OLEH :
WAFIQ AZIZAH
PO.71.4.203.19.1.034
D.IV TINGKAT II A / SEMESTER IV
Wafiq Azizah
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR............................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................6
A. defenisi .........................................................................................................6
B. Vektor dan binatang pembawa penyakit.......................................................6
C. Pencegahan dan Pengendalian......................................................................8
BAB IV PENUTUP..............................................................................................10
A. Kesimpulan.................................................................................................10
B. Saran............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Vektor merupakan arthropoda yang dapat menularkan,
memindahkan atau menjadi sumber penularan penyakit pada manusia.
vektor yang berperan sebagai penular penyakit dikenal sebagai arthropoda
borne diseases atau sering juga disebut sebagai vector borne diseases yang
merupakan penyakit yang penting dan seringkali bersifat endemis dan
menimbulkan bahaya bagi kesehatan sampai kematian (Permenkes R.I No.
374, 2010). Penyakit menular bersumber vektor yang masih berjangkit di
masyarakat diantaranya penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, lalat dan
kecoa yang umumnya berkembang pada lingkungan dengan sanitasi yang
buruk (Amalia, 2010).
“Penyakit yang ditularkan melalui vektor masih menjadii penyakit
endemis yang dapat menimbulkan wabah atau kejadian luar biasa serta
dapat menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat sehingga perlu
dilakukan upaya pengendalian atas penyebaran vektor” (Permenkes R.I
No. 374, 2010). Upaya pemberantasan dan pengendalian penyakit menular
seringkali mengalami kesulitan karena banyak faktor yang mempengaruhi
penyebaran penyakit menular tersebut. Lingkungan hidup di daerah tropis
yang lembab dan bersuhu hangat menjadi tempat hidup ideal bagi
serangga yang berkembangbiak. Selain dapat menimbulkan gangguan
kesehatan dan vektor pembawa penyakit, keberadaan serangga juga dapat
menimbulkan ketidaknyamanan dan rasa aman bagi masyarakat (Soedarto,
2009).
Menurut Komairah, dkk (2010) sekitar 10 juta spesies serangga
yang hidup di dunia dan telah teridentifikasi sekitar 1 juta spesies. Satu
juta spesies tersebut terdiri dari beberapa spesies serangga yang juga
merupakan vektor pembawa suatu penyakit. Salah satu dari vektor tersebut
adalah kecoa yang mempunyai pengaruh sangat besar terhadap kesehatan
manusia. Sesuai yang dikemukakan oleh Amalia dan Idham (2010:67)
bahwa kecoa menyebarkan berbagai penyakit, menimbulkan alergi, serta
mengotori dinding, buku dan perkakas rumah tangga. Kecoa juga dapat
memindahkan beberapa mikroorganisme patogen antara lain,
Streptococus, Salmonella dan lain-lain, sehingga mereka berperan dalam
penyakit tifus, disentri, diare, cholera, virus hepatitis a dan polio pada
anak-anak (Apriyani, 2017).
Penularan penyakit oleh kecoa dapat terjadi melalui organisme
patogen sebagai bibit penyakit yang terdapat pada sampah atau sisa
makanan, dimana organisme tersebut terbawa oleh kaki atau bagian tubuh
lainnya dari kecoa. kemudian melalui organ tubuh kecoa, organisme
sebagai bibit penyakit tersebut menkontaminasi makanan.
B. Rumusan Masalah
Apa yang menjadi vektor penyebab penyakit dalam masyarakat ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
Penyakit tular Vektor dan Zoonotik merupakan penyakit menular
melalui Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit; antara lain
malaria, demam berdarah, filariasis (kaki gajah), chikungunya, japanese
encephalitis (radang otak), rabies (gila anjing), leptospirosis, pes, dan
schistosomiasis (demam keong), dll.
1. Nyamuk
Nyamuk merupakan serangga kecil dan ramping, yang tubuhnya terdiri
tiga bagian terpisah, yaitu kepala (caput), dada (thorax), dan abdomen.
Pada nyamuk betina, antena mempunyai rambut pendek dan dikenal
sebagai antena pilose. Pada nyamuk jantan, antena mempunyai rambut
panjang dan dikenal sebagai antena plumose.
Tempat yang disukai lalat rumah untuk meletakkan telur adalah manur,
feses, sampah organik yang membusuk dan lembab. Adapun lalat hijau
berkembang biak di bahan yang cair atau semi cair yang berasal dari
hewan, daging, ikan, bangkai, sampah hewan, dan tanah yang
mengandung kotoran hewan. Lalat hijau juga meletakkan telur di luka
hewan dan manusia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga menyatakan
bahwa ada banyak penyakit yang disebabkan oleh makanan dihinggapi
lalat, seperti: Disentri, Diare, Demam tifoid atau tipes, Kolera, Infeksi
mata, Infeksi kulit.
3. Kecowa
Sebagai vector mekanik bagi beberapa mikro organisme patogen,
sebagai inang perantara bagi beberapa spesies cacing. Penyakit yang
ditularkan olehKecoa dapat menyebabkan timbulnya reaksi-reaksi
alergi seperti dermatitis, Streptococcus, Salmonella dan lain-lain.
Kecoa berperan dalam penyebaran beberapa penyakit antara lain :
Disentri, Diare, Cholera (Kolera), Virus Hepatitis A, Polio pada anak-
anak.
4. Pinjal
Pinjal termasuk dalam kelas Insecta. Pinjal bertelur kurang lebih 300-
400 butir selama hidupnya. Pinjal betina meletakkan telurnya di antara
rambut maupun di sarang tikus. Secara umum, ciri-ciri pinjal adalah
tidak bersayap, kaki yang kuat dan panjang, mempunyai mata tunggal,
tipe menusuk dan menghisap darah, segmentasi tubuh tidak jelas (batas
antara kepala-dada tidak jelas, berukuran 1,5-3,5 mm dan
metamorfosis sempurna (telur, larva, pupa, dewasa). Pes atau sampar
(plague) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Yersinia
pestis. Seseorang dapat terkena penyakit ini jika digigit pinjal (sejenis
serangga) yang terpapar bakteri Y. Pestis, setelah serangga tersebut
menggigit hewan yang terinfeksi.
5. Tikus
Semua jenis tikus komensal berjalan dengan telapak kakinya. Tikus
Rattus norvegicus (tikus got) berperilaku menggali lubang di tanah dan
hidup di lubang tersebut. Rattus rattus tanezumi (tikus rumah) tidak
tinggal di tanah tetapi di semak-semak dan atau di atap bangunan. Mus
musculus (mencit) selalu berada di dalam bangunan, sarangnya bisa
ditemui di dalam dinding, lapisan atap (eternit), kotak penyimpanan
atau laci. Tikus termasuk binatang nokturnal yang aktif keluar pada
malam hari untuk mencari makan. Tikus dikenal sebagai binatang
kosmopolitan yaitu menempati hampir di semua habitat. Beberapa
penyakit yang ditularkan oleh Tikus antara lain adalah : Hantavirus
Pulmonary Syndrome; Hemorrhagic Fever with Renal Syndrome,
Penyakit Pes atau sampar (plague), Lymphocytic Chorio-
meningitis, Leptospirosis, dll.
A. Kesimpulan
Vektor adalah organisme yang menularkan patogen dan parasit dari
satu manusia yang terinfeksi (atau hewan) kepada manusia yang lain.
Vektor penyakit adalah penyakit yang disebabkan oleh patogen ini dan
parasit pada populasi manusia
Vektor penyakit dapat juga berarti artropoda pembawa agent
penyakit (Barreto et al., 2006). Beberapa sumber lain, menyebutkan vektor
penyakit adalah serangga atau organisme hidup lain pembawa agen
infeksius dari suatu individu terinfeksi ke individu rentan (Komisi
Nasional Pengendalian Zoonosis, 2012)
Serangga yang berperan sebagai vektor penyakit pada hewan dan
manusia yang diketahui hingga saat ini terdiri dari tiga ordo yaitu
Siphonaptera, Phthiraptera, dan Diptera. Di antara ketiga ordo ini, yang
paling dominan adalah Diptera.
B. Saran
Pengendalian vektor merupakan kegiatan atau tindakan yang
ditujukan untuk menurunkan populasi vektor serendah mungkin, sehingga
keberadaannya tidak lagi berisiko untuk terjadinya penularan penyakit di
suatu wilayah. Cara pengendalian vektor antara lain usaha pencegahan
(prevention), usaha penekanan (suppression), dan usaha pembasmian
(eradication). Upaya pengendalian vektor perlu ditingkatkan karena
penyakit yang ditularkan melalui vektor merupakan penyakit endemis
yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat bahkan wabah
atau Kejadian Luar Biasa (KLB). Masalah yang dihadapi dalam
pengendalian vektor di Indonesia antara lain kondisi geografi dan
demografi, belum teridentifikasinya spesies vektor pada semua wilayah
endemis, peningkatan populasi vektor yang resisten terhadap insektisida
tertentu, keterbatasan sumber daya serta kurangnya keterpaduan dalam
pengendalian vektor.
DAFTAR PUSTAKA
Alma L.R, 2014. Pengaruh Status Penguasaan Tempat Tinggal Dan Perilaku PSN
DBD Terhadap Keberadaan Jentik Di Kelurahan Sekaran Kota Semarang.
Unnes Journal of Public Health. Vol 3: 1-9.
Alzahrani A., 2014 Knowledge and Practice of Primary Healthcare Physicians
Regarding the Dengue Fever in Makkah Al-Mokarramah City.
International Journal of Medical Science and Public Health. Vol 4. No. 2:
266-274.
Boewono D.T., Ristianto., Widiarti., Widyastuti U. 2012. Distribusi Spasial Kasus
Demam Berdarah Dengue (DBD), Analisis Indeks Jarak dan Alternatif
Pengendalian Vektor di Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Vol. 22. No.
3.
Depkes RI. 2010. Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Depkes RI.
Dinata A dan Dhewantara P. W., 2012. Karkteristik Lingkungan Fisik, Biologi,
dan Sosial di Daerah Endemis DBD Kota Banjar Tahun 2011. Jurnal
Ekologi Kesehatan. Vol 11: 315-326.
Hakim L dan Setiadi D., 2013. Hubungan Faktor Penularan dengan Kesakiatan
Demam Berdarah Dengue. Jurnal Ekologi Kesehatan. Vol. 12. No. 1: 25-
33.
Hasyimi M., Ariati Y., Hananto M., 2011. Hubungan Tempat Penampungan Air
Minum dan Faktor Lainnya dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue
(DBD) di Propinsi DKI Jakarta dan Bali. Vol 21. No. 2: 55-61.
Ho T.S., Huang M.C., Wang S.M., Hsu H.C., Liu C.C., 2013. Knowledge,
Attitude, and Practice of Dengue Disease among Healthcare Proffesional
in Southern Taiwan. Journal of the Formosom Medical Association. Vol.
112. No. 1: 18-23.
Ho T.S., Wang S.M., Anderson R., 2013. Antibodies in Dengue
Immunopathogenesis. Journal of The Formosan Medical Association.
Vol.112. No. 2: 1-2.
Sitio A., 2008. Hubungan Perilaku Tentang Pemberantasan Sarang Nyamuk dan
Kebiasaan Keluarga dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue di
Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan. Program Pasca Sarjana
Undip. Tesis.
Widjaja Y., Anastasia H., Agus M., Risti., 2007. Tempat Perkembangbiakan
Jentik Aedes aegypti di Kota Palu. Jurnal Vektor Penyakit. Vol. 1. No. 1:
35-39.
Widodo N.P., 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam
Berdarah Dengue (DBD) di Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Fakultas Kesehatan Masyarakat UI. Tesis.