Anda di halaman 1dari 5

Jonathan Suryo Adi Nugroho

B04150150

Latar Belakang

Menurut Dorland (1998), kraniotomi/trepanasi adalah setiap operasi terhadap cranium.


Kraniotomi adalah operasi membuka tulang tengkorak untuk mengangkat tumor,
mengurangi TIK (tekanan intrakranial), mengeluarkan bekuan darah atau
menghentikan perdarahan (Hinchliff 1999). Kraniotomi mencakup pembukaan
tengkorak melalui pembedahan untuk meningkatkan akses pada struktur intrakranial.
(Brunner & Suddarth. 2002). Perlunya pembelajaran mengenai trepanasi adalah untuk
mengatasi penyakit yang dapat terjadi pada daerah sinus kuda, yaitu sinusitis.

Sinusitis merupakan peradangan yang terjadi pada sinus. Sinusitis dapat terjadi pada
semua umur kuda. Kuda berumur tua lebih sering disebabkan oleh infeksi pada akar
gigi. Kuda berumur muda sering mengalami sinusitis akibat kista yang terdapat pada
sinus atau infeksi primer (Mazan 2008).

Inflamasi pada sinus paranasal secara relatif jarang terjadi dan disebabkan secara
primer oleh infeksi bakteri maupun jamur (Mason 1975) atau bisa juga mengikuti
terjadinya penyakit pada gigi, trauma pada wajah, kista pada sinus, hematoma progresif
pada ethmoid atau neoplasia sinonasal. Sinusitis pada kuda biasanya terjadi unilateral.
Tidak ada predisposisi breed, umur, maupun gender pada sinusitis. Gejala klinis yang
terlihat meliputi adanya discharge purulent secara unilateral dari nasal, pembesaran
limfonodus submandibular, dan epiphora. Gejala klinik lainnya adalah
pembengkakkan wajah, exophthalmos, bunyi respirasi yang abnormal, menggeleng-
gelengkan kepala, dan exercise intolerance (Lane 1993, Tremaine & Dixon 2001).
Tinjauan Pustaka

Sinus paranasal kuda adalah area yang rumit pada kepala. Terdapat 6 pasang sinus
(frontal, maxillary, dorsal conchal, ventral conchal, middle conchal, dan spenopalatine)
dan semua ruang berhubungan secara langsung maupun tidak langsung (Gerard 2010).

Sinus frontalis dan sinus conchal dorsal berhubungan secara langsung satu sama lain
dan kombinasi ini disebut sinus conchofrontal atau sins nasofrontal. Sinus frontal
memanjang ke kaudal menuju pertengahan arcus zygomaticus, namun batas
pembedahan bagian kaudal adalah sejajar transversal dari processus zygomaticus of
frontal (atau garis tegak lurus dari garis tengah dorsal menuju pertengahan antara
foramen supraorbitalis dan canthus medial mata) (Gambar 1) (Gerard 2010).

Gambar 1. Persegi di dorsal mata adalah areal bedah untuk mencapai sinus
conchofrontalis.

Sumber:http://veterinarycalendar.dvm360.com/paranasal-sinus-anatomy-and-
trephination-technique-proceedings

Pada dasar rostrolateral sinus frontal terdapat pembukaan frontomaxillary berbentuk


oval berdiameter 3-4 cm yang merupakan sarana komunikasi langsung dengan sinus
maxillary caudalis. Melalui pembukaan ini akar gigi dari dua molar terakhir dapat
diidentifikasi (Gerard 2010).
Trepanasi

Preparasi standar untuk prosedur bedah minor seperti ini adalah sedasi terhadap kuda
(biasanya detomidine dan butorphanol), pencukuran rambut, preparasi areal bedah, dan
infiltrasi 5-6 ml anesthesia local subkutan pada portal yang akan dibuat. Ukuran portal
akan tergantung dengan tujuan melakukan prosedur. Jika hanya akan mengeluarkan
spesimen cair maka pin Steinmann dapat digunakan untuk membuat pembukaan 3-4
mm yang memungkinkan dimasukkannya catheter 14G atau kanul untuk mengeluarkan
cairan (Gambar 2). Untuk penempatan kateter lavage (untuk mendrainase sinus)
(seperti kateter French Foley) untuk mengatasi sinusitis sekunder akibat infeksi pada
gigi, Michele atau Galt trephine dengan diameter sebesar ~7 mm dapat digunakan.
(Gambar 2). Untuk sinoscopy, biosi masal, atau pelepasan gigi, dapat dilakukan
pembukaan dengan Galt trephine setidaknya berdiameter ½ inchi. Untuk semua
trepanasi, sisa pemotongan tulang disingkirkan, harus diperhatikan sisa tulang tersebut
tidak boleh hilang di dalam sinus walaupun komplikasi jangka panjang dari hal ini
cukup minimal. Insisi pada kulit membentuk U atau bentuk silang yang berpusat pada
tempat pemasukan porta. Insisi pada kulit harus dibuat tegas hingga berkontak dengan
tulang sehingga periosteum juga terpotong pada insisi ini. Kombinasi kulit, jaringan
subkutan, dan periosteum diangkat untuk mengekspos permukaan tulang untuk
mempermudah rotasi trephine tanpa tersangkut jaringan lunak. Pin pusat dari Galt
trephine diperlukan untuk memulai pengeboran (Gerard 2010).

Gambar2: Alat-alat trepanasi. Galt Trephine (A); Michele Trephine (B); Steinmann pin
dengan Jacobs chuck (C)
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk trepanasi adalah:
1. Trephin
2. Bor tulang
3. Rapastorium
4. Scalpel handle + blade
5. Pinset
6. Needle holder

Teknik operasi
 Trepanasi dilakukan pada hewan dalam keadaan berbaring, dibawah anastesi
umum dan diperkuat dengan anastesi lokalis infiltrasionum.
 Sesudah rambut dicukur, kulit disayat membentuk huruf V berikut bagian
perios sepanjang +- 5cm (disesuaikan dengan besar kepala/hewan) di atas
orbital sejajar median kepala
 Bagian perios yang sudah disayat dikuakan ke tepi dengan
periostom/raspatorium.
 Kemudian dengan bor tulang dibuat titik untuk fiksasi trepine tepat pada titik
sudut
 lokasi operasi.
 Kemudian dilakukan pembolongan tulang dengan trephin
 Kemudian baru pembuangan tumor atau pembersihan nanah. Bila terjadi
nanah
 perlu dibersihkan setiap hari, maka lubang tidak perlu ditutup.
 Penutupan lubang, menjahit bagian perios dahulu, lalu bagian kulit
 Indikasi: untuk mencapai sinus maksilaris mayor et minor dari satu lubang
Daftar Pustaka
Dorland. 1998. Kamus Saku Kedokteran Edisi 21. Jakarta (ID): EGC.

Hinchliff S. 1999. Kamus Keperawatan Edisi 17 . Jakarta (ID): EGC.

Brunner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume
2. Jakarta (ID): EGC.

Gerard MP. 2010. Frontal (conchofrontal or nasofrontal sinus). Di dalam: Paranasal


Sinus Anatomy And Trephination Technique. CVC Proceeding. 2010 Agustus
1; Kansas. Kansas (US): DVM 360.

Lane JG. 1993. Management of sinus disorders, part 1. Equine Veterinary Education
5: 5–9

Mason BJE. 1975. Empyema of the equine paranasal sinuses. Journal of the American
Veterinary Medical Association 167: 727–731

Mazan M. 2008. Sinusitis. http://www.petplace.com/horses/sinusitis/page1.aspx, [22


November 2018]

Tremaine WH, Dixon PM. 2001. A long-term study of 277 cases of equine sinonasal
disease. Part 1: details of horses, historical, clinical and ancillary diagnostic
findings. Equine Veterinary Journal 33: 274–282

Anda mungkin juga menyukai