PENDAHULUAN
Tulang kepala memiliki rongga yang sempit yang hanya cukup ditempati oleh
otak dan cairan peredam otak (cairan cerebrospinal), maka dari itu bila terjadi
pembengkakan akibat cedera kepala dapat menyebabkan peningkatan tekanan
dalam rongga kepala. Jika hal ini terus dibiarkan, maka akan menekan batang otak
sehingga fungsi-fungsi vital dalam tubuh seperti fungsi pernafasan, sirkulasi dan
kesadaran akan terganggu yang dapat menyebabkan kematian.
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
3
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
a
b
.
Gambar 1. Alat Trepan (a) Michele Trepan (b) Galt Trepan (Schleining, 2016).
Trepanasi dapat dilakukan menggunakan alat trepan Galt atau trepan Michele.
Keuntungan dari trepan Galt adalah menghasilkan portal akses yang lebih besar ke
daerah sinus (Schleining, 2016).
Akses ke sinus dilakukan dengan teknik trepaning, pertama dengan bor,
membuat pembukaan tengkorak kecil, kemudian diperkuat oleh gerakan rotasi
dengan trepan melingkar 20 mm. Lokasi trepanasi yang dipilih didasarkan pada
anatomi spesies dan difasilitasi oleh visualisasi tulang yang bertujuan untuk
evaluasi bilateral sinus frontal, maxilla dan palatina (Basso et al., 2016)
Trepanasi tidak hanya untuk membuka suatu rongga yang dibatasi oleh
tulang, melainkan dapat juga untuk trepanasi jaringan lemak di bawah kulit,
4
misalnya pada kulit kelopak mata bawah dengan tujuan operasi pengobatan
entropion dan ectropion (Sudisma et al., 2006).
5
BAB IV
PEMBAHASAN
Apabila yang sakit sebelah kiri maka hewan dibaringkan ke sebelah kanan
atau dibaringkan ke bagian yang sehat. Selanjutnya rambut di tempat operasi
dibersihkan, didesinfeksi dan dianestesi lokal. Bila diperlukan dapat juga
dilakukan dengan anestesi umum (Sudisma et al.,, 2006).
Untuk standing surgery pada kuda, pasien harus berada dalam kandang jepit
serta direstrain menggunakan halter. Halter harus digunakan untuk menahan
kepala agar meminimalkan pergerakan selama prosedur pembedahan. Kulit di
bagian yang akan dilakukan trepanasio dijepit bagian pinggirnya minimal 2 cm
dari bagian yang akan dilakukan teknik trepanasio. Kemudian dilakukan scrub
atau didesinfeksi menggunakan chlorhexidine diikuti dengan alkohol. Pastikan
tidak menyentuh mata karena dapat menyebabkan keratitis kimiawi yang parah.
Kemudian diberikan premedikasi kombinasi α2-agonis (romifidine atau
detomidine) ditambah butorphanol dan diberikan NSAID (seperti flunixin atau
phenylbuatzone) secara rutin (Barakzai dan Dixon, 2014). Kemudian anastesi
secara subkutan 1-2 mL larutan anastesi lokal (misalnya, 2% lidokain atau
mepivacaine) (Schleining, 2016).
6
4.2 Teknik Operasi Trepanasio
Portal sinus frontal dapat digunakan untuk memeriksa lesi pada frontal,
conchal dorsal, maksilla kaudal, dan pintu masuk ke sinus etmoidal dan
sinusopalatin. Situs untuk portal ini diposisikan 0,5 cm kaudal dari garis
antara canthi medial kiri dan kanan, dan setengah jalan antara garis tengah
dan canthus medial ipsilateral. Portal ini sangat berguna untuk kuda muda
yang gigi pipinya menempati sebagian besar sinus maksilaris. Ini juga
menyediakan akses ke rostral maxillary sinus (RMS) dan VCS jika ventral
conchal bulla difenestrasi di bawah bimbingan endoskopi.
Sinus maksilaris rostral (RMS) dan kaudal kuda muda (usia 6 tahun)
tidak boleh ditrepanasi secara rutin, karena berisiko merusak mahkota
cadangan gigi pipi. Jika trephinasi sinus maksilaris rostral harus dilakukan
pada kuda muda, panduan radiografi untuk memposisikan portal sangat
disarankan. Situs trepanasi RMS yang paling tepat pada dewasa kuda ialah
diposisikan 40% dari jarak antara ujung rostral krista facialis dan canthus
medial mata, dan 1 cm ventral dari garis yang menggabungkan foramen
infraorbital dan canthus medial. Portal sinus maksilaris kaudal (CMS)
7
merupakan lokasi yang berperan dalam sinoskopi CMS, sphenopalatine, dan
sinus conchofrontal. Situs ini diposisikan 2 cm rostral dan 2 cm ventral dari
canthus medial mata.
Gambar 3. Situs trepanasi sinus maksilaris rostral (RMS) dan sinus maksilaris
kaudal (CMS) (Barakzai dan Dixon, 2014).
Gambar 4. Situs trepanasi sinus (1) sinus maksilaris rostral (RMS), (2) sinus
maksilaris kaudal (CMS), dan (5) sinus frontalis (Tremaine dan Freeman, 2007).
8
4. Skalpel digunakan untuk membuat insisi tusukan menembus kulit dan
tulang (Woody, 2011). Sebuah sayatan linier 1,5 hingga 2,5 cm dibuat
di kulit dan periosteum di bawahnya, ukuran sayatan tergantung pada
ukuran trephine yang digunakan.
5. Melalui sayatan ini, tulang ditrepanasi menggunakan bor berdiameter
1,0 hingga 1,5 cm atau trephine Galt.
9
dibiarkan di situ, sayatan mungkin tertutup seperti semula (Woody,
2011).
Gambar 6. (a) Trepanasi sinus frontal sedang dilakukan menggunakan bor (b)
Sinoskopi sinus frontal (Barakzai dan Dixon, 2014).
10
Gambar 7. Pembuatan sayatan pada kulit dan periosteum (Tremaine dan
Freeman, 2007).
11
Gambar 9. Eksudat mengalir melalui lubang trepanasi (Tremaine dan Freeman,
2007).
4. Lipatan kulit dan periosteum digunakan untuk menutupi lubang yang ada
di os frontal. Dengan menggunakan jahitan terputus (seperti ditunjukkan
oleh tanda panah). Telah dilakukan juga trepanasi maksila
memungkinkan irigasi post-pembedahan untuk sinus maxillaris melalui
kateter Foley.
Gambar 10. Penjahitan lubang trepanasi dan pemasang kateter Foley (Tremaine
dan Freeman, 2007).
12
4.3 Perawatan Pasca Operasi Trepanasio
13
Gambar 11. Irigasi sinus pasca operasi trepanasi sinus menggunakan larutan
saline (Barakzai dan Dixon, 2014).
14
BAB V
5.1 Simpulan
5.2 Saran
15
digunakan untuk membersihkan sinus. Larutan yang mengandung sabun tidak
boleh digunakan untuk irigasi sinus.
16
DAFTAR PUSTAKA
Barakzai, S. Z., dan Padraic M. Dixon. 2014. Standing Equine Sinus Surgery.
Veterinary Clinics of North America: Equine Practice. Vol. 30(1) : 45–62.
Schleining, Jennifer A. 2016. Surgery of The Sinuses and Eyes. Veterinary Clinics
of North America : Food Animal Practice. Vol. 32 : 571-591.
Woodie, J. Brett. 2011. Diagnostic and Therapeutic Procedures for the Upper
Respiratory Tract. American Association of Equine Practitioners
Proceedings. Vol. 57 : 5-7.
17
LAMPIRAN
18