OLEH:
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian fertilisasi
2. Mengetahui proses fertilisasi
3. Mengetahui pengertian kebuntingan
4. Mengetahui faktor yang memperngaruhi lama terjadinya kebuntingan
5. Mengetahui proses kebuntingan
6. Mengetahui tentang membrana fetus dan plasenta
7. Mengetahui perubahan – perubahan organ reproduksi pada masa kebuntingan
8. Mengetahui metode pemeriksaan kebuntingan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
(Adifa, 2010). Sel telur yang matang dari luar ke dalam dilapisi oleh kumulus
ooforus, korona radiata dan zona pelusida. Kumulus ooforus dan korona radiata
terdiri dari sel-sel yang mengandung matriks glikoprotein. Sedangkan lapisan
zona pelusida berupa mukupolisakarida dan mukoprotein berupa lapisan non
seluler. Telurnya sendiri dilapisi oleh membran vitelina dan terdapat ruangan
antara membran vitelina dengan zona pelusida yang disebut perivitelina.
Ketika spermatozoa yang sedang mengalami pematangan meninggalkan
testis, mereka masih bersifat non-motil dan belum mampu melakukan fertilisasi
sel telur secara in vivo. Spermatozoa baru akan mengalami pematangan yang
sempurna ketika mereka mengalami perjalanan di dalam epididimis. Perubahan-
perubahan yang terjadi dalam proses pematangan spermatozoa disebabkan oleh
adanya perubahan konsentrasi ion luminal dan protein-protein yang disekresikan
ke dalam lumen oleh epithelium epididimis (Akmal, 2015). Spermatzoa
mengalami kapasitasi yakni proses pendewasaan spermatozoa oleh cairan
endometrium.
Kapasitasi penting, karena :
Mengembangkan motilitas yg hiperaktif
Mengantarkan penetrasi sperma ke cumulus oophorus
Mempersiapkan sperma menjalani reaksi akrosome
Reaksi akrosome :
Terjadi perubahan membran kepala sperma struktur lipid Albumin
coating faktor
Aspek-aspek dalam proses kapasitasi :
Morfologis
Fisiologis
Biokimia :
Perubahan lipid
Perubahan protein
Regulasi ion-ion ca2+ >>
Transpor sperma mencapai tuba falopii :
Jantan :
o Ejakulasi
o Motilitas ekor sperma
Betina :
o Gaya kapiler servik
o Daya hisap uterus
3
o Tekanan negatif abdomen
o Gerakan cilia mukosa
o Kontraksi otot polos saluran kelamin
Kapasitasi dan reaksi akrosom merupakan persiapan yang esensial. Proses
fertilisasi, spermatozoa akan memasuki vagina,dimana akan terjadi seleksi
dengan adanya perbedaan pH antara spermatozoa (pH=7)dan vagina (pH=4).
Setelah melewati vagina, spermatozoa yang telah terseleksi akan memasuki
serviks. Dalam serviks, hanya spermatozoa yang normal yang dapat lewat, hal
ini dikarenakan spermatozoa yang normal dapat bergerak melewati cincin-cincin
anulir pada serviks. Sampai akhirnya menuju uterus, dimana mengalami
Kapasitasi. Kemudian penetrasi spermatozoa pada zona pelusida, dengan
terkelupas dan hilangnya membran akrosom bagian luar yang bervesikula dan
membran plasma pada permukaan zona. Penerobosan melalui zona sebagian
disebabkan oleh aksi setempat dari akrosin yang berkaitan dengan membran,
tetapi peningkatan motilitas akibat kapasitasi tetap berperan penting dalam fase
penetrasi. Langkah ini diikuti perlekatan spermatozoa pada membran plasma
(vitelina) sel telur, berhentinya aktivitas flagela, penggabungan kepala
spermatozoa ke dalam ooplasma melalui peleburan membrana plasma,
dekondensasi kromatin, dan pembentukan pronukleus jantan (Adifa, 2010).
4
Aktivitas utama yang terjadi pada proses fertilisasi :
1. Pengenalan sperma dan sel telur
Terjadi perlekatan kepala sperma dan sel telur reseptor z. P.
Mencegah perlekatan antibodi anti zona / trypsin
Sperma : antibodi anti sperma
2. Penetrasi sperma ke dalam sel telur
Reaksi akrosome :
Zonalysin / akrosin
Motilitas sperma
5
merupakan suatu proses dimana bakal anak sedang berkembang di dalam uterus
seekor hewan betina. Kebuntingan sapi berlangsung sejak konsepsi (fertilisasi)
sampai terjadinya kelahiran anak (partus) secara normal (Pangestu, 2014).
6
2.5 Periode Kebuntingan
Berdasarkan ukuran individu dan perkembangan jaringan serta organ, periode
kebuntingan dibedakan atas tiga bagian yaitu:
1. Periode ovum / blastula
Periode yang dimulai dari fertilisasi sampai terjadinya implantasi.
Segera setelah terjadi fertilisasi, ovum yang dibuahi akan mengalami
pembelahan di ampullary - isthnic junction menjadi morula. Pada sapi,
masuknya morula kedalam uterus terjadi pada hari ke 3-4 setelah fertilisasi,
5-8 pada anjing dan kucing dan 3 pada babi. Pada spesies politokus, tidak
menutup kemungkinan adanya migrasi embrio diantara kornu. Pada unipara
(sapi), jarang terjadi. Setelah hari ke 8, blastosit mengalami pembesaran
secara pesat, misalnya embrio domba pada hari ke 12 panjangnya 1 cm, 3 cm
pada hari ke 13 dan 10 cm pada hari ke 14. Pada babi, 33 cm pada hari ke 13.
Lama periode ini pada sapi sampai 12 hari, kuda 12 hari, domba dan kambing
10 hari, babi 6 hari, anjing dan kucing 5 hari. Pada peniode ini, embnio yang
defektifakan mati dan diserap oleh uterus.
7
A. Lamina germinativa
C. Pembentukan organ-organ
Terbentuknya organ-organ dalam seperti jantung, liver, pankreas, paru-
paru dan sistim digesti
Ductus mullen berkembang menjadi organ betina
Ductus woifli berkembang menjadi sistim ductus jantan
8
2.6 Membrana Fetus dan Plasenta
Fungsi membran fetus adalah
1. Melindungi fetus
2. Sarana transport nutrisi dan induk ke fetus
3. Sarana penampung sisa hasil metabolisme
4. Tempat sintesa enzim dan hormon
Membran atau selaput fetus terdiri dan:
a) Kantong kuning telur pnmitifasalnya dan entoderm
Suatu struktur primitifyang berkembang pada awal embrio dan
menghilang beberapa saat, sehingga peranannya hanya pada awal
kebuntingan.
Berperan sebagai plasenta yang terbatas dalam menyediakan makanan
dan bahanbahan sisa untuk embrio muda (awal).
b) Amnion
Kantong amnion terbentuk pada han ke 13 - 16 setelah konsepsi pada
kambing, sapi dan mungkin pada kuda.
Kantong amnion ini berisi cairan amnion sehingga berfungsi sebagai
pelindung mekanik fetus dan mencegab adhesi
Cairan amnion bersifat jemth, tidak berwarna dan mukoid dan
mengandung pepsin, protein, fruktosa, lemak dan garam.
Volume cairan amnion
• Sapi : 2000-8000 ml Kuda: 3000-7000 ml
• Kambing : 350-700 ml Domba: 400-1200 ml
• Babi : 40-200 ml Anjing dan kucing: 8-30 ml
Sumber cairan amnion : epitel amnion dan urine fetus (awalnya), air
ludah dan sekresi nasopharynk.
9
Cairan ini membantu kelahiran karena licin seperti lendir
c) Allantois
Terbentuk pada minggu kedua dan ketiga masa kebuntingan
Lapisan luar alantois kaya pembuluh darah yang berhubungan dengan
aorta fetus melalui a. umbilicalis dan dengan vena cava posterior oleh
vena umbilicallis
Kantong allantois berisi cairan allantois yang jernih seperti air,
kekuningan dan mengandung albumin, fruktosa dan urea
Kantong allantoi : menyimpan zat buangan dan ginjal fetus
Volume cairan allantois akhir masa kebuntingan pada:
sapi : 4000-15000 ml kuda: 8000-18000 ml
kambing dan domba: 500-1500 ml babi: 100-200 ml
kucing:3-15m1 anjing: 10-50 ml
Cairan allantois berasal dan epitel allantois.
d) Konioallantois
Terbentuk karena fusi lapisan luar allantois dengan tropoblas (korion),
Sangat kaya pembuluh darah yang menghubungkan fetus dengan
endometrium, sehingga berperan dalam pengangkutan/ pertukaran
metabolit, zat-zat makanan, gas dan bahan sisa.
10
Plasenta
Pada permulaan periode embrio, kantong kuning telur dan korion-amniotik
berfungsi sebagai plasenta pnimitif, dimana zat-zat makanan diabsorbsi dan
sekresi uterus.
Peranan / fungsj plasenta:
1. Mensintesis zat-zat yang diperlukan fetus
2. Menghasilkan enzimdan hormon (P4 dan E)
3. Menyimpan dan mengkatabolisir zat-zat lain
11
Posisi Fetus Dalam Uterus
Pada pertengahan kebuntingan posisi fetus terletak pada sembarangan
arah. Pada kebuntingan yang lanjut, posisi fetus adalah longitudinal terhadap
sumbu panjang induk dalam presentai anterior dengan kepala dan kedua kaki
depannya mengarah ke servik. Kuda, babi, anjing dan kucing punggung
mengarah ke dinding abdomen yang kemudian merotasi menjelang partus yaitu
punggungnya mengarah punggung induk.
12
diklasifikasikan menjadi dua (langsung dan tidak langsung) atau tiga kategori
(visual, klinis, dan tes laboratorium).
1. Palpasi Rektal
Pada sebagian besar spesies ternak, organ reproduksi biasanya
terletak di dasar panggul tepat di bawah rektum selama awal kebuntingan
dan di dalam rongga perut selama akhir kebuntingan. Palpasi rektal
dilakukan dengan cara memasukkan tangan ke dalam rektum hingga
tercapai perabaan terhadap uterus dan ovarium sehingga dapat diketahui
kondisi organ, kelainan, serta siklus reproduksi yang terjadi pada seekor
ternak. Tingkat akurasi dalam memprediksi kebuntingan tergantung
spesies, periode kebuntingan serta pengalaman palpator, namun metode
palpasi rektal relatif memiliki tingkat akurasi mencapai 100% dalam
mendiagnosa kebuntingan pada 35-45 hari postbreeding (Pangestu,
2014).
Palpasi rektal merupakan metode yang tertua dan paling luas
digunakan sebagai diagnosis awal kebuntingan ternak perah. Pada spesies
hewan domestikasi berukuran besar seperti sapi, kerbau, kuda dan unta,
palpasi rektal sekalipun dengan beberapa keterbatasan, merupakan
metode diagnosis kebuntingan yang paling mudah, murah dan tercepat
dengan sedikit atau bahkan nihil peluang membahayakan hewan dan
fetus bila dilakukan dengan hatihati (Pangestu, 2014).
2. Transrektal Ultrasonografi
Ultrasonografi (USG) didefinisikan sebagai suatu proses
pencitraan terhadap struktur di dalam tubuh dengan mengukur dan
merekam pantulan (gema) gelombang suara frekuensi tinggi. Selama satu
dekade terakhir, ultrasonografi sangat popular digunakan oleh kalangan
dokter hewan serta peternak modern dan telah menjadi pilihan metode
untuk pencitraan diagnostik dari berbagai organ tubuh hewan, termasuk
organ reproduksi. Pada diagnosis hewan, dikenal metode transrektal
ultrasonografi (pemeriksaan di dalam rektum) untuk ternak besar dan
transabdominal ultrasonografi (pemeriksaan di permukaan perut) untuk
ternak kecil (Pangestu, 2014).
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fertilisasi adalah proses penyatuan ovum (sel telur) dengan spermatozoa,
dimana proses ini merupakan tahap awal pembentukan embrio. Proses fertilisasi
diawali dengan proses pembuatan spermatozoa (spermatogenesis) dan pembuatan
sel telur (oogenesis). Spermatogenesis adalah proses terbentuknya spermatozoa
dari spermatogonium, spermatogenesis terjadi di dalam tubulus seminiferus testis
(Susetyarini, 2013). Sedangkan oogenesis berlangsung di dalam ovarium.
Kebuntingan didefinisikan sebagai suatu periode fisiologis pasca
perkawinan ternak betina yang menghasilkan konsepsi yang diikuti prose
perkembangan embrio kemudian fetus hingga terjadinya proses partus. Lama
kebuntingan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor induk mempengaruhi
lama kebuntingan pada berbagai spesies, semakin tua umur induk semakin lama
periode kebuntingan. Faktor fetus juga dapat mempengaruhi lama kebuntingan.
Periode kebuntingan dibagi menjadi 3 yaitu periode ovum, periode embrio, dan
periode fetus. Pada saat kebuntingan juga terjadi perubahan-perubahan pada
organ reproduksi contohnya perubahan vulva, vagina dan serviks. Pemeriksaan
kebuntingan bisa dilakukan dengan 2 cara yaitu palpasi rektal dan transrektal
ultrasonografi.
14
DAFTAR PUSTAKA
15