Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KESEHATAN LINGKUNGAN

“PENYAKIT AKIBAT VECTOR DAN RODENT”


DOSEN PENGAMPU :
Iwan Desimal, M. KL

DI SUSUN OLEH :

1. Muhammad Iqbal Maulana Ali Akbar (21281091)


2. Pairuz Zilal (21281086)
3. Kamaluddin (21281088)
4. Ni Komang Diah Puspita purnama sari (21281090)
5. Sarwin hafiz (21281095)
6. M. Abel gibran (21281085)
7. Ainun hidayat (21281097)
8. Santi Trisnawati (21281093)
9. Lastri (21281089)
10.Iza Maulida (21281087)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN MANDALIKA


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT
PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
TAHUN 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Vektor merupakan arthropoda yang dapat menularkan, memindahkan atau menjadi sumber
penularan penyakit pada manusia. vektor yang berperan sebagai penular penyakit dikenal sebagai
arthropoda borne diseases atau sering juga disebut sebagai vector borne diseases yang
merupakan penyakit yang penting dan seringkali bersifat endemis dan menimbulkan bahaya bagi
kesehatan sampai kematian Penyakit menular bersumber vektor yang masih berjangkit di
masyarakat diantaranya penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, lalat dan kecoa yang umumnya
berkembang pada lingkungan dengan sanitasi yang buruk. “Penyakit yang ditularkan melalui
vektor masih menjadii penyakit endemis yang dapat menimbulkan wabah atau kejadian luar
biasa serta dapat menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat sehingga perlu dilakukan upaya
pengendalian atas penyebaran vektor”

Upaya pemberantasan dan pengendalian penyakit menular seringkali mengalami kesulitan


karena banyak faktor yang mempengaruhi penyebaran penyakit menular tersebut. Lingkungan
hidup di daerah tropis yang lembab dan bersuhu hangat menjadi tempat hidup ideal bagi
serangga yang berkembang biak. Selain dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan vektor
pembawa penyakit, keberadaan serangga juga dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan rasa
aman bagi masyarakat. Dan sekitar 10 juta spesies serangga yang hidup di dunia dan telah
teridentifikasi sekitar 1 juta spesies. Satu juta spesies tersebut terdiri dari beberapa spesies
serangga yang juga merupakan vektor pembawa suatu penyakit. Salah satu dari vektor tersebut
adalah kecoa yang mempunyai pengaruh sangat besar terhadap kesehatan manusia. kecoa
menyebarkan berbagai penyakit, menimbulkan alergi, serta mengotori dinding, buku dan
perkakas rumah tangga. Kecoa juga dapat memindahkan beberapa mikroorganisme patogen
antara lain, Streptococus, Salmonella dan lain-lain, sehingga mereka berperan dalam penyakit
tifus, disentri, diare, cholera, virus hepatitis a dan polio pada anak-anak.

Penularan penyakit oleh kecoa dapat terjadi melalui organisme patogen sebagai bibit
penyakit yang terdapat pada sampah atau sisa makanan, dimana organisme tersebut terbawa oleh
kaki atau bagian tubuh lainnya dari kecoa. kemudian melalui organ tubuh kecoa, organisme
sebagai bibit penyakit tersebut menkontaminasi makanan. Kecoa merupakan salah satu insekta
yang berperan sebagai vektor penyakit yang banyak ditemukan dalam rumah, gedung-gedung,
termasuk dalam restoran ataupun rumah makan. Kecoa dapat mengkontaminasi makanan
manusia dengan membawa agent berbagai penyakit yang berhubungan dengan pencernaan
seperti diare, demam typoid, disentri, virus hepatitis a, polio dan kolera. Penanggulangan
penyakit yang ditularkan oleh vektor ini selain dengan pengobatan terhadap penderita, juga
dilakukan upaya-upaya pengendalian vektor termasuk upaya mencegah kontak dengan vektor
guna mencegah penularan penyakit. Satu di antaranya adalah cara pengendalian vektor dengan
menggunakan insektisida. Penggunaan insektisida sintesis (kimia) dikenal sangat efektif dan
praktis dalam pengendalian vektor. Penggunaan insektisida sintesis (kimia) dalam jangka waktu
yang lama juga akan memberikan dampak negatif. Dampak negatif yang disebabkan oleh
insektisida yaitu berupa pencemaran lingkungan yang dikarenakan residu yang ditinggalkan
sangat sulit terurai di alam.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian vector dan rodern borne ?


2. Apa saja contoh penyakit akibat vector dan rodern ?
3. Bagaimana upaya pengendalian vector dan rodern ?

C. TUJUAN
1. Memahami pengertian dari vector dan rodern borne.
2. Mengetahui apa saja penyakit yang disebabkan oleh vector dan rodern.
3. Memahami upaya pengendalian vector dan rodern.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Penyakit yang ditularkan melalui vektor masih menjadi penyakit endemis yang dapat
menimbulkan wabah atau kejadian luar biasa serta dapat menimbulkan gangguan kesehatan
masyarakat sehingga perlu dilakukan upaya pengendalian atas penyebaran vektor

Upaya pengendalian vektor lebih dititikberatkan pada kebijakan pengendalian vektor


terpadu melalui suatu pendekatan pengendalian vektor dengan menggunakan satu atau kombinasi
beberapa metode pengendalian vektor

Berdasarkan pertimbangan sebagaimana di maksud di atas perlu ditetapkan Peraturan


Menteri Kesehatan tentang Pengendalian Vektor.

1.Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara
Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3273)

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun
2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);

3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik


Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5063);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1973 tentang Pengawasan atas Peredaran, Penyimpanan
dan Penggunaan Pestisida (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1973 Nomor 12)

5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3637)
6.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 560/ Menkes/Per/VIII/1986 tentang Jenis-jenis Penyakit
yang dapat Menimbulkan Wabah dan Tata Cara Pelaporannya;

7.Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1350/Menkes/SK/XII/2001 tentang Pengelolaan


Pestisida;

8.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata


Kerja Departemen Kesehatan sebagaimana telah diubah dengan peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 439//Menkes/Per/VI/2009;

9. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 07/ Permentan/SR.140/2/2007 tentang Syarat dan Tata
Cara Pendaftaran Pestisida

10. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 42/Permentan/SR.140/2/2007 tentang pengawasan


pestisida
BAB III
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN VECTOR DAN RODERN BORNE
Vektor dalam arti luas yaitu pembawa/pengangkut. vektor dalam arti lain adalah hewan
avertebrata yang berperan sebagai penular penyebab penyakit (agen) dari host pejamu yang sakit
ke pejamu lain yang rentan.Vektor dapat berupa vektor mekanis dan biologis, dan juga berupa
vektor primer dan sekunder. Vektor mekanis yaitu hewan yang menularkan penyakit tanpa agen
tersebut mengalami perubahan, vektor mekanis ini sangat penting bagi penyebaran penyakit
karena dalam tubuh vektor mekanis biasanya parasit telah mencapai stadium infektif. Daya tahan
tubuh parasit di dalam tubuh vektor mekanis terbatas karena, maka dari itu vektor mekanis
berfungsi sebagai pemindah. Vektor biologis parasit mengalami tumbuh dan berkembang dalam
tubuh vektor, contohnya seperti nyamuk Aedes aegypti yang bertindak sebagai vektor demam
berdarah. Vektor biologis juga mempunyai peran sebagai tuan rumah, dalam penyebaran parasit
oleh vektor biologis, arthropoda sebagai inang sangat diperlukan dalam siklus hidup parasite.
Vektor primer merupakan penyebab utama terjadinya penularan penyakit, baik pada orang
maupun hewan yang secara klinis telah terbukti sakit, sedangkan vektor sekunder adalah vektor
yang dianggap tidak penting sebagai penyebaran penularan penyakit, dalam keadaan wabah,
karena situasinya menyebabkan lebih dekatnya hubungan vektor sekunder dengan inang, maka
vektor sekunder dianggap sebagai vektor penting.

Rodent adalah hewan pengerat yang memiliki gigi depan yang selalu tumbuh dan biasanya
pada manusia bisa menyebabkan penyakit dan dapat digunakan sebagai hewan percobaan tikus
adalah satu jenis binatang pengerat yang perkembangbiakannya sangat cepat dan sering
merugikan manusia karena dalam kehidupan sehari-hari tikus sering merusak bahan makanan
dan peralatan manusia baik di rumah kantor gudang dan sebagainya tikus juga merupakan hewan
yang dapat merusak kabel sehingga dapat menyebabkan terjadinya hubungan pendek yang bisa
mengakibatkan terjadinya kebakaran Selain itu tikus juga dapat menjadi penularan penyakit
seperti OSIS bagi manusia oleh karena itu pengendalian tikus merupakan suatu hal yang penting
dan perlu dilakukan agar tidak menimbulkan penyakit pada seseorang.
B. CONTOH PENYAKIT AKIBAT VECTOR DAN RODERN
Beberapa contoh Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit antara lain :

Nyamuk

Lalat

Kecoa

Pinjal

Tikus.

Setiap area sekitar manusia harus diupayakan untuk dikaitkan dengan pemenuhan standar
baku mutu untuk Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit, yang meliputi paling
sedikit adalah :

Angka kepadatan Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit sesuai standar baku mutu.

Habitat perkembangbiakan Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit sesuai standar baku mutu.

1. Nyamuk

Nyamuk merupakan serangga kecil dan ramping, yang tubuhnya terdiri tiga bagian terpisah,
yaitu kepala (caput), dada (thorax), dan abdomen. Pada nyamuk betina, antena mempunyai
rambut pendek dan dikenal sebagai antena pilose. Pada nyamuk jantan, antena mempunyai
rambut panjang dan dikenal sebagai antena plumose.

Nyamuk mempunyai sepasang sayap berfungsi sempurna, yaitu sayap bagian depan. Sayap
belakang tumbuh mengecil (rudimenter) sebagai halter dan berfungsi sebagai alat keseimbangan.
Nyamuk menghisap darah manusia; dan dalam perilakunya tersebut dapat menyebabkan
penularan berbagai penyakit; antara lain adalah : Malaria, Demam Berdarah, Chikunya,
Filariasis. Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab
penyakit demam berdarah. Selain dengue, A. aegypti juga merupakan pembawa virus demam
kuning (yellow fever), chikungunya, dan demam Zika yang disebabkan oleh virus Zika.
Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh dunia. Sebagai
pembawa virus dengue, A. aegypti merupakan pembawa utama (primary vector) dan
bersama Aedes albopictus menciptakan siklus persebaran dengue di desa dan kota.
Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan tubuh berwarna hitam
kecokelatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan gari-garis putih keperakan. Di bagian
punggung (dorsal) tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan
yang menjadi ciri dari spesies ini. Sisik-sisik pada tubuh nyamuk pada umumnya mudah rontok
atau terlepas sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua. Ukuran dan warna
nyamuk jenis ini kerap berbeda antarpopulasi, tergantung dari kondisi lingkungan dan nutrisi
yang diperoleh nyamuk selama perkembangan. Nyamuk jantan dan betina tidak memiliki
perbedaan dalam hal ukuran nyamuk jantan yang umumnya lebih kecil dari betina dan
terdapatnya rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan. Kedua ciri ini dapat diamati
dengan mata telanjang. Aedes aegypti bersifat diurnal atau aktif pada pagi hingga siang hari.
Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk betina karena hanya nyamuk betina yang mengisap
darah. Hal itu dilakukannya untuk memperoleh asupan protein yang diperlukannya untuk
memproduksi telur. Nyamuk jantan tidak membutuhkan darah, dan memperoleh energi dari
nektar bunga ataupun tumbuhan. Jenis ini menyenangi area yang gelap dan benda-benda
berwarna hitam atau merah. Infeksi virus dalam tubuh nyamuk dapat mengakibatkan perubahan
perilaku yang mengarah pada peningkatan kompetensi vektor, yaitu kemampuan nyamuk
menyebarkan virus. Infeksi virus dapat mengakibatkan nyamuk kurang andal dalam mengisap
darah, berulang kali menusukkan proboscisnya, namun tidak berhasil mengisap darah sehingga
nyamuk berpindah dari satu orang ke orang lain. Akibatnya, risiko penularan virus menjadi
semakin besar. Di Indonesia, nyamuk A. aegypti umumnya memiliki habitat di lingkungan
perumahan, di mana terdapat banyak genangan air bersih dalam bak mandi ataupun tempayan.
Oleh karena itu, jenis ini bersifat urban, bertolak belakang dengan A. albopictus yang cenderung
berada di daerah hutan berpohon rimbun (sylvan areas).

2. Lalat

Lalat termasuk ke dalam kelas serangga, mempunyai dua sayap, merupakan kelompok serangga
pengganggu dan sekaligus sebagai serangga penular penyakit; karena memasuki kehidupan
manusia dengan menghinggapi makanan, minuman, dll. Berikut ini beberapa bakteri yang sering
dibawa oleh lalat dan patut untuk diwaspadai: Salmonella typhosa Spesies Salmonella yang lain
E. coli Shigella dysenteriae.

Tempat yang disukai lalat rumah untuk meletakkan telur adalah manur, feses, sampah organik
yang membusuk dan lembab. Adapun lalat hijau berkembang biak di bahan yang cair atau semi
cair yang berasal dari hewan, daging, ikan, bangkai, sampah hewan, dan tanah yang mengandung
kotoran hewan. Lalat hijau juga meletakkan telur di luka hewan dan manusia. Badan Kesehatan
Dunia (WHO) juga menyatakan bahwa ada banyak penyakit yang disebabkan oleh makanan
dihinggapi lalat, seperti: Disentri, Diare, Demam tifoid atau tipes, Kolera, Infeksi mata, Infeksi
kulit.

Ada beberapa jenis penyakit yang dapat ditularkan oleh lalat rumah, di antaranya yakni:

1. Demam tifoid dan paratifoid Demam tifoid dan demam paratifoid adalah penyakit infeksi akut
usus halus yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi.  Penyakit ini memiliki gejala demam
lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. Penularan
penyakit ini melalui Feses dan urine penderita yang mengkontaminasi air atau makanan, Bakteri
Salmonella typhi juga dapat menyebar melalui kontak langsung dengan orang yang telah
terinfeksi (penyajian makanan oleh orang yang sedang mengalami demam tifoid). Demam
tifoid merupakan penyakit peradangan pada usus yang disebabkan infeksi bakteri Salmonella
typhi yang tertular lewat makanan dan minuman yang airnya terinfeksi bakteri. Kuman ini masuk
melalui mulut dan menyebar ke lambung lalu ke usus halus. Bakteri ini memperbanyak diri di
dalam usus halus.

2. Diare atau mencret merupakan kondisi ketika seseorang mengalami buang air besar lebih
sering daribiasanya. Diare merupakan gangguan pencernaan yang ditandai dengan meningkatnya
frekuensi buang air besar (BAB). Di samping itu, tekstur feses yang dikeluarkan saat BAB
biasanya lebih encer dari biasanya. Munculnya diare sering dikaitkan dengan infeksi di saluran
cerna (gastrointestinal) yang disebabkan oleh berbagai macam organisme, salah satunya adalah
bakteri.
Berikut ini adalah empat jenis bakteri yang dapat menyebabkan munculnya diare:

1. Escherichia coli (E. coli)

E. coli adalah salah satu jenis bakteri yang biasanya hidup di usus manusia dan hewan.
Kebanyakan jenis bakteri E. coli tidak berbahaya dan bahkan berperan menjaga saluran
pencernaan Anda tetap sehat. Meski begitu, ada beberapa jenis bakteri E. coli yang dapat
menyebabkan diare.

Bakteri E. coli sering ditemukan di sayuran atau buah yang tidak dicuci bersih, daging mentah,
dan susu segar. Untuk mencegah infeksi bakteri E. coli, Anda dianjurkan untuk mencuci buah
dan sayuran dengan air mengalir sebelum mengonsumsinya, memasak daging hingga benar-
benar matang, dan menghindari konsumsi susu segar yang belum dipasteurisasi.

2. Salmonella enterica

Bakteri ini sering menjadi penyebab terkontaminasinya makanan. Mengonsumsi makanan yang
terkontaminasi bakteri ini akan menyebabkan gastroenteritis, dengan diare sebagai salah satu
gejala khasnya.

Bakteri Salmonella enterica banyak ditemukan di telur setengah matang, daging, dan buah atau


sayur yang tidak dicuci bersih.

Agar terhindar dari infeksi bakteri ini, Anda sebaiknya mencuci bersih semua bahan makanan
yang dimakan mentah, misalnya buah atau sayur, selalu memasak makanan sampai benar-benar
matang, terutama untuk daging dan telur.

3. Campylobcter

Jenis bakteri lain yang dapat menyebabkan diare adalah Campylobacter.  Campylobacter


jejuni adalah subspecies yang paling sering menginfeksi manusia. Bakteri ini juga banyak
ditemukan pada daging ayam mentah, produk olahan susu yang tidak dipasterurisasi, dan air
yang terkontaminasi.
Infeksi bakteri Campylobacter memang terbilang ringan, namun dapat berakibat fatal pada
seseorang dengan gangguan sistem kekebalan tubuh.

Untungnya, infeksi bakteri Campylobacter dapat dicegah dengan memasak daging hingga benar-


benar matang, selalu mencuci tangan setelah memegang hewan ternak atau hewan peliharaan,
serta menghindari konsumsi susu dan produk olahannya yang tidak dipasteurisasi.

4. Shigella

Shigella merupakan bakteri lain yang dapat menyebabkan diare. Bakteri ini hidup di air dan
makanan yang kotor. Infeksi bakteri ini akan lebih mudah terjadi pada lingkungan dengan
sanitasi yang buruk dan gaya hidup yang kurang bersih.

Untuk mencegah penyebaran infeksi Shigella, Anda disarankan menerapkan kebiasaan mencuci


tangan yang benar, sebisa mungkin tidak menelan air ketika sedang berenang, dan tidak
memasak ketika sedang terkena diare.

Pada dasarnya, mencegah penyebaran bakteri penyebab diare dapat dimulai dengan mengolah
bahan makanan dengan benar dan menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Selain itu, menjaga
kebersihan diri sendiri juga penting dilakukan untuk meminimalkan penyebaran
bakteri penyebab diare ke orang sekitar.

3. Kecoa

Sebagai vector mekanik bagi beberapa mikro organisme patogen, sebagai inang perantara bagi
beberapa spesies cacing. Penyakit yang ditularkan olehKecoa dapat menyebabkan timbulnya
reaksi-reaksi alergi seperti dermatitis, Streptococcus, Salmonella dan lain-lain. Kecoa berperan
dalam penyebaran beberapa penyakit antara lain : Disentri, Diare, Cholera (Kolera), Virus
Hepatitis A, Polio pada anak-anak.

4. Pijal

Pinjal termasuk dalam kelas Insecta. Pinjal bertelur kurang lebih 300-400 butir selama hidupnya.
Pinjal betina meletakkan telurnya di antara rambut maupun di sarang tikus. Secara umum, ciri-
ciri pinjal adalah tidak bersayap, kaki yang kuat dan panjang, mempunyai mata tunggal, tipe
menusuk dan menghisap darah, segmentasi tubuh tidak jelas (batas antara kepala-dada tidak
jelas, berukuran 1,5-3,5 mm dan metamorfosis sempurna (telur, larva, pupa, dewasa). Pes atau
sampar (plague) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Yersinia pestis. Seseorang
dapat terkena penyakit ini jika digigit pinjal (sejenis serangga) yang terpapar bakteri Y. Pestis,
setelah serangga tersebut menggigit hewan yang terinfeksi.

5. Tikus

Semua jenis tikus komensal berjalan dengan telapak kakinya. Tikus Rattus norvegicus (tikus got)
berperilaku menggali lubang di tanah dan hidup di lubang tersebut. Rattus rattus tanezumi (tikus
rumah) tidak tinggal di tanah tetapi di semak-semak dan atau di atap bangunan. Mus musculus
(mencit) selalu berada di dalam bangunan, sarangnya bisa ditemui di dalam dinding, lapisan atap
(eternit), kotak penyimpanan atau laci. Tikus termasuk binatang nokturnal yang aktif keluar pada
malam hari untuk mencari makan. Tikus dikenal sebagai binatang kosmopolitan yaitu menempati
hampir di semua habitat. Beberapa penyakit yang ditularkan oleh Tikus antara lain adalah :
Hantavirus Pulmonary Syndrome; Hemorrhagic Fever with Renal Syndrome, Penyakit Pes atau
sampar (plague), Lymphocytic Chorio-meningitis, Leptospirosis, dll.

1. CONTOH PENYAKIT PES


pes yang juga biasa disebut dengan plague atau sampar merupakan infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis, bakteri penyebab pes memang terdapat pada
hewan, tetapi penyakit plague ini bisa menular ke manusia. Caranya penularannya
melalui gigitan kutu tikus atau kontak langsung dengan jaringan atau cairan tubuh hewan
yang terinfeksi penyakit tersebut.
C. UPAYA PENGENDALIAN VECTOR DAN RODERN
Metode pengendalian dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a) pengendalian lingkungan: breeding mengubah situs dengan mengeringkan atau mengisi situs,
pembuangan sampah secara teratur, menjaga tempat penampungan bersih, dan kebersihan.

b) Pengendalian secara mekanis

• Menggunakan bednets

• Perangkap

• Penutup makanan

c) Pengendalian biologis

• Menggunakan organisme hidup untuk pengendalian larva, seperti ikan yang makan larva
(misalnya, nila, ikan mas, guppies)

• Bakteri (Bacillus thuringiensis israelensis) yang menghasilkan racun terhadap larva

• Pakis mengambang bebas yang mencegah pembiakan, dan lain-lain

d) Pengendalian kimiawi

• Penggunaan repellents

Banyak masyarakat terbiasa menggunakan berbagai bahan sebagai repellents. Penggunaan


repellents ini efektif dan tidak berbahaya, mereka dianjurkan untuk menggunakannya dalam
situasi darurat, dan hal ini sebenarnya sudah umum pada sebagian masyarakat untuk memakai
repellents yang terbukti manfaatnyanya.

• Insektisida untuk penyemprotan (IRS, spray, fogging) untuk vektor dewasa

• Larvicides untuk pengendalian larva

Data resistensi terhadap insektisida akan berguna dalam membantu memastikan insektisida yang
akan dipilih.
A. Pengendalian Vektor Nyamuk

1. Pengendalian vektor malaria

2. Pengendalian vektor DBD

3. Pengendalian nyamuk Culex spp sebagai serangga pengganggu

B. Pengendalian tikus

Beberapa metode pengendalian tikus sebagai vaitu:

1. Secara mekanik dan sanitasi

2. Memasang traps

3. Memberi Umpan

4. Caution to rodent trapping/safe handling

C. Pengendalian lalat dan kecoak

Beberapa metode dalam pengendalian lalat dan kecoak yaitu:

1. Traps and screen

2. Chemical control
BAB IV

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Vektor adalah seekor binatang yang membawa bibit penyakit dari seekorbinatang atau
seorang manusia kepada binatang atau seorang manusia kepada binatang lainnya atau manusia
lainnya. Sedangkan vektor penyakit yang (sering) disebabkan anthropoda dikenal sebagai
arthopodborne disease atau vectorborne diseasemerupakan arthropoda yang dapat menularkan,
memindahkan atau menjadi sumber penularan penyakit pada manusia.

B. SARAN

Untuk mewujudkan kualitas dan kuantitas lingkungan yang bersih dan sehat serta untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimalsebagai salah satu unsur kesepakatan umum
dari tujuan nasional, sangat diperlukan pengetahuan yang cukup serta mendalam pengetahuan
tentang vektor penyakit dan pengendalianvektor penyakit,sehingga kita dapat meminimalisir dan
memutus rantal penvebaran penvakit dan menu Indonesia vang sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Sari, SKM, MKM., Nila Puspita dan Makomulamin, SKM, M. Kes. dan Dra. Denai Wahyuni,
M.Si. Entomologi Dan Pengendalian Vektor. Yogyakarta. CV Budi Utama, 2021

Warsidi, Edi. Bahaya Dan Pencegahan DBD, Bekasi . Mitra Utama. 2021

Wirayawati, Made Ayu, dan Ellis Sekar Ayu, Aris Riyadi. Pengendalian Serangga Dan Jenis
Biota Lainnya. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. 2013

Anda mungkin juga menyukai