DISUSUN OLEH :
Kelompok 1
Puji sukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
terselesaikannya tugas pembuatan Makalah Pengendalian Vektor Dan Binatang
Pengganggu. Makalah ini di selesaikan dengan maksud untuk membantu kami
dalam memahami materi tentang pembelajaran Pengendalian Vektor Dan
Binatang Penggangu.
Makalah ini jauh dari kesempurnaan baik dalam hal bahasa bahkan sampai
pada hal penyusunan isi, untuk itu, kami mengharapkan kerja sama dan kritik
yang membangun agar laporan ini ke depannya dapat lebih baik untuk
meningkatkan mutu pembelajaran kami pada khususnya. Akhir kata, semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Terima kasih.
Penyusun.
1
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Tujuan...................................................................................................................1
C. Manfaat.................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................3
A. Pemberantasan Habitat Jentik dan Nyamuk.....................................................3
B. Definisi Container................................................................................................4
C. Definisi Nyamuk...................................................................................................5
D. Angka Kepadatan Jentik.....................................................................................8
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM.................................................................10
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan.......................................................................10
B. Jenis kegiatan.....................................................................................................10
C. Alat dan Bahan...................................................................................................10
D. Metode Kerja......................................................................................................10
E. Uraian Kegiatan.................................................................................................10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................12
A. Data Hasil Pemeriksaan.....................................................................................12
B. Hasil Perhitungan...............................................................................................12
C. Pembahasan........................................................................................................13
BAB V PENUTUP.........................................................................................................16
A. Kesimpulan.........................................................................................................16
B. Saran...................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................17
LAMPIRAN
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bidang kesehatan, serangga mempunyai arti yang sangat penting karena
peranannya sebagai vektor (perantara) dari berbagai penyakit. Penyakit yang
ditularkan oleh vektor ini antara lain penyakit demam berdarah, malaria, dan
filariasis. Ketiga penyakit ini ditularkan dari orang yang satu ke orang yang lain
melalui perantara nyamuk.
Dewasa ini, penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu
masalah kesehatan lingkungan yang cenderung meningkat jumlah penderita dan
semakin luas daerah penyebarannya, sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan
kepadatan penduduk.
Pada tahun 2009, kasus Demam Berdarah di wilayah Indonesia mencapai 150
juta kasus yang mana hal ini menempatkan Indonesia menjadi negara dengan kasus
DBD tertinggi di ASEAN. DBD disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Laju
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang cukup cepat merupakan salah satu
penyebab penyakit DBD di Indonesia sulit diberantas. (P2B2, 2010)
1
masyarakat secara mandiri dapat melakukan upaya pengendalian jentik nyamuk.
Terdapat beberapa indikator yang mengindikasikan suatu kepadatan jentik nyamuk.
Indikator-indikator tersebut antara lain House Index (HI), Kontainer Index (CI) dan
Breteau Index (BI).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
2
C. Manfaat
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Mengecek tempat penampungan air dan tempat yang dapat tergenang air bersih
apakah ada jentik dan apakah sudah tertutup dengan rapat. Untuk tempat air yang
sulit dikuras diberi bubuk larvasida (abate).
3. Mengecek kolam renang serta kolam ikan agar bebas dari keberadaan jentik
nyamuk.
4
4. Membasmi keberadaan pakaian/kain yang tergantung di dalam rumah.
Pemantauan jentik nyamuk dilakukan satu kali dalam seminggu, pada waktu pagi
hari,apabila diketemukan jentik nyamuk maka jumantik berhak untuk memberi
peringatan kepada pemilik rumah untuk membersihkan atau menguras agar bersih
dari jentik-jentik nyamuk.
1. Menguras
2. Menutup
Menutup adalah memberi tutup secara rapat pada tempat air yang
ditampung seperti bak mandi, botol air minum, kendi, dll
3. Mengubur
5
b. Menaburkan bubuk Larvasida di tempat-tempat air yang sulit dibersihkan
B. Definisi Container
Menurut Dinas Kesehatan DKI Jakarta (2003), tempat perindukan nyamuk Aedes
aegypti dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Tempat penampungan air (TPA), yaitu tempat untuk menampung air guna
keperluan seharihari seperti tempayan, bak mandi, bak WC, ember, dan lain
lain.
6
2. Bukan TPA, seperti tempat minum hewan peliharaan, barangbarang bekas (ban
bekas, kaleng bekas, botol, pecahan piring/gelas), vas bunga, dll.
C. Definisi Nyamuk
Nyamuk termasuk jenis serangga yang masuk pada kelas Hexapoda orde
Diptera. Pada umumnya nyamuk mengalami 4 tahap dalam siklus hidupnya
(metamorfosis), yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Nyamuk Aedes aegypti
mengalami metamorfosis sempurna, yaitu telur larva pupa dewasa. Stadium
telur, larva dan pupa hidup didalam air, sedangkan stadium dewasa hidup diluar air.
Pada umumnya telur akan menetas dalam 1-2 hari setelah terendam dalam air.
Stadium jentik biasanya berlangsung antara 5-15 hari, dalam keadaan normal
berlangsung 9-10 hari. Stadium berikutnya adalah stadium pupa yang berlangsung 2
hari, kemudian menjadi nyamuk dewasa dan siklus tersebut akan berlangsung
kembali. Dalam kondisi yang optimal, perkembangan dari stadium telur sampai
menjadi nyamuk dewasa memerlukan waktu sedikitnya 9 hari.
Nyamu
k
Betina
Dewas
a
Telur
Nyamu
k Muda (1-2
hari)
Pupa Jentik
(2-4 (7-9
hari) hari)
7
Gambar 2.1. Siklus Hidup Nyamuk Aedes Aegypti
Induk nyamuk biasanya meletakkan telur nyamuk pada tempat yang berair dan
tidak mengalir. Pada tempat kering, telur nyamuk akan rusak dan mati. Kebiasaan
meletakkan telur dari nyamuk berbeda-beda tergantung dari jenisnya.
1 Nyamuk Anopheles akan meletakkan telurnya di permukaan air satu persatu atau
bergerombol tetapi saling lepas, telur Anopeles mempunyai alat pengapung.
3 Nyamuk Aedes meletakkan telur yang mana menempel pada dinding kontainer
dan mengapung di permukaan air.
8
Gambar 2.2. Perbedaan nyamuk Anopheles, Aedes dan Culex
9
1. Nyamuk betina membutuhkan darah untuk proses reproduksi seperti
pembentukan telur, sedangkan nyamuk jantan senang tetap tinggal didaerah dekat
perindukannya, atau di tumbuh-tumbuhan.
3. Nyamuk juga memiliki waktu yang spesifik dalam mencari mangsa. Misalnya
nyamuk Anopheles, Culex dan Mansonia menyukai senja hingga fajar dalam
mencari mangsanya. Sedangkan nyamuk Aedes aegypti mencari mangsa di siang
hari. Ditinjau dari tempat hidupnya, nyamuk dibedakan atas beberapa macam
yaitu : (1) Nyamuk yang senang berinduk di air payau (salt marsh type); dan (2)
Nyamuk yang senang berinduk di genangan air yang sifatnya sementara,
dibedakan atas :
4. Temporary pool type, jenis nyamuk ini senang berinduk di genangan air yang
sifatnya sementara, seperti bekas pijakan kerbau, manusia, dan sebagainya
5. Artifial container type, nyamuk yang senang di perindukan genangan air yang
terdapat di kaleng bekas, ban bekas, gelas plastik bekas yang biasanya dibuang
oleh manusia disembarang tempat.
6. Treehole type, jenis nyamuk ini pada dasarnya memiliki selera yang sama seperti
jenis Temporary pool type, hanya saja pada jenis ini banyak ditemukan terutama
pada daerah yang sering hujan atau curah hujannya tinggi, misalnya di lubang-
lubang pohon.
7. Rock pool type, sama halnya dengan Treehole type, hanya saja yang dipilih pada
genangan air di lubang-lubang di batu karang atau padas.
10
Sedangkan jika ditinjau dari tempat persembunyiannya atau tempat
peristirahatannya, maka nyamuk dikategorikan kedalam dua jenis yaitu :
Survei ini dilakukan dengan cara mengambil satu jentik disetiap tempat-tempat
yang menampung air yang ditemukan ada jentiknya untuk selanjutnya dilakukan
identifikasi lebih lanjut mengenai jenis jentiknya.
2. Metode Visual
Survei ini dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya larva di setiap tempat
genangan air tanpa mengambil larvanya.
11
Setelah dilakukan survei dengan metode diatas, pada survei jentik nyamuk Aedes
aegypti akan dilanjutkan dengan pemeriksaan kepadatan jentik dengan ukuran
sebagai berikut:
1 House Index (HI) adalah jumlah rumah positif jentik dari seluruh rumah yang
diperiksa.
2 Container Index (CI) adalah jumlah kontainer yang ditemukan larva dari seluruh
kontainer yang diperiksa
3 Breteu Index (BI) adalah jumlah kontainer dengan larva dalam seratus rumah.
Jumlah kontainer yang positif jentik
BI = 100 rumah yang diperiksa X 100 %
12
HI lebih menggambarkan penyebaran nyamuk di suatu wilayah. Density figure (DF)
adalah kepadatan jentik Aedes aegypti yang merupakan gabungan dari HI, CI dan BI yang
dinyatakan dengan skala 1-9 seperti tabel menurut WHO Tahun 1972di bawah ini :
Container Index
Density figure (DF) House Index (HI) Breteau Index (BI)
(CI)
1 13 1-2 1-4
2 47 3-5 59
3 8 17 6-9 10 19
4 18 28 10 -1 4 20 34
5 29 37 15 20 35 -49
6 38 49 21 - 27 50 74
7 50 -59 28 - 31 75 99
8 60 76 32 40 100 199
13
Sumber: WHO (1972)
Keterangan Tabel :
DF = 1 = kepadatan rendah
14
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
B. Jenis kegiatan
1. Alat tulis
15
2. Senter
3. Sendok
4. Form pemeriksaan
5. Bubuk abate
D. Metode Kerja
Pada survei jentik kali ini , metode yang digunakan adalah metode visual, dimana
survei ini dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya larva di setiap tempat
genangan air tanpa mengambil larvanya .
E. Uraian Kegiatan
b. Sifat fotophobia
16
7. Jika ditemukan larva atau jentik, amati dan catat rumah, letak container, jenis,
jumlah dan waktu PSN serta pemberian bubuk abate
17
18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan :
B. Hasil Perhitungan
19
1. House Index adalah jumlah rumah positif jentik dari seluruh rumah yang
diperiksa
+
larva
HI = x 100 %
Jumlah rumah
19
HI = 33 x 100 = 57,5 %
2. Container Index adalah jumlah kontainer yang positif larva dari seluruh kontainer
yang diperiksa
+
larva
CI = x 100
Jumlah container
30
CI = 110 x 100 = 27,2 %
3. Breteau Index adalah jumlah kontainer dengan larva dalam seratus rumah
20
+
larva
BI =
Jumlah continer
33
BI = 100 = 0,33
30
BI = 0,3 = 100
4. Density Figure
7 +7+8
Sehingga : Density Figure = 3 = 7,33 (Daerah merah, derajad
21
1 1-3 Daerah hijau, derajad penularan penyakit oleh larva
rendah atau tidak menularkan
2 4-5 Daerah kuning, derajad penularan penyakit oleh larva
sedang atau perlu waspada
3 >5 Daerah merah, derajad penularan penyakit oleh larva
tinggi, perlu pengendalian segera
C. Pembahasan
Dari hasil pengamatan larva atau jentik di permukiman Gg. Setia pada tanggal 28
Mei 2015 pukul 08.00 wib dan dengan menggunakan visual larvae methode di temukan
jumlah rumah (+) larva ada 19 buah dari 33 rumah yang diperiksa. Sedangkan pada
jumlah container (+) larva ada 30 buah dari 110 buah container yang diperiksa.
Dan adapun angka parameter yang digunakan yaitu : House Index, Container
Index, Breteau Index dan Density Figure. House Index merupakan jumlah rumah (+)
larva dibagi dengan jumlah rumah yang diperiksa dikalikan 100. Untuk Container Index
merupakan jumlah container (+) larva dibagi dengan jumlah container yang diperiksa
dikalikan 100 dan Breteau Index merupakan jumlah container (+) larva dibagi dengan
jumlah rumah yang diperiksa dikalikan 100. Dan adapun hasil dari (HI) adalah 57,5,
sedangkan (CI) adalah 27,2 dan (BI) adalah 100. Untuk Density figure mengkonfirmasi
nilai HI, CI dan BI ke dalam tabel di bawah ini :
DF HI CI BI
1 1-3 1-2 1-4
2 4-7 3-5 5-9
3 8-17 6-9 10-19
4 18-28 10-14 20-34
5 29-37 15-20 35-49
6 38-49 21-27 50-74
7 50-59 28-31 75-99
8 60-76 32-40 100-199
22
9 77 DST 41 DST 200 DST
Untuk nilai HI 57,5 maka angka density figure nya adalah 7, sedangkan nilai CI 27,2
maka angka density figure nya adalah 7 dan nilai BI adalah 100 maka angka density
7 +7+8
figure nya adalah 8. Maka, Density Figure = 3 = 7,33
23
24
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan larva atau jentik di permukiman Gg. Setia pada tanggal 28
Mei 2015 pukul 08.00 wib dan dengan menggunakan visual larvae methode di
temukan jumlah rumah (+) larva ada 19 buah dari 33 rumah yang diperiksa.
Sedangkan pada jumlah container (+) larva ada 30 buah dari 110 buah container
yang diperiksa.
25
Untuk nilai HI 57,5 maka angka density figure nya adalah 7, sedangkan nilai CI
27,2 maka angka density figure nya adalah 7 dan nilai BI adalah 100 maka angka
density figure nya adalah 8. Maka, Density Figure nya adalah 7,33. Dari tabel
interpretasi pemukiman Gg. Setia mendapatkan hasil > 5 dimana dikatakan daerah
merah derajad penularan penyakit oleh larva tinggi, perlu pengendalian segera.
B. Saran
1. Dengan beberapa cara seperti selalu menguras bak mandi setiap 1 minggu
sekali,
26
DAFTAR PUSTAKA
27
LAMPIRAN
28