Anda di halaman 1dari 26

VEKTOR PENYAKIT

MATA KULIAH KESEHATAN LINGKUNGAN

DOSEN :
Hary Budiman, SKM, M.Kes.

DISUSUN OLEH:
Nada Santika (15-0002)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

PADANG
2016
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
Vektor Penyakit.

Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan
Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan
ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik
dan oleh karenanya,penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima
masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini. Dan semoga sengan selesainya
makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca dan teman-teman. Amin.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISIii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG. 1
1.2 TUJUAN 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI VEKTOR.. 2
2.1 JENIS JENIS VEKTOR 2
2.3 CONTOH VEKTOR. 4
2.4 PENGENDALIAN VEKTOR. 16
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN.21
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan bidang kesehatan saat ini diarahkan untuk menekan angka kematian yang
disebabkan oleh berbagai penyakit yang jumlahnya semakin meningkat. Masalah umum yang
dihadapi dalam bidang kesehatan adalah jumlah penduduk yang besar dengan angka
pertumbuhan yang cukup tinggi dan penyebaran penduduk yang belum merata, tingkat
pendidikan dan 4ector ekonomi yang masih rendah. Keadaan ini dapat menyebabkan
lingkungan fisik dan biologis yang tidak memadai sehingga memungkinkan berkembang
biaknya 4ector penyakit (Menkes, 2010).
Vektor adalah organisme yang tidak menyebabkan penyakit tetapi menyebarkannya
dengan membawa 4ector4n dari satu inang ke yang lainnya. Vektor juga merupakan
anthropoda yang dapat menimbulkan dan menularkan suatu Infectious agent dari sumber
Infeksi kepada induk semang yang rentan. Bagi dunia kesehatan masyarakat, binatang yang
termasuk kelompok 4ector dapat merugikan kehidupan manusia karena disamping
mengganggu secara langsung juga sebagai perantara penularan penyakit seperti yang sudah di
jelaskan di atas (Nurmaini,2001). Penyakit yang ditularkan melalui 4ector masih menjadi
penyakit endemis yang dapat menimbulkan wabah atau kejadian luar biasa serta dapat
menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat sehingga perlu dilakukan upaya pengendalian
atas penyebaran 4ector tersebut (Menkes, 2010).

1.2 Tujuan
Mengetahui definisi, jenis-jenis 4ector penyakit, peranan yang dapat merugikan manusia,
serta mengetahui cara pengendaliannya.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Vektor

Vektor adalah organisme yang tidak menyebabkan penyakit tapi menyebarkannya dengan
membawa patogen dari satu inang ke yang lain. Berbagai jenis nyamuk, sebagai contoh,
berperan sebagai vektor penyakit malaria yang mematikan. Pengertian tradisional dalam
kedokteran ini sering disebut "vektor biologi" dalam epidemiologi dan pembicaraan umum.

Dalam terapi gen, virus dapat dianggap sebagai vektor jika telah di-rekayasa ulang dan
digunakan untuk mengirimkan suatu gen ke sel targetnya. "Vektor" dalam pengertian ini
berfungsi sebagai kendaraan untuk menyampaikan materi genetik seperti DNA ke suatu
sel. (Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas).

Peraturan Pemerintah No.374 tahun 2010 menyatakan bahwa vektor merupakan


arthropoda yang dapat menularkan, memindahkan atau menjadi sumber penularan penyakit
pada manusia. Sedangkan menurut, vektor adalah arthropoda yang dapat
memindahkan/menularkan suatu infectious agent dari sumber infeksi kepada induk semang
yang rentan.

Vektor penyakit merupakan arthropoda yang berperan sebagai penular penyakit sehingga
dikenal sebagai arthropod - borne diseases atau sering juga disebut sebagaivektor borne
diseases yang merupakan penyakit yang penting dan seringkali bersifat endemis maupun
epidemis dan menimbulkan bahaya bagi kesehatan sampai kematian.

2.2 Jenis jenis Vektor

Sebagian dari Arthropoda dapat bertindak sebagai vektor, yang mempunyai ciri-
ciri kakinya beruas-ruas, dan merupakan salah satu phylum yang terbesar jumlahnya
karena hampir meliputi 75% dari seluruh jumlah binatang, Berikut jenis dan klasifikasi
vektor yang dapat menularkan penyakit :

2
Arthropoda yang dibagi menjadi 4 kelas :

1. Kelas crustacea (berkaki 10): misalnya udang

2. Kelas Myriapoda : misalnya binatang berkaki seribu

3. Kelas Arachinodea (berkaki 8) : misalnya Tungau

4. Kelas hexapoda (berkaki 6) : misalnya nyamuk .

Dari kelas hexapoda dibagi menjadi 12 ordo, antara lain ordo yang perlu diperhatikan
dalam pengendalian adalah :

a. Ordo Dipthera yaitu nyamuk dan lalat

Nyamuk anopheles sebagai vektor malaria


Nyamuk aedes sebagai vektor penyakit demam berdarah
Lalat tse-tse sebagai vektor penyakit tidur
b. Ordo Siphonaptera yaitu pinjal

Pinjal tikus sebagai vektor penyakit pes

c. Ordo Anophera yaitu kutu kepala

Kutu kepala sebagai vektor penyakit demam bolak-balik dan typhus exantyematicus.
Selain vektor diatas, terdapat ordo dari kelas hexapoda yang bertindak sebagai binatang
pengganggu antara lain:

Ordo hemiptera, contoh kutu busuk


Ordo isoptera, contoh rayap
Ordo orthoptera, contoh belalang
Ordo coleoptera, contoh kecoak
Sedangkan dari phylum chordata yaitu tikus yang dapat dikatakan sebagai binatang
pengganggu, dapat dibagi menjadi 2 golongan :

3
a. Tikus besar, (Rat) Contoh :

-Rattus norvigicus (tikus riol )

-Rattus-rattus diardiil (tikus atap)

-Rattus-rattus frugivorus (tikus buah-buahan)

b. Tikus kecil (mice),Contoh:Mussculus (tikus rumah)

Arthropoda [arthro + pous ] adalah filum dari kerajaan binatang yang terdiri dari organ
yang mempunyai lubang eksoskeleton bersendi dan keras, tungkai bersatu, dan termasuk
di dalamnya kelas Insecta, kelas Arachinida serta kelas Crustacea, yang kebanyakan
speciesnya penting secara medis, sebagai parasit, atau vektor organisme yang dapat
menularkan penyakit pada manusia.

2.3 Contoh Vektor

A. Nyamuk

1. Siklus hidup nyamuk

Tahapan siklus nyamuk Aedes aegypti. meliputi :

a. Telur

Telur nyamuk Aedes aegypti. memiliki dinding bergaris-


garis dan membentuk bangunanseperti kasa. Telur berwarna hitam dan diletakkan s
atu persatu pada dinding perindukan. Panjangtelur 1 mm dengan bentuk bulat oval a
tau memanjang, apabila dillihat dengan mikroskop bentukseperti cerutu. Telur dapa
t bertahan berbulan-
bulan pada suhu - 2oC sampai 42oC dalam keadaankering. Telur ini akan meneta
s jika kelembaban terlalu rendah dalam waktu 4 atau 5 hari .

4
Gambar telur nyamuk Aedes aegypti. dapat dilihat pada Gambar berikut ini

Gambar Telur Nyamuk Aedes aegypti.

b. Larva

Perkembangan larva tergantung pada suhu, kepadatan populasi, dan keterse


diaan makanan.Larva berkembang pada suhu 28oC sekitar 10 hari, pada suhu air
antara 30 - 40 oC larva akanberkembang menjadi pupa dalam waktu 5 - 7 hari. Lar
va lebih menyukai air bersih, akan tetapitetap dapat hidup dalam air yang keruh b
aik bersifat asam atau basa .

Larva beristirahat di air membentuk sudut dengan permukaan dan menggant


ung hampir tegaklurus. Larva akan berenang menuju dasar tempat atau wadah apabi
la tersentuh dengan gerakanjungkir balik. Larva mengambil oksigen di udara denga
n berenang menuju permukaan danmenempelkan siphonnya diatas permukaan air.
Larva Aedes
aegypti. memiliki empat tahapanperkembangan yang disebut instar meliputi : insta
r I, II, III dan IV, dimana setiap pergantianinstar ditandai dengan pergantian kulit
yang disebut ekdisis. Larva instar IV mempunyai cirisiphon pendek, sangat gelap d
an kontras dengan warna tubuhnya. Gerakan larva instar IV lebihlincah dan sensiti
f terhadap rangsangan cahaya. Dalam keadaan normal (cukup makan dan suhuair 2
5 27oC) perkembangan larva instar ini sekitar 6-8 hari .

5
Gambar larva Aedes aegypti.dapat dilihat pada Gambar dibawah ini

Gambar Larva nyamuk A. aegypti

c. Pupa

Pupa Aedesaegypti. berbentuk bengkok dengan kepala besar sehing


ga menyerupai tandakoma, memiliki siphon pada thorak untuk bernafas . Pu
pa nyamuk Aedes
aegypti. bersifat aquatikdan tidak seperti kebanyakan pupa serangga lain ya
itu sangat aktif dan seringkali disebut akrobat(tumbler). Pupa Aedes
aegypti. tidak makan tetapi masih memerlukan oksigen untuk bernafasmelal
ui sepasang struktur seperti terompet yang kecil pada thorak . Pupa pada tah
ap akhir akanmembungkus tubuh larva dan mengalami metamorfosis menja
di nyamuk Aedes aegypti. dewasa .

Gambar Pupa Nyamuk Aedes aegypti.

6
d. Imago (nyamuk dewasa)

Pupa membutuhkan waktu 1 3 hari sampai beberapa minggu untuk menja


di nyamukdewasa. Nyamuk jantan menetas terlebih dahulu dari pada nyamuk betin
a. Nyamuk betina setelahdewasa membutuhkan darah untuk dapat mengalami kop
ulasi.

Dalam meneruskan keturunannya, nyamuk Aedes


aegypti. betina hanya kawin satu kalisemumur hidupnya. Biasanya perkawinan terj
adi 24 28 hari dari saat nyamuk dewasa. Siklus secara nyamuk Aedes aegypti
dalam dilihat pada gambar dibawah ini

7
2. Perkembangan dan habitat nyamuk

Perkembangbiakkan Nyamuk

Perkembangbiakan nyamuk selalu memerlukan tiga macam tempat yaitu tempat


berkembang biak (breeding places), tempat untuk mendapatkan unpan/darah
(feeding places) dan tempat untuk beristirahat (reesting palces). Nyamuk
mempunyai tipe breeding palces yang berlainan seperti culex dapat berkembang di
sembarangan tempat air, sedangkan Aedes hanya dapat berkembang biak di air
yang cukup bersih dan tidak beralaskan tanah langsung, mansonia senang
berkembang biak di kolam-kolam, rawa-rawa danau yang banyak tanaman airya
dan Anopeheles bermacam breeding places, sesuai dengan jenis anophelesnya
sebagai berikut :

a. Anopheles Sundaicus, Anopheles subpictus clan anopheles vagus senang


berkembang biak di air payau.

b. Tempat yang langsung mendapat sinar matahari disenangi nyamuk anopheles


sundaicus, anopheles mucaltus dalam berkembang biak.

c. Breeding palces yang terlindung dari sinar matahari disenangi anopheles


vagus, anopheles barbumrosis untuk berkembang biak.

d. Air yang tidak mengalir sangat disenangi oleh nyamuk anopheles vagus,
indefinitus, leucosphirus untuk tempat berkembang biak.

e. Air yang tenang atau sedikit mengalir seperti sawah sangat disenangi
anopheles acunitus, vagus, barbirotus, anullaris untuk berkembang biak (Nurmaini,
2003).

Tempat beristirahat (resting places) biasanya setelah nyamuk betina menggigit


orang/hewan, nyamuk tersebut akan beristirahat selama 2 3 hari, misalnya pada
bagian dalam rumah sedangkan diluar rumah seperti gua, lubang lembab, tempat
yang berwarna gelap dan lain lain merupakan tempat yang disenangi nyamuk
untuk berisitirahat (Nurmaini, 2003).

8
Habitat Nyamuk

Habitat nyamuk Menurut Gandahusada (1998), nyamuk lebih menyukai tempat


perindukan yang berwarna gelap, terlindung dari sinar matahari, permukaan
terbuka lebar, berisi air tawar jernih dan tenang. Tempat perindukan nyamuk
(tempat nyamuk meletakkan telur) terletak di dalam maupun di luar rumah. Tempat
perindukan di dalam rumah yaitu tempat-tempat penampungan air antara lain bak
air mandi, bak air WC, tandon air minum, tempayan, gentong air, ember, dan lain
lain.

Tempat perindukan di luar rumah antara lain dapat ditemukan di drum, kaleng
bekas, botol bekas, pot bekas, pot tanaman hias yang terisi air hujan dan lain-lain.
Tempat perindukan nyamuk juga dapat ditemukan pada tempat penampungan air
alami misalnya pada lubang pohon dan pelepah-pelepah daun (Gandahusada,
1998).

3. Penyakit yang ditularkan oleh Nyamuk

Beberapa penyakit yang ditularkan oleh nyamuk menurut Gandahusada (1998),


antara laindemam berdarah yang ditularkan oleh nyamuk A.
aegypti atau A. albopictus, malaria yang ditularkan oleh
nyamuk Anopheles yaitu An. sundaicus, An. subpictus, An. aconitus dan An.
maculatus), filariasis (penyakit kaki gajah) yang ditularkan oleh nyamuk Culex,
Anopheles, Aedes dan Mansonia, chikungunya yang ditularkan oleh A. Aegypti, A.
albopictus, Culex fatigans dan Mansonia sp.

9
B. Lalat.

1. Siklus hidup lalat

Siklus hidup lalat mengalami metamorfosis sempurna, dengan stadium


telur, larva atau tempayak, pupa atau kepompong dan lalat dewasa. Perkembangan
lalat memerlukan waktu antara 7-22 hari, tergantung dari suhu dan makanan yang
tersedia. Lalat betina telah dapat menghasilkan telur pada usia 4-8 hari, dengan
jumlah telur sebanyak 75-150 butir dalam sekali bertelur. Semasa hidupnya seekor
lalat bertelur 5-6 kali.

Berikut masing-masing stadium dalam perkembangannya lalat (Wijayantono,


1992):

Stadium Pertama (Stadium Telur)

Stadium ini berlangsung selama 12-24 jam. Bentuk telur lalat adalah oval panjang
dan berwarna putih, besar telur 0,8-2 mm. Telur dapat dihasilkan oleh lalat betina
sebanyak 150-200 butir. Lamanya stadium ini dapat dipengaruhi oleh faktor panas
dan kelembaban, tempat bertelur dimana semakin panas semakin cepat menetas dan
berlaku sebaliknya. Telur diletakkan pada bahan-bahan organik yang lembab
seperti sampah, kotoran binatang, kotoran manusia atau bahan-bahan lain yang
berasal dari binatang dan tumbuhan yang membusuk.

Stadium Kedua (Stadium Larva atau Tempayak)

Stadium ini terdiri dari 3 tingkatan yaitu:

1. Tingkat I --- Telur yang baru menetas disebut instar I, berukuran panjang 2
mm, berwarna putih, tidak bermata dan berkaki, sangat aktif dan ganas terhadap
makanan, setelah 1-4 hari melepas kulit dan keluar menjadi instar II.
2. Tingkat II --- Ukuran besarnya dua kali dari instar I, setelah beberapa hari
maka kulit akan mengelupas dan keluar instar III dan banyak bergerak.

10
3. Tingkat III --- Larva berukuran 12 mm atau lebih, tingkat ini memerlukan
waktu 3-9 hari, larva tidak banyak bergerak, larva berpindah ke tempat yang kering
dan sejuk untuk berubah menjadi kepompong.
Stadium Ketiga (Stadium Pupa atau Kepompong)

Pada stadium ini jaringan tubuh larva berubah menjadi jaringan tubuh
dewasa, stadium ini berlangsung 3-9 hari atau tergantung suhu setempat yang
disenangi lebih kurang 35C. Pupa ini berwarna coklat hitam dan berbentuk
lonjong. Pada stadium ini tubuh larva telah menjadi dewasa, kurang bergerak (tak
bergerak sama sekali). Setelah stadium ini selesai maka melalui celah lingkaran
pada bagian anterior akan keluar lalat muda.

Stadium Keempat (Stadium Lalat Dewasa)

Stadium ini adalah stadium terakhir yang sudah berwujud serangga yaitu
lalat. Untuk menjadi lalat dewasa yang matang dan siap untuk melakukan
perkawinan memerlukan waktu kurang lebih dari 15 jam. Umur lalat dewasa dapat
mencapai 2-4 minggu.

2. Kebiasaan dan tempat hidup lalat

Kebiasaan Makan

Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari, dari makanan yang satu ke
makanan yang lain. Lalat sangat tertarik pada makanan yang dimakan oleh manusia
sehari-hari, seperti gula, susu dan makanan lainnya, kotoran manusia serta darah.
Sehubungan dengan bentuk mulutnya, lalat hanya makan dalam bentuk cair atau
makan yang basah, sedangkan makanan yang kering dibasahi oleh ludahnya
terlebih dahulu lalu dihisap.

11
Tempat Istirahat

Pada siang hari bila lalat tidak makan, mereka akan beristirahat pada lantai,
dinding, langit-langit, jemuran pakaian, rumput-rumput, kawat listrik, serta lalat
menyukai tempat-tempat tepi yang tajam dan permukaannya vertikal. Biasanya
tempat istirahatnya terletak berdekatan dengan tempat makanannya atau tempat
berbiaknya dan biasanya terlindung dari angin. Tempat istirahat tersebut biasanya
tidak lebih dari 4,5 meter dari atas permukaan tanah.

3.Penyakit yang disebabkan oleh lalat

Lalat merupakan vector dalam penyebaran penyakit pada manusia,


penularan penyakitnya dapat secara mekanik, yaitu penularan dari penderita ke
orang lain atau dari suatu bahan tercemar (makanan, minuman, dan air) ke orang
sehat dengan perantara menempelnya bagian tubuh lalat misalnya lewat prombosis,
tungkai, kaki dan badan lalat.

Berbagai penyakit yang ditularkan oleh lalat antara lain virus, bakteri,
protozoa dan telur cacing yang menempelpada tubuh lalat dan ini tergantung dari
spesiesnya. Lalat Musca domestica dapat membawa telur cacing (Oxyrus
vermicularis, Tricuris trichiura, Cacing tambang, dan Ascaris lumbricoides),
protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamlia, dan Balantidium coli), bakteri
usus (Salmonella, Shigella dan Eschericia coli), Virus polio, Treponema
pertenue (penyebab frambusia), dan Mycobacteriumtuberculosis. Lalat domestica
dapat bertindak sebagai vector penyakit typus, disentri, kolera, dan penyakit kulit.
Lalat Fannia dewasa dapat menularkan berbagai jenis penyakit myasis (Gastric,
Intestinal, Genitaurinary). Lalat Stomoxys merupakan penyakit surra (disebabkan
oleh Trypanosima evansi), anthraks, tetanus, yellow fever, traumatic miasis
dan enteric pseudomiasis(walaupun jarang). Lalat hijau (paenicia dan chrysomya)
dapat menularkan penyakit myasis mata, tulang dan organ lain melalui luka.
Lalat Sarcophaga dapat menularkan penyakit myasis kulit, hidung, sinus, jaringan
vagina dan usus.

12
C. Tungau

1. Siklus hidup

Seluruh siklus/daur hidup tungau telinga Otodectes cynotis, mulai dari telur
hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 21 hari. Daur tersebut melaui beberapa
tahap dan mengalami perubahan bentuk.

Tahap 1: Telur
Setelah dewasa, tungau betina biasanya bertelur setiap hari. Setiap hari rata-rata
menghasilkan 5 butir telur. Telur-telur tersebut diletakan di saluran telinga
kucing. Setelah 4 hari telur tersebut menetas menjadi larva.

Tahap 2: Larva
Setelah menetas, larva tungau hidup dan makan selama 4 hari kemudian
beristirahat selama 24 jam. Selama masa istirahat tersebut terjadi pergantian kulit
(molting) menuju tahap berikutnya.

Tahap 3: Nimfa
Pada tahap ini bentuk tungau sudah seperti bentuk dewasanya. Bentuk nimfa ini
terdiri dari dua fase yaitu protonimfa dan deutonimfa. Masing-masing fase nimfa
makan selama 3-5 hari, istirahat , kemudian molting menuju tahap berikutnya.

13
Tahap 4: Tungau Dewasa
Tungau dewasa berukuran + 0.4 mm, berwarna putih-krem atau kecoklatan dan
dapat diihat oleh mata telanjang. atau kaca pembesar. Tungau teinga hidup
dengan memakan sekresi telinga dan jaringan kulit saluran telinga yang
mengelupas. Tungau dewasa dapat hidup dan mencapai umur 2 bulan.

2. Habitat

Skabies dapat menyebabkan gatal-gatal hebat yang biasanya


semakinmemburuk pada malam hari. Lubang tungau tampak sebagai
garis bergelombang dengan panjang sampai 2,5 cm, kadang pada ujungnya
terdapat beruntusan kecil. Lubang atau terowongan tungau dan gatal-
gatal palingsering ditemukan dan dirasakan di sela-sela jari tangan, pada
pergelangantangan, siku, ketiak, disekitar putting payudara wanita, alat kelamin
pria(penis dan kantung zakar), di sepanjang garis ikat pinggang dan
bokong bagian bawah. Infeksi jarang mengenai wajah, kecuali pada anak-
anak yaitulesinya muncul sebagai lepuhan berisi air. Lama-lama terowongan
ini sulituntuk dilihat karena tertutup oleh peradangan yang terjadi
akibat penggarukan.

Penyakit Scabies sering disebut kutu badan. Penyakit ini juga


mudahmenular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia dan
sebaliknya.Scabies mudah menyebar baik secara langsung melalui sentuhan
langsungdengan penderitamaupun secara tak langsung melalui baju, seprai,
handuk, bantal, air, atau sisir yang pernah digunakan penderita dan
belum dibersihkandan masih terdapat tungau Sarcoptesnya. Skabies identik
dengan penyakitanak pondok.

14
Asma bronkial

Penyakit Asma terdiri dari beberapa jenis asma namun kebanyakanorang


awam lebih mengenal asma pada jenis bronkial karena memang jenisasma inilah
yang paling banyak penderitanya. Asma bronkial sendirimerupakan asma (sesak
nafas) yang muncul akibat penyempitan saluran pernafasan.Salah satu
penyebabnya adalah Dermatophagoides pteronyssinus(tungau debu
rumah). Penyakit asma bronkial ini merupakan salah satu
penyakitkronik (menahun) dengan pasien terbanyak di dunia. diperkirakan 300
jutaorang di dunia menderita asma jenis ini. Angka ini akan jauh lebih besar
jikakriteria diagnosanya diperlonggar. Bahkan tahun ini paling tidak adatambahan
sekitar 100 juta pasien asma lagi. Di Indonesia, diperkirakansampai 10 persen
penduduk (sekitar 12 juta orang ) mengidap dalam berbagai jenis penyakit asma.

Tifus Semak (s c h r u b t y p h u s )

Tifus semak adalah jenis penyakit yang ditularkan ke manusia daritikus


ladang dan tikus besar (rat) melalui gigitan tungau yang hidup pada hewan - hewan
tersebut. Tifus ini disebabkan oleh Rickettsia tsutsugamushiyang hidup dalam
Leptotrombidium akamushi (berasal dari FamiliTrombiculidae). Hanya bentuk
larva yang dapat menularkan penyakit. Larvatungau (chigger ) melekatkan tubuh
mereka ke permukaan kulit dalam prosesuntuk mendapatkan makanan. Tungau ini
dapat menginfeksi inang ataumenularkan riketsia ke mamalia lain atau tubuh
manusia.Tifus ini sering disebut penyakit tsutsugamushi atau tifus tropiskarena
hanya terbatas di daerah tropis Asia Tenggara, India, Australia Utara dan pulau-
pulau di sekitarnya. Infeksi disebut tifus semak karena penyakit.

Demodicosis

Demodicosis disebabkan oleh Demodex brevis. Orang tua lebih rentanuntuk


terkena tungau. Sekitar sepertiga dari anak-anak dan remaja, setengahdari orang
dewasa, dan dua-pertiga dari orang tua diperkirakan membawatungau.

15
Tingkat intensitas tungau untuk menyerang lebih rendah anak-anakdisebabkan
karena anak-anak memproduksi sebum lebih sedikit. Tungauditransfer antara host
melalui kontak rambut, alis dan kelenjar sebaceous padahidung.

Rosacea

Penyebab dari rosacea adalah Demodex follicularum, yang merupakan jenis


tungau rumah. Tungau rumah adalah relatif mikroskopisyang biasanya berada di
kulit sehat dan feed pada sebum, minyakdisekresikan oleh kulit. Hal ini biasanya
melihat pertama di bawah bulu mata.

2.4 Pengendalian Vektor Penyakit

A. Metode Pengendalian
Pengendalian vektor dan binatang pengganggu adalah upaya untuk mengurangi atau
menurunkan populasi vektor atau binatang pengganggu dengan maksud pencegahan atau
pemberantasan penyakit yang ditularkan atau gangguan (nuisance) oleh vektor dan binatang
pengganggu tersebut.
Menurut WHO (Juli Soemirat,2009:180), pengendalian vektor penyakit sangat diperlukan
bagi beberapa macam penyakit karena berbagai alasan :
1. Penyakit tadi belum ada obatnya ataupun vaksinnya, seperti hamper semua penyakit
yang disebabkan oleh virus.
2. Bila ada obat ataupun vaksinnya sudah ada, tetapi kerja obat tadi belum efektif, terutama
untuk penyakit parasiter
3. Berbagai penyakit di dapat pada banyak hewan selain manusia, sehingga sulit
dikendalikan.
4. Sering menimbulkan cacat, seperti filariasis dan malaria.
5. Penyakit cepat menjalar, karena vektornya dapat bergerak cepat seperti insekta yang
bersayap
Ada beberapa cara pengendalian vektor dan binatang pengganggu diantaranya adalah sebagai
berikut.

16
1. Pengendalian kimiawi
Cara ini lebih mengutamakan penggunaan pestisida/rodentisida untuk peracunan.
Penggunaan racun untuk memberantas vektor lebih efektif namun berdampak masalah
gangguan kesehatan karena penyebaran racun tersebut menimbulkan keracunan bagi petugas
penyemprot maupun masyarakat dan hewan peliharaan. Sebagai ilustrasi, pada tahun 1960-an
yang menjadi titik tolak kegiatan kesehatan secara nasional (juga merupakan tanggal
ditetapkannya Hari Kesehatan Nasional), ditandai dengan dimulainya kegiatan pemberantasan
vektor nyamuk menggunakan bahan kimia DDT atau Dieldrin untuk seluruh rumah penduduk
pedesaan. Hasilnya sangat baik karena terjadi penurunan densitas nyamuk secara drastis,
namun efek sampingnya sungguh luar biasa karena bukan hanya nyamuk saja yang mati
melainkan cicak juga ikut mati keracunan (karena memakan nyamuk yang keracunan), cecak
tersebut dimakan kucing dan ayam, kemudian kucing dan ayam tersebut keracunan dan mati,
bahkan manusia jugs terjadi keracunan Karena menghirup atau kontak dengan bahan kimia
tersebut melalui makanan tercemar atau makan ayam yang keracunan.
Selain itu penggunaan DDT/Dieldrin ini menimbulkan efek kekebalan tubuh pada nyamuk
sehingga pada penyemprotan selanjutnya tidak banyak artinya. Selanjutnya bahan kimia
tersebut dilarang digunakan. Penggunaan bahan kimia pemberantas serangga tidak lagi
digunakan secara missal, yang masih dgunakan secra individual sampai saat ini adalah jenis
Propoxur (Baygon). Pyrethrin atau dari ekstrak tumbuhan/bunga-bungaan.
Untuk memberantas Nyamuk Aedes secara missal dilakukan fogging bahan kimia jenis
Malathion/Parathion, untuk jentik nyamuk Aedes digunakan bahan larvasida jenis Abate yang
dilarutkan dalam air. Cara kimia untuk membunuh tikus dengan menggunakan bahan racun
arsenic dan asam sianida. Arsenik dicampur dalam umpan sedangkan sianida biasa dilakukan
pada gudang-gudang besar tanpa mencemai makanan atau minuman, juga dilakukan pada
kapal laut yang dikenal dengan istilah fumigasi. Penggunaan kedua jenis racun ini harus
sangat berhati-hati dan harus menggunakan masker karena sangat toksik terhadap tubuh
manusia khususnya melalui saluran pernafasan.

17
Penggunaan bahan kimia lainnya yang tidak begitu berbahaya adalah bahan attractant dan
repellent. Bahan Attractant adalah bahan kimia umpan untuk menarik serangga atau tikus
masuk dalam perangkap. Sedangkan repellent adalah bahan/cara untuk mengusir serangga
atau tikus tidak untuk membunuh. Contohnya bahan kimia penolak nyamuk yang dioleskan
ke tubuh manusia (Autan, Sari Puspa, dll) atau alat yang menimbulkan getaran ultrasonic
untuk mengusir tikus (fisika).

2. Pengendalian Fisika-Mekanika
Cara ini menitikberatkan kepada pemanfaatan iklim/musim dan menggunakan alat penangkap
mekanis antara lain :
a. Pemasangan perangkap tikus atau perangkap serangga
b. Pemasangan jarring
c. Pemanfaatan sinar/cahaya untuk menarik atau menolak (to attrack and to repeal)
d. Pemanfaatan kondisi panas dan dingin untuk membunuh vektor dan binatang
penganggu.
e. Pemanfaatan kondisi musim/iklim untuk memberantas jentik nyamuk.
f. Pemanfaatan suara untuk menarik atau menolak vektor dan binatang pengganggu.
g. Pembunuhan vektor dan binatang pengganggu menggunakan alat pembunuh (pemukul,
jepretan dengan umpan, dll)
h. Pengasapan menggunakan belerang untuk mengeluarkan tikus dari sarangnya sekaligus
peracunan.
i. Pembalikan tanah sebelum ditanami.
j. Pemanfaatan arus listrik dengan umpan atau attracktant untuk membunuh vektor dan
binatang pengganggu (perangkap serangga dengan listrik daya penarik menggunakan
lampu neon).

3. Pengendalian Biologis
Pengendalian secara biologis dilakukan dengan dua cara, yakni :
a. Memelihara musuh alaminya

18
Musuh alami insekta dapat berupa pemangsanya ataupun mikroba penyebab
penyakitnya. Untuk ini perlu diteliti lebih lanjut pemangsa dan penyebab penyakit mana
yang paling efektif dan efisien mengurangi populasi insekta. Untuk ni perlu juga dicari
bagaimana caranya untuk melakukan pengendalian pertumbuhan pemangsa dan penyebab
penyakit ini apabila populasi vektor sudah terkendali jumlahnya.
b. Mengurangi fertilitas insekta
Untuk cara kedua ini pernah dilakukan dengan meradiasi insekta jantan sehingga
steril dan menyebarkannya di antara insekta betina. Dengan demikian telur yang dibuahi
tidak dapat menetas. Cara kedua ini masih dianggapa terlalu mahal dan efisiensinya masih
perlu dikaji.

B. Pemantauan
Pengendalian vektor penyakit ini merupakan konsep yang relative baru. Pada awalnya
orang berpikir tentang pembasmian vektor. Akan tetapi kemudian tampak bahwa pembasmian itu
sulit dicapai dan kurang realistis dilihat dari sisi ekologis. Oleh karenanya pengendalian vektor
saat ini akan ditujukan untuk mengurangi dan mencegah penyakit bawaan vektor sejauh dapat
dicapai dengan keadaan social-ekonomi yang ada serta keadaan endemic penyakit yang ada.
Oleh karenanya pemantauan keadaan populasi insekta secara kontinu menjadi sangat penting.
Pengendalian secara terpadu direncanakan dan dilaksanakan untuk jangka panjang,
ditunjang dengan pemantuan yang kontinu. Untuk ini diperlukan berbagai parameter pemantauan
dan pedoman tindakan yang perlu diambil apabila didapat tanda-tanda akan terjadinya kejadian
luar biasa/wabah.
Parameter vektor penyakit yang dipantau antara lain adalah :
1. Indeks lalat untuk kepadatan lalat
2. Indeks pinjal untuk kepadatan pinjal
3. Kepadatan nyamuk dapat dinyatakan sebagai Man Biting Rate (MBR), indeks container, indeks
rumah, dan/atau indeks Breteau
Tindakan khusus diambil apabila kepadatan insekta meningkat cepat dan dikhawatirkan
akan terjadi wabah karenanya. Tindakan sedemikian dapat berupa :

19
1. Intensifikasi pemberantasan sarang seperti perbaikan saluran drainase, kebersihan saluran dan
reservoir air, menghilangkna genangan, mencegah pembusukan sampah, dan lain-lain.
2. Mobilisasi masyarakat untuk berperan serta dalam pemberantasan dengan memelihara
kebersihan lingkungan masing-masing
3. Melakukan penyemprotan insektisida terhadap vektor dewasa didahului dengan uji resistensi
insekta terhadap insekta yang akan digunakan

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Vektor penyakit merupakan vector yang berperan sebagai penular penyakit. Vektor
penyakit akibat serangga dikenal dengan arthropod borne diseases atau sering juga
disebut sebagai vector borne diseases
2. Jenis-jenis dan klasifikasi vector penyakit yaitu phylum Arthropoda yang terdiri dari
crustacea Kelas Myriapoda Kelas Arachinodea Kelas hexapoda dan phylum chodata yaitu
berupa tikus.
3. Peranan vektor penyakit adalah sebagai pengganggu dan penular penyakit dari host ke
pejamu (manusia)
4. Pengendalian yang dapat dilakukan dalam mengendalikan vector penyakit adalah
Pengendalian Vektor secara Terpadu (PVT), Pengendalian secara alamiah (naturalistic
control) dan Pengendalian terapan (applied control).

21
DAFTAR PUSTAKA

http://puskesmas-wanasari-brebes.blogspot.co.id/2013/01/vektor-penyakit-penyakit-
berbasis.html
http://rahmisafitriani.blogspot.co.id/2014/10/siklus-hidup-dan-bionomik-vektor.html
http://rahmisafitriani.blogspot.co.id/2014/10/siklus-hidup-dan-bionomik-vektor.html

http://erickhlagi.blogspot.co.id/2013/03/lalat-merupakan-vektor-penyakit-dan.html

http://makala-kesehatan.blogspot.co.id/2015/02/makalah-vektor-lalat.html

Anda mungkin juga menyukai