Anda di halaman 1dari 8

DOSEN : HAMSIR AHMAD, SKM.,M.

Kes
MATA KULIAH : PENGENDALIAN VEKTOR DAN BINATANG PENGGANGGU

MAKALAH
“METODE PENGENDALIAN VEKTOR”

OLEH:
GLORIFY DESTINY KALA
PO714221211014
D4 TK.II A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI SARJANA TERAPAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan kasih dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah “Metode Pengendalian Vektor” untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu yang diampuh
oleh Bapak Hamsir Ahmad, SKM.,M.Kes.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah ini,baik dari segi materi maupun pikiran.Penulis menyadari
masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan penulis.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.Terima Kasih.

Makassar,8 Februari 2023.

Penulis.
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Dalam Vector-Borne Disease: Primary Examples disebutkan vektor penyakit secara
umum adalah artropoda menularkan patogen (Timmreck, 2005). Vektor penyakit dapat juga
berarti artropoda pembawa agent penyakit (Barreto et al., 2006). Vektor merupakan
arthropoda yang dapat menularkan, memindahkan atau menjadi sumber penularan penyakit
pada manusia. vektor yang berperan sebagai penular penyakit dikenal sebagai arthropoda
borne diseases atau sering juga disebut sebagai vector borne diseases yang merupakan
penyakit yang penting dan seringkali bersifat endemis dan menimbulkan bahaya bagi
kesehatan sampai kematian (Permenkes R.I No. 374, 2010).
Vektor penyakit adalah serangga penyebar penyakit atau arthopoda yang
dapatmemindahkan ataupun menularkan agen infeksi kepada host yang rentan.Pengendalian
vektor adlah suatu kegiatan untuk menurunkan kepadatan populasivektor pada tingkat yang
tidak lagi membahayakan bagi kesehatan manusia.
Upaya pemberantasan dan pengendalian penyakit menular seringkali mengalami
kesulitan karena banyak faktor yang mempengaruhi penyebaran penyakit menular tersebut.
Lingkungan hidup di daerah tropis yang lembab dan bersuhu hangat menjadi tempat hidup
ideal bagi serangga yang berkembangbiak. Selain dapat menimbulkan gangguan kesehatan
dan vektor pembawa penyakit, keberadaan serangga juga dapat menimbulkan
ketidaknyamanan dan rasa aman bagi masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pengendalian vector secara fisika,kimia dan biologi.

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan yang tepatadalah
menjelaskan bagaimana konsep dasar pengendalian vektor berdasarkan kimia,fisika, biologi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Vektor
Penyakit tular Vektor dan Zoonotik merupakan penyakit menular melalui Vektor dan
Binatang Pembawa Penyakit; antara lain malaria, demam berdarah, filariasis (kaki gajah),
chikungunya, japanese encephalitis (radang otak), rabies (gila anjing), leptospirosis, pes, dan
schistosomiasis (demam keong), dll.
Penyakit tersebut hingga kini masih menjadi masalah kesehatan dan banyak
ditemukan di masyarakat dengan angka kesakitan dan kematian yang cukup tinggi serta
berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) dan/atau wabah serta memberikan
dampak kerugian ekonomi masyarakat.Vektor adalah artropoda yang dapat menularkan,
memindahkan, dan/atau menjadi sumber penular penyakit. Binatang Pembawa Penyakit
adalah binatang selain artropoda yang dapat menularkan, memindahkan, dan/atau menjadi
sumber penular penyakit.
Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit di Indonesia telah teridentifikasi terutama
terkait dengan penyakit menular tropis (tropical diseases), baik yang endemis maupun
penyakit menular potensial wabah. Mengingat beragamnya penyakit-penyakit tropis yang
merupakan penyakit tular Vektor dan zoonotik, maka upaya pengendalian terhadap Vektor
dan Binatang Pembawa Penyakit menjadi bagian integral dari upaya penanggulangan
penyakit tular Vektor, termasuk penyakit-penyakit zoonotik yang potensial dapat menyerang
manusia.
Beberapa Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit yang diketahui; antara lain :
-Nyamuk
-Lalat
-Kecoa
-Pinjal
-Tikus.
Setiap area sekitar manusia harus diupayakan untuk dikaitkan dengan pemenuhan
standar baku mutu untuk Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit, yang
meliputi paling sedikit adalah :
Angka kepadatan Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit sesuai standar baku mutu.
Habitat perkembangbiakan Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit sesuai standar baku
mutu.
1. Nyamuk
Nyamuk merupakan serangga kecil dan ramping, yang tubuhnya terdiri tiga bagian
terpisah, yaitu kepala (caput), dada (thorax), dan abdomen. Pada nyamuk betina, antena
mempunyai rambut pendek dan dikenal sebagai antena pilose. Pada nyamuk jantan, antena
mempunyai rambut panjang dan dikenal sebagai antena plumose.

Nyamuk mempunyai sepasang sayap berfungsi sempurna, yaitu sayap bagian depan.
Sayap belakang tumbuh mengecil (rudimenter) sebagai halter dan berfungsi sebagai alat
keseimbangan. Nyamuk menghisap darah manusia; dan dalam perilakunya tersebut dapat
menyebabkan penularab berbagai penyakit; antara lain adalah : Malaria, Demam Berdarah,
Chikunya, Filariasis.
2. Lalat
Lalat termasuk ke dalam kelas serangga, mempunyai dua sayap, merupakan kelompok
serangga pengganggu dan sekaligus sebagai serangga penular penyakit; karena memasuki
kehidupan manusia dengan menghinggapi makanan, minuman, dll. Berikut ini beberapa
bakteri yang sering dibawa oleh lalat dan patut untuk diwaspadai: Salmonella typhosa Spesies
Salmonella yang lain E. coli Shigella dysenteriae.
Tempat yang disukai lalat rumah untuk meletakkan telur adalah manur, feses, sampah
organik yang membusuk dan lembab. Adapun lalat hijau berkembang biak di bahan yang cair
atau semi cair yang berasal dari hewan, daging, ikan, bangkai, sampah hewan, dan tanah yang
mengandung kotoran hewan. Lalat hijau juga meletakkan telur di luka hewan dan manusia.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga menyatakan bahwa ada banyak penyakit yang
disebabkan oleh makanan dihinggapi lalat, seperti: Disentri, Diare, Demam tifoid atau tipes,
Kolera, Infeksi mata, Infeksi kulit.
3. Kecoa
Sebagai vector mekanik bagi beberapa mikro organisme patogen, sebagai inang
perantara bagi beberapa spesies cacing. Penyakit yang ditularkan olehKecoa dapat
menyebabkan timbulnya reaksi-reaksi alergi seperti dermatitis, Streptococcus, Salmonella
dan lain-lain. Kecoa berperan dalam penyebaran beberapa penyakit antara lain : Disentri,
Diare, Cholera (Kolera), Virus Hepatitis A, Polio pada anak-anak.
4. Pinjal
Pinjal termasuk dalam kelas Insecta. Pinjal bertelur kurang lebih 300-400 butir selama
hidupnya. Pinjal betina meletakkan telurnya di antara rambut maupun di sarang tikus. Secara
umum, ciri-ciri pinjal adalah tidak bersayap, kaki yang kuat dan panjang, mempunyai mata
tunggal, tipe menusuk dan menghisap darah, segmentasi tubuh tidak jelas (batas antara
kepala-dada tidak jelas, berukuran 1,5-3,5 mm dan metamorfosis sempurna (telur, larva,
pupa, dewasa). Pes atau sampar (plague) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
bakteri Yersinia pestis. Seseorang dapat terkena penyakit ini jika digigit pinjal (sejenis
serangga) yang terpapar bakteri Y. Pestis, setelah serangga tersebut menggigit hewan yang
terinfeksi.
5. Tikus
Semua jenis tikus komensal berjalan dengan telapak kakinya. Tikus Rattus norvegicus
(tikus got) berperilaku menggali lubang di tanah dan hidup di lubang tersebut. Rattus rattus
tanezumi (tikus rumah) tidak tinggal di tanah tetapi di semak-semak dan atau di atap
bangunan. Mus musculus (mencit) selalu berada di dalam bangunan, sarangnya bisa ditemui
di dalam dinding, lapisan atap (eternit), kotak penyimpanan atau laci. Tikus termasuk
binatang nokturnal yang aktif keluar pada malam hari untuk mencari makan. Tikus dikenal
sebagai binatang kosmopolitan yaitu menempati hampir di semua habitat. Beberapa penyakit
yang ditularkan oleh Tikus antara lain adalah : Hantavirus Pulmonary Syndrome;
Hemorrhagic Fever with Renal Syndrome, Penyakit Pes atau sampar (plague), Lymphocytic
Chorio-meningitis, Leptospirosis, dll.

B. Konsep dasar pengendalian vector secara Fisika


Pengendalian secara fisik adalah pengendalian untuk mengurangi atau menghindari
gigitan vector atau gangguan dilakukan dengan pemasangan kawat kasa (kawat nyamuk)
pada semua lubang yang ada di rumah, seperi lubang angin, jendela, pintu dan lainnya.
Cara ini menitik beratkan kepada pemanfaatan iklim,musim dan menggunakan alat
penangkap mekanis antara lain :
a. Pemasangan perangkap tikus atau perangkap serangga 
b. Pemasangan jarring.
c.Pemanfaatan sinar cahaya untuk menarik atau menolak (to attrack and to repeal)
d. Pemanfaatan kondisi panas dan dingin untuk membunuh vektor dan binatang penganggu.
e. Pemanfaatan kondisi musim/iklim untuk memberantas jentik nyamuk.
f. Pemanfaatan suara untuk menarik atau menolak vektor dan binatang pengganggu
g. Pembunuhan vektor dan binatang pengganggu menggunakan alat pembunuh (pemukul,
kepretan dengan umpan, dll)
h. Pengasapan menggunakan belerang untuk mengeluarkan tikus dari sarangnya sekaligus
peracunan.
i.Pembalikan tanah sebelum ditanami.
j.Pemanfaatan arus listrik dengan umpan atau attracktant untuk membunuh vektor dan binata
ng pengganggu (perangkap serangga dengan listrik daya penarik menggunakan lampu neon)
C. Konsep dasar pengendalian vector secara kimia
Pengendalian vektor secara kimiawi dapat ditempuh dengan dua teknik untuk
pengendalian secara kimiawi, yaitu pengasapan (fogging) dengan menggunakan senyawa
kimia malathion dan fenthion, yang berguna untuk mengurangi penularan sampai batas waktu
tertentu, dan pemberantasan larva nyamuk dengan zat kimia (abate)
Cara ini lebih mengutamakan penggunaan pestisida/rodentisida untuk peracunan.
Penggunaan racun untuk memberantas vektor lebih efektif namun berdampak masalah
gangguan kesehatan karena penyebaran racun tersebutmenimbulkan keracunan bagi petugas
penyemprot maupun masyarakat dan hewan peliharaan.
Penggunaan bahan kimia lainnya yang tidak begitu berbahaya adalah bahan attractant
dan repellent. Bahan attractant adalah bahan kimia umpan untuk menarik serangga atau
tikus masuk dalam perangkap. Sedangkan repellent adalah bahan untuk mengusir serangga
atau tikus tidak untuk membunuh. Contohnya bahan
kimia penolak nyamuk yang dioleskan ke tubuh manusia .
D.Konsep dasar pengendalian vector secara biologi
Pengendalian secara biologis dilakukan dengan dua cara, yakni:
a. Memelihara musuh alaminya/musuh alami insekta dapat berupa pemangsanya ataupun
mikroba penyebab penyakitnya. untuk ini perlu diteliti lebih lanjut pemangsa dan penyebab
penyakit mana yang paling efektif dan efisien mengurangi populasi insekta. ;untuk ini perlu
juga dicari bagaimana caranya untuk melakukan pengendalian pertumbuhan pemangsa dan
penyebab penyakit ini apabila populasi vektor sudah terkendali jumlahnya.
b. Mengurangi fertilitas insekta, untuk cara kedua ini pernah dilakukan dengan meradiasi
insekta jantan sehingga steril dan menyebarkannya di antara insekta betina. Dengan demikian
telur yang dibuahi tidak dapat menetas. Cara kedua ini masih dianggap terlalu mahal
danefisiensinya masih perlu dikaji.
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Penyakit tular Vektor dan Zoonotik merupakan penyakit menular melalui Vektor dan
Binatang Pembawa Penyakit; antara lain malaria, demam berdarah, filariasis (kaki gajah),
chikungunya, japanese encephalitis (radang otak), rabies (gila anjing), leptospirosis, pes, dan
schistosomiasis (demam keong), dll.
Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit di Indonesia telah teridentifikasi terutama
terkait dengan penyakit menular tropis (tropical diseases), baik yang endemis maupun
penyakit menular potensial wabah. Mengingat beragamnya penyakit-penyakit tropis yang
merupakan penyakit tular Vektor dan zoonotik, maka upaya pengendalian terhadap Vektor
dan Binatang Pembawa Penyakit menjadi bagian integral dari upaya penanggulangan
penyakit tular Vektor, termasuk penyakit-penyakit zoonotik yang potensial dapat menyerang
manusia.

B.Saran
Para pembaca maupun penulis diharapkan dapat mengaplikasikan pengendalian
vector yang tepat,dengan cara yang aman dan mudah dijangkau.

Anda mungkin juga menyukai