecoa yaitu melakukan pemeriksaan secara teliti
barang-barang atau bahan makanan yang akan dinaikkan ke atas kapal, serta menutup
semua celah-celah, lobang atau tempat-tempat tersembunyi yang bisa menjadi tempat
hidup kecoa alam dapur, kamar mandi, pintu dan jendela, serta menutup atau
memodifikasi instalasi pipa sanitasi.

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Mentri Republik Indonesia nomor 374/Mekes/PER/III/2010.tentang Pengendalian


Vektor. http://www.depkes.go.id/downloads/Pengendalian. diakses tanggal 14 Juni 2019.
INDARA, E. 2015. pengendaliAn vektor daN rodent. http://eprints.ung.ac.id/11894/2/2015-
1-1-13201-811411101-bab1-30072015020704.pdf. diakses tanggal 14 Juni 2019.
Putra, Apriza Hongko.
2013.http://kesehatan.kompasiana.com/media/2013/01/28/memberantas-kecoa-vektor-
40-jenis-penyakit-529291. diakses tanggal 14 Juni 2019.
DINUS. PEDOMAN PENGENDALIAN KECOA.
http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/Pengendalian_Kecoa.pdf. diakses tanggal 14 Juni
2019.
Nurmaini. 2001. Identifikasi vektor dan binatang pengganggu serta pengendalian anopheles
Aconitus secara sederhana.http://www.solex-un.net/repository/id/hlth/CR6-Res3-ind.pdf.
diakses tanggal 14 Juni 2019.

23
Astuti,Desi Rini. 2013. Keefektifan Rodentisida Racun Kronis Generasi II
terhadapKeberhasilan PenangkapanTikus. KEMAS 8.Vol.2. hal.183-189
Zufar , Muhammad. BUKU PEDOMAN PENGGUNAAN INSEKTISIDA.
https://www.academia.edu/19634162/BUKU_PEDOMAN_PENGGUNAAN_INSEKTI
SIDA. diakses tanggal 14 Juni 2019.

24

Anda mungkin juga menyukai