Anda di halaman 1dari 16

ILMU BEDAH KHUSUS

AURAL HEMATOMA

OLEH :

 Yudith C.H. Mauwalan 1609010006


 Jemris Sabneno 1609010010
 Theresia Bergita Paulino 1609010016
 Novie Hellen. Manongga 1609010032
 Elise Margaret. Ballo 1609010038

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2019
Bab 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Telinga merupakan organ yang berperan dalam proses pendengaran dan keseimbangan
serta memiliki struktur anatomi yang kompleks. Secara garis besar telinga dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu telinga luar (external ear), telinga tengah (middle ear), dan telinga dalam (inner
ear). Telinga luar (external ear) terdiri dari pinna dan canal. Pinna tersusun atas tulang rawan
(kartilago) yang dibungkus otot dan kulit. Ukuran dan bentuknya tergantung pada bentuk
kartilago. Kucing umumnya memiliki pinna yang tegak, sedangkan pada anjing memiliki
bentuk yang bervariasi tergantung ras/breed. Pergerakan pinna melibatkan 19 otot yang
diinervasi nervus fasialis. Vaskularisasi pada pinna berasal dari percabangan arteri karotis
eksterna (Herlina, 2017 in Wulandari 2018 ).
Anjing dengan jenis pinna yang menggantung (panjang, telinga berat) seperti Labrador
atau Golden cenderung memiliki resiko yang lebih tinggi mengalami hematoma aural karena
kondisi telinga yang lembab karena daerah liang telinga tertutup oleh pinna maka infestasi
parasit lebih mudah dan menjadi sasaran. Selain itu, jenis telinga seperti ini lebih mudah goyah
dan terguncang saat anjing aktif bergerak, oleh sebab itu pinna lebih berpotensi mengalami
hematoma (Ulfa, 2017 in Wulandari, 2018).
Aural hematoma merupakan akumulasi cairan atau darah di dalam pinna telinga. Aural
hematoma disebabkan oleh trauma dari sering digaruk, menggelengkan kepala secara
berlebihan dan juga gigitan dari anjing lain. Selain itu, aural hematoma dapat disebabkan oleh
gatalnya telinga karena otitis eksterna atau media, ektoparasit, atopy atau benda asing dalam
lubang telinga. Hal tersebut dapat membuat pembuluh darah kecil di pinna mengalamai ruptur.
Seluruh area pinna dapat bengkak atau hanya sebagian saja yang terkena aural hematoma
(Pereira, 2006).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah yang dapat disimpulkan dari penulisan ini
adalah apa saja penyebab, predisposisi, indikasi, pendekatan anatomi,identifikasi tentang
teknik operasi , resiko serta perawatan pasca operasi dari hewan yang mengalami aural
hematoma .

1.3 Tujuan Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengetahui penyebab, predisposisi, indikasi,
pendekatan anatomi,identifikasi tentang teknik operasi , resiko serta perawatan pasca operasi
dari hewan yang mengalami aural hematoma.
Bab 2
Pembahasan

Defenisi

Aural hematoma / othematoma merupakan kondisi trauma yang menyebabkan


akumulasi atau timbunan darah di luar pembuluh darah di dalam kartilago pinna(Pratama,
2018).

Penyebab

Penyebab auricular hematoma tidak diketahui dengan baik ( Islami et al, 2018). Menurut
case study lain menyebutkan bahwa penyebab aural hematoma adalah karena otitis
eksterna,trauma dan yang autoimun rendah( Pratama, 2018 ).

Otitis eksterna terjadi karena adanya respon gatal akibat infeksi parasit. Trauma Karen
adanya benturan,goncangan,dan perkelahian antar hewan. Autoimun rendah akibat dari aktivitas
antibody yang tidak aktif .. Sebab lain juga dikarenakan adanya peningkatan kerapuhan
pembuluh kapiler atau terjadi karena pecahnya pembuluh darah yang berada diantara cartilago
dan kulit telinga(Pratama dan Islami et al, 2018).

Predisposisi

Ada beberapa faktor predisposisi kasus aural hematoma pada anjing yaitu

1) Hematoma pada anjing dapat menyerang semua umur,baik yang masih muda maupun
sudah dewasa/tua;

2) Jenis anjing yang sering mengalami aural hematoma adalah jenis yang mengalami
telinga terkulai seperti Golden Retriever,Labrador Retriever;

3) Anjing yang mengalami penyakit telinga kronis,parasit dan alergi yang menyebabkan
gatal yang menyebabkan anjing menggaruk telinga dan menggeleng-geleng telinga sehingga
pembuluh darah ditelinga pecah.
Saibaba et al., (2016) yang menyatakan bahwa othematoma dapat menyerang anjing
tergantung pada usia, jenis kelamin dan status umum penyakit.

Indikasi

Gejala klinis yang terlihat berupa adanya kantong yang terbentuk pada daun telinga
anjing, berwarna merah dan bengkak, apabila dipalpasi akan terasa seperti cairan. Selain itu,
anjing akan menunjukkan perilaku seperti sering menggaruk telinganya dan menggeleng-
gelengkan kepalanya (Pratama 2018 in Hnilika 2011)

Pendekatan anatomi

Aural hematoma / othematoma dapat terjadi secara unilateral dengan pembentukan


hematoma pada daerah contralateral telinga, dan jarang terjadi secara bilateral, pada umumnya
terjadi pada permukaan konkaf pinna( Pratama, 2018 ) .

Menurut Islami et al. (2018), Othematoma dapat terjadi karena adanya akumulasi darah
di antara cartilago dengan permukaan kulit pada convex daun telinga. Adanya akumulasi darah
disebabkan karena vaskularisasi pembuluh darah yang ada di telinga hewan. Arteri dan vena
pada regio auricula meliputi A/V. Temporalis superficialis yang ditemukan di Glandula parotis.
V. Temporalis superficialis mengarah ke dorsal, meyusuri tepi depan pangkal telinga menuju M.
Temporalis. Percabangan dari V. Temporalis superficialis yang mengarah ke bagian telinga
adalah V. Auricularis caudalis dan V. Auricularis rostralis (Popesko et al, 1990),

Penanganan preoperasi

 Persiapan Alat
Alat yang akan digunakan disterilisasi terlebih dahulu, dicuci sampai bersih dan di beri
desinfektan.
 Persiapan Operator
Perlengkapan operator dan co-operator meliputi gloves, masker dan baju operasi harus dalam
keadaan bersih agar operasi aural hematoma dapat dilaksanakan secara aseptis dan steril agar
pasien terhindar dari kontaminasi.
 Persiapan Hewan
Pasien yang akan dioperasi dilakukan pemeriksaan fisik terlebih dahulu seperti frekuensi pulsus,
frekuensi nafas, suhu, turgor kulit, dan CRT. Menurut Looney (2008), nilai normal pada
pemeriksaan fisik anjing, yaitu frekuensi pulsus 90-120x/menit, frekuensi nafas 10-35x/menit,
suhu 38oC-38.5oC, dan CRT 1-2 detik. Posisi hewan untuk operasi posisi umumnya ditempatkan
pada posisi lateral recumbency untuk aural hematoma dan perbaikan laserasi

 Premedikasi dan Anastesi


Hewan dengan aural hematoma biasanya sehat, dan berbagai protokol anestesi dapat
digunakan. Transquilizer mungkin diperlukan setelah pemulihan dari anestesi setelah analgesik
yang cukup telah diberikan.

Tata laksana operasi

Teknik operasi/pembedahan adalah metode yang dapat digunakan untuk


mengobati aural hematoma. Tujuan pembedahan adalah untuk menghilangkan hematoma,
mencegah kekambuhan, dan mempertahankan penampilan alami telinga (mis., meminimalkan
penebalan dan jaringan parut). Pada beberapa sumber menjelaskan mengenai cara penanganan
kasus aural hematoma. Metode yang umum digunakan :
a) Auriculocentesis, yaitu pengambilan cairan atau darah dengan menusukkan needle langsung
pada tempat terjadinya hematoma, setelah itu cairan disedot dengan menggunakan syringe
b) Auricular incision, yaitu pengambilan cairan atau darah pada telinga dengan cara membuat
insisi pada inner layer dari cartilage. Hal ini akan menyebabkan cairan akan keluar dan secara
terus-menerus diperlukan drainasi selama beberapa hari sampai bekas insisi sembuh. Proses ini
dilakukan dengan menggunakan anestesi local.
c) Surgery, disini akan dibutuhkan proses operasi untuk mengeluarkan isi hematoma dibawah
pengaruh anestesi umum kemudian dilakukan penjahitan pada kedua sisi telinga untuk
menghindari terjadinya hematoma ulang (Wulandari, 2018).

Terdapat beberapa teknik operasi yang bisa digunakan untuk pengobatan aural hematoma,
namun yang paling banyak digunakan oleh dokter hewan yaitu insisi, punch biopsy, laser.

1. Teknik insisi: Untuk pasien yang dapt mentoleransi anastesi, teknik insisi mrupakan
pilihan ynag tepat.

Insisi yang biasa dilakukan dalam penanganan aural hematoma ada beberapa bentuk,
misalnya insisi berbentuk longitudinal dengan proses insisi yang lebih mudah di bandingkan
insisi berbentuk S. Namun, insisi secara longitudinal saat ini sudah jarang digunakan karena
kurang efektif terhadap proses penyembuhan luka pasca bedah. Saat ini lebih banyak digunakan
metode insisi berbentuk S dalam penanganan aural hematoma karena bentuk pinna bagian dalam
memang seperti huruf S sehingga dapat meminimalisir resiko rusaknya pembuluh darah
disekitarnya. Insisi ini dalam satu lintasan berbentuk huruf S atau Z (tidak berbentuk lurus).
Insisi ini digunakan jika daerah operasi atau massa yang diambil biasanya berada di daerah orga
dengan tulang lunak. Insisi ini digunakan sebagai akses masuk dan diseksi sebagai lanjutan jika
masa sudah ditemukan. Tujuan dari bentuk yang tidak lurus adalah untuk mencegah terjadinya
kontraktur seteleh luka sembuh (Eyarefe, 2013 dalam Wulandari, 2018).

Insisi berbentuk S maupun longitudinal dibuat dari ujung distal hematoma ke tepi proksimal
(Gambar 1 dan 2). Insisi hanya boleh meliputi kulit dan diusahakan agar kartilago auricular tidak
diinsisi. Keluarkan darah dan gumpalan fibrin dari rongga hematoma menggunakan spons kasa
yang dibasahi atau forceps mosquito. (Fossum, 2002).
Gambar 1. Bentuk insisi longitudinal (kiri); Gambar 2. Bentuk insisi huruf S (kanan) (Asinga,
2006).

Gunakan cairan steril untuk membilas rongga. Benang jahit yang digunakan berukuran 3-
0 atau 4-0 absorbable atau non-absorbable sepanjang 0.75 sampai 1 centimeter pada kulit
dipermukaan daun telinga, jahitan dilakukan dengan menembus kartilago. Jahitan meliputi
teligan bagian dalam dan menembus kartilago sampai telinga bagian luar, namu dapat
mengganggu asupan darah. Jahitan dilakukan 5-10 mm dari sepanjang sisi insisi. Hal ini akan
mengurangi kemungkinan ligasi pembuluh darah. Tempatkan cukup jahitan untuk menghindari
adanya dead space sehingga darah tidak bisa menumpuk lagi pada ruang hematoma. Jahitannya
harus cukup longgar untuk forceps atau needle holder dapat masuk ke dalam celah simpul. Hal
ini penting untuk menghindari kematian jaringan pada tepi insisi kulit; sisakan sedikit celah 3-5
mm untuk drainasi. Balut telinga dari atas kepala (Fossum, 2002).

Gambar 3. Insisi longitudinal (kiri); Gambar 4. Jahitan berukuran 5-10mm (Asinaga, 2006).
Gambar 5. Incisi bentuk-S dan (Beteg dkk, 2011)

Gambar 6. Pembuangan debris, gumpalan darah dan cairan pada othematoma(kiri);


Gambar 7. Flushing menggunakan cairan NaCl fisiologis (kanan) (Islami dkk, 2018).

2. Punch biopsy technique


Punch biopsy dilakukan pada pasien yang dapat mentolerir obat anestesi umum dan
mengalami aural hematoma yang sudah cukup lama (lebih dari 14 hari). Awali dengan membuat
2 insisi melintang sepanjang 1-2 centimeter pada distal dan proksimal tepi hematoma untuk
mengeluarkan cairan dan menghilangkan fibrin lalu gunakan 4-6 mm skin biopsy punch untuk
membuat beberapa lubang drainasi pada kulit di daun telinga sisi dalam. Dokter hewan
seharusnya hanya melakukan pengangkatan pada kulit dan jangan sampai mengenai kartilago.
Pembuatan lubang drainase harus dilakukan secara merata di seluruh area yang mengalami
hematoma dengan jarak 10-15 mm. Biarkan lubang drainase tersebut tetap terbuka untuk dapat
sebuh dengan sendirinya. Tapi lekatkan tepi perifer insisi pada kartilago menggunakan jahitan
simple interrupted (Henderson dan Horne, 2003).
Gambar 8. Teknik Biopsi Punch (Asinaga, 2006).

Jahitan ini dilakukan pada kulit permukaan telinga dalam dan kartilago atau dari telinga
bagian dalam sampai telinga bagian luar. Jahitan sebaiknya dilakukan sejajar dengan pembuluh
darah tanpa tekanan untuk menghindari gangguan suplai darah. Selanjutnya dilakukan
pembalutan pada telinga (Henderson dan Horne, 2003).

3. Laser
Teknik menggunakan laser merupakan metode yang baru dalam dunia kedokteran hewan.
Metode ini menggunakan laser karbondioksida (CO2) untuk membuat insisi 1 cm pada kulit,
mirip dengan punch biopsy buat insisi di seluruh daerah hematoma dengan panjang 1-2 mm.
Namun tidak perlu dijahit lagi karenainsisi kecil ini berfungsi sebagai drainase (Hnilica, 2011).

Resiko

Faktor resiko yang paling umum dari aural hematoma adalah perubahan kosmetik dan
rekurensi, misalnya nekrosis pinna yang dapat diakibatkan oleh penempatan jahitan yang tidak
tepat. Perubahan kosmetik biasanya merupakan hasil dari perawatan yang tertunda, penempatan
jahitan yang tidak tepat, dan ketegangan jahitan yang berlebihan. Aural hematoma dapat kambuh
pada tempat yang sama, tetapi lebih cenderung kambuh berdekatan dengan hematoma asli.
Kekambuhan hematoma kemungkinan terjadi ketika jumlah jahitan yang tidak memadai
digunakan atau ditempatkan secara tidak tepat atau ketika penyebab mendasar dari hematoma
tidak diidentifikasi dan diobati dengan tepat. Nekrosis pinna dapat dicegah dengan penggunaan
penempatan jahitan paralel, bukan tegak lurus, ke insisi (Bojrab dkk, 2014).
Perawatan Post-Operasi

Penanganan post operasi hampir sama pada beberapa metode tersebut, sebaiknya pasien yang
menggunakan metode insisi khususnya pasien yang bertelinga jatuh menggunakan perban.
Biarkan lubang telinga terbuka dan lakukan pembersihan pada telinga untung mengurangi resiko
terjadinya infeksi (Birchard, 2006).

Perban harus diperiksa secara berkala ketika pasien terbangun dari anestesi untuk
memastikan tidak terlalu ketat atau membatasi aliran udara melalui laring atau trakea (Asinaga,
2006).

Gunakan perban paling tidak selama 10 hari dan ganti apabila dibutuhkan. Lepas jahitan
setelah 3 minggu. Apabila terjadi sekresi serumen, bersihkan dengan kapas dan apabila
membesar lagi sedot dengan jarum ukuran 20 (Birchard, 2006).

Berikut teknik pembalutan telinga (Asinaga, 2006) :

Untuk membalut pinna setelah operasi aural


hematoma, mulailah dengan memotong empat
potong pita berpori putih: dua potong 6-in dan
dua potong 18-in. (Tergantung pada ukuran
kepala pasien, lebih banyak pita mungkin
diperlukan.) Mulai dari pangkal pinna,
letakkan pita pendek di margin medial dan
lateral dari permukaan cembung pinna.

Posisikan potongan pita yang lebih panjang


pada permukaan cekung pinna sehingga
mereka menyentuh pita pada permukaan
cembung. Ini memungkinkan pinna untuk
"terjepit" di antara pita, menciptakan
lingkungan yang aman.
Letakkan gulungan kain kasa atau bundel
kapas di atas kepala hewan peliharaan dan
letakkan telinga yang terkena di atas gulungan
kain kasa atau kapas gulungan.

Bawa tali pengikat di sekitar kepala dan leher


sehingga hanya berakhir ventral ke saluran
telinga dari telinga yang terkena. Potong
selotip yang berlebih sehingga tidak menutupi
saluran telinga.

Oleskan pelapis gips atau gulungan kain kasa


secara longgar di sekitar kepala Pet,
membungkus untaian pita untuk menjaga
telinga di tempat.

Akhiri pembalut dengan menerapkan


pembungkus fleksibel dan lapisan eksternal
pembalut kohesif. Gambar ini menunjukkan
betapa mudahnya bagi tim dan pemilik untuk
menerapkan obat ke dalam saluran telinga
sambil meninggalkan bungkus di tempatnya.
Perhatikan bahwa telinga yang lain tidak
tertutup dalam bungkus.
Dalam perawatan post-operasi perlu diberikan obat anti inflamasi seperti prednisone selama 7 –
14 hari untuk mengurangi iritasi akibat gelengan kepala pasien. Pada metode drainase perban
bias dilepas apabila pasien sangat memaksa untuk terus menerus menggelengkan kepalanya,
penggunaan elizabeth kolar untuk mengurangi insiden trauma. Bentuk telinga dipengaruhi oleh
teknik drainase dan tingkat keparahan hematoma. Lakukan pengecekan secara berkala untuk
menjaga persembuhan pasien (Birchard, 2006).

Selain itu perawatan topikal pada luka dapat dilakukan dengan melakukan pijatan yang lembut
menggunakan kapas steril sebanyak 3-5 kali sehari, lalu dioleskan iodine. Selain itu, perlu
diperhatikan setiap pergerakan dari pasien, agar tidak beraktivitas berlebih selama perawatan
Bab 3

Penutup

Simpulan

Aural hematoma merupakan akumulasi cairan atau darah di dalam pinna telinga. Aural
hematoma disebabkan oleh trauma dari sering digaruk, menggelengkan kepala secara
berlebihan dan juga gigitan dari anjing lain.Dengan penanganan dan perawatan yang tepat maka
hewan yang mengalami aural hematoma dapat sembuh .

`
Daftar Pustaka

Asinga, T. 2006. Treating Aural hematomas. Banfield Hospital, Johns Creek, Georgia. United
States of America.

Beteg F, M. Aurel, K. Andrei, S. Laura. 2011. Surgical Treatment in Dog Auricular Hematoma
(othematoma). University of Agricultural Sciences and Veterinary Medicine.Romania

Birchard. 2006. Saunder's Manual of Small Animal Practice, 3rd edition. Elsevier Saunders.
United States of America.

Bojrab, M.J., Waldron, D.R., dan Toombs, J.P. 1998. Current Techniques In Small Animal
Surgery 4th Edition. Tenton New Media, Jackson, Willey-Blackwell. United States of America

Fossum TW, Hedlund CS, Hulse DA.2002. Small animal surgery. 2nd ed. St. Louis:Mosby

Henderson, R. A. & Horne, R. D. (1993) The pinna. In: Text- book of Small Animal Surgery,
2nd edn. Ed D. Slatter, W. B. Saunders. Philadelphia.

Hnilica, Keith. A. 2011. Small Animal Dermatology Color Atlas and Therapeutic Guide.
Elsevier Saunders. United States of America.

Islami, D.N., Dewi, C.M.S., Triana, N.M., Purnama, M.T.E. 2018. . Laporan Kasus: Otitis
Eksterna Dan Auricular Hematoma (Othematoma) Pada Anjing Samoyed .Suarabaya: Jurnal
Medik Veteriner

O.D Eyarefe, C.O. Oguntoye and B.O. Emikpe. 2013. A Preliminary Report on Aural Hematoma
Management with Auricular Pillow Method. University of Ibadan.Nigeria.

Wulandari, Ani. 2018. Penanganan Kasus Aural Hematoma Pada Anjing Golden Retriever Di
Klinik Hewan Dinas Peternakan Dan Kesehatan Hewan Provinsi Sulawesi Selatan. Makasar.

Anda mungkin juga menyukai