Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KESEHATAN MASYARAKAT

“Vektor Penyebab Penyakit


dalam Masyarakat”

OLEH :

WAFIQ AZIZAH
PO.71.4.203.19.1.034
D.IV TINGKAT II A / SEMESTER IV

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


PROGRAM STUDI D.IV POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Vektor Penyebab Penyakit dalam Masyarakat” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan mengenai Vektor Penyebab Penyakit dalam
Masyarakat.
Karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hj. Syahida
Djasang, S.KM.,M.M.Kes selaku Dosen pada mata kuliah Ilmu Kesehatan
Masyarakat yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni ini.
Selain itu, saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
tidak dapat saya sebutkan semua, terimakasih atas bantuannya sehingga sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan
demi kesempurnaan tugas ini.

Makassar, 07 April 2023


Praktikan

Wafiq Azizah
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR............................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................6
A. defenisi .........................................................................................................6
B. Vektor dan binatang pembawa penyakit.......................................................6
C. Pencegahan dan Pengendalian......................................................................8

BAB IV PENUTUP..............................................................................................10
A. Kesimpulan.................................................................................................10
B. Saran............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Vektor merupakan arthropoda yang dapat menularkan,
memindahkan atau menjadi sumber penularan penyakit pada manusia.
vektor yang berperan sebagai penular penyakit dikenal sebagai arthropoda
borne diseases atau sering juga disebut sebagai vector borne diseases yang
merupakan penyakit yang penting dan seringkali bersifat endemis dan
menimbulkan bahaya bagi kesehatan sampai kematian (Permenkes R.I No.
374, 2010). Penyakit menular bersumber vektor yang masih berjangkit di
masyarakat diantaranya penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, lalat dan
kecoa yang umumnya berkembang pada lingkungan dengan sanitasi yang
buruk (Amalia, 2010).
“Penyakit yang ditularkan melalui vektor masih menjadii penyakit
endemis yang dapat menimbulkan wabah atau kejadian luar biasa serta
dapat menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat sehingga perlu
dilakukan upaya pengendalian atas penyebaran vektor” (Permenkes R.I
No. 374, 2010). Upaya pemberantasan dan pengendalian penyakit menular
seringkali mengalami kesulitan karena banyak faktor yang mempengaruhi
penyebaran penyakit menular tersebut. Lingkungan hidup di daerah tropis
yang lembab dan bersuhu hangat menjadi tempat hidup ideal bagi
serangga yang berkembangbiak. Selain dapat menimbulkan gangguan
kesehatan dan vektor pembawa penyakit, keberadaan serangga juga dapat
menimbulkan ketidaknyamanan dan rasa aman bagi masyarakat (Soedarto,
2009).
Menurut Komairah, dkk (2010) sekitar 10 juta spesies serangga
yang hidup di dunia dan telah teridentifikasi sekitar 1 juta spesies. Satu
juta spesies tersebut terdiri dari beberapa spesies serangga yang juga
merupakan vektor pembawa suatu penyakit. Salah satu dari vektor tersebut
adalah kecoa yang mempunyai pengaruh sangat besar terhadap kesehatan
manusia. Sesuai yang dikemukakan oleh Amalia dan Idham (2010:67)
bahwa kecoa menyebarkan berbagai penyakit, menimbulkan alergi, serta
mengotori dinding, buku dan perkakas rumah tangga. Kecoa juga dapat
memindahkan beberapa mikroorganisme patogen antara lain,
Streptococus, Salmonella dan lain-lain, sehingga mereka berperan dalam
penyakit tifus, disentri, diare, cholera, virus hepatitis a dan polio pada
anak-anak (Apriyani, 2017).
Penularan penyakit oleh kecoa dapat terjadi melalui organisme
patogen sebagai bibit penyakit yang terdapat pada sampah atau sisa
makanan, dimana organisme tersebut terbawa oleh kaki atau bagian tubuh
lainnya dari kecoa. kemudian melalui organ tubuh kecoa, organisme
sebagai bibit penyakit tersebut menkontaminasi makanan.

B. Rumusan Masalah
Apa yang menjadi vektor penyebab penyakit dalam masyarakat ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
Penyakit tular Vektor dan Zoonotik merupakan penyakit menular
melalui Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit; antara lain
malaria, demam berdarah, filariasis (kaki gajah), chikungunya, japanese
encephalitis (radang otak), rabies (gila anjing), leptospirosis, pes, dan
schistosomiasis (demam keong), dll.

Penyakit tersebut hingga kini masih menjadi masalah kesehatan


dan banyak ditemukan di masyarakat dengan angka kesakitan dan
kematian yang cukup tinggi serta berpotensi menimbulkan kejadian luar
biasa (KLB) dan/atau wabah serta memberikan dampak kerugian ekonomi
masyarakat.Vektor adalah artropoda yang dapat menularkan,
memindahkan, dan/atau menjadi sumber penular penyakit. Binatang
Pembawa Penyakit adalah binatang selain artropoda yang dapat
menularkan, memindahkan, dan/atau menjadi sumber penular penyakit.

Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit di Indonesia telah


teridentifikasi terutama terkait dengan penyakit menular tropis (tropical
diseases), baik yang endemis maupun penyakit menular potensial wabah.
Mengingat beragamnya penyakit-penyakit tropis yang merupakan penyakit
tular Vektor dan zoonotik, maka upaya pengendalian terhadap Vektor dan
Binatang Pembawa Penyakit menjadi bagian integral dari upaya
penanggulangan penyakit tular Vektor, termasuk penyakit-penyakit
zoonotik yang potensial dapat menyerang manusia.

B. Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit


Setiap area sekitar manusia harus diupayakan untuk dikaitkan dengan
pemenuhan standar baku mutu untuk Pengendalian Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit, yang meliputi paling sedikit adalah :
 Angka kepadatan Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit sesuai
standar baku mutu.
 Habitat perkembangbiakan Vektor dan Binatang Pembawa
Penyakit sesuai standar baku mutu.

1. Nyamuk
Nyamuk merupakan serangga kecil dan ramping, yang tubuhnya terdiri
tiga bagian terpisah, yaitu kepala (caput), dada (thorax), dan abdomen.
Pada nyamuk betina, antena mempunyai rambut pendek dan dikenal
sebagai antena pilose. Pada nyamuk jantan, antena mempunyai rambut
panjang dan dikenal sebagai antena plumose.

Nyamuk mempunyai sepasang sayap berfungsi sempurna, yaitu sayap


bagian depan. Sayap belakang tumbuh mengecil (rudimenter) sebagai
halter dan berfungsi sebagai alat keseimbangan. Nyamuk menghisap
darah manusia; dan dalam perilakunya tersebut dapat menyebabkan
penularab berbagai penyakit; antara lain adalah : Malaria, Demam
Berdarah, Chikunya, Filariasis.
2. Lalat
Lalat termasuk ke dalam kelas serangga, mempunyai dua sayap,
merupakan kelompok serangga pengganggu dan sekaligus sebagai
serangga penular penyakit; karena memasuki kehidupan manusia
dengan menghinggapi makanan, minuman, dll. Berikut ini beberapa
bakteri yang sering dibawa oleh lalat dan patut untuk diwaspadai:
Salmonella typhosa Spesies Salmonella yang lain E. coli Shigella
dysenteriae.

Tempat yang disukai lalat rumah untuk meletakkan telur adalah manur,
feses, sampah organik yang membusuk dan lembab. Adapun lalat hijau
berkembang biak di bahan yang cair atau semi cair yang berasal dari
hewan, daging, ikan, bangkai, sampah hewan, dan tanah yang
mengandung kotoran hewan. Lalat hijau juga meletakkan telur di luka
hewan dan manusia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga menyatakan
bahwa ada banyak penyakit yang disebabkan oleh makanan dihinggapi
lalat, seperti: Disentri, Diare, Demam tifoid atau tipes, Kolera, Infeksi
mata, Infeksi kulit.
3. Kecowa
Sebagai vector mekanik bagi beberapa mikro organisme patogen,
sebagai inang perantara bagi beberapa spesies cacing. Penyakit yang
ditularkan olehKecoa dapat menyebabkan timbulnya reaksi-reaksi
alergi seperti dermatitis, Streptococcus, Salmonella dan lain-lain.
Kecoa berperan dalam penyebaran beberapa penyakit antara lain :
Disentri, Diare, Cholera (Kolera), Virus Hepatitis A, Polio pada anak-
anak.
4. Pinjal
Pinjal termasuk dalam kelas Insecta. Pinjal bertelur kurang lebih 300-
400 butir selama hidupnya. Pinjal betina meletakkan telurnya di antara
rambut maupun di sarang tikus. Secara umum, ciri-ciri pinjal adalah
tidak bersayap, kaki yang kuat dan panjang, mempunyai mata tunggal,
tipe menusuk dan menghisap darah, segmentasi tubuh tidak jelas (batas
antara kepala-dada tidak jelas, berukuran 1,5-3,5 mm dan
metamorfosis sempurna (telur, larva, pupa, dewasa). Pes atau sampar
(plague) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Yersinia
pestis. Seseorang dapat terkena penyakit ini jika digigit pinjal (sejenis
serangga) yang terpapar bakteri Y. Pestis, setelah serangga tersebut
menggigit hewan yang terinfeksi.
5. Tikus
Semua jenis tikus komensal berjalan dengan telapak kakinya. Tikus
Rattus norvegicus (tikus got) berperilaku menggali lubang di tanah dan
hidup di lubang tersebut. Rattus rattus tanezumi (tikus rumah) tidak
tinggal di tanah tetapi di semak-semak dan atau di atap bangunan. Mus
musculus (mencit) selalu berada di dalam bangunan, sarangnya bisa
ditemui di dalam dinding, lapisan atap (eternit), kotak penyimpanan
atau laci. Tikus termasuk binatang nokturnal yang aktif keluar pada
malam hari untuk mencari makan. Tikus dikenal sebagai binatang
kosmopolitan yaitu menempati hampir di semua habitat. Beberapa
penyakit yang ditularkan oleh Tikus antara lain adalah : Hantavirus
Pulmonary Syndrome; Hemorrhagic Fever with Renal Syndrome,
Penyakit Pes atau sampar (plague), Lymphocytic Chorio-
meningitis, Leptospirosis, dll.

C. Pencegahan dan Pengendalian


Upaya penanggulangan penyakit tular Vektor dan zoonotik selain dengan
pengobatan terhadap penderita, juga dilakukan upaya pengendalian Vektor dan
Binatang Pembawa Penyakit, termasuk upaya mencegah kontak secara langsung
maupun tidak langsung dengan Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit, guna
mencegah penularan penyakit menular, baik yang endemis maupun penyakit baru
(emerging).
Upaya penanggulangan penyakit tular Vektor dan zoonotik yang efektif
yaitu dengan cara pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit.
Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit adalah semua kegiatan atau
tindakan yang ditujukan untuk menurunkan populasi Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit serendah mungkin, sehingga keberadaannya tidak lagi berisiko
untuk terjadinya penularan penyakit di suatu wilayah. Strategi pengendalian
Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit secara garis besar meliputi pengamatan,
penyelidikan, menentukan metode pengendalian, serta monitoring dan evaluasi.
Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit :
 Pengamatan dan Penyelidikan Bioekologi, Penentuan Status
Kevektoran, Status Resistensi, dan Efikasi, serta Pemeriksaan
Sampel.Pengendalian dilakukan anatara lain dengan cara
pengamatan bioekologi yang dilakukan secara rutin untuk
pemantauan wilayah setempat (PWS) yang meliputi kegiatan siklus
hidup, morfologi, anatomi, perilaku, kepadatan, habitat
perkembangbiakan, serta musuh alami Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit.
 Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit dengan
Metode Fisik, Biologi, Kimia, dan Pengelolaan Lingkungan.
Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit dengan
metoda ini meliputi antara lain : pemasangan perangkap,
membasmi dengan bahan kimia, pengelolaan lingkungan yang
baik, dll.
 Pengendalian Terpadu terhadap Vektor dan Binatang Pembawa
Penyakit. Pengendalian terpadu merupakan pendekatan yang
menggunakan kombinasi beberapa metode pengendalian Vektor
dan Binatang Pembawa Penyakit yang dilakukan berdasarkan azas
keamanan, rasionalitas, dan efektifitas, serta dengan
mempertimbangkan kelestarian keberhasilannya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Vektor adalah organisme yang menularkan patogen dan parasit dari
satu manusia yang terinfeksi (atau hewan) kepada manusia yang lain.
Vektor penyakit adalah penyakit yang disebabkan oleh patogen ini dan
parasit pada populasi manusia
Vektor penyakit dapat juga berarti artropoda pembawa agent
penyakit (Barreto et al., 2006). Beberapa sumber lain, menyebutkan vektor
penyakit adalah serangga atau organisme hidup lain pembawa agen
infeksius dari suatu individu terinfeksi ke individu rentan (Komisi
Nasional Pengendalian Zoonosis, 2012)
Serangga yang berperan sebagai vektor penyakit pada hewan dan
manusia yang diketahui hingga saat ini terdiri dari tiga ordo yaitu
Siphonaptera, Phthiraptera, dan Diptera. Di antara ketiga ordo ini, yang
paling dominan adalah Diptera.

B. Saran
Pengendalian vektor merupakan kegiatan atau tindakan yang
ditujukan untuk menurunkan populasi vektor serendah mungkin, sehingga
keberadaannya tidak lagi berisiko untuk terjadinya penularan penyakit di
suatu wilayah. Cara pengendalian vektor antara lain usaha pencegahan
(prevention), usaha penekanan (suppression), dan usaha pembasmian
(eradication). Upaya pengendalian vektor perlu ditingkatkan karena
penyakit yang ditularkan melalui vektor merupakan penyakit endemis
yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat bahkan wabah
atau Kejadian Luar Biasa (KLB). Masalah yang dihadapi dalam
pengendalian vektor di Indonesia antara lain kondisi geografi dan
demografi, belum teridentifikasinya spesies vektor pada semua wilayah
endemis, peningkatan populasi vektor yang resisten terhadap insektisida
tertentu, keterbatasan sumber daya serta kurangnya keterpaduan dalam
pengendalian vektor.
DAFTAR PUSTAKA

Alma L.R, 2014. Pengaruh Status Penguasaan Tempat Tinggal Dan Perilaku PSN
DBD Terhadap Keberadaan Jentik Di Kelurahan Sekaran Kota Semarang.
Unnes Journal of Public Health. Vol 3: 1-9.
Alzahrani A., 2014 Knowledge and Practice of Primary Healthcare Physicians
Regarding the Dengue Fever in Makkah Al-Mokarramah City.
International Journal of Medical Science and Public Health. Vol 4. No. 2:
266-274.
Boewono D.T., Ristianto., Widiarti., Widyastuti U. 2012. Distribusi Spasial Kasus
Demam Berdarah Dengue (DBD), Analisis Indeks Jarak dan Alternatif
Pengendalian Vektor di Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Vol. 22. No.
3.
Depkes RI. 2010. Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Depkes RI.
Dinata A dan Dhewantara P. W., 2012. Karkteristik Lingkungan Fisik, Biologi,
dan Sosial di Daerah Endemis DBD Kota Banjar Tahun 2011. Jurnal
Ekologi Kesehatan. Vol 11: 315-326.
Hakim L dan Setiadi D., 2013. Hubungan Faktor Penularan dengan Kesakiatan
Demam Berdarah Dengue. Jurnal Ekologi Kesehatan. Vol. 12. No. 1: 25-
33.
Hasyimi M., Ariati Y., Hananto M., 2011. Hubungan Tempat Penampungan Air
Minum dan Faktor Lainnya dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue
(DBD) di Propinsi DKI Jakarta dan Bali. Vol 21. No. 2: 55-61.
Ho T.S., Huang M.C., Wang S.M., Hsu H.C., Liu C.C., 2013. Knowledge,
Attitude, and Practice of Dengue Disease among Healthcare Proffesional
in Southern Taiwan. Journal of the Formosom Medical Association. Vol.
112. No. 1: 18-23.
Ho T.S., Wang S.M., Anderson R., 2013. Antibodies in Dengue
Immunopathogenesis. Journal of The Formosan Medical Association.
Vol.112. No. 2: 1-2.
Sitio A., 2008. Hubungan Perilaku Tentang Pemberantasan Sarang Nyamuk dan
Kebiasaan Keluarga dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue di
Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan. Program Pasca Sarjana
Undip. Tesis.
Widjaja Y., Anastasia H., Agus M., Risti., 2007. Tempat Perkembangbiakan
Jentik Aedes aegypti di Kota Palu. Jurnal Vektor Penyakit. Vol. 1. No. 1:
35-39.
Widodo N.P., 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam
Berdarah Dengue (DBD) di Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Fakultas Kesehatan Masyarakat UI. Tesis.

Anda mungkin juga menyukai