IRMA SARTIKA
PO.76.0.03.16.1.011
TAHUN 2016
Kata Pengantar
Assalamualamualaikum wr.wb.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT. Yang telah
memberikan kepada kita semua rahmat dan karunia_Nya. Salawat dan salam kita
selalu tercurahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad Saw. Karna atas
izin_Nya kita dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Vektor”. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas kuliah dasar-dasar kesling.
Pada kesempatan ini saya menyampaikan ucapan terimah kasih kepada
dosen pembimbing mata kuliah dasar-dasar kesling, ibu Zrimurti Mappau
S.SI.,M.Kes dan teman-teman yang telah membantu sehingga makalah ini daapat
diselesaikaan tepat pada waktunya.
Akhir kata, tiada gading yang tak retak, segalah kekurangan serta kritik
dan saran yang membangun akan saya terimah dengan lapang hati, mudah-
mudahaan makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamualaikum wr.wb.
IRMA SARTIKA
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang telah kita ketahui, ada beberapa penyakit yang tidak
bisa langsung menyerang tubuh kita.Diperlukan suatu perantara untuk
penyakit itu masuk kedalam tubuh kita atau biasa yang kita sebut vektor.
B. Tujuan
C. pembatasan masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Vektor
Secara definisi vektor adalah parasit arthropoda dan siput air yang
berfungsi sebagai penular penyakit baik pada manusia maupun hewan.
Ada beberapa jenis vektor dilihat dari cara kerjanya sebagai penular
penyakit.Keberadaan vektor ini sangat penting karena kalau tidak ada
vektor maka penyakit tersebut juga tidak akan menyebar.
I. Jenis-Jenis Vektor
a) Vektor Potensial
Vektor potensial adalah vektor yang secara aktif berperan
dalam penyebaran penyakit.Vektor ini baik secara biologis
maupun mekanis selalu mencari hospesnya untuk kelangsungan
hidupnya.
b) Vektor Pasif
vektor pasif, artinya secara ilmiah dapat dibuktikan bahwa
dalam tubuh vektor ada agen patogen dan dapat menularkan agen
tersebut kepada hospes lain, tetapi vektor ini tidak aktif mencari
mangsanya. Dengan adanya perubahan lingkungan, kemungkinan
vektor tersebut dapat berubah menjadi aktif.
c) Vektor Biologis
Vektor biologis, dimana agen penyakit harus mengalami
perkembangan ke stadium lebih lanjut. Bila tidak ada vektor maka
agen penyakit kemungkinan akan mati. Contoh yang paling mudah
adalah schistosomiasis, penyakit akibat cacing Schistosoma
japonicum. Larva(miracidium) masuk ke dalam tubuh
siput,berkembang menjadi sporocyst dan selanjutnya menjadi
redia, kemudian menjadi cercaria yang akan keluar dari tubuh
siput, aktif mencari definif host, melalui kulit dimana akan terjadi
dermatitis (SOULSBY, 1982).
d) Vektor Mekanis
Vektor mekanis, dimana agen penyakit tidak mengalami
perkembangan, tetapi hanya sebagai pembawa agen penyakit.
Tidak seperti penyakit malaria atau arbovirus dimana terjadinya
infeksi cukup satu kali gigitan vektor yang sudah terinfeksi, pada
infeksi filaria, vektor harus sering menggigit hospesny agar terjadi
infeksi. Diperkirakan lebih dari 100 gigitan agar cacing dapat
bereproduksi dan menghasilkan mikrofilaria.
e) Vektor Insidentil
Vektor insidentil, vektor ini secara kebetulan hinggap pada
manusia, kemudian mengeluarkan faeces yang sudah
terkontaminasi agen penyakit dekat mulut. Secara tidak sengaja
masuk ke dalam mulut, contohnya pada penyakit Chagas yang
disebabkan oleh Trypanosoma cruzi dan vektor yang berperan
adalah Triatoma bugs. Vektornya sebenarnya masuk dalam siklus
silvatik, hanya diantara hewan rodensia. Manusia terkontaminasi bila
vektornya masuk dalam lingkungan manusia.
Penyakit yang sering mewabah di Indonesia dan dianggap penting serta
kemungkinan masuknya penyakit enzootic
C. Arthopodborne Disease
D. Pengendalian Vektor
1) Pengendalian lingkungan
2) Pengendalian Kimia
3) Pengendalian Biologi
4) Pengendalian Genetika
5) Pengendalian Terpadu
6) Pengendalian Dengan Tekhnologi Nuklir
Pengendalian Lingkungan
Pengendalian Kimia
Pengendalian Biologi
Pengendalian genetika
Pengendalian Terpadu
radioaktif yang digunakan memiliki sifat kimiawi dan sifat fisis yang sama
fisis yaitu dapat memancarkan radiasi [8]. Radiasi gamma, netron dan
killing) yang dikenal dengan teknik serangga mandul (TSM). Teknik ini
relatif baru dan potensial untuk pengendalian vektor malaria karena ramah
fertilitas populasi vektor di lapang yang secara teoritis pada generasi ke-4
pada generasi ke-5 menjadi nihil [9]. Selain digunakan untuk dalam
yang lain.
mencapai nilai 1,0 (sama dengan jantan normal) dan jumlah serangga
serangga radiasi yang dilepas 9 kali dari jumlah serangga lapangan), maka
90%.
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
Http://peternakan.litbang.deptan.go.id/publikari/lokakarya/lkzo05-44.pdf
Http://www.smallcrab.com/kesehatan/25-healthy/525-tekhnologi-nuklir-dalam -
pengendalian-vektor-penyakit-malaria