Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI JENTIK

DI GUBENG KERTAJAYA, KOTA SURABAYA

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu

Dosen Pembimbing :

1. Ngadino, S.Si., M.Psi


2. Pratiwi Hermiyanti, SST.,M.KL
3. Kartadji

Disusun Oleh :

1. Aricha Khoirunnisa (P27833318001) 10. Eva Hesti Puspa Sari (P27833318015)


2. Nurisya Maharani (P27833318003) 11. Amalia Dila Safitri (P27833318017)
3. Vena Mega S. (P27833318004) 12. Risma Putri Vandini (P27833318018)
4. Alivia Amanatus S. (P27833318005) 13. Deffany N. P. S. (P27833318020)
5. Intan Sigra Norlita (P27833318006) 14. Rany Amelia A. (P27833318025)
6. Asysyifaul Aulia (P27833318009) 15. Imelynia Pratiwi S. (P27833318027)
7. Rara Aldavina P. A. (P27833318010) 16. Achmad Hilal Rusydi (P27833318033)
8. Isnaini Indriawati (P27833318011) 17. Ogi Rio Putra P. (P27833318034)
9. Rika Prawita Sari (P27833318012) 18. Herlis Putri Utami (P27833318037)

POLTEKKES KEMENKES SURABAYA

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

PROGRAM STUDI DIV


2019

2
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala Yang Maha Pemurah dan Lagi
Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang
telah melimpahkan Hidayah, Inayah dan Rahmat-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan
penyusunan “Laporan ...” tepat pada waktunya.
Penyusunan laporan sudah kami lakukan semaksimal mungkin dengan dukungan dari
banyak pihak, sehingga bisa memudahkan dalam penyusunannya. Untuk itu kami pun tidak
lupa mengucapkan terima kasih dari berbagai pihak yang sudah membantu kami dalam
rangka menyelesaikan makalah ini, terutama kepada dosen mata kuliah Pengendalian Vektor
dan Binatang Pengganggu:
1. Ngadino, S.Si., M.Psi
2. Pratiwi Hermiyanti, SST.,M.KL
3. Kartadji
Tetapi tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa dalam laporan ini
masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa serta aspek-aspek
lainnya. Maka dari itu, dengan lapang dada kami membuka seluas-luasnya pintu bagi para
pembaca yang ingin memberikan kritik ataupun sarannya demi penyempurnaan laporan ini.
Akhirnya kami sangat berharap semoga dari laporan yang sederhana ini bisa
bermanfaat dan juga besar keinginan kami bisa menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat berbagai permasalah lainnya yang masih berhubungan pada laporan-laporan
berikutnya.

Surabaya, 24 Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2

1.3 Tujuan Praktikum........................................................................................................2

1.4 Manfaat Praktikum......................................................................................................2

BAB II........................................................................................................................................4

DASAR TEORI.........................................................................................................................4

2.1 Pemberantasan Habitat Jentik dan Nyamuk................................................................4

2.2 Definisi Container.......................................................................................................5

2.3 Definisi Nyamuk.........................................................................................................6

2.4 Angka Kepadatan Jentik............................................................................................10

BAB III.....................................................................................................................................12

METODE PRAKTIKUM........................................................................................................12

3.1 Waktu dan Tempat....................................................................................................12

3.2 Alat dan Bahan..........................................................................................................12

3.3 Prosedur Kerja...........................................................................................................12

BAB IV....................................................................................................................................13
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................................13

BAB V......................................................................................................................................15

PENUTUP................................................................................................................................15

5.1 Kesimpulan.....................................................................................................................15

5.2 Saran...............................................................................................................................15

LAMPIRAN.............................................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam bidang kesehatan, serangga mempunyai arti yang sangat penting karena
peranannya sebagai vektor (perantara) dari berbagai penyakit. Penyakit yang ditularkan
oleh vektor ini antara lain penyakit demam berdarah, malaria, dan filariasis. Ketiga
penyakit ini ditularkan dari orang yang satu ke orang yang lain melalui perantara nyamuk.
Dewasa ini, penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah
kesehatan lingkungan yang cenderung meningkat jumlah penderita dan semakin luas
daerah penyebarannya, sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk.
Pada tahun 2009, kasus Demam Berdarah di wilayah Indonesia mencapai 150 juta kasus
yang mana hal ini menempatkan Indonesia menjadi negara dengan kasus DBD tertinggi
di ASEAN. DBD disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Laju
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang cukup cepat
merupakan salah satu penyebab penyakit DBD di Indonesia sulit diberantas. (P2B2,
2010)
Nyamuk seringkali berkembang biak di tempat penampungan air seperti bak mandi,
tempayan, drum, barang bekas, pot tanaman air dan lain sebagainya. Oleh karena itu,
untuk mengantisipasi segala dampak yang bisa ditimbulkan nyamuk, masyarakat umum
perlu mengetahui jenis, kehidupan, permasalahan yang disebabkan oleh nyamuk bahkan
pengetahuan mengenai kepadatan jentik nyamuk sebagai langkah awal pencegahan
terhadap dampak buruk akibat serangga (khususnya nyamuk) bagi kesehatan.
Kegiatan pemantauan jentik nyamuk untuk mengetahui kepadatan jentik merupakan
salah satu upaya yang harus dilakukan guna menurunkan kejadian penyakit yang
disebabkan oleh nyamuk. Dengan berbekal pengetahuan inilah masyarakat secara mandiri
dapat melakukan upaya pengendalian jentik nyamuk. Terdapat beberapa indikator yang
mengindikasikan suatu kepadatan jentik nyamuk. Indikator-indikator tersebut antara lain
House Index (HI), Kontainer Index (CI) dan Breteau Index (BI).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana cara melakukan pengukuran kepadatan (density) larva/jentik di
permukiman/tempat-tempat umum?
1.2.2 Apa saja jenis larva/jentik yang tertangkap dalam pengamatan?
1.2.3 Bagaimana cara mengetahui bionomic dari larva/jentik nyamuk (fungsi,
bahan, dan volume kontainer) yang dipergunakan?
1.2.5 Bagaimana cara menginterpretasi hasil pengukuran kepadatan larva/jentik
dengan parameter House Index, Container Index, Breteau Index dan Density
Figure?
1.2.5 Bagaimana melakukan upaya pengendalian keberadaan larva/jentik di
permukiman atau tempat-tempat umum?

1.3 Tujuan Praktikum


1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan pengukuran kepadatan larva atau jentik.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa terampil dalam melakukan pengukuran kepadatan (density)
larva/jentik di permukiman/tempat-tempat umum.
1.3.2.2 Mahasiswa dapat mengetahui jenis larva/jentik yang tertangkap dalam
pengamatan.
1.3.2.3 Mahasiswa mengetahui bionomic dari larva/jentik nyamuk (fungsi,
bahan, dan volume kontainer) dipergunakan.
1.3.2.4 Mahasiswa mampu melakukan interpretasi hasil pengukuran kepadatan
larva/jentik dengan parameter House Index, Container Index, Breteau
Index dan Density Figure.
1.3.2.5 Mahasiswa mampu melakukan dan memberikan upaya pengendalian
keberadaan larva/jentik di permukiman atau tempat-tempat umum.

1.4 Manfaat Praktikum


1.4.1 Dapat melakukan pengukuran kepadatan (density) larva/jentik di
permukiman/tempat-tempat umum.
1.4.2 Dapat mengetahui jenis larva/jentik yang tertangkap dalam pemgamatan.
1.4.3 Mengetahui bionomic dari larva/jentik nyamuk (fungsi, bahan, dan volume
kontainer) dipergunakan.
1.4.4 Mampu melakukan interpretasi hasil pengukuran kepadatan larva/jentik
dengan parameter House Index, Container Index, Breteau Index dan Density
Figure.
1.4.5 Mampu melakukan dan memberikan upaya pengendalian keberadaan
larva/jentik di permukiman atau tempat-tempat umum.
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pemberantasan Habitat Jentik dan Nyamuk


Angka kejadian penyakit Demam Berdarah yang cenderung sulit turun menyebabkan
berbagai upaya pemberantasan terus dilakukan. Sebagaimana kita kenal, metode
pemberantasan habitat nyamuk ini, misalnya dengan upaya pemberantasan sarang
nyamuk (PSN), masih dianggap cara paling efektif. Berkaitan dengan hal tersebut
pemerintah memiliki program kajian yaitu dengan melakukan survei jentik pada rumah-
rumah warga.
Jumantik kepanjangan dari Juru Pemantau Jentik merupakan seorang petugas khusus
yang secara sukarela mau bertanggung jawab untuk melakukan upaya pemantauan jentik
nyamuk DBD Aedes Aegypti di wilayah-wilayah dengan sebelumnya melakukan
pelaporan ke kelurahan atau puskesmas terdekat. Tugas dari Jumantik pada saat
memantau wilayah – wilayah diantaranya :
1. Menyambangi rumah-rumah warga untuk cek jentik.
2. Mengecek tempat penampungan air dan tempat yang dapat tergenang air bersih
apakah ada jentik dan apakah sudah tertutup dengan rapat. Untuk tempat air yang sulit
dikuras diberi bubuk larvasida (abate).
3. Mengecek kolam renang serta kolam ikan agar bebas dari keberadaan jentik nyamuk.
4. Membasmi keberadaan pakaian/kain yang tergantung di dalam rumah.
Pemantauan jentik nyamuk dilakukan satu kali dalam seminggu, pada waktu pagi
hari,apabila diketemukan jentik nyamuk maka jumantik berhak untuk memberi peringatan
kepada pemilik rumah untuk membersihkan atau menguras agar bersih dari jentik-jentik
nyamuk.
Selanjutnya jumantik wajib membuat catatan atau laporan untuk dilaporkan ke
kelurahan atau puskesmas terdekat dan kemudian dari Puskesmas atau kelurahan
dilaporkan ke instansi terkait atau vertikal. Selain petugas Juru Pemantau Jentik
(Jumantik), tiap-tiap masyarakat juga wajib melakukan pengawasan/pemantauan jentik di
wilayahnya (self Jumantik) dengan minimal tekhnik dasar 3M Plus, yaitu;
1. Menguras
Menguras adalah membersihkan tempat-tempat yang sering dijadikan tempat
penampungan air seperti kolam renang, bak kamar mandi, ember air, tempat air minum,
penampungan air , lemari es ,dll
2. Menutup
Menutup adalah memberi tutup secara rapat pada tempat air yang ditampung seperti
bak mandi, botol air minum, kendi, dll
3. Mengubur
Mengubur adalah menimbun dalam tanah bagi sampah-sampah atau benda yang
sudah tidak dipakai lagi yang berpotensi untuk tempat perkembangbiakan dan bertelur
nyamuk di dalam rumah.
Plus Kegiatan-kegiatan Pencegahan, seperti :
a. Membiasakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
b. Menaburkan bubuk Larvasida di tempat-tempat air yang sulit dibersihkan.
c. Tidak menggantung pakaian di dalam rumah serta tidak menggunakan horden
yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.
d. Menggunakan obat nyamuk / anti nyamuk.
e. Membersihkan lingkungan sekitar,terutama pada musim penghujan.
Dengan melakukan tindakan-tindakan positif seperti yang telah disebutkan di atas
akan dapat menekan atau mengurangi penyebaran dan perkembangbiakan vektor nyamuk
sehingga meminimalisasi ancaman tertular penyakit DBD, Chikungunya, ataupun
Malaria.

2.2 Definisi Container


Kontainer merupakan semua tempat/wadah yang dapat menampung air yang mana air
didalamnya tidak dapat mengalir ke tempat lain. Dalam container seringkali ditemukan
jentik-jentik nyamuk karena biasanya kontainer digunakan nyamuk untuk perindukan
telurnya. Misalnya saja nyamuk Aedes aegypti menyukai kontainer yang menampung air
jernih yang tidak langsung berhubungan langsung dengan tanah dan berada di tempat
gelapsebagai tempat perindukan telurnya. (Dinkes DKI Jakarta, 2003)
Menurut Dinas Kesehatan DKI Jakarta (2003), tempat perindukan nyamuk Aedes
aegypti dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Tempat penampungan air (TPA), yaitu tempat untuk menampung air guna keperluan
sehari–hari seperti tempayan, bak mandi, bak WC, ember, dan lain–lain.
2. Bukan TPA, seperti tempat minum hewan peliharaan, barang–barang bekas (ban
bekas, kaleng bekas, botol, pecahan piring/gelas), vas bunga, dll.
3. Tempat penampungan air alami (natural/alamiah) misalnya tempurung kelapa, lubang
di pohon, pelepah daun, lubang batu, potongan bambu, kulit kerang dll. Kontainer ini
pada umumnya ditemukan diluar rumah.

2.3 Definisi Nyamuk


Nyamuk termasuk jenis serangga yang masuk pada kelas Hexapoda orde Diptera.
Pada umumnya nyamuk mengalami 4 tahap dalam siklus hidupnya (metamorfosis), yaitu
telur, larva, pupa dan dewasa. Nyamuk Aedes aegypti mengalami metamorfosis
sempurna, yaitu telur – larva – pupa – dewasa. Stadium telur, larva dan pupa hidup
didalam air, sedangkan stadium dewasa hidup diluar air. Pada umumnya telur akan
menetas dalam 1-2 hari setelah terendam dalam air. Stadium jentik biasanya berlangsung
antara 5-15 hari, dalam keadaan normal berlangsung 9-10 hari. Stadium berikutnya
adalah stadium pupa yang berlangsung 2 hari, kemudian menjadi nyamuk dewasa dan
siklus tersebut akan berlangsung kembali. Dalam kondisi yang optimal, perkembangan
dari stadium telur sampai menjadi nyamuk dewasa memerlukan waktu sedikitnya 9 hari.
Gambar 2.1. Siklus Hidup Nyamuk Aedes Aegypti
Induk nyamuk biasanya meletakkan telur nyamuk pada tempat yang berair dan tidak
mengalir. Pada tempat kering, telur nyamuk akan rusak dan mati. Kebiasaan meletakkan
telur dari nyamuk berbeda-beda tergantung dari jenisnya.
1. Nyamuk Anopheles akan meletakkan telurnya di permukaan air satu persatu
atau bergerombol tetapi saling lepas, telur Anopeles mempunyai alat pengapung.
2. Nyamuk Culex akan meletakkan telur di permukaan air secara
bergerombolan dan bersatu berbentuk rakit sehingga mampu untuk mengapung.
3. Nyamuk Aedes meletakkan telur yang mana menempel pada dinding
kontainer dan mengapung di permukaan air.
Gambar 2.2. Perbedaan nyamuk Anopheles, Aedes dan Culex

Menurut Ririh Yudhastuti (2011), adapun sifat nyamuk dewasa berbeda-beda


bergantung dari spesies nyamuknya. Berikut sifat-sifat umum yang dimiliki adalah :

1) Nyamuk betina membutuhkan darah untuk proses reproduksi seperti


pembentukan telur, sedangkan nyamuk jantan senang tetap tinggal didaerah
dekat perindukannya, atau di tumbuh-tumbuhan.
2) Nyamuk memiliki jarak terbang yang berbeda-beda tergantung jenis
spesiesnya. Misalnya nyamuk Anopheles bisa mencapai jarak terbang hingga
3 km. Selain itu, hal tersebut dipengaruhi oleh kelembaban udara.
Penyebaran dari nyamuk itu sendiri bisa bersifat aktif maupun pasif.
3) Nyamuk juga memiliki waktu yang spesifik dalam mencari mangsa.
Misalnya nyamuk Anopheles, Culex dan Mansonia menyukai senja hingga
fajar dalam mencari mangsanya. Sedangkan nyamuk Aedes aegypti mencari
mangsa di siang hari. Ditinjau dari tempat hidupnya, nyamuk dibedakan atas
beberapa macam yaitu : (1) Nyamuk yang senang berinduk di air payau (salt
marsh type); dan (2) Nyamuk yang senang berinduk di genangan air yang
sifatnya sementara, dibedakan atas :
4) Temporary pool type, jenis nyamuk ini senang berinduk di genangan air
yang sifatnya sementara, seperti bekas pijakan kerbau, manusia, dan
sebagainya.
5) Artifial container type, nyamuk yang senang di perindukan genangan air
yang terdapat di kaleng bekas, ban bekas, gelas plastik bekas yang biasanya
dibuang oleh manusia disembarang tempat.
6) Treehole type, jenis nyamuk ini pada dasarnya memiliki selera yang sama
seperti jenis Temporary pool type, hanya saja pada jenis ini banyak
ditemukan terutama pada daerah yang sering hujan atau curah hujannya
tinggi, misalnya di lubang-lubang pohon.
7) Rock pool type, sama halnya dengan Treehole type, hanya saja yang dipilih
pada genangan air di lubang-lubang di batu karang atau padas.

Sedangkan jika ditinjau dari tempat persembunyiannya atau tempat peristirahatannya,


maka nyamuk dikategorikan kedalam dua jenis yaitu :

1.) Natural resting station type, dimana tempat peristirahatannya dalam lubang-
lubang yang ditemui secara alamiah, misalnya pada pohon-pohon, batu karang
atau padas, dan lain sebagainya.
2.) Artifial resting station type, dimana tempat peristirahatannya pada tempat-
tempat yang terbentuk karena hasil karya manusia, baik yang sifatnyasengaja
maupun tidak sengaja misalnya dalam rumah disela-sela baju yang digantung,
adanya kaleng bekas, dan sebagainya.

2.4 Angka Kepadatan Jentik


Untuk mengetahui kepadatan vektor nyamuk pada suatu tempat, diperlukan survei
yang meliputi survei nyamuk, survei jentik serta survei perangkap telur (ovitrap). Data-
data yang diperoleh, nantinya dapat digunakan untuk menunjang perencanaan program
pemberantasan vektor. Dalam pelaksanaannya, survei dapat dilakukan dengan
menggunakan 2 metode (Depkes RI, 2005), yakni :
1. Metode Single Larva
Survei ini dilakukan dengan cara mengambil satu jentik disetiap tempat-tempat yang
menampung air yang ditemukan ada jentiknya untuk selanjutnya dilakukan identifikasi
lebih lanjut mengenai jenis jentiknya.
2. Metode Visual
Survei ini dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya larva di setiap tempat genangan
air tanpa mengambil larvanya.

Setelah dilakukan survei dengan metode diatas, pada survei jentik nyamuk Aedes
aegypti akan dilanjutkan dengan pemeriksaan kepadatan jentik dengan ukuran sebagai
berikut:
1. House Index (HI) adalah jumlah rumah positif jentik dari seluruh rumah
yang diperiksa.

Jumlah rumah yang positif jentik


HI = X 100 %
Jumlah rumah yang diperiksa

2. Container Index (CI) adalah jumlah kontainer yang ditemukan larva dari
seluruh kontainer yang diperiksa

Jumlah kontainer yang positif jentik


CI = X 100 %
Jumlah kontainer yang diperiksa

3. Breteu Index (BI) adalah jumlah kontainer dengan larva dalam seratus
rumah.
Jumlah kontainer yang positif jentik
BI = X 100 %
100 rumah yang diperiksa
4. Angka Bebas Jentik (ABJ) adalah persentase antara rumah yang tidak
ditemukan jentik terhadap seluruh rumah yang diperiksa.

Jumlah rumah yang (-) jentik


ABJ = X 100 %
Jumlah rumah yang diperiksa

HI lebih menggambarkan penyebaran nyamuk di suatu wilayah. Density figure (DF)


adalah kepadatan jentik Aedes aegypti yang merupakan gabungan dari HI, CI dan BI yang
dinyatakan dengan skala 1-9 seperti tabel menurut WHO Tahun 1972di bawah ini :
Tabel 2.1 Larva Index
Density figure Container Index Breteau Index
House Index (HI)
(DF) (CI) (BI)
1 1–3 1-2 1-4
2 4–7 3-5 5–9
3 8 – 17 6-9 10 – 19
4 18 – 28 10 -1 4 20 – 34
5 29 – 37 15 – 20 35 -49
6 38 – 49 21 - 27 50 – 74
7 50 -59 28 - 31 75 – 99
8 60 – 76 32 – 40 100 – 199
9 >77 >41 >200
Sumber: WHO (1972)

Keterangan Tabel :
DF = 1 = kepadatan rendah
DF = 2-5 = kepadatan sedang
DF = 6-9 = kepadatan tinggi.
Berdasarkan hasil survei larva dapat ditentukanDensity Figure. Density Figure
ditentukan setelah menghitung hasil HI, CI, BI kemudian dibandingkan dengan tabel
Larva Index. Apabila angka DF kurang dari 1 menunjukan risiko penularan rendah, 1-5
resiko penularan sedang dan diatas 5 risiko penularan tinggi.

BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Hari/Tanggal : Jum’at, 11 Oktober 2019
Waktu : 06.00-09.00 WIB
Tempat : Gubeng Kertajaya Surabaya

3.2 Alat dan Bahan


1. Senter
2. Pipet
3. Botol
4. Gayung

3.3 Prosedur Kerja


1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Mengamati semua penampungan air baik di dalam maupun diluar rumah
3. Menanyakan kepada pemilik rumah letak penampungan air
4. Mengamati ada tidaknya jentik
5. Mengamati secara makroskopis jentik
6. Jika ditemukan larva atau jentik, amati dan catat rumah, letak container, jenis, jumlah
dan waktu PSN serta pemberian bubuk abate
7. Menghitung kepadatan jentik dengan parameter : HI, CI, BI dan DF

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel Hasil
Nama Petugas RT Jumlah Rumah yang Keterangan Jentik
Diperiksa

Hilal 1 6 +1

Imel, Deffani 2 9 +1

Risma, Rany 3 11 -

Aricha, Ogi, Rika, Dila 4 11 -

Eva, Nurisya, Herlis 5 11 +1

Rara, Indri 6 11 -

Intan, Vena 7 11 +2

Assyifaul, Alivia 8 11 +3

Total 81 8

Angka Parameter Digunakan :


- Angka Bebas Jentik (ABJ)

ABJ = x 100%

ABJ = x 100% = 90%

Pembahasan
Dari hasil pengamatan larva atau jentik di permukiman Kertajaya pada tanggal 11
Oktober 2019 pukul 06.00 WIB dan dengan menggunakan single larvae methode di temukan
jumlah rumah (+) larva ada 8 buah dari 81 rumah yang diperiksa. Sedangkan pada jumlah
container (+) larva ada 5 buah dari 189 buah container yang diperiksa.
Dan adapun angka parameter yang digunakan yaitu Angka Bebas Jentik (ABJ) yang
merupakan jumlah rumah (-) larva dibagi dengan jumlah rumah yang diperiksa dikalikan 100.
Untuk nilai ABJ 90% dimana dikatakan masih diperlukannya pengendalian oleh warga
setempat. Dengan beberapa cara seperti selalu menguras bak mandi setiap 1 minggu sekali,
menutup tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, selalu menjaga kebersihan
lingkungan sekitar rumah jangan sampai di rumah ada sampah seperti botol plastik atau
kaleng yang dapat menjadi tempat penampungan air alamiah, selalu membersihkan tempat
mandi burung, membersihkan pot-pot yang tergenang air dan menaburkan bubuk abate.

BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan larva atau jentik di permukiman Kertajaya pada tanggal 11

Oktober 2019 pukul 06.00 WIB dan dengan menggunakan single larvae methode di

temukan jumlah rumah (+) larva ada 8 buah dari 81 rumah yang diperiksa. Sedangkan

pada jumlah container (+) larva ada 5 buah dari 189 buah container yang diperiksa. ABJ

90%.

5.2 Saran
Setiap rumah di Gubeng Kertajaya hendaknya melakukan pembenahan sesegera
mungkin seperti :
1. Menguras bak mandi setiap 1 minggu sekali
2. Menutup tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, tondon
3. Selalu menjaga kebersihan lingkungan sekitar rumah jangan sampai di rumah ada
sampah seperti botol plastik atau kaleng yang dapat menjadi tempat penampungan air
alamiah,
4. Selalu membersihkan tempat mandi burung, kolam dan lain-lain
5. Membersihkan pot-pot yang tergenang air dan
6. Menaburkan bubuk abate

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai