Editor :
Pekanbaru, Riau
2009
PENDAHULUAN
1
pengendalian secara aktif di daerah perimeter dan daerah buffer (protective
area) di sekitar perimeter sejauh sekurang-kurangnya 400 m. Di daerah
tersebut indeks A.aegypti (House Index) harus dipertahankan hingga < 1%.
Penyakit-penyakit yang bersumber nyamuk (PBN) antara lain malaria,
demam berdarah, chikungunya, yellow fever, filariasis limfatik (kaki gajah), dan
Japanese encephalitis (radang otak Jepang). Dengan mudahnya transportasi
antara Afrika yang merupakan daerah endemik penyakit yellow fever dan
Indonesia, maka potensi penularan penyakit yellow fever semakin besar. Saat ini,
pakar taksonomi mengidentifikasi sebanyak 3.453 sepesies nyamuk dan sebagian
kecil spesies di antaranya berdampak terhadap kesehatan manusia. Akibat yang
ditimbulkan nyamuk pun bermacam-macam, mulai dari gangguan kenyamanan
sewaktu istirahat, dermatitis alergika akibat gigitan nyamuk, kejengkelan karena
kebisingan suara terbangnya yang dekat telinga serta rasa nyeri akibat gigitannya,
sampai ke dampak kesehatan nyata yaitu kejadian kesakitan dan kematian pada
penderitanya karena terinfeksi oleh kuman penyakit yang ditularkannya.2
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan kejadian PBN
antara lain mobilitas penduduk serta perilaku manusia yang kadang-kadang secara
sengaja atau tidak sengaja menyebabkan kerusakan lingkungan. Hal ini
disebabkan semakin berkurangnya kepedulian masyarakat terhadap masalah
kesehatan lingkungan yang merupakan tempat berkembangbiaknya nyamuk,
sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan jumlah kasus penyakit-
penyakit yang ditularkan oleh nyamuk. 2
Angka kematian akibat penyakit nyamuk khususnya demam berdarah,
menempati nomor urut keenam (53,98%) dari angka kematian penyakit lainnya
setelah kematian akibat kecelakaan lalu lintas. Sedangkan penyakit malaria
2
menduduki peringkat keempat dari penyakit menahun lainnya.
Berdasarkan data pengamatan penyakit menular yang dikumpulkan KKP
Pekanbaru dari 6 puskesmas yang berdekatan dengan area Wilayah Kerja KKP
baik Bandara SSK II maupun Pelabuhan Laut selama tahun 2007, didapatkan
jumlah kasus DBD sebanyak 50 kasus, dengan jumlah kematian 0 kasus.
Berdasarkan latar belakang di atas serta masih tingginya angka kasus DBD yang
2
ditemukan maka penulis mepunyai keinginan untuk melakukan pemeriksaan
jentik nyamuk berkala di wilayah kerja KKP Pekanbaru.3
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Vektor
Vektor penyakit adalah serangga atau arthropoda penyebar penyakit. Yang
termasuk ke dalam vektor antara lain nyamuk, lalat, kecoa, tikus dan pinjal.4 Pada
kegiatan ini yang menjadi vektor penyakit adalah nyamuk.
4
2.3 Jenis-Jenis Nyamuk dan Larva
2.3.1 Nyamuk Aedes
Ciri-ciri larva nyamuk Aedes adalah:
1. Kepala : antena dipenuhi bulu yang sangat halus
2. Thorax : dekat pangkal berkas rambut di sissi dada terdapat duri
yang melengkung
3. Abdomen : Ruas kedelapan terdapat sebaris gigi sisir berbentuk khas.
4. Terdapat sebaris comb scale yang terdiri dari 8-12 anak sisi .
(1.a) (1.b)
5
2.3.3 Nyamuk culex
6
ditularkan oleh beberapa jenis nyamuk yaitu A.Aegypti, A.albopictus, Culex
fatigans dan Mansonia sp. Meskipun penyakit ini tidak mengakibatkan kematian,
namun dapat menimbulkan rasa nyeri yang hebat di persendiantubuh bahkan
seperti kelumpuhan dan dapat berlangsung selama dua bulan.6
5. Encephalitis
Salah satu jenis penyakit Encephalitis adalah Jepenese Encephalitis (JE).
Encephalitis adalah suatu penyakit yang menyerang susunan syaraf pusat yang
disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk genus Culex. Untuk Japenese
encephalitis berdasarkan penelitian di Jakarta tahun 1981-1982 sebagai
penularnya adalah nyamuk Culex tritaeniorhyncus. Yaitu sejenis nyamuk Culex
yang berkembang di daerah sekitar kandang ternak babi, sapi
dan di sekitar sawah/parit dll.6
7
kemudian masukkan ke dalam botol yang telah diberi label.
5) Bila ditemukan larva dengan jenis berbeda, pilihlah larva larva secara
visusal jenis Aedes dengan mengenal cirri-cirinya yaitu warnanya agak
keabu-abuan, bergerak lamban, gerakan membentuk huruf S, dan bila
terkena cahaya senter larva akan bergerak aktif.
6) Tulislah semua bangunan dan kontainer yang diperiksa baik positif
maupun negative larva ke dalam formulir.
7) Lakukan identifikasi larva
8) Hitunglah indeks A.aegypti dengan rumus:
House Index (HI) = Jumlah rumah yang ditemukan jentik x
100%
Jumlah rumah yang diperiksa
8
hasilnya nol, penelitian diulang sampai 3 kali, dan jika bitting rate
mencapai r (sama dengan density figure 1) di daerah perimeter dan atau
2,5 buffer area, segera dilakukan pemberantasan.
2) Resting Collection
Kegiatan resting collection dilakukan pada tempat peristirahatan nyamuk
dewasa. Metode penangkapan nyamuk dewasa dengan menggunakan
aspirator mulut atau aspirator bertenaga baterai.
3) Identifikasi nyamuk betina dewasa
Identifikasi nyamuk A.aegypti betina dewasa berdasarkan cirri-cirinya
antara lain:
Tarsi dillingkari garis putih pada bagian proksimal.
Menosotum berwarna tua/gelap dengan variasi putih perak.
Probosis pada jenis betina polos tanpa gelang-gelang serta lebih
panjang daripada palpi.
9
serta MHD (Man Hour Density) pada kegiatan penangkapan di kandang dan
sekitarnya dengan rumus:
MHD = Jumlah tiap jenis nyamuk tertangkap
Jumlah jam kerja x jumlah kolektor
10
tanaman yang bertujuan mencegah, menghilangkan, atau mengurangi
habitat perkembangbiakan vektor tanpa menurunkan kualitas hidup
manusia.
Manipulasi lingkungan yaitu suatu upaya pengelolaan lingkungan yang
meliputi kegiatan perencanaan untuk mengubah kondisi nyang bersifat
sementara sehingga tidak menguntungkan bagi perkembangan vektor.
Mengupayakan perubahan perilaku dan tempat tinggal manusia, yaitu
sebagai usaha untuk megurangi kontak antara manusia dan vektor.
2) Intervensi biologis
Intervensi biologis adalah suatu upaya untuk mengurangi populasi vektor
dengan memanfaatkan organisme hidup atau produknya yang biasa disebut
sebagai agen biologis untuk pengendalian vektor seperti virus, bakteri, jamur,
protozoa, predator ikan pemakan jentik.
3) Intervensi kimiawi
Intervensi kimiawi adalah suatu upaya untuk mengurangi populasi vektor
dengan menggunakan pestida, larvasida dll.
11
BAB III
OPTIMALISASI KEGIATAN PEMERIKSAAN JENTIK BERKALA
DI WILAYAH KERJA PELABUHAN KAMPUNG DALAM
PEKANBARU
Metode yang digunakan dalam upaya optimalisasi ini adalah metode Plan,
Do, Check, and Action (PDCA cycle) yang didasari atas masalah yang dihadapi
(problem-faced) ke arah penyelesaian masalah (problem solving).:14
3.1.1 Plan
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) adalah Unit Pelaksana Teknis
dilingkungan Departemen Kesehatan yang berada dibawah dan bertanggung
jawab kepada Direktur Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan. KKP dipimpin oleh Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Dibantu
oleh Kasubbag TU, Kasi Karantina, Surveilens Epidemiologi (SE) dan Upaya
kesehatan, Kasi Pengendalian Resiko Lingkungan (PRL). Tetapi untuk KKP
Pekanbaru SE belum ada.
Kantor Kesehatan Pelabuhan Melaksanakan pencegahan masuk dan
keluarnya penyakit karantina dan penyakit menular potensi wabah, kekarantinaan,
pelayanan kesehatan terbatas.
1. Pelaksana kekarantinaan
Pelaksanaannya disesuaikan dengan International Health Regulations dan
peraturan perundang-undangan di Indonesia, yakni: UU No 1 tentang
Karantina Laut dan UU No.2 tentang Karantina Udara.
2. Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan
Pelaksanaan pelayanan kesehatan oleh KKP tidak lagi terbatas mengenai
Pemberantasan Penyakit Menular (P2M), tetapi juga penyakit tidak
menular, seperti penyakit degeneratif, karena fungsi KKP mulai
12
berkembang menjadi Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
(P2PL).
3. Pelaksana pengendalian risiko lingkungan di bandara, pelabuhan dan lintas
batas darat Negara.
4. Pengamatan penyakit karantina dan penyakit menular potensi wabah.
5. Pelaksanaan pengamanan radiasi pengion dan non pengion, biologi dan
kimia. Misalnya: pelaksanaan pengamanan terhadap bahaya terorisme
yang menggunakan senjata nuklir, biologi dan kimia.
6. Simpul jejaring survailans epidemiologi regional, nasional sesuai penyakit
yang berkaitan dengan lalu lintas internasional.
7. Fasilitasi, advokasi kesiap-siagaan dan penanggulangan KLB dan bencana
bidang kesehatan, serta kesehatan matra termasuk kesehatan haji.
8. Pelaksanaan, fasilitasi, advokasi kesehatan kerja di lingkungan bandara,
pelabuhan, dan lintas batas barat negara.
9. Pelaksana pemberian sertifikat obat, makanan, kosmetik. dan alat
kesehatan serta bahan adiktif (OMKABA) eksport, dan pengawasan
dokumen kesehatan OMKABA import.
10. Pelaksana pengawasan kesehatan alat angkut dan muatannya.
11. Pelaksana pemberian pelayanan kesehatan di lingkungan bandara,
pelabuhan, dan lintas batas barat negara.
12. Pelaksanaan jaringan informasi dan teknologi bidang kesehatan di
lingkungan bandara, pelabuhan, dan lintas batas barat negara.
13. Pelaksana jejaring kerja dan kemitraan bidang di lingkungan bandara,
pelabuhan, dan lintas batas barat negara.
14. Pelaksanaan kajian kekarantinaan, pengendalian resiko lingkungan dan
surveilans kesehatan pelabuhan
15. Pelaksana pelatihan teknis bidang kesehatan di lingkungan bandara,
pelabuhan, dan lintas batas negara.
16. Pelaksana ketatausahaan dan kerumahtanggaan KKP.
13
Saat ini KKP Pekanbaru merupakan KKP kelas II. Berdasarkan peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 356/Menkes/per/iv/2008 pasal 23
tentang organisasi dan tata kerja kantor kesehatan pelabuhan, KKP Kelas II terdiri
dari:
a. Sub bagian Tata Usaha;
b. Seksi Pengendalian Karantina dan SE;
c. Seksi PRL;
d. Seksi Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah;
e. Instalasi;
f. Wilayah Kerja;
g. Kelompok Jabatan Fungsional.
Tugas seksi PRL berdasarkan pasal 27 Kepmenkes tersebut antara lain
melakukan penyiapan bahan perencanaan, pemantauan, evaluasi, penyusunan
laporan, dan koordinasi pelaksanaan pengendalian vektor dan binatang penular
penyakit, pembinaan sanitasi lingkungan, jejaring kerja, kemitraan, kajian dan
pengembangan teknologi serta pelatihan teknis bidang pengendalian risiko
lingkungan di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara.
14
Seksi PRL KKP Pekanbaru terdiri atas 12 petugas, yaitu satu orang Kepala
seksi PRL dan 11 petugas, dimana satu petugas bertanggungjawab atas satu
program PRL.
Kegiatan Plan dimulai pada bulan Desember 2008 yaitu melalui kegiatan
observasi, wawancara dan pengambilan data sekunder. Observasi dilaksanakan
melalui pendekatan program pada unit kerja PRL KKP Pekanbaru. Setelah itu
dilakukan wawancara dengan petugas kesehatan di bidang PRL serta mengambil
data mengenai pelaksanaan kegiatan PRL KKP Pekanbaru dari awal bulan Januari
2008 hingga Oktober 2008. Hasil observasi dan wawancara kemudian
didiskusikan dengan pembimbing untuk menentukan permasalahan dalam
kegiatan pemeriksaaan jentik berkala untuk dilakukan perbaikan.
15
khusus dan harganya cukup
mahal.
Dari data laporan hasil
kegiatan PRL: 90% air
pada rumah yang diperiksa
secara kimia dalam batas
normal
2 Pengawasan gedung Kegiatan berjalan Dari wawancara dengan
bangunan dan dengan baik setiap petugas PRL, kegiatan
perusahaan bulannya. Umumnya dilaksanakan setiap
(Sanitasi lingkungan) sanitasi bulannya. Umumnya
gedung/bangunan sanitasi gedung/ bangunan
pelabuhan cukup baik pelabuhan cukup baik dan
dan tidak ada masalah tidak ada masalah yang
yang berarti. berarti.
Dari data laporan hasil
kegiatan PRL: 90% gedung
yang diperiksa smemiliki
sanitasi yang baik
3 Pemeriksaan dan Kegiatan berjalan Dari wawancara dengan
pengawasan makanan dengan baik setiap petugas PRL, kegiatan
bulannya. Namun masih dilaksanakan setiap
banyak lalat ditemukan bulannya.
di beberapa restauran Lalat ditemukan di
yang diperiksa serta beberapa restauran yang
para penyedia makanan diperiksa serta para
tidak menggunakan penyedia makanan tidak
sarung tangan serta menggunakan sarung
penutup kepala. tangan serta penutup
kepala.
4 Survei larva/jentik Masih banyak terdapat Berdasarkan observasi
nyamuk jentik nyamuk pada langsung di lapangan,
beberapa rumah. masih banyak terdapat
Pemeriksaan tidak jentik nyamuk pada
dilakukan pada seluruh beberapa rumah serta
rumah yang berada di pemeriksaan tidak
daerah perimeter dan dilakukan pada seluruh
buffer pelabuhan. rumah yang berada di
daerah perimeter dan buffer
pelabuhan.
5 Pemeriksaan nyamuk Masih banyak terdapat Berdasarkan observasi
malam hari nyamuk baik di dalam langsung di lapangan,
dan di luar rumah. masih banyak nyamuk baik
Pemeriksaan nyamuk di dalam/luar rumah.
malam hari dilakukan Bedasarkan wawancara
hanya 3 jam yaitu mulai dengan petugas PRL,
pukul 19.00 hingga prosedur untuk survei
22.00. nyamuk malam dilakukan
16
mulai pukul 18 sore hingga
esok hari pukul 07.00 pagi
6 Survei kepadatan lalat Masih banyak terdapat Berdasarkan observasi
lalat baik di dalam dan langsung di lapangan,
di luar rumah masih banyak terdapat lalat
di dalam/ luar rumah.
1. Urgensi / kepentingan
a. Nilai 1 tidak penting
b. Nilai 2 penting
c. Nilai 3 sangat penting
2. Solusi
a. Nilai 1 tidak mudah
b. Nilai 2 mudah
c. Nilai 3 sangat mudah
3. Kemampuan anggota mengubah
a. Nilai 1 tidak mudah
b. Nilai 2 mudah
c. Nilai 3 sangat mudah
4. Biaya
a. Nilai 1 tinggi
b. Nilai 2 sedang
c. Nilai 3 rendah
Kriteria dan skor ditetapkan berdasarkan kesepakatan penulis. Total skor
dari masing-masing kriteria merupakan penentu prioritas masalah, yaitu masalah
dengan total paling tinggi sebagai ranking pertama dalam dan menjadi prioritas
masalah untuk dicari penyelesaian masalahnya.
17
Tabel 3.2 Penilaian prioritas masalah pada unit kerja PRL KKP Pekanbaru.
Kemampuan
Kriteria
No Urgensi Solusi untuk Biaya Total Rank
masalah
mengubah
1 Kurang 2 1 1 1 2 IV
optimalnya
Pemeriksaan
dan
Pengawasan
air
2 Kurang 1 1 1 1 1 V
optimalnya
Pemeriksaan
dan
pengawasan
gedung
bangunan
3 Kurang 2 2 2 2 16 III
optimalnya
Pemeriksaan
dan
pengawasan
makanan
3 Kurang 3 3 3 2 54 I
optimalnya
pengendalian
vektor
nyamuk
(termasuk
jentik
nyamuk)
4 Kurang 2 3 3 2 36 II
optimalnya
pengendalian
vektor lalat
18
Tabel 3.3. Analisis Penyebab Masalah
Penyebab timbulnya
No Masalah Evidence Based
masalah
1 Kurang Man Observasi
optimalnya
program Kurangnya petugas Hanya ada satu
kesehatan pada dua unit petugas yang
pengendalian
kerja PRL bertanggung jawab
vektor nyamuk pada seksi PRL
pemeriksaan nyamuk
malam hari, dan satu
penangungjawab
pemeriksaan jentik.
Jumlah petugas yang
turun pada
pemeriksan nyamuk
malam 4 orang,
sehingga pemeriksaan
naymuk malam tidak
dapat dilakukan
hingga pagi hari
Observasi
Tidak ditemukan
flipchart, media
penyuluhan, dan
brosur DBD malaria
dan penyakit lain
yang ditularkan
Material nyamuk
Tidak ada flipchart,
media penyuluhan dan Observasi
brosur DBD, malaria
dan penyakit lain yang Pemeriksaan nyamuk
ditularkan nyamuk dimulai dari jam
19.00 sampai jam
22.00, seharusnya
dimulai dari pukl
18.00 hingga pukul
Methode 06.00
Pemeriksaan nyamuk
malam hari tidak sesuai Wawancara
prosedur
Kurangnya koordinasi
19
antara KKP Kurang terjalin
Puskesmas RS kerjasama antara
DKK masyarakat KKP-Puskesmas-
dalam sistem pelaporan DKK dalam
dan penanggulangan pengendalian vektor
DBD. nyamuk.
Foging dilakukan
oleh KKP dan DKK
secara tersendiri
tanpa melaui
koordinasi terlebih
dahulu.
Tidak jelas siapa
yang menjadi
penangguang jawab
jika terjadi kasus
DBD,apakah KKP
atau Puskesmas
setempat
Wawancara
Banyak
masyarakat yang
menolak saat
rumahnya akan
diperiksa
Observasi
Masih banyak
masyarakat yang
tidak mau
rumahnya
diperiksa
Market
Kurangnya
pengetahuan
masyarakat Wawancara:
mengenai Biaya operasional untuk
penyakit yang program kegiatan
ditimbulkan pengendalian vektor
nyamuk serta nyamuk masih terbatas
cara
pencegahannya.
Masih banyak
masyarakat
yang menolak
20
rumahnya
diperiksa
petugas
Money
21
Berikut ini merupakan hubungan keempat faktor penyebab masalah yang
ditampilkan dalam bentuk Fishbone Ishikawa.
MATERIAL
MAN
METHODE
MONEY
22
3.2 Definisi Operasional
Berikut ini adalah definisi operasional dari beberapa istilah yang
digunakan dalam kegiatan optimalisasi pengendalian vektor nyamuk di wilayah
kerja KKP Pekanbaru.
23
3.1.5. Alternatif Pemecahan Masalah
Langkah selanjutnya setelah analisis penyebab masalah adalah penetapan alternatif pemecahan masalah untuk mendapatkan solusi
terbaik dalam optimalisasi pengendalian vektor nyamuk di wilayah kerja Pelabuhan Kampung Dalam
Alternatif
Penyebab Pelaksana Kriteria
Masalah pemecahan Tujuan Sasaran Tempat Waktu
Masalah kegiatan keberhasilan
masalah
0
Pemeriksaan Menyarankan agar Hasil Seksi Pelabuhan Desember Pemeriksaan
nyamuk malam pemeriksaan pemeriksaan PRL Kampung 2008 nyamuk malam
hari tidak sesuai nyamuk malam hari Dokter
nyamuk Dalam hari sesuai
prosedur sesuai prosedur muda
malam hari prosedur
KKS
lebih
bermakna
Kurangnya
pengetahuan Memberikan Pelabuhan
Masyarakat Dokter Menurunkan
masyarakat penyuluhan, Bertambahnya Kampung Desember
kampung muda kasus penyakit
mengenai menyebarkan wawasan dan Dalam 2008
dalam KKS yang
penyakit yang brosur pengetahuan
ditimbulkan disebabkan
masyarakat nyamuk
nyamuk serta
cara
pencegahannya.
1
Masih banyak
masyarakat
yang menolak Memberikan Masyarakat Masyarakat Pelabuhan Dokter Desember Masyarakat
rumahnya penjelasan mengerti tujuan Kampung Kampung muda bersedia
diperiksa mengenai tujuan dilakukakan Dalam Dalam KKS 2008 rumahnya
petugas pemeriksaan pemeriksaan diperiksa
2
DAFTAR PUSTAKA