Anda di halaman 1dari 17

DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA TRAUMA DALAM

BIDANG THT DALAM LAYANAN PRIMER

Yobbi Arissaputra

Abstrak
Trauma merupakan kerusakan yang menyebabkan cedera pada tubuh oleh faktor
luar. Penyebab trauma yang paling umum adalah luka tusuk, kecelakaan
lalulintas, trauma benda tumpul, trauma benda tajam, trauma karena suhu seperti
luka bakar dan frostbite, trauma karena terinduksi radiasi dan lain sebagainya.
Trauma dalam bidang THT terbagi atas organ yang terlibat mulai dari telinga,
hidung dan wajah, leher dan traktus aerodigastivus serta benda asing di dalam
tengorok. Variasi trauma di bidang THT ini memerlukan keahlian khusus dalam
bidang spesialistik. Tinjauan pustaka ini akan memaparkan diagnosis dan
tatalaksana awal trauma dalam bidang THT sesuai dengan kompetensi kesehatan
di layanan primer.
Kata kunci: Trauma, layanan primer, tatalaksana trauma, telinga, hidung,
tenggorok, THT

Abstract
Trauma is a damage that caused injury to body by external factor. The common
causes of injurie are stab wound, road traffic accident, blunt tauma,penetrating
trauma, trauma caused by thermal injury such as burn and frostbite, radiation-
induced trauma and others. Trauma in ENT field divided by the affected organ
starts from ear, nose and face, neck and aerodigestivus tract also foreign bodies
in throat. Variations of trauma in ENT field requires ENT field expertise to
manage those variations of trauma. This literature shows the role of general
practicioner in diagnosis and management of trauma in ENT field.
Keyword: Trauma, general practice, trauma management, otolaryngology, ENT

Pendahuluan 5. Tulang temporal


b. Hidung dan Wajah meliputi:
Trauma merupakan kerusakan yang 1. Septum hidung
menyebabkan cedera pada tubuh 2. Tulang hidung
oleh faktor luar. Penyebab trauma 3. Tulang Wajah
antara lain: kecelakaan, kekerasan, 4. Fraktur Le Fort
trauma benda tajam dan tumpul, 5. Kompleks Frontoethmoid
trauma karena suhu seperti luka 6. Kompleks
bakar dan frostbite, trauma karena Zygomaticomaxillary
terinduksi radiasi dan lain 7. Mandibula
sebagainya. Dalam bidang THT 8. Epistaksis
organ yang dapat terkena antara lain: 9. Kebocoran cairan serebro
a. Telinga, meliputi: spinal
1. Telinga luar c. Leher dan traktus aerodigestivus
2. Barotrauma meliputi:
3. Nervus fasialis 1. Cedera kelenjar liur
4. trauma iatrogenik 2. Trauma tumpul laring
3. Trauma tajam laring rongga mulut (14%), trauma leher
4. Trauma leher (10%) dan trauma telinga (6%).
5. Trauma inhalasi Sebanyak 8% pasien memerlukan
6. Trauma iatrogenik trakeostomi untuk membantu
7. Paralisis pita suara pemeliharaan jalan napas.
8. Phonotrauma
Menurut literatur lain pada tahun
Dalam bidang layanan primer 2013 di Northwestern Tanzania,
penanganan pertama kasus trauma kasus terbanyak trauma dibidang
adalah pemeliharaan jalan napas THT adalah badan asing (61.8%)
dengan cara melakukan pembersihan diikuti dengan kecelakaan lalu lintas
jalan napas dari darah atau debris (22.4%). Penanganan terbanyak yang
lainnya. Intubasi endotrakea harus dilakuakan adalah pengambilan
dilakukan apabila jalan napas benda asing dan debridement.
melalui oral tidak memuaskan. Presentase angka kematian pada
Selanjutnya adalah pemeliharaan trauma bidang THT adalah 1.3%.
curah jantung yang Sebanyak 96.9% pasien berhasil
memadai.Penyebab tersering dari ditangani dan 3.1% pasien dengan
terganggunya curah jantung pada cacat permanen.
pasien trauma adalah syok
hipovolemik oleh karean itu Menurut Arslan et al(2014) sebanyak
diperlukan resusitasi cairan tindakan 56% trauma pada wajah mengalami
hemostatik yang tepat. telah fraktur tulang, sementara 44%
stabilisasi tercapai penanganan sisanya adalah cedera jaringan lunak.
trauma seperti manajemen luka Fraktur tulang yang paling sering
berupa membersihkan luka dari adalah fraktur tulang maksila (28%),
kotoran atau benda asing, fraktur hidung (25.3%), fraktur
debridement, penutupan luka bila zygoma (20.2%), fraktur mandibula
memungkinkan, pemberian vaksin (8.4%), fraktur tulang frontal (8.1%)
anti tetanus dan antibiotika dan dan fraktur tulang nasoethmoidal
melakukan rujukan apabila melebihi (3.1%).
kompetensi layanan primer.
Di Indonesia trauma wajah terbanyak
Kekerapan terjadi pada usia 20-29 tahun. Usia
ini dianggap usia produktif yang
Pada tahun 2016 trauma memegang rentan dengan kecelakaan lalu lintas
sebanyak 18% dari keseluruhan dan kecelakaan kerja. Rasio trauma
kasus di IGD. Rasio kejadian trauma antara laki - laki dan wanita adalah
antara laki - laki dan perampuan 4:1. Fraktur mandibula merupakan
adalah 4:1. Trauma paling sering jumlah terbanyak pada fraktur wajah
terjadi pada orang dewasa (64%). (39.77%)
Kecelakaan lalu lintas menjadi
penyebab terbanyak kasus trauma A. Trauma Pada Telinga
(40%) diikuti dengan kasus Anatomi
kekerasan (21%). Dalam bidang Telinga adalah organ pendengeran
THT trauma pada wajah memiliki dan keseimbangan. Telinga dibagi
jumlah terbanyak (44%) diikuti menjadi 3 yaitu, telinga luar, telinga
dengan trauma hidung (26%), trauma tengah dan telinga dalam. Telinga
tengah dan telinga dalam berfungsi kapsula otikus. Terdiri dari koklea
untuk menghantarkan suara. Telinga dan tiga kanalis semisirkularis.
tengah dan telinga luar dibatasi
membran timpani (Gambar 1).
Telinga luar terdiri dari pinna,
meatus auditorius eksternus dan
membran timpani. Pinna berfungsi
untuk mengumpulkan gelombang
suara dan menyalurkannya ke telinga
saluran telinga luar (Gambar 2).
Pada telinga tengah terdapat rongga
timpani yang berisi udara. Berada
dibagian petrosa tulang temporal. Gambar 2. Telinga luar
Telinga dalam berfungsi
menyalurkan suara menuju cairan di Nervus fasialis berasal dari bagian
telinga dalam. Pemindahan ini tengah pons. Kemudian memasuki
dipermudah dengan adanya tulang - akustikus internus dan berjalan
tulang di telinga tengah yaitu maleus, menuju bagian antersuperior dari
inkus dan stapes. Tulang - tulang ini canalis auditoris internal. Nervus ini
menghubungkan antara membran beriringan dengan nervus vestibular
timpani dan jendela oval pada telinga dan nervus cochlear. Kemudian
dalam. nervus fasialis memasuki daerah
Telinga dalam merupakan sistem cavum timpani. Bagian segemen ini
kantong dan saluran membran berisi disebut segmen labirintin. segemen
cairan endolimf dikelilingi oleh ini sangat rentan terhadap edema
cairan perilimf dan dibungkus oleh atau kompresi karena trauma atau
inflamasi

Gambar 1. Anatomi telinga


Tulang temporal bagian atas 2. Minor avulsion adalah
berhubungan dengan tulang parietal, robeknya sebagian pinna
bagian depannya berhubungan namun tidak ada bagian yang
dengan tulang sphenoid, bagian hilang (Gambar4).
bawah dan belakangnya 3. Major avulsion adalah
berhubungan dengan oksipital. keadaan dimana sebagian
Tulang temporal memiliki 5 bagian, besar pinna robek dan
pars skuamosa, pars petrosa, terlepas dari pinna (Gambar
mastoid, pars timpanikum dan pars 5).
zigomatikum (Gambar 3). 4. Complete avulsion adalah
lepasnya pinna secara
Trauma pada telinga luar komplit
Trauma pada telinga luar dapat
berupa perichondritis akibat Perikondritis pada pinna juga dapat
pemakaian aksesoris pada telinga. terjadi dikarenakan frostbite, cedera
Membersihkan telinga dengan kapas kimiawi dan cedera radiasi. Akan
atau benda lain juga dapat terjadi perubahan warna pada area
menyebabkan trauma langsung pada yang terkena dan rasa nyeri, apabila
kulit telinga di meatus akustikue tidak ditangani dapat terjadi
eksternus dan dapat penyebaran selilitis dilanjutkan
jugamenyebabkan perforasi pada dengan penyebaran secara
membran timpani. hematogen sehingga dapat
Trauma pada telinga luar dibagi menyebabkan sepsis.
menjadi 4 klasifikasi oleh weerda:
1. Minor abrasion hanya Hematoma aurikuler dapat terjadi
memerlukan intervensi pada trauma tumpul seperti pada
minimal seperti penjahitan olahraga tinju. Dapat terlihat
luka dan krim antibiotik tipe pseudokista yang berisi cairan serosa
ini tidak melibatkan tulang yang berada dibawah kulit (Gambar
rawan 6).

Gambar 3. Anatomi tulang temporal


Gambar 4. avulsi minor dan perbaikan

Gambar 5. avulsi mayor dan perbaikan

Gambar 6. Hematom aurikular dan "cauliflower ear"

Hematoma aurikular selain dapat menyebabkan trauma hematoma


menyebabkan infeksi dan abses juga dapat juga menyebabkan perforasi
dapat menyebabkan perubahan membran timpani karenanya
bentuk permanen pada telinga sebelum dilakukan penanganan
dikarenakan kerusakan pada tulang terhadap hematom aurikular,
rawan yang disebabkan nekrosis. evaluasi terhadap membran timpan
hHematoma aurikular yang berulang menggunakan otoskop perlu
dapat menyebabkan deformitas dan dilakukan. Terapi definitif hematoma
dikenal sebagai "cauliflower ear" aurikular adalah drainase dengan
(Gambar 6). Trauma yang
cara melakukan insisi pada bagian
helix.

Keloid adalah luka hipertrofik


dimana perkembangannya tidak
terkontrol dan dapat menimbulkan
deformitas. Keloid sebaiknya tidak
dilakukan intervensi, namun Gambar 7. Membran timpani dengan
intervensi dapat dilakukan dengan perforasi
alasan kosmetika dan estetika. keloid
umumnya muncul dikarenakan tindik ditemui nyeri dan pendarahan serta
pada telinga tuli konduktif atau campuran
Benda asing di telinga biasanya di tergantung dari derajat tekanan
bagian isthmus canalis akustikus sumber trauma. Pemeriksaan fisik,
ekternus. Penanganan benda asing tes penala dan audiomeetri sebaiknya
ini ditelinga sebaiknya dilakuakab dilakukan. Tidak diperlukan
rujukan ke bidang THT dikarenakan intervensi pada kasus ini karena
apabila ditangani dengan orang yang perforasi sedang atau besar dapat
tidak berpengalaman dapat sembuh sendiri apabila tidak ada
menimbulkan kerusakan yang lebih infeksi atau kontaminasi.
parah pada telinga. Penyemprotan
atau spooling pada telinga biasanya Diskontinuitas osikular terjadi
cukup untuk mengeluarkan benda terjadi pada beberapa mekanisme.
asing. Apabila diperlukan penyebab paling sering adalah
pengambilan benda asing juga dapat trauma tajam pada telinga tengah dan
dilakukan dengan forsep atau kait fraktur pada tuang temporal. trauma
tumpul. ledakan dan trauma iatrogenik juga
dapat menyebabkan diskontinuitas
Trauma pada telinga tengah osikular.
Diskontinuitas yang palig umum
Traumatic perforation pada adalah incudostapedial joint. Hal ini
membran timpani disebabkan oleh menyebabkan tuli konduktif.
trauma tajam atau tumpul. Trauma Audiometri nada murni dapat
tumpul dapat terjadi apabila jaringan membantu menegakkan diagnosis.
lunak di permukaan lateral dari Pada kasus ini rujukan pada bidang
tengkorak mengalami kontusio, THT diperlukan. Tatalaksana yang
laserasi atau dampak ledakan. akan dilakukan adalah eksplorasi
Biasanya dapat terjadi dengan telinga tengah lalu menjembatani
riwayat tamparan atau pukulan jarak antara tulang pendengaran
langsung pada wajah, jatuh dengan menggunakan potongan tulang
bagian kepala dan ledakan keras. rawan yang diambil dari tragus atau
Perforasi paling sering timbul concha.
quadran anteroinferior, karena
segaris dengan arah gaya dari Barotrauma merupakan peradangan
sumber cedera. Diagnosis dapat akut telinga tengah akibat perubahan
ditegakkan apabila ditemukan bentuk tekanan atmosfer. Barotrauma sering
sperti bujur sangkar dengan batas terjadi pada penyelam. Barotrauma
ireguler (Gambar 7.) Dapat juga dapat diklasifikasikan dengan tingkat
1 - 5 dimana tingkat 1 yang paling
ringan adalah rasa tidak nyaman
tanpa perubahan pada membran
timpani sedangkan 5 adalah yang
paling berat berupa perforasi pada
membran timpani, timglat menengah
berupa kongesti membran timpani,
ekskresi cairan di cavum timpani dan
pendarahan dari kapiler membran
timpani dan telinga tengah.
Kongesti membran timpani dan
ruptur kapiler juga dapat terjadi pada Gambar 8. Hemotympanicum
keadaan hipoksia seperti pada kasus
strangulasi dikarenakan kompresi Labyrinthine window rupture
pada arteri karotid di leher. terjadi karena peningkatan tekanan
Pada pemeriksaan fisik THT, apabila mendadak (eksplosif) dari luar atau
ditemukan petechial hemorrhage dalam (implosif). Tipe implosif
menandakan adanya hipoksia pada disebabkan karena peningkatan
otak. Barotrauma tidak memerlukan tekanan telinga tengah seperti pada
terapi kecuali menghindari kondisi otitis media barotraumatik, trauma
penyebab. Aktif menelan dan kepala ledakan atau trauma suara.
inhalasi uap dapat membantu. tipe eksplosif merupakan transmisi
Steroid dapat digunakan untuk dari tekanan gelombang melalui
membantu resorbsi cairan di dalam cairan di koklea dari sirkulasi cairan
cavum timpani. serebro spinal disebabkan oleh bersin
Hemotympanum digambarkan dan batuk keras atau valsava
dengan keadaan membran timpani maneuver
yang membiru karena adanya "darah BPPV dapat muncul karena trauma
hitam" (biasanya dari vena) (Gambar telinga dalam dan konkusi labirintin.
8). Penyebab lain dari membran BPPV dapat terjadi pada cedera
timpani yang biru adalah glomus kepala dan leher. Trauma tumpul
timpanikum atau glomus jugularis, pada kepala menyebabkan basis
otitis media dengan efusi dan stapes mengirimkan gelombang kejut
kolesterol granuloma. ke cairan telinga dalam. Keadaan ini
dapat menimbulkan kerusakan pada
Trauma pada telinga dalam basis koklea dan menimbulkan
Barotrauma juga dapat hilang pendengaran permanen pada
menyebabkan trauma telinga dalam nada tinggi. Dapat juga terjadi
berupa fistula perilymphatic, konkusi kerusakan pada alat vestibularis pada
labirintin atau benign paroxymal kanalis semisirkularis dan organ
positional vertigo (BPPV). Hal ini otolith, sehingga menimbulkan
terjadi karenaketidakseimbangan gangguan keseimbangan. BPPV
tekanan atau transmis dari tekanan biasanya dapat sembuh sendiri.
gelombang ledakan Whiplash injury pada leher dapat
disebabkan oleh akselerasi dan
dekselerasi cepat. Batang otak juga
dapat mengalami trauma sehingga
menimbulkan kelainan vestibular Nervus Fasialis
sentral dan perifer. Gejala yang dapat timbul adalah
Noise-induced hearing loss merujuk paralisis pada wajah,
pada keadaan tuli disebabkan oleh ketidaksimetrisan pada wajah, mata
suara. Dapat terjadi pada trauma kering dengan epiphora, gangguan
ledakan atau suara pada suara keras pada indera pengecap, hiperakusis
yang berkelanjutan. Seperti pada dan intoleransi pada suara serta
pekerja pabri, pemakaian earphone kelemahan pada otot wajah.
atau pekerjaan yang berada di tempat Trauma pada nervus fasialis dapat
dengan suara yang keras. Noise- terjadi karena trauma tumpul dan
induced hearing loss diklasifikasikan trauma tajam pada tulang temporal
sebagai berikut atau trauma senjata api. Nervus
1. Explosion tingkat tekanan fasialis juga dapat terganggu karena
suara sebesar 130dB selama barotrauma pada telinga yang
lebih dari 3ms, contohnya menyebabkan paralis nervus fasialis.
ledakan granat, dan ledakan Hal ini terjadi karena gelombang dari
industrial. sumber trauma menyebabkan
2. Impulse noise injury pada konkusi, edema atau inflamasi pada
tekanan suara sebesar 110 - nervus fasialis yang terkena.
120 dB kurang dari 3ms, Keadaan ini biasanya sementara.
contohnya senjata api
3. Acute acoustic trauma pada Fraktur tulang temporal
tekanan suara 80 - 100dB Fraktur tulang temporal merupakan
contohnya pada konser musik fraktur basis kranium yang
rock atau penggunaan merupakan transmisi dari tekanan
headphone menuju garis sutura dan foramen
4. Occupational hearing loss pada basis kranium. Fraktur tulang
pada pekerja pabrik industri temporal dapat terjadi pada pada
yang berada pada daerah bagian skuamosa, mastoid, petrosa,
dengan suara keras terus - cincin timpanikus atau prosesus
menerus zigomatikus atau bahkan prosesus
Gejala yang dapat timbul antara lain stiloideus.
tinitus, intoleransi pada suara keras Fraktur tulang temporal terbagi
dan iritabilita umum. menjadi dua, longitudinal dan
Tergantung dari tingkat, dan durasi transversal. Fraktur secara
paparan suara kerusakan bisa terjadi longitudinal lebih sering terjadi.
sementara atau permanen. pada Fraktur longitudinal dapat terjadi
stadium awal mungkin dapat sembuh sepanjang tulang temporal (dari
sendiri namun pada stadium lanjut meatus akustikus eksternus sampai
memungkinkan penggunaan alat apeks petrosa). Fraktur ini terjadi
bantu dengar. karena dampak tekanan dari lateral
Occupational hearing loss dapat dikarenakan kekerasan fisik oleh
dicegah dengan pemakaian sumbat trauma tumpul, jatuh atau kecelakaan
telinga yang dapat mengurangi sepeda motor. Biasanya diikuti
sampai 35dB. dengan cedera jaringan lunak seperti
abrasi telinga luar. kontusio atau
laserasi. Kanalis akustikus eksternus
dan membran timpani juga bisa
robek. Hematoyempanum mungkin B. Trauma pada hidung dan wajah
muncul apabila membran timpani Anatomi
utuh. Tuli kondukti sementara dapat
muncul apabila ada darah atau Tulang Maksila
kebocoran cairan serebrospinal. Tuli Tulang maksila membentuk rahang
konduktif permanen dapat muncul atas. Pada Prosesus alveolar
apabila terjadi kerusakan seperti merupakan lokasi gigi bagian
disartikulasi, dislokasi atau fraktur maksila berada. Tulang maksila
pada tulang pendengaran. Apabila kanan dan kiri meyatu di sutura
garis fraktur melewati tuba intermaksila di bagian medial pada
eustachius, dapat menyebabkan otitis bagian tulang maksila. Tulang
media efusi. maksila mengelilingi batas bawah
Pada Fraktur transversus dapat mata secara medial. pada bagian
mengenai otic capsule, menyebabkan lateral tulang maksila berhubungan
trauma pada telinga dalam dan dengan tulang zigomatikus dan
nervus fasialis. Kehilangan berhubungan dengan foramen
pendengaran yang bersifat infraorbital tempatbermuaranya
ireversibel dikarenakan kerusakan nervus dan pembuluh darah
pada cochlea atau fistula infraorbital.
perilimfatik. Vertigo dan kebocoran Tulang Zigomatikus
cairan serebro spinal juga dapat Tulang zigomatikus membentuk
ditemukan. Battle's sign (Gambar 9.) bagian pipi dan berada di bagian
dapat dianggap sebagai tanda dari inferolateral orbita. Bagian lateral,
fraktur. Diagnosis ditegakkan dengan basal dan dasar orbita dibentuk oleh
CT scan. tulang zigomatikus ini. tulang
Diagnosis ditegakkan melalui zigomatika ini berhubungan dengan
anamnesis riwayat dan pemeriksaan tulang frontal, tulang sphenoid dan
fisik, audiometri dan pencitraan tulang temporal serta maksila.
menggunakan CT scan. Tatalaksana Tulang Mandibula
tergantung dari tingkat cedera. Tulang mandibula berbentuk huruf
Cedera jaringan lunak dapat "U" dimana bagian alveolarnya
dibersihkan, dijahit dan ditutup. merupakan tempat gigi mandibular
Apabila pada kanalis akustikus berada dibagian bawah dari gigi
ekternus terdapat laserasi yang premolar 2 terdapat foramen
sirkumferensial, perlu dilakukan mentalis, merupakan tempat
pemberian salep antibiotik steroid bermuaranya nervus dan pembuluh
untuk mencegah stenosis liang darah. Terdapat juga mentalis
telinga. protuberance yang membentuk dagu.
berada di bagian bawah simfisis
mandibular
Tulang Frontalis
Pada tulang frontalis, bagian
skuamusnya membentuk dahi,
bagian bawahnya berhubungan
dengan tulang hidung dan tulang
zigomatikus. Tedapat juga arkus
supersiliaris dan bagian tengahnya
Gambar 9. Battle's sign
disebut dengan glabella.
Tulang Hidung Inhalasi obat - obatan seperti kokain
Tulang hidung dibagi tiga, bagian dapat menyebabkan perforasi pada
sepertiga atas merupakan tulang septum nasal karena efek langsung
idung yang berhubungan dengan dan nekrosis iskemik. Septum nasal
bagian bawah tulang frontal. Bagian juga sering dijadikan lokasi
sepertiga tengah terbentuk dari pemakaian tato dan tindik. Apabila
tulang rawan yang membentuk tidak dilakukan tindakan aseptik
septum dibagian tengah dan terdapat dapat menyebabkan deformitas pada
tulang rawan juga dibagian pada septum karena pembentukan
lateralnya. Dibagian sepertiga bawah keloid atau perichondritis.
hidung terbentuk dari jaringan Hematoma Septum dapat terjadi
fibrofatty dan tulang rawan. pada fraktur septal. darah terkumpul
dibawah mucoperichondrium
Wajah (Gambar 10). Keberadaan hematoma
Wajah terbagi menjadi tiga zona ini dapat menyebabkan nekrosis pada
1. Zona sepertiga atas, meliputi tulang rawan di septum. Hematoma
sinus frontalis dan tulang dapat ditangani dengan insisi dan
frontalis sampai alis. Tulang drainase. Hematoma juga dapat
frontal cenderung kuat dan menyebabkan perforasi pada septum
dapat menahan trauma. dikarenakan nekrosis karena
Namun sinus frontalis lebih hematom diabaikan.
rentan pada fraktur. fraktur di
daerah sinus frontalis dapat
menyebabkan hernia otak dan
kebocoran cairan serebro
spinal
2. Zona sepertiga tengah
meliputi, hidung mata,
kompleks naso-orbital-
ethmoid, tulang maksila dan
zigomatikus dan palatum.
3. Zona sepertiga bawah
meliputi tulang mandibula Gambar 10. Hematoma septum
Trauma pada septum dan tulang
hidung Deformitas akbat trauma, apabila
Trauma digital pada kebiasaan dibiarkan selama 3 minggu, harus
mengorek lubang hidung dapat dilakukan sternorhinoplasty.
menyebabkan kerusakan pada vena Fraktur minor tanpa adanya
retrocolumellar. Kerusakan ini dapat deformitas selain edema hanya perlu
menyebabkan pendarahan, namun dilakukan terapi konservatif. Apabila
dapat berhenti dengan sendirinya perdarahan pada hidung, dapat
apabila tidal ada infeksi lokal seperti diberikan decongestan drop.
rhinitis atau kelainan pendarahan. Cedera dengan tingkat yang lebih
mengorek lubang hidung juga dapat tinggi berupa perpindahan tulang
menyebabkan hidung kering dan hidung pada fraktur tulang hidung
mengeras, keadaan ini dapat (Gambar 11), memerlukan manpulasi
menyebabkan deviasi septum nasal. tertutup menggunakan Walsham's
forcep.
menyebabkan fraktur jenis
ini. Epistaksis, sakit saat
membuka mulut, maloklusi,
gigi goyang dan rusak, dan
deformitas adalah gejala yang
sering muncul. Memar pada
kulit, hematoma mukosa di
rongga mulut dan pergerakan
pada beberapa segment
alveolus juga bisa menjadi
Gambar 11. Fraktur tulang hidung tanda fraktur le fort 1
2. Le Fort 2 derajat traumanya
Trauma wajah lebih besar dibandingkan le
Trauma wajah terbagi menjadi fort 1. Garis frakturnya
struktur media, struktur paramedian melewati bagian medial
dan struktur lateral. Pembagian ini maksila dan prosesus nasalis
membantu layanan primer dalam tulang frontal. Trauma
merujuk pasien ke spesialis dengan tumpul, jatuh dari ketinggian,
bidang yang sesuai. kecelakaan kerja dan
kecelakaan kendaran dengan
Fraktur Le Fort kecepatan rendah adalah
Klasifikasi ini berguna untuk penyebab tersering.
mengetahui struktur apa saja yang Gejalanya antara lain,
terlibat sehingga dapat membantu deformitas dan cedera
menegakkan diagnosis dan jaringan lunak, trismus,
tatalaksana yang diperlukan pandangan kabur dan ganda,
1. Le Fort 1 garis frakturnya Raccoon Eyes, pendarahan
berada di dasar cavitas nasi subkonjugtiva, pergerakan
dan batas atas alveolus. pada tulang maksila dan
Kekerasan fisik, jatuh, cedera hidung dan anastesi wajah.
olahraga dam kecelakan
minor pada kendaraan dapat

Gambar 12 Fraktur Le Fort


3. Le Fort 3 Kecelakaan derajat kerusakanjumlah perpindahan
bersifat masif biasanya pada tulang dan struktur fraktur tulang
kecelakaan kendaraan yang terkait.
kecepatan tinggi. Fraktur ini
memisahkan basis kranial
dengan tulang wajah
Bengkak, laserasi jaringan lunak,
hilang atau kerusakan pada gigi dan
epistaksis dengan atau tanpa
kebocoran cairen serebrospinal
umum terjadi pada fraktur Le fort 2
dan 3. Laserasi, mobilitas abnormal
atau maloklusi juga umum pada
keduanya.

Kompleks Fronto-ethmoid
Fraktur frontoethmoid dapat
menyebabkkan pseudohypertelorism
apabila ligamen canthal media robek
dan terjadi hypertelorism
(Gambar14) apabila terdapat fraktur
ethmoid. Teknik ORIF diperlukan
untuk oenanganan fraktur ini.
Fraktur kompleks naso-orbito-
ethmoid terbagi menjadi
1. Grade 1- Fraktur tanpa
trauma pada ligament canthal
medial. Perpindahan minimal
atau tidak ada.
2. Grade 2- Perpindahan bisa
direduksi. Fraktur dengan
cedera ligamen canthal media
tanpa robek komplit. Gambar 13. Klasifikasi fraktur naso-
3. Grade 3- Perpindahan tidak orbito-ethmoid
bisa direduksi. Fraktur
dengan cedera ligamen
canthal media dengan robek
komplit (Gambar 13).
Diagnosis ditegakkan dengan
kombinasi pemeriksaan fisik dan CT
scans. Pada pemeriksaan fisik dapat
ditemukan perubahan posisi pada
piramid nasal ke arah posterior. Gambar 14. Hypertelorism dan
Pemeriksaan fisik juga dapat normal
dilakukan berupa palpasi daerah
canthal medial untuk menemukan
krepitasi. CT scans diperlukan untuk
konfirmasi diagnosis untuk melihat
Kompleks Zigomatikomaksila
Fraktur kompleks zigomatikomaksila
terbagi menjadi zigomatikofrontal
(superior), zigomaksilaris
(anteromedial), zigomatikotemporal
(posterolateral) dan
zigomatikospheoid (posteromedial)
(Gambar15). Gambar 16. Klasifikasi

Keluhan yang didapat berupa


nyeri,abnormalitas dalam mengigit,
kebas, pendarahan, pembengkakan
dan dispneu. Pada pemeriksaan dapat
ditemukan deformitas, mobilitas
pada gigi atau fragmen tulang,
krepitasi, keterbatasan fungsi sepertii
sulit membuka mulut atau
mengunyah. Terapi dapat berupa
Gambar 15. Kompleks zigomatikus makan makanan lunak hngga
pembedahan.
Fraktur tripod atau tetrapod adalah
fraktur yang melibatkan 3 atau 4 Epistaksis
fragmen. Gejala yang timbul berupa Epistaksis sering muncul pada
ekimosis, edema pada daerah pipi, trauma hidung yang mengenai
orbital lateral, kelopak mata bagian bagian mukosa dan pembuluh darah.
atas dan bawah, kelainan bentuk epistaksis dapat muncul pada trauma
pada pipi. Pemeriksaan CT Scans digital, hipertensi pada lansia,
dapat membantu dalam menegakkan penyakit metabolik seperti DM,
diagnosis koagulopati dan nose blowing yang
terlalu kuat.
Fraktur tanpa dislokasi dapat sembuh Untuk pertolongan pertama tahan
dengan sendirinya. Perlu dilakukan hidung menggunakan ibu jari dan
edukasi pada pasien untuk jari telunjuk untuk menutupi lubang
menghindari aktifitas yang dapat hudung. Kepala pasien dimiringkan
menyebabkan cedera wajah dan kedepan dan instruksikan untuk
menjalankan sinus precautions. mengeluarkan darah. Lakukan
penekanan ini selama 10 - 20
Mandibula menit.Apabila pendarahan tidak
Fraktur mandibula terbagi berhenti perlu dilakukan pemasangan
berdasarkan bagian - bagian di tampon secara anterior atau
mandibula: (1) Fraktur kondila, (2) posterior, tergantung posisi
Fraktur angulus mandibular, (3) pendarahan.
Fraktur Korpus mandibularis, (4) Epistaksis bisa diikuti dengan trauma
Fraktur simfisis dan parasimfisis, (5) pada kepala, namun biasanya dapat
Fraktur ramus, (6) Fraktur coronoid, berhenti sendiri. Perlu dicurigai
(7) Fraktur alveolar (Gambar 16). adanya septal hematoma.
Leher dan Traktus Aerodigestivus
Anatomi
Laring merupakan struktur tubuler
yang semirigid, berfungsi untuk
bernafas, bersuara dan menelan.
Laring juga berfungsi sebagai
sfingter pelindung untuk mencegah
aspirasi ke paru. Tulang rawan
thyrois pada laki - laki memilik sudut
90° dan pada perempuan 120°. Pada Gambar 16. Sialocele
laki - laki tulang thyroid ini
membentuk jakun. Tulang rawan Trauma Tumpul Laring
cricoid berbentuk seperti jaring. Dapat terjadi pada kekerasan fisik,
Bagian posterior lebih lebar kecelakaan, percobaan bunuh diri
dibandingkan anterior. (ganung diri) dan whiplash injuries.
Trauma dapat menyebabkan rusak
Leher dibagi menjadi tiga bagian atau pecahnya tulang rawan laring,
1. Dibawah tulang rawan pecahan tulang ini dapat merobek
cricoid (lower neck), berisi mukosa pada saluran pernapasan
arteri carotid, arteri vertebra, atas. Kerusakan ini dapat
arteri subclavian, paru, menyebabkan emfisema subkutan
trachea dan esophagus, (Gambar 17).
ductus thoracicus.
2. Diantara cricoid dan
mandibula (midneck), berisi
arteri karotid dan arteri
vertebral, vena juglaris,
laring, trachea danesofagus,
recurrent layngeal, ansa
cervicalis dan nervus vagus.
3. Diatas mandibula (upper
neck) berisi arteri karotid dan
arteri vertebral, vena
jugularis, kelenjar parotid dan
submandibular dan nervus 9 -
12.
Trauma Kelenjar Air Liur Gambar 17. Emfisema subkutan
Trauma di kelenjar air liur sering
terlewatkan karena tatalaksana Strangulasi dapat menyebabkan
cedera lain yang lebih serius. Cedera kontusi bahkan fraktur pada tulang
pada kelenjar air liur menghasilkan hyoid, thyroid dan cricoid.
kebocoran air liur dan dapat Pendarahan pada lumen dapat
menyebabkan sialocele (Gambar 16). menyebabkan obstruksi nafas dan
hal ini menyebabkan kekeringan dan hipoksia.
kesulitan dalam mengunyah. Gantung diri dapat menyebabkan
dislokasi pada atlantoaxial dan
menyebabkan deprsi pada pusat
pernapasan di medulla. Suplai arteri
terganggu menyebabkan hiposia dan
penumpukan pada vena sehingga Trauma Inhalasi
terjadi pendarahan kapiler. Dapat terjadi karena inhalasi udara
panas, uap, cairan dan zat berbahaya.
Trauma tajam laring Kerusakan yang terjadi tergantung
Dapat terjadi pada percobaan bunuh dari agen penyebab. Pada udara
diri, percobaan pembunuhan atau panas memiliki kelembaaban yang
kecelakaan. Pada luka superfisial tinggi, dapat merusak area subglottic,
cedera dapat menyebabkan trachea, bronchi dan bronkiolus.
pendarahan namun hanya sebatas Pada inhalasi asap dapat
kulit dan platysma saja, jadi tidak menyebabkan kerusakan kimiawi
ada pembuluh darah besar yang pada jalan napas hal ini
terlibat. Pada luka yang lebih dalam menimbulkan gejala seperti acute
dapat melibatkan pembuluh darah respiratory distress syndrome
besar sehingga dapat menyebabkan (ARDS). Trauma inhalasi dapat
shock danpenurunan kesadaran terjadi karena kecelakaan industri
karena hipoksia pada otak. Darah atau kecelakaan kendaraan bermotor.
dan air liur dapat masuk kejalur Merokok juga dapat menyebabkan
napas dan menyebabkan kompromi trauma inhalasi.
pernapasan, namun hal ini bisa
diatasi dengan pesangan intubasi Trauma iatrogenik
endotrakeal. Intubasi endotrakeal dapat
Luka tusuk pada leher lebih mudah menyebabkan trauma terhadap
untuk dikenali, karena meninggalkan laring. Trauma dipengaruhi oleh
jejak luka yang jelas tidak seperti lamanya intubasi, ukuran intubasi,
trauma tumpul. tekanan, gesekan antara pipa dengan
Tanda dan Gejala pada Cedera mukosa jalan napas.
Leher Trauma karena insersi pipa
Soft signs nasogastrik dapat terjadi pada
1. Sekresi oral dengan noda insersi yang kasar dan dipaksakan,
darah misal pada pasien yang tidak
2. Hemoptisis atau hematemesis kooperatif. Reaksi benda asing pada
3. Stridor, dispneu atau bahan yang digunakan pada pipa.
respiratory distress Permasalahan dalam menelan seperti
4. Disfonia atau disfagia spasme cricopharyngeal. nekrosis
5. Emfisema subkutaneus karena tekana pada ala nasal karena
6. Memar atau hematom pada pipa yang terlalu besar. GERD dan
leher LPR dapat menyebabkan ulserasi
7. Defisit neurologik fokal mukosa.
Hard signs
1. Obstruksi jalan napas Paralisis pita suara
2. Pendarahan aktif Kerusakan pada nervus laryngeal
3. Syok hipovolemik dan rekuren pada satu sisi atau keduanya
resisten terhadap resusitasi karena trauma tumpul atau tajam
cairan atau trauma iatrogenik. Paralisis pita
4. Penyebaran hematoma cepat suara dapat kembali dengan
5. Arteri radial tidak teraba sendirinya dalam waktu yang cukup
6. Bruit pada leher lama mungkin 1 tahun namun bisa
7. Hipoksia ata iskemik otak juga tidak kembali berfungsi. Terapi
bedah dapat dilakukan untuk 2. Djaafar A Z, Helmi, Restuti D
mengembalikan fungsi pita suara R. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
secara permanen Telinga Hidung Tenggorok
Kepala Leher. Edisi ke-7.
Phonotrauma Jakarta. Balai Penerbit FKUI.
Phonotrauma adalah trauma karena 2012.
suara. 3. Higler A B. Buku Ajar Ilmu
1. Vocal abuse penggunaan THT. Jakarta. EGC. 1997.
suara yang menyebabkan 4. Moore K L, Dalley A F, Agur A
penekanan dan tegangan M R. Clinically Oriented
tidak biasa pada aparatus Anatomy eighth edition.
vokalis, seperti pada teriak, Philadelphia. Wolters Kluwer.
berbicara dengan suara keras 2018.
dalam waktu lama. Biasa 5. Waschke J, Paulsen F. Sobotta:
terjadi pada guru atau public Atlas Anatomi Manusia. Edisi
speaker yang tidak 23. Jakarta. EGC. 2010.
menggunakan alat tambahan. 6. Sherwood L. Fisiologi Manusia
2. Vocal overuse berbicara Dari Sel ke Sistem. Edisi 6.
untuk waktu yang lama Jakarta. EGC. 2009.
melebihi kapasitas normal, 7. Khatri D K, Rao M I, Ali M.
meskipun sudah Pattern of injuries regarding Ear,
menggunakan alat bantu. Nose, Throat and Head and
3. Vocal misuse terjadi pada Neck in patients presenting in
seseorang yang menggunakan Accident and Emergency
suaranya namaun denan dasar departement. Pak J Surg. 2016.
frekuensi yang berbeda, 8. Gilyoma J M, Chalya P L. Ear,
seperti pada penyanyi opera. nose and throat injuries at
4. Vocal nodule melibatkan Bugando Medical Centre in
daerah superfisial dari lamina northwestern Tanzania: a five-
propria yang membentuk year prospective review of 456
jaringan fibrosa karena vocal cases. BMC Ear, Nose and
abuse berkepanjangan. Throar Disorders. 2013
5. Vocal cord cyst terjadi karena 9. Arslan E D et al. Assessment of
inklusi epitel disebabkan oleh maxillofacial trauma in
tersumbatnya duktus dari emergency department. World
kelenjar liur. Penyumbatan Journal of Emergency Surgery.
terjadi karena inflamasi dari 2014.
vocal abuse. 10. Kairupan C et al. Angka
6. Vocal polyp disebabkan oleh kejadian penderita fraktur tulang
pendarahan dari kapiler ke fasial di SMF Bedah BLU RSU
submukosa. Prof. R.D. Kandou periode
Januari 2012 - Desember 2012.
Daftar Pustaka Jurnal e-CliniC. 2014.
11. Siegert R, Magritz R.
1. Das J. Trauma in Otology. Reconstruction of the auricular.
Singapore. Springer Nature. Recklinghausen.GMS Current
2018. topic in Otorhinolaryngology.
2007.
12. Koh J H et al. Traumatic nasal
injuries in general practice. The
Royal Australian College of
Genral Practitioner. 2016.
13. Sargent L A. Nasoethmoid
Orbital Fracture: Diagnosis and
Treatment. American society of
plastic surgeons. 2006.

Anda mungkin juga menyukai