IDENTIFIKASI KECOA
(Laporan ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengendalian Vektor dan
Rodent kelas E)
Dosen Pengampuh:
UNIVERSITAS JEMBER
2018
KATA PEGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporam yang berjudul “Identifikasi
Kecoa”. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pengendalian Vektor dan Rodent.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Prehatin Trihayu Ningrum, S.KM., M.Kes. selaku Dosen
Pengendalian Vektor dan Rodent Fakultas Kesehatan Masyarakat yang
telah memberikan bimbingan dan arahan kepada kami dalam menyusun
makalah ini.
2. Rekan-rekan Fakultas Kesehatan Masyarakat angkatan 2016 yang telah
memberikan saran dan kritik demi terselesaikannya makalah ini.
Penulis menerima kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan
makalah ini. Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PEGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................1
ii
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3. Tujuan........................................................................................................2
BAB 4. PEMBAHASAN.......................................................................................15
4.3. Hambatan-Hambatan...............................................................................20
BAB 5. PENUTUP................................................................................................22
5.1. Kesimpulan..............................................................................................22
5.2. Saran........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................24
iii
LAMPIRAN...........................................................................................................25
iv
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Terjadinya suatu penyakit di dalam tubuh manusia bukan hanya
karena adanya bakteri dan virus yang masuk, tetapi adanya penularan dari
vektor penyebab penyakit. Penularan penyakit pada manusia melalui
vector penyakit berupa serangga dikenal sebagai arthropodborne disease
atau yang sering dikenal sebagai vectorborne disease. Vektor adalah
organisme hidup yang dapat menularkan agens penyakit dari satu hewan
ke hewan lain atau ke manusia. Salah satu contoh vektor adalah kecoa.
Kecoa termasuk phyllum Arthropoda, klas Insekta. Kecoa
merupakan serangga yang hidup di dalam rumah, restoran, hotel, rumah
sakit, gudang, kantor, perpustakaan, dan tempat umum lainnya. Seranga ini
sangat dekat kehidupannya dengan manusia, menyukai bangunan yang
hangat, lembab, kotor, banyak terdapat makanan, hidupnya berkelompok,
beberapa species dapat terbang dan aktif pada malam hari. Serangga ini
dikatakan pengganggu karena biasa hidup ditempat kotor dan dalam
keadaan terganggu mengeluarkan cairan yang berbau tidak sedap. Kecoa
menyukai makanan dalam keadaan mentah, masak dan sisa. Selain itu
kecoa lebih menyukai makanan yang banyak mengandung karbohidrat.
Ada lebih dari 3500 spesies kecoa, tetapi hanya beberapa kecoa saja yang
dapat ditemukan di Indonesia.
Kecoa merupakan salah satu hewan yang berperan penting dalam
penularan penyakit kepada manusia. Serangga ini dapat memindahkan
beberapa mikro organisme patogen antara lain, Streptococcus, Salmonella
dan lain-lain sehingga mereka berperan dalam penyebaran penyakit antara
lain, penyakit demam, disentri, diare, kolera, virus hepatitis A, polio pada
anak-anak. Penularan penyakit dapat terjadi melalui organisme pathogen
sebagai bibit penyakit yang terdapat pada sampah atau sisa makanan,
dimana organisme tersebut terbawa oleh kaki atau bagian tubuh lainnya
dari kecoa. Kemudian melalui organ tubuh kecoa, organisme sebagai bibit
penyakit tersebut menkontaminasi makanan atau minuman.
1
Untuk mencegah terjadi penularan penyakit dari kecoa perlu
adanya usaha peningkatan kesehatan lingkungan. Usaha tersebut dalam
dilakukan dengan cara pengendalian vector kecoa. Agar tidak
menyebarkan penyakit, perlu adanya tindakan pengendalian.
Pengendalian vector penyakit merupakan tindakan pengendalian dengan
tujuan untuk mengurangi atau menghilangkan gangguan yang ditimbulkan
oleh hewan pembawa penyakit, seperti kecoa. Di zaman modern ini,
metode pengendalian kecoa sudah banyak. Salah satunya penggunaan
cairan pembasmi kecoa. Prinsip dari dilakukannya pengendalian adalah
pengendalian dapat mencegah perindukan kecoa yang dapat menyebabkan
gangguan terhadap kesehatan manusia. Dengan dilakukannya
pengendalian tersebut dapat meminimalisir penularan agen penyakit dari
kecoa.
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari karya tulis ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui jenis-jenis kecoa yang akan diidentifikasi.
b. Mengetahui proses pengawetan dan pengemasan kecoa.
c. Mengetahui hambatan dalam melakukan identifikasi kecoa.
2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Kecoa
Kecoa adalah salah satu insekta yang termasuk ordo Orthoptera
(bersayap dua) dengan sayap yang didepan menutupi sayap yang
dibelakang dan melipat seperti kipas.
3
buku-buku dan mencemari makanan. Kemungkinan dapat menularkan
penyakit secara mekanik karena pernah ditemukan telur cacing, protozoa,
virus dan jamur yang patogen pada tubuh kecoa.
Seekor P. brunnea betina yang telah dewasa dapat menghasilkan
30 kapsul telur atau lebih dengan selang waktu peletakkan kapsul telur
yang satu dengan peletakkan kapsul telur berikutnya berkisar antara 3
sampai 5 hari; tiap kapsul telur P.brunnea rata-rata berisi 24 telur, yang
menetes rata-rata 20 nimfa dan 10 ekor diantaranya dapat mencapai
stadium dewasa. Nimfa P.brunnea berkembang melalui sederetan instar
dengan 23 kali berganti kutikula sebelum mencapai stadium dewasa.
Hasil pengamatan di laboratorium menunjukkan bahwa seekor
P.americana betina ada yang dapat menghasilkan 86 kapsul telur, dengan
selang waktu peletakkan kapsul telur yang satu dengan kapsul telur
berikutnya rata-rata 4 hari. Dari seekor N.rhombifolia betina selama
hidupnya ada yang dapat menghasilkan 66 kapsul telur, sedangkan
P.autralasiae betina dapat menghasikan 30-40 kapsul telur.
4
Telur kecoa berada dalam kelompok yang diliputi oleh selaput
keras yang menutupinya kelompok telur kecoa tersebut dikenal sebagai
kapsul telur atau “Ootheca”. Kapsul telur dihasilkan oleh kecoa betina dan
diletakkan pada tempat tersembunyi atau pada sudut-sudut dan pemukaan
sekatan kayu hingga menetas dalam waktu tertentu yang dikenal sebagai
masa inkubasi kapsul telur, tetapi pada spesies kecoa lainnya kapsul telur
tetap menempel pada ujung abdomen hingga menetas. Jumlah telur
maupun masa inkubasinya tiap kapsul telur berbeda menurut spesiesnya.
Dari kapsul telur yang telah dibuahi akan menetas menjadi nimfa
yang hidup bebas dan bergerak aktif. Nimfa yang baru keluar dari kapsul
telur berwarna putih seperti buturan beras, kemudian berangsur-angsur
berubah menjadi berwarna coklat, Nimfa tersebut berkembang melalui
sederetan instar dengan beberapa kali berganti kutikula sehingga mencapai
stadium dewasa. Periplanetta americana Linnaeus dewasa dapat dikenal
dengan adanya perubahan dari tidak bersayap pada stadium nimfa menjadi
bersayap pada stadium dewasanya pada P.Americana yang dewasa
terdapat dua pasang sayap baik pada yang jantan maupun betinanya.
5
7 bulan, terdiri atas masa inkubasi kapsul telur rata-rata 40 hari,
perkembangan stadium nimfa 5 sampai 6 bulan.
6
lama,bukan itu penyebab asma?padahal kita merasa yakin penyebab
Asma adalah faktor lingkungan.Ternyata asma tidak menyerang
negara Miskin atau berkembang saja,akan tetapi menyerang atau
menghinggapi negara Maju seperti Amerika Serikat dan negara lain.
Setelah diteliti dalam waktu yang lama,ternyata penyebab dari Asma
adalah Kecoa,zat yang terkandung dalam anak-anak atau pengidap
Asma adalah protein yang sama seperti pada kecoa.umumnya kecoa
mengeluarkan protein di sembarang tempat termasuk lantai,bantal
atau kasur,dari ceceran protein itu terhirup olaeh manusia atau anak-
anak yang pada akhirnya menimbulkan penyakit asma.
Gejala penyakit asma meliputi frekuensi dan beratnya
serangan asma bervariasi. Beberapa penderita lebih sering terbebas
dari gejala dan hanya mengalami serangan serangan sesak nafas yang
singkat dan ringan, yang terjadi sewaktu-waktu. Penderita lainnya
hampir selalu mengalami batuk dan mengi (bengek) serta mengalami
serangan hebat setelah menderita suatu infeksi virus, olah raga atau
setelah terpapar oleh alergen maupun iritan. Menangis atau tertawa
keras juga bisa menyebabkan timbulnya gejala. Suatu serangan asma
dapat terjadi secara tiba-tiba ditandai dengan nafas yang berbunyi
(wheezing, mengi, bengek), batuk dan sesak nafas. Bunyi mengi
terutama terdengar ketika penderita menghembuskan nafasnya. Di
lain waktu, suatu serangan asma terjadi secara perlahan dengan gejala
yang secara bertahap semakin memburuk.
3. Tuberkulosa TBC
Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk
batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang
Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert
Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang
jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit
TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP).
7
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar
dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat
penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya
berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan
terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak
(terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan
dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening.
Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh
organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan,
tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ
tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.
4. Kolera
Penyakit kolera (cholera) adalah penyakit infeksi saluran
usus bersifat akut yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae,
bakteri ini masuk kedalam tubuh seseorang melalui makanan atau
minuman yang terkontaminasi. Bakteri tersebut mengeluarkan
enterotoksin (racunnya) pada saluran usus sehingga terjadilah diare
(diarrhoea) disertai muntah yang akut dan hebat, akibatnya seseorang
dalam waktu hanya beberapa hari kehilangan banyak cairan tubuh
dan masuk pada kondisi dehidrasi.
Apabila dehidrasi tidak segera ditangani, maka akan berlanjut
kearah hipovolemik dan asidosis metabolik dalam waktu yang relatif
singkat dan dapat menyebabkan kematian bila penanganan tidak
adekuat. Pemberian air minum biasa tidak akan banyak membantu,
Penderita (pasien) kolera membutuhkan infus cairan gula (Dextrose)
dan garam (Normal saline) atau bentuk cairan infus yang di mix
keduanya (Dextrose Saline).
5. Hepatitis
Hepatitis adalah peradangan pada hati karena toxin,
seperti kimia atau obat ataupun agen penyebab infeksi. Hepatitis
yang berlangsung kurang dari 6 bulan disebut “hepatitis akut”,
hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut “hepatitis
kronis”.
8
2.7. Mekaisme Penularan Penyakit
Peranan kecoa dalam menularkan penyakit
a. Sebagai vector mekanik bagi beberapa mikro organisme patogen.
b. Sebagai inang perantara bagi beberapa spesies cacing.
c. Menyebabkan timbulnya reaksi-reaksi alergi seperti dermatitis, gatal-
gatal dan pembengkakan kelopak mata.
Transmisi penularan penyakit
a. Kecoa hinggap di sampah atau kotoran
b. Agent penyakit menempel pada tubuh
c. Kecoa hinggap di makanan
Proses ini dapat berlangsung dimungkinkan karena bibit penyakit
yang terdapat pada sampah atau sisa makanan (sebagai habitat kecoak)
terbawa kaki atau bagian tubuh kecoak, dan mencemari makanan kita.
Kecoak dapat memindahkan mikro organisme patogen seperti
Streptococcus, Salmonella yang dapat menyebabkan penyakit disentri,
diare, cholera, virus hepatitis A, juga polio pada anak.
9
seperti sanitasi lingkungan, menyimpan makanan dengan baik dan
intervensi kimiawi (insektisida, repellent, attractan).
Strategi pengendalian kecoa ada 4 cara (Depkes RI, 2002) :
1. Pencegahan
Cara ini termasuk melakukan pemeriksaan secara teliti barang-
barang atau bahan makanan yang akan dinaikkan ke atas kapal,
serta menutup semua celah-celah, lubang atau tempat-tempat
tersembunyi yang bisa menjadi tempat hidup kecoa dalamdapur,
kamar mandi, pintu dan jendela, serta menutup atau memodifikasi
instalasi pipa sanitasi.
2. Sanitasi
Cara yang kedua ini termasuk memusnahkan makanan dan tempat
tinggal kecoa antara lain, membersihkan remah-remah atau sisa-
sisa makanan di lantai atau rak, segera mencuci peralatan makan
setelah dipakai, membersihkan secara rutin tempat-tempat yang
menjadi persembunyian kecoa seperti tempat sampah, di bawah
kulkas, kompor, furniture, dan tempat tersembunyi lainnya. Jalan
masuk dan tempat hidup kecoa harus ditutup, dengan cara
memperbaiki pipa yang bocor, membersihkan saluran air
(drainase), bak cuci piring dan washtafel. Pemusnahan tempat
hidup kecoa dapat dilakukan juga dengan membersihkan lemari
pakaian atau tempat penyimpanan kain, tidak menggantung atau
segera mencuci pakaian kotor dan kain lap kotor.
3. Trapping
10
4. Pengendalian dengan insektisida
Insektisida yang banyak digunakan untuk pengendalian kecoa
antara lain : Clordane, Dieldrin, Heptachlor, Lindane, golongan
organophosphate majemuk, Diazinon, Dichlorvos, Malathion dan
Runnel. Penggunaan bahan kimia (insektisida) ini dilakukan
apabila ketiga cara di atas telah dipraktekkan namun tidak
berhasil. Disamping itu bisa juga diindikasikan bahwa pemakaian
insektisida dapat dilakukan jika ketiga cara tersebut di atas
(pencegahan, sanitasi, trapping) dilakukan dengan cara yang
salah atau tidak pernah melakukan sama sekali. Celah-celah atau
lobanglobang dinding, lantai dan lain-lain merupakan tempat
persembunyian yang baik. Lobang-lobang yang demikian
hendaknya ditutup/ditiadakan atau diberi insektisida seperti
Natrium Fluoride (beracun bagi manusia), serbuk Pyrethrum dan
Rotenone, Chlordane 2,5 %, efeknya baik dan tahan lama
sehingga kecoa akan keluar dari tempat-tempat
persembunyiannya. Tempat-tempat tersebut kemudian diberi
serbuk insektisida dan apabila infestasinya sudah sangat banyak
maka pemberantasan yang paling efektif adalah dengan fumigasi.
11
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1. Teknik Pegumpulan Data
Dalam proses kegiatan penelitian dilakukan observasi secara
langsung untuk mengetahui keadaan dan kualitas kecoa yang akan diamati.
Observasi yang dilakukan untuk mengidentifikasi siklus hidup kecoa
Periplaneta americana, Blaptica dubia, Gromphadorhina portentosa
(Madagascar) agar mengetahui peranan kecoa sebagai vektor penyakit.
12
Alat yang digunakan dalam mengidentifikasi kecoa adalah sebagai
berikut:
1. Alat
a. Kertas perekat
b. Botol
c. Wadah plastik
d. Gunting
e. Lem tembak
f. Sarung tangan
g. Penggaris
2. Bahan
a. Kecoa Periplaneta americana
b. Kecoa Blaptica dubia
c. Kecoa Gromphadorhina portentosa (Madagascar)
d. Formalin
13
b. Biarkan beberapa menit kemudian angkat kecoa tersebut dan
biarkan sampai mengering.
3. Identifikasi kecoa
a. Lakukan pengukuran pada kecoa dengan menggunakan
penggaris.
b. Kemudian catat hasil identifikasi dan pengukuran.
c. Siapkan media untuk kecoa yang telah diawetkan.
14
BAB 4. PEMBAHASAN
4.1. Hasil Identifikasi Kecoa
No. Gambar dan Keterangan
1. Periplaneta americana (American cockroach)
Anal Cercus
Thorax Abdomen
Eye Antenna
Middle leg
Wing
Head
Fore leg
Hind leg
a. Jenis kelamin
Jantan
b. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Blatodae
Family : Blattidae
Genus : Periplaneta
Species : Periplaneta americana
c. Ciri-ciri
1. Berbadan pipih
2. Mempunyai warna hitam atau coklat mengkilat
3. Mempunyai sepasang antena yang panjang
4. Terdapat bentuk mulut untuk menggigit dan mengunyah
5. Sayap muka keras (tegmina) dan sayap belakang (membranous)
6. Biasanya berkelompok
7. Alat kelaminnya sudah sempurna
8. Sayap jantan lebih panjang dari betina
d. Morfologi
15
Panjang antena: 4 cm
Panjang kepala: 1 cm
Panjang tubuh : 4 cm
Panjang sayap luar : 3,2 cm
Panjang sayap dalam : 2,8 cm
Panjang kaki depan : 2,1 cm
Panjang kaki tengah : 2,9 cm
Panjang kaki belakang : 3,9 cm
e. Kebiasaan hidup
1. Hidup di tempat-tempat lembab
2. Kebanyakan terdapat di daerah tropika yang kemudian menyebar
ke daerah sub tropika atau sampai ke daerah dingin
3. Pada umumnya tinggal di dalam rumah di tempat-tempat kotor
seperti tempat sampah, makan segala macam bahan, mengotori
makanan manusia, berbau tidak sedap.
4. Aktif pada malam hari, dan siang hari
2. Blaptica dubia
Head Prothorax
Hind leg Left fore wing
Fore leg Middle leg Right fore wing
a. Jenis kelamin
Jantan
b. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
16
Order : Blattodea
Family : Blaberidae
Genus : Blaptica
Species : Blaptica dubia
c. Ciri-ciri
1. Sayap jantan menutupi tubuhnya, sayap betina hanya memiliki
sayap seperempat dari ukuran tubuhnya.
2. Tidak memiliki cakar pada kaki-kakinya
3. Memiliki antena yang lebih pendek dari kecoa lainnya
4. Lebih suka makan buah-buahan dan biji-bijian
5. Merupakan hewan ovovivipar
6. Mampu menyerap banyak air dan menyimpannya dalam tubuh
d. Morfologi
Panjang antena: 1,8 cm
Panjang kepala: 1 cm
Panjang tubuh : 4 cm
Panjang sayap luar : 3,5 cm
Panjang sayap dalam : 3 cm
Panjang kaki depan : 1,2 cm
Panjang kaki tengah : 2,2 cm
Panjang kaki belakang : 2 cm
e. Kebiasaan hidup
1. Hidup pada kisaran suhu 24-35 derajat celcius
2. Dapat ditemukan di Amerika Tengah dan Selatan
Fore
leg Pronotum
Mesonotum
Antenna
Metanotu
Middle leg m
Hind
a. Jenis kelamin Abdomen
Jantan
17
b. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Subphylum: Uniramia
Class : Insecta
Order : Blattaria
Family : Blattidae
Genus : Gromphodorhina
Species : portentosa.
c. Ciri-ciri
1. Tubuhnya berwarna hitam diikuti dengan garis coklat muda di
perut
2. Bersifat ovovivipar
3. Tidak berbau dan tidak memiliki sayap
4. Mempunyai sepasang antena panjang
5. Bagian kepala hampir semuanya tertutup dari atas oleh pronotum
6. Memiliki tiga bagian tubuh utama: kepala, dada, dan perut
(pronotum, mesonotum dan metanotum)
7. Memiliki suara mendesis yang berasal dari celah perutnya
8. Memiliki kulit luar yang cukup keras dan kaki yang berduri
biasanya berkelompok
9. Bersifat omnivore
d. Morfologi
Panjang antena: 3,8 cm
Panjang kepala: 1,4 cm
Panjang tubuh : 5,5 cm
Panjang sayap luar : - cm
Panjang sayap dalam :- cm
Panjang kaki depan : 2,2 cm
Panjang kaki tengah : 2,5 cm
Panjang kaki belakang : 3,4 cm
e. Kebiasaan hidup
1. Bersembunyi di tempat yang sempit dan tidak suka cahaya
2. Dapat hidup dimanapun dan pada suhu berapapun. akan tetapi
suhu paling tepat di berikan untuk lingkungannya dan perkembang
18
biakannya adalah 85oF
3. Hidup di pepohonan, daun, kayu, maupun ranting
4. Dapat ditemukan di pulau Madagaskar, yang berada di luar
daratan Afrika, dimana mereka diketahui ditemukan di dalam tong
kayu yang membusuk
19
Kecoa jenis dubai ketika diformalin
4.3. Hambatan-Hambatan
Hambatan-hambatan yang ditemui selama pencarian kecoa adalah
sebagai berikut:
20
BAB 5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kecoa adalah salah satu insekta yang termasuk ordo Orthoptera
(bersayap dua) dengan sayap yang didepan menutupi sayap yang
dibelakang dan melipat seperti kipas. Terdapat kurang lebih dari 3.500
spesiec kecoa, tetapi yang umum dan bisa dijumpai dilingkungan sekitar
ada 4 (empat) species. Kecoa adalah serangga dengan metamorfosa tidak
lengkap, hanya melalui tiga stadia (tingkatan), yaitu stadium telur, stadium
nimfa dan stadium dewasa yang dapat dibedakan jenis jantan dan
betinanya. Telur kecoa berada dalam kelompok yang diliputi oleh selaput
keras yang menutupinya kelompok telur kecoa tersebut dikenal sebagai
kapsul telur atau “Ootheca”. Telur ini dihasilkan oleh kecoa betina.
Berdasarkan hasil identifikasi kecoa jantan jenis Periplaneta americana
(American cockroach) dan Blaptica dubia memiliki sayap lebih panjang
dari pada yang betina. Untuk jenis kecoa madagaskar tidak memiliki sayap
baik yang jantan maupun betina.
21
pengendalian kecoa adalah pengendalian itu dapat mencegah perindukan
kecoa yang dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan manusia.
5.2. Saran
Diharapkan agar masyarakat dapat melakukan pengendalian,
pencegahan dan lebih memperhatikan kebersihan lingkungan sekitar.
Karena dengan hidup yang bersih dapat menghindarkan diri kita dari
berbagai penyakit yang diakibatkan oleh vector kecoa tersebut. Bukan
hanya kebersihan secara personal saja, tetapi kebersihan lingkungan
sekitar juga penting.
22
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2017. Ciri dan Karakteristik Kecoa Madagaskar. [online] Tersedia
http://www.ilmuhewan.com/ciri-dan-karakteristik-kecoa-madagaskar/
[diakses pada 12 Maret 2018)
Budiman, C. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Gillott, C. 2005. Entomology. 3rd edn. Netherlands: Springer. doi:
10.1017/CBO9781107415324.004.
Herdiana. 2012. Pengaruh Kecoa terhadap Kesehatan. [online] Tersedia
https://herdianaherman.wordpress.com/2012/05/29/pengaruh-kecoa-
terhadap-kesehatan/ [diakses pada 6 Maret 2018]
Kesmas. 2016. Kecoak Vector Penyebaran Penyakit. [online] Tersedia
http://www.indonesian-publichealth.com/masalah-kesehatan-karena-kecoak/
[diakses pada 7 Maret 2018]
Putra, Apriza. 2013. Memberantas Kecoa Vektor Penyakit. [online] Tersedia
http://kesehatan.kompasiana.com/media/2013/01/28/memberantas-kecoa-
vektor-40-jenis-penyakit-529291.html [diakses pada 9 Maret 2018]
23
LAMPIRAN
24
Kecoa Dubia sebelum diformalin Kecoa Dubia diberi formalin
25
Kecoa Madagaskar sebelum diawetkan Kecoa Madagaskar diawetkan
26