Anda di halaman 1dari 18

PARASITOLOGI VETERINER 1

NEMATODA PADA ANJING

OLEH:

1. Nur Intan Wulan Yunita (1809511100)


2. I Made Surya Meganugraha (1809511101)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS UDAYANA
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas paper Nematoda pada
Anjing mata kuliah Parasitologi Veteriner dengan baik dan tepat waktu.

Adapun penyusunan paper ini dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah
Parasitologi Veteriner.

Penyusun berterimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Parasitologi Veteriner


karena telah memberikan kami tugas sehingga menambah pengetahuan dan serta membentuk
kebersamaan dan sinergi dalam kelompok kami ini.

Selain itu kami juga sadar bahwa pada paper kami ini dapat ditemukan banyak sekali
kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami benar-benar menanti kritik dan
saran untuk kemudian dapat kami revisi dan kami tulis dimasa yang akan datang, sebab kami
menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif. Dan
semoga paper ini dapat memberikan manfaat.

Denpasar, 21 September 2019

Hormat Kami

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................. ii

Daftar Isi ........................................................................................................................... iii

Daftar Gambar .................................................................................................................. iv

BAB I Pendahuluan .......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 1

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................. 2

1.4 Manfaat Penulisan ........................................................................................... 2

BAB II Pembahasan .......................................................................................................... 3

2.1 Jenis-jenis Nematoda pada anjing .................................................................... 3

2.2 Morfologi Nematoda pada anjing ..................................................................... 6

2.3 Siklus hidup Nematoda pada anjing ................................................................. 8

BAB III Penutup ............................................................................................................... 13

3.1 Kesimpulan...................................................................................................... 13

3.2 Saran ............................................................................................................... 13

Daftar Pustaka ................................................................................................................... 14

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Toxocara Canis ................................................................................................ 3

Gambar 2. Trichuris Vulpis ............................................................................................... 4

Gambar 3. Ancyostoma Caninum dan Ancyostoma Ceylanium ......................................... 4

Gambar 4. Uncinaria Stenocephala .................................................................................... 5

Gambar 5. Dirofilaria Immitis ........................................................................................... 5

Gambar 6. Siklus hidup Toxocara Canis ............................................................................ 8

Gambar 7. Siklus hidup Trichuris Vulpis ........................................................................... 9

Gambar 8. Siklus hidup Ancylostoma sp ........................................................................... 10

Gambar 9. Siklus hidup Uncinaria Stenocephala .................................................................11

Gambar 10. Siklus hidup Dirofilaria Immitis ..................................................................... 12

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nematode adalah cacing yang berbentuk bulat panjang (gilik) atau seperti benang.
Nematoda merupakan heawn tripoplastik dan pseudoselomata (berongga tubuh semu),
banyak hidup bebas di alam dan mempunyai daerah penyebaran yang luas, mulai daerah
kutub yang dingin, padang pasar, sampai ke laut yang dalam. Nematoda sangat mudah
ditemukan di laut, air tawar, air payau maupun tanah. Nematoda hidup bebas dengan
memakan sampah organik, bangkai, kotoran hewan, tanaman yang membusuk, ganggang,
jamur, dan hewan kecil lainnya. Tetapi banyak juga yang hidup parasit pada hewan,
manusia, bahkan tumbuhan.
Nematoda hidup parasit manusia ditemukan di sejumlah organ, seperti anus, usus halus,
paru-paru, mata, pembuluh darah, dan pembuluh limfah. Nematoda mempunya bentuk
tubuh dan ukuran yang beragam mulai dibawah ukuran 1mm hingga lebih dari 1 m.
Nematoda mempunyai bentuk segmen dengan tubuh silindris atau bulat panjang (gilik),
dan tidak bersegmen. Bagian dari anterior atau daerah mulut tampak simetri radial, dan
semakin ke arah posterior membentuk ujung yang meruncing. Nermatoda mempunyai tiga
lapisan embrionik, yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Tubuhnya mempunyai
rongga tubuh yang semu. Permukaan tubuh ditutupi oleh lapisan kutikula yang keras dan
transparan.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang sudah dipaparkan diatas, antara lain:

1. Apa saja jenis-jenis Nematoda pada anjing?


2. Bagaimana morfologi Nematoda pada anjing?
3. Bagaimana siklus hidup Nematoda pada anjing?

1
1.3 Tujuan

Adapun tujuan dibuatnya paper Parasitologi Veteriner dengan judul Nematoda pada
anjing, antara lain:
1. Untuk mengetahui jenis-jenis Nematoda pada anjing.
2. Untuk mengetahui morfologi Nematoda pada anjing.
3. Untuk mengetahui siklus hidup Nematoda pada anjing.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari pembuatan paper Parasitologi Veteriner dengan judul Nematoda
pada anjing adalah diharapkan seluruh mahasiswa Kedokteran Hewan khususnya dan pembaca
pada umumnya dapat mengetahui jenis-jenis nematoda, morfologi, dan siklus hidup nematode
yang terdapat di anjing.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Jenis-jenis Nematoda pada anjing

Nematode atau yang sering disebut dengan cacing gilik merupakan anggota dari filum
Nemathelminthes (Levine 2003). Jenis cacing ini mempunyai saluran usus dan rongga tubuh
yang dilapisi oleh selaput seluler yang disebut dengan psudosel atau psudoseloma. Cacing
nematoda berbentuk bulat pada potongan melintang, tak bersegmen, dan ditutupi oleh kutikula
yang disekresikan oleh lapisan sel hipodermis (Levine 2003). Cacing ini juga lebih senang
hidup di cairan tubuh, seperti darah dan cairan limfe (Cheng 1973).

Tubuh cacing nematoda mempunyai rongga yang semu, sehingga tubuh cacing ini
terlihat transparan. Cacing nematoda memiliki sistem organ tubuh lengkap, berupa sistem
pencernaan (memanjang dengan bentuk esofagus yang bervariasi), sistem ekskresi, sistem
syaraf, sistem pengeluaran, dan sistem reproduksi serta tidak memiliki sistem peredaran darah.

1. Toxocara canis

Gambar 1. Toxocara canis

Kingdom : Animalia
Phylum : Nematoda
Class : Chromadorea
Ordo : Ascaridida
Family : Toxocaridae
Genus : Toxocara
Species : Toxocara Canis

3
2. Trichuris vulpis

Gambar 2. Trichuris Vulpis

Kingdom : Animalia
Phylum : Nematoda
Class : Enoplea
Ordo : Trichocephalida
Family : Trichuridae
Genus : Trichuris
Species : Trichuris Vulpis

3. Ancylostoma Sp

Gambar 3. (a) Ancylostoma caninum (b) Ancylostoma ceylanicum.

Kingdom : Animalia
Phylum : Nematoda
Class : Chromadorea
Ordo : Rhabditida
Family : Ancylostomatidae
Genus : Ancylostoma
Species : Ancylostoma Caninum

4
Ancylostoma Ceylanicum
4. Uncinaria stenocephala

Gambar 4. Uncinaria stenocephala

Kingdom : Animalia
Phylum : Nematoda
Class : Secernentea
Subclass : Strongylida
Ordo : Rhabditia
Family : Ancylodtomatidae
Genus : Uncinaria
Species : Uncinaria Stenocephala

5. Dirofilaria Immitis

Gambar 5. dirofilaria immitis

Kingdom : Animalia
Phylum : Nematoda
Class : Chromadorea
Ordo : Rhabditida
Family : Onchocercidae
Genus : Dirofilaria

5
Species : Dirofilaria Immitis

2.2 Morfologi Nematoda pada anjing

1. Morfologi Toxocara canis


Toxocara canis jantan mempunyai ukuran panjang 3,6-8,5 cm sedangkan yang
betina 5,7-10. Pada T. canis terdapat sayap servikal yang berbentuk seperti lanset atau
kerucut. Bentuk ekor Toxocara canis untuk yang berjenis kelamin jantan ekornya
berbentuk seperti tangan dan dengan jari yang sedang menunjuk ( digitiform ),
sedangkan untuk yang berjenis kelamin betina bentuk ekornya bulat meruncing.
Telur dari Toxocara canis mirip Ancylostoma lumbricoides, tetapi bentuknya
bulat, telur berukuran 65 – 75 mikron. Cacing ini terdapat pada usus halus. Manusia
terinfeksi secara kebetulan dangan menelan telur infektif. Apabila telur menetas, larva
dalam usus tidak bisa menjadi dewasa dan larva mengembara pada alat – alat visceral.
( Jangkung, 2002 ).

2. Morfologi Trichuris Vulpis


Pada Trichuris Vulpis Cacing jantan panjangnya 3-4 cm, bagian anterior halus
seperti cambuk, bagian ekor melingkar dan mengandung sebuah spicule. Cacing betina
panjangnya 4-5 cm, bagian anterior halus seperti cambuk, bagian ekor lurus berujung
turnpul. Vulva terdapat di bagian tubuh yang mulai membesar, sedangkan anusnya
terletak di bagian posterior tubuh. Telurnya berukuran ± 50 X 22 mikron, bentuknya
seperti tempayan dengan kedua ujung menonjol, berdinding tebal dan berisi larva. Kulit
bagian luar berwama kekuning-kuningan dan bagian dalarnnya jemih. Cacing dewasa
berwama merah muda, melekat pada dinding sekum dan pada dinding apendiks, kolon
atau bagian posterior ileum. Bagian tiga perlima anterior tubuh langsing, dan bagian
posterior tebal, sehingga meyerupai cambuk.
3. Morfologi Ancylostoma sp
Cacing Ancylostoma berukuran 10-20 mm, warnanya keabuan atau kemerahan
dengan tubuh yang kuat. Ujung anterior membengkok ke dorsal dan memiliki bukal
kapsula yang dalam dengan satu samapi tiga gigi ventral pada tepinya dan dua lanset
segitiga pada gigi dorsalnya. Vulva cacing betina terletak di epertiga posterior tubuh.
Panjang cacing jantan 11-13 mikron sedangkan cacing betina panjangnya 14-2 mikron.

6
Telur ancylostoma termasuk tipe strongyloid yaitu berdinding tipis, oval, dan bila
dilepaskan dari tubuh biasanya memiliki 2-8 gelembung dalam stadium blastomer.
Ancylostoma caninum betina biasanya memiliki panjang 14–16 mm dan lebar
0,5 mm, sedangkan jantan lebih kecil dengan panjang 10-12 mm dan lebar 0,36 mm.
cacing Jantan memiliki bursa sanggama , yang terdiri dari spikula mirip tulang
yang diposisikan pada tiga sinar berotot yang menggenggam betina saat kawin. Seperti
nematoda lainnya, sperma tidak memiliki flagela. Vulva dari Ancylostoma
caninum betina terletak pada batas dari pertiga kedua dan terakhir dari tubuh.
Gigi Ancylostoma caninum ditemukan dalam kapsul bukal dan dibagi menjadi tiga
set.Dua set ventral membentuk setara rahang bawah, sementara set proyek lebih lanjut
dari sisi punggung dan secara longgar menyamakan dengan rahang atas. Setiap set
ventral memiliki tiga poin, dengan yang terjauh adalah sisi yang terbesar. Sementara
set ventral menonjol, set dorsal tersembunyi lebih dalam pada kapsul bukal. Jika baru-
baru ini mencerna darah, Ancylostoma caninum berwarna merah, jika tidak, akan
terlihat abu-abu. Ancylostoma caninum memiliki saluran pencernaan yang terdiri dari
esophagus, usus, dan rectum. Telur dari ancylostoma caninum diletakkan oleh betina,
biasanya ketika pada tahap delapan sel .Telur memiliki lebar 38-43 μm, dengan dinding
tipis.
Ancylostoma ceylanicum dewasa berwarna putih dan panjangnya sekitar 6-10
mm betina memiliki ujung posterior sempit meruncing. Sedangkan jantan memiliki
ujung posterior bebrbulu karena bursa sanggama mereka. Ancylostoma ceylanicum
memiliki mulut dengan pelat pemotong dengan ujung punggung yang tajam terlihat
seperti gigi dan ujung perut yang kurang tajam.

4. Morfologi Uncanaria stenocephala


Uncinaria stenocephala dewasa panjangnya 3 mm-12 mm. Mereka dapat
dibedakan dari cacing tambang lainnya yang ditemukan pada anjing dengan kehadiran
pemotongan pelat dalam kapsul bukal, yang bertentangan dengan gigi yang ada pada
spesies Ancylostoma. Telur uncinaria stenocephala memiliki panjang 70-90 um dan
lebar 40-50 um.

5. Morfologi Dirofilaria immitis


Cacing dirofilaria immitis memiliki bentuk tubuh langsing, berwarna putih,
mulutnya tanpa bibir, dan esophagus yang pendek. Cacing betina panjangnya 20-29 cm.
7
esophagus pada cacing betina pendek terdiri atas dua bagian yakni bagian depan dengan
muskuler dan bagian belakang yang glanduler. Vulva pada cacing betina terletak di
belakang dari ujung posterior esophagus, dan cacing betina memiliki ekor yang lurus
dan tumpul.
Cacing jantan panjangnya 14-20 cm, dan mempunyai ekor yang melingkar
membentuk spiral yang dilengkapi literal alae yang sempit serta ada dua spikulum yang
asimetrik tanpa bursa kopultriks maupun gubernakulum. Didekat ekor cacing jantan
terdapat enam buah papilla kaudal yang berbentuk kerucut.

2.3 Siklus Hidup Nematoda pada Anjing

1. Siklus hidup Toxocara canis

Gambar 6. Siklus hidup toxocara canis


Telur infektif Toxocara canis yang mengandung larva stadium kedua dapat
menginfeksi anak anjing sampai umur 4 minggu secara langsung. Di dalam usus anak
anjing, telur infektif. Toxocara canis menetas dan menghasilkan larva stadium kedua,
yang selanjutnya bermigrasi ke hati dalam waktu 2 hari. Di hati larva stadium kedua
berubah menjadi larva stadium ketiga. Setelah berkembang menjadi larva stadium
ketiga, larva tersebut akan bermigrasi ke paruparu. Perjalanan migrasi tersebut
memerlukan waktu 3-6 hari pasca-infeksi. Di paru-paru larva bermigrasi menuju
alveolus, bronkiolus, bronkus dan selanjutnya menuju trakea. Setelah di trakea, larva

8
berpindah ke faring, yang selanjutnya menuju ke kerongkongan, lambung, dan akhirnya
sampai di usus halus.
Di usus halus larva berubah bentuk (moulting) menjadi cacing dewasa. Periode
prepaten Toxocara canis pada anak anjing sampai umur 3 bulan adalah 4-5 minggu.
Telur cacing dapat ditemukan dalam jumlah besar pada 6-8 minggu pasca-infeksi.
Apabila jumlah larva yang bermigrasi melalui paru-paru cukup banyak dapat terjadi
iritasi jaringan paru-paru termasuk saluran napas hingga terjadi batuk yang sifatnya
ringan sampai sedang.
Dalam usus halus, cacing dewasa mengambil nutrisi dari hospes definitifnya
dengan menyebabkan kelukaan dinding usus dan mengambil nutrisi dari sirkulasi.
Berdasarkan siklus hidupnya, larva menyebabkan penyakit dengan fase migrasi yang
meninggalkan lesi pada organ dan jaringan yang dilalui. Keparahannya bergantung
kepada jumlah, baik pada cacing dewasa maupun larva (Agna, 2009).

2. Siklus hidup Trichuris vulpis

Gambar 7. Siklus hidup Trichuris vulpis


Siklus hidup dari Trichuris vulpis bersifat langsung tidak membutuhkan inang
antara. Trichuris vulpis betina dewasa bersifat ovipar, menghasilkan telur yang memilki
dinding yang tebal dan sangat resisten terhadap perubahan lingkungan. Setelah telur
dikeluarkan dalam feses, dalam waktu 9-10 hari larva infektif berkembang pada
temperature 25-30’C, tetapi di bawah kondisi normal munkin bisa lebih lama yaitu 3-5
minggu. Anjing dapat terinfeksi apabila memakan telur cacing atau melalui jilatan pada
bagian yang mengandung larva trichuris vulpis. Telur menetas dan mengeluarkan larva
dianterior dari usus halus dan larva stadium ke dua keluar melewati ujung yang

9
bertundung.larva tersebut menembus mukosa usus halus dan masuk kedalam dasar
liberkhun dimana mereka melingkar dan bersembunyi selama 2-8 hari serta membentuk
liang-liang pada sel kripta daei liberkhun di mukosa usus. Setelah itu larva berpindah
ke sekum dan kolon untuk temuh menjadi cacing dewasa.
Cacing dewasa melekat kuat pada mukosa sekum dan kolon dengan ujung
cambuknya dibagian anterior tubuh. Cacing dewasa akan hidup di sekum selama
kurang lebih 3 bulan dan cacing jantan dewasa dengan cacing betina dewasa akan
melakukan perkawinan, kemudian cacing betina dewasa selama hidupnya akan tinggal
di sekum dan kolon yang menghasilkan telur rata-rata 2000 telur/hari yang nantinya
dikeluarkan melalui feses anjing dan akan menginfeksi inang lainnya.

3. Siklus hidup ancylostoma sp

Gambar 8. Siklus hidup Ancylostoma sp

Telur keluar bersama feses pada kondisi lembab, hangat, dan tempat yang teduh.
Telur menetas dalam 1-2 hari menjadi larva rabditiform yang tumbuh di feses dan/atau
tanah menjadi larva filariform (larva stadium tiga) yang infektif setelah 5-10 hari. Larva
dapat bertahan hidup selama beberapa bulan jika tidak terkena matahari langsung dan
berada dalam lingkungan yang hangat dan lembab. Pada kontak hewan (anjing dan
kucing), larva menembus kulit dan dibawa melalui pembuluh darah menuju jantung dan
paru-paru. Larva kemudian menembus alveoli, ke bronkiolus menuju ke faring dan
tertelan. Larva mencapai usus kecil, kemudian tinggal dan tumbuh menjadi dewasa di
usus halus (Saroufim et al.,2014).
4. Siklus hidup Uncinaria Stenocephala

10
Gambar 9. Siklus hidup Unchinaria stenocephala
Telur cacing unchinaria stenocephala keluar bersama feses. Telur berkembang
di dalam feses, dan telur menetas menjadi larva stadium 1, larva memakan
mikroorganisme dalam feses dan berubah menjadi larva stadium 2. Larva stadium 2
akan tetap memakan mikroorganisme pada feses kemudian menjadi larva stadium 3.
Larva stadium 3 akan keluar dari feses, memanjat pada tumbuhan kemudian tidak
sengaja tertelan oleh induk semang definitif atau menembus kulit. Larva dapat
ditularkan kepada anakan melalui kelenjar susu. Host terinfeksi oleh cacing ini secara
peroral maupun perkutan.
Setelah larva tertelan akan masuk ke kelenjar lambung atau kelenjar
Lieberkuehn pada usus halus dan berada disana untuk beberapa hari, selanjutnya
kembali pada lumen usus halus dan menjadi dewasa. Bila masuknya larva per cutan,
maka akan terjadi lubang-lubang di jaringan sampai mencapai pembuluh darah atau
pembuluh limfe, selanjutnya melalui sistim vena atau saluran limfe thoraks menuju
jantung dan paru-paru, selanjutnya menembus kapiler menuju alveoli, naik melalui
bronchioli dan bronchi menuju faring serta oesophagus, selanjutnya turun kembali ke
usus halus dan menjadi dewasa disana.

11
5. Siklus hidup Dirofilaria immitis

Gambar 10. Siklus hidup Dirofilaria immitis.


Siklus atau daur hidup cacing Dirofilaria immitis dapat dijelaskan bahwa cacing
betina dewasa menghasilkan larva stadium pertama yang disebut mikrofilaria. Larva
tersebut masuk melalui sirkulasi darah perifer. Setelah larva stadium pertama (150 µ)
dihisap oleh nyamuk akan bermigrasi dan menyelesaikan stadium embrionalnya
sebagai larva stadium kedua (230 µ) di dalam tubuli malphigi dari nyamuk, dan
berkembang sebagai larva stadium ketiga (800 µ). Waktu yang dibutuhkan untuk
tumbuh menjadi larva stadium ketiga adalah antara 14 sampai 21 hari. Larva terakhir
berpindah ke labia dan siap untuk menginfeksi anjing.
Apabila nyamuk menggigit anjing, berarti memasukkan larva infektif ke tubuh
anjing. Larva stadium ketiga secara aktif bermigrasi ke jaringan bawah kulit atau
subserosa, atau di otot dan lemak, serta melanjutkan perkembangannya menjadi larva
stadiun keempat (18 mm) dan menjadi larva stadium kelima (80 mm) pada hari ketujuh
puluh sampai dengan kedelapan puluh pascainfeksi. Sekitar tiga bulan cacing dewasa
muda bermigrasi ke ventrikel dan pembuluh darah sekitarnya. Mikrofilaria ditemukan
dalam uterus dari cacing betina pada sekitar enam bulanm pascainfeksi dan dapat
diisolasi dari pembuluh darah perifer selama 6 – 7 bulan sesudah anjing digigit nyamuk
dengan larva stadium ketiganya. Periode prepaten cacing jantung ini adalah 6 – 7 bulan

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Nematode atau yang sering disebut dengan cacing gilik merupakan anggota dari
filum Nemathelminthes. Cacing nematoda berbentuk bulat pada potongan
melintang, tak bersegmen, dan ditutupi oleh kutikula yang disekresikan oleh lapisan
sel hypodermis dan memiliki sistem organ tubuh lengkap, berupa sistem
pencernaan (memanjang dengan bentuk esofagus yang bervariasi), sistem ekskresi,
sistem syaraf, sistem pengeluaran, dan sistem reproduksi serta tidak memiliki
sistem peredaran darah.
Nematode pada anjing antara lain Toxocara canis, Trichuris vulpis,
Ancylostoma Sp, Uncinaria stenocephala, Dirofilaria Immitis.
3.2 Saran
Semoga paper ini dapat menjadi bahan acuan dan referensi bagi para pembaca
khususnya Mahasiswa Kedokteran Hewan Universitas Udayana dalam mata kuliah
Parasitology.

13
DAFTAR PUSTAKA

Koesdarto, Setiawan, Mahfudz, Sri Mumpuni, Kusnoto. Perbedaan Struktur Dan Morfologi Diantara
Telur Cacing Toxocara. Fakultas Kedokteran Universital Airlangga, Surabaya.

Artika, Fais Dina, Indi Kamilia Fitri, Imelda Nafa, Yudha Nurdian. 2018. Toxocariasis Berkaitan
dengan Polyarhtritis Kronis. Fakultas Kedokteran Universitas Jember, Jember.

He, Simon, Fadjar Satrija. Dirofilaria Immitis (Leidy, 1856) Dalam Jantung Anjing Yang Diseksi Di
Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Fakultas Kedokteran Hewan Institut
Pertanian Bogor, Bogor.

Assady, Mubarak, Nazaruddin, Dwinna Aliza, Hamdani, Siti Aisyah, Rosmaidar. Prevalensi
Dirofilariasis Pada Anjing Lokal (Canis Domestica) Di Kecamatan Lhoknga Aceh Besar
Secara Patologi Anatomis. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda
Aceh.

Widiastuti, Wayan Arni, I Gede Soma, I Putu Gede Yudhi Arjentinia. Studi Kasus: Pneumonia Karena
Migrasi Larva Toxocara Sp. pada Anjing Basset Hound. Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Udayana, Bali.

C, Danang Dwi, Mochammad Rifqi Wijaya, Siska Aryana, Ageng Syarif D., Ayu Azriani A. 2011.
Dirofilariasis pada Anjing dan Kucing. Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian
Bogor, Bogor.

14

Anda mungkin juga menyukai