Anda di halaman 1dari 11

TUGAS ILMU BEDAH KHUSUS

“Aural Hematoma (Othematoma) pada Anjing”

OLEH KELOMPOK A5

1. CHANDRAONE P. KEFI AMTIRAN 1709010007


2. MOSCATIA T. MUDA 1709010009
3. SUJANTA P. UMBU ROMA 1709010023
4. AMALIA Y. KRISTA NATA 1709010035
5. MARIKE J. M. RABILA 1709010043

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2020
1. Definisi Aural Hematoma
Aural hematoma juga disebut auricular hematoma atau othematoma. Aural hematoma
merupakan kondisi traumatik yang terletak pada daun telinga (Beteg, et al., 2011). Menurut
Birchard (2006), aural hematoma merupakan suatu kondisi dimana terjadi akumulasi atau
timbunan darah dalam kartilago pinna. Darah tersebut biasanya tertimbun di permukaan konkaf
pinna.
Kebengkakan daun telinga (pinna) secara tiba-tiba disebabkan oleh adanya abses atau
hematoma. Abses sering terjadi pada anjing yang telah berkelahi. Hematoma sendiri merupakan
akumulasi darah dibawah kulit daun telinga. Telinga yang terken hematoma akan terasa hangat
dan empuk saat disentuh serta terasa sakit (Debra, 2007).

2. Etiologi
Aural hematoma sering terjadi pada anjing yang memiliki telinga yang menggantung, tetapi
beberapa kali terjadi pada anjing yang bertelinga tegak. Kasus ini dapat juga terjadi sebagai kasus
sekunder akibat dari peradangan pada pinna dan lubang telinga bagian luar, benda asing, atopi,
alergi makanan, infeksi bakteri, jamur, dan ear mites. Pengidentifikasi penyebab utama dari
inflamasi sangat penting dilakukan agar tidak berulang kejadiannya dan memperparah kondisi.
Studi saat ini telah melaporkan bahwa tidak ada hubungan antara autoimun dengan aural
hematoma (Birchard, 2006).
Menurut Falih (2010), aural hematoma dapat terjadi secara unilateral dengan pembentukan
hmatoma pada daerah contralateral telinga, dan jarang terjadi secara bilateral, pada umumnya
terjadi pada permukaan konkaf pinna. Trauma pada pinna merupakan penyebab yang sering
dikaitkan dengan kasus aural hematoma. Luka trauma pada pinna dapat terjadi secara tidak
langsung melalui garukan kaki atau dari gelengan kepala secara berlebihan. Trauma akibat garukan
kaki sebagai contoh lebih merusak konveks daripada konkaf, hal ini menunjukan bahwa trauma
secara langsung masih tidak mungkin menyababkan aural hematoma karena kasus ini terjadi pada
bagian konkaf. Trauma dapat terjadi akibat dari gelengan kepala maupun ostitis eksterna. Infestasi
ektoparasit, alergi, dan benda asing dapat juga menyebabkan terjadinya aural hematoma (Harvey,
2001).
Penyakit ini juga dapat terjadi karena benturan yang cukup keras pada daerah kepala maupun
telinga atau hewan menggaruk telinga karena trauma dan neoplasia atau tanpa penyakit telinga.
Prnyakit ini terjadi karena pecahnya arteri auricularis yang menembus tulang rawan atau fraktur
pada tulang rawan auricular sehingga daun telinga terisi darah. Jika kepala atau teling terus
digoyangkan atau digerakan maka dapat menyebabkan hematoma yang lebih parah dan pemisahan
tulang rawan auricular (Eyarefe et al., 2013).

3. Predisposisi
Kasus ini dikarenakan trauma pada pinna, menggoyangkan kepala secara berlebihan, dan
juga otitis eksterna akut ataupun kronis. Faktor lain yaitu adanya ear mites, gigitan serangga yang
dapat menyebabkan dermatitis. Anjing dengan telinga jatuh dan panjang lebih mudah terkena
infeksi bakteri akibat dari tidak adanya sirkulasi udara dan kondisi cahaya yang tidak sampai ke
lubang telinga, sehingga lembab dan sangat cocok dengan pertumbuhan bakteri dan jamur yang
nantinya dapat menyebabkan rasa gatal dan anjing akan menggaruk serta berlebihan
menggelengkan kepalanya. Pembuluh darah pada daun telinga akan mengalami ruptur dan terjadi
pendarahan pada jaringan di pinna membentuk kantung, namun gelengan kepala secara terus
menerus dapat membuat kantung semakin lebar. Trauma pada pinna merupakan penyebab yang
sering dikaitkan dengan kasus aural hematoma. Luka trauma pada pinna dapat terjadi secara
langsung melalui garukan kaki atau dari gelengan kepala secara berlebihan (Pratama, 2018).

4. Patogenesis atau Patofisiologis


Penyebab auricular hematoma (othematoma) tidak diketahui dengan baik. Dalam beberapa
kasus, othematoma disebabkan karena guncangan kepala atau garukan pada telinga sehingga
menimbulkan luka atau iritasi yang berhubungan dengan otitis externa. Guncangan kepala dapat
menyebabkan fracture pada cartilage telinga. Beberapa hewan yang mengalami hematoma tidak
terbukti memiliki penyakit telinga secara bersamaan, beberapa kasus menunjukkan bahwa
hematoma berhubungan dengan peningkatan kerapuhan pembuluh kapiler (Fossum et al., 2007).
Sampai saat ini terdapat banyak penyebab terjadinya aural hematoma pada anjing salah
satunya otitis eksterna. Otitis eksterna menyebabkan rasa gatal pada telinga anjing, yang dapat
menstimulasi anjing untuk menggerakan dan menggelengkan kepalanya. Penggelengan kepala
secara berlebihan bias membuat kulit untuk bergeser kedepan dan belakang terhadap kartilago
sehingga terjadi gesekan antara kulit dan kartilago pinna, yang dapat menyebabkan pembuluh
darah mengalami ruptur. Pendarahan kemudian terjadi di antara kartilago dan perikondrium.
Gelengan kepala secara terus menerus dapat menyebabkan frakturnya kartilago pinna. Ada dua
macam mekanisme yang dapat menyebabkan frakturnya kartilago pada pinna. Pada mekanisme
pertama, gelengan kepala secara eksplosif dapat menyebabkan terbentuknya gelombang (getaran)
pada pinna, yang akan terpantul kembali pada ujungnya sebagai gelombang yang sifatnya menarik
dan berpindah kembali ke telinga, terpantul pada ujung proksimal dengan gaya dua kali lipat, dan
berujung sebagai fraktur kartilago. Pada mekanisme kedua gelengan kepala anjing lebih stabil dan
kurang eksplosif, akan menyebabkan gelombang sinusoidal terhadap struktur pinna memberikan
efek stress yang berujung pada frakturnya kartilago pinna (Joyce, 2000).
Kartilago akan mengalami degenerasi pada jaringannya yang terisi dengan jaringan granular.
Dan apabila tidak ditangani pinna akan mengalami deformasi menjadi bentuk seperti bunga kol
(cauliflower like). Degenerasi ini menurut Kuwahara (1986), diakibatkan oleh adanya reaksi
autoimun, vasoaktif amino dapat meningkatkan permeabilitas pembuluh darah dekat kartilago,
sehingga terjadi eksudasi dan rupturnya pembuluh darah serta hemoragi. Otitis eksterna sering
dikaitkan dengan kejadian kasus aural hematoma, namun tidak semua kasus aural hematoma ini
disebabkan oleh otitis eksterna (Joyce, 2000).

5. Diagnosis
Diagnosa pada kasus aural hematoma diambil berdasarkan anamnesa dan gejala klinis yang
ditunjukkan oleh pasien. Anjing mengalami pembengkakan bilateral atau unilateral di permukaan
telinga pinnae baik kiri atau kanan. Pada pemeriksaan fisik didapati massa yang berfluktuasi
lembut di sisi medial telinga (Parmar et al., 2016).
Anjing sering menggaruk-garuk daun telinganya, bengkak pada daun telinga, keluar bau
busuk dari dalam telinga, dan sering menggelengkan kepala ketika sedang berjalan. Hasil
pemeriksaan fisik ditemukan nanah dari dalam telinga dan limfonodul Mandibula bengkak serta
tidak adanya penurunan nafsu makan (Nur Islami dkk, 2018).

6. Pendekatan Anatomi
Telinga dapat dibagi menjadi tiga daerah anatomis: telinga eksternal, yang terdiri dari daun
telinga atau Pinna dan meatus auditori eksternal; telinga tengah, yang terbentuk oleh rongga
timpani dan menghubungkan ke faring dengan cara tabung eustachius; dan telinga bagian dalam,
yang terdiri dari sebuah membran dan tulang labirin yang berfungsi untuk pendengaran dan
keseimbangan. Telinga tengah dan telinga luar dipisahkan oleh membran timpani, dan meatus
pendengaran menandai pembukaan kanal horizontal ke telinga tengah. Ossicles pendengaran
menghubungkan membran timpani ke telinga bagian dalam (Lanz dan Wood, 2004).
Telinga luar bervariasi dalam ukuran dan bentuk sesuai dengan jenis anjing. Pinna ditutupi
dengan kulit pada kedua sisi, yang erat melekat pada perichondrium dari kartilago aurikularis.
Pinna berfungsi untuk menangkap, memfokuskan, dan melokalisasi suara. Tepi bebas tulang rawan
aurikuler disebut Helix. Helix membagi telinga bagian externa menjadi bagian medial dan lateral
yang bersatu di puncak telinga. Antihelix adalah punggungan horisontal rendah dengan tuberkel
menonjol terletak di dinding medial pintu masuk ke saluran telinga (Gambar 1).

Gambar 1. Telinga bagian luar. (Sumber: Lanz dan Wood, 2004 dalam “Surgery of The Ear
and Pinna”).

Berlawanan dengan anthelix, tragus yang berupa lempeng tulang rawan padat, membentuk
dinding lateral pintu masuk ke saluran telinga eksternal. Antitragus adalah piring kartilaginous
tipis caudal ke tragus. Lateral yang, menengah, dan medial rami langsung menembus scapha untuk
memasok permukaan cembung dari sebuah Pinna (Lanz and Wood, 2004).
Saluran telinga eksternal terdiri dari jaringan kartilaginosa dan osea dan memanjang dari
bukaan akustik eksternal ke membran timpani. Bukaan akustik eksternal diposisikan dorso lateral
di sebagian besar hewan. Mulai dari pembukaan akustik eksternal, Bagian vertikal dari saluran
telinga diarahkan secara ventral, medial, dan rostral. Saluran ini secara medial membentuk kanal
horizontal yang menempel pada membran timpani. Bagian pertama dari kanal dibentuk oleh tulang
rawan aurikularis digulung dan kemudian dilanjutkan medial oleh tulang rawan annulus.
Mensekresi kelenjar sebaceous menonjol dan banyak di bagian perifer kanal telinga eksternal tetapi
jauh lebih kecil di lapisan saluran osea. Kelenjar apocrine berada di lapisan yang lebih dalam di
bawah kelenjar sebaceous di bagian perifer telinga. Cerumen adalah sekresi telinga normal kedua
jenis kelenjar (Lanz and Wood, 2004).
Membran timpani memisahkan telinga luar dari telinga tengah. Membran ini berupa
lembaran semitransparan tipis yang pada bagian tegahnya dan menjadi lebih tebal dibagian tepi.
Membran ini dibagi menjadi dua bagian yakni pars flaccida dan pars tensa. Pars flaccida adalah
bagian segitiga kecil yang terletak di antara proses lateral tulang martil dan margin dari incisure
timpani. Sisanya merupakan bagian dari parstensa. Rongga timpani di anjing terdiri dari reses
epitympanic dorsal kecil dan sebuah bulla timpanic ventral besar. Timpanum berisi udara, dan
lapisan yang tipis dari saluran epitel kolumnar bersilia yang tersambung dengan nasofaring melalui
tabung eustachius (Lanz and Wood, 2004).
Malleus, yang terbesar dan terluar dari tiga ossicles, melekat secara lateral ke membran
timpani. Yang tulang landasan terletak caudal ke tulang martil dalam membran epitympanic.
Tulang sanggurdi adalah ossicles terdalam dan terletak di bidang horisontal dengan dasar
menghadap medial. Tulang sanggurdi dihubungkan ke foramen vestibular dan bertindak sebagai
rantai akhir dalam transmisi impuls dari telinga eksternal ke telinga bagian dalam.
Telinga bagian dalam terdiri dari tiga bagian: koklea, vestibule, dan kanal berbentuk setengah
lingkaran, yang bersama-sama membentuk labirin osea. Labirin osea dilapisi dengan membran
yang membentuk labirin membran, yang merupakan sistem saluran tertutup yang diisi dengan
endolymph. Koklea dari telinga dalam terlibat dengan pendengaran, sedangkan kanal ruang depan
dan setengah lingkaran penting untuk menjaga kesetimbangan. Sebuah labirin membran berfungsi
sebagai organ akhir sensorik untuk saraf vestibuloco-chlear dan mekanisme vestibular (Lanz and
Wood, 2004).
Gambar 2. Anatomi telinga anjing. (Sumber: Fossum, 2019 dalam “Small Animal
SurgeryFifth Edition”).

7. Prognosis
Apabila kasus aural hematoma ini dibiarkan, dapat menimbulkan luka dan deformasi
(perubahan bentuk) pada telinga yang terkena, dan bisa saja berbentuk menjadi seperti bunga kol.
Fausta apabila kantung hematoma dapat dilakukan penanganan dan pendarahan sudah berhenti
serta tidak terjadi infeksi sekunder. Infausta lebih kepada reaksi hewan terhadap anastesi umum,
reaksi shock anafilaktik. Penanganan bedah hanya bisa berhasil apabila penyebab utama trauma
dapat diidentifikasi dan dieliminasi. Tanpa mengurangi rasa gatal pada telinga pasien, trauma akan
dapat terjadi lagi, begitu juga dengan hematoma. Dengan penanganan bedah yang benar dan
imobilisasi telinga yang baik dapat membantu jaringan beradesi dan sembuh, persembuhan penuh
tanpa kejadian ulang prognosanya akan tercapai atau fausta (Petwave, 2009).
Hematoma aural jarang kambuh jika ditangani dengan benar dan jika ada penyakit telinga
yang mendasarinya diketahui dan diobati dengan tepat. Mungkin ada perubahan penampilan
kosmetik pinna; anjing-anjing dengan telinga yang tegak atau semierect mungkin kehilangan
kemampuan pinna untuk tetap tegak (Fossum, 2019).

8. Terapi Operatif
Prosedur operasi dilakukan dengan membuat sayatan berbentuk S pada permukaan cekung
telinga dan hematoma beserta isinya diekspos dari ujung ke ujung (Gambar 3). Bekuan fibrin
dilepaskan dan rongga ini diirigasi. Dengan menggunakan benang nonabsorbable 2-0 hingga 3-0
monofilamen (misalnya, Polipropilen, poliester), jahitan dilakukan sepanjang 0,75-1 cm melalui
kulit pada permukaan cekung telinga dan tulang rawan yang mendasarinya. Jahitan sejajar
dilakukan dengan pembuluh darah utama (vertikal daripada horizontal). Jahitan ini dapat dilakukan
melalui tulang rawan dengan tidak mencakup kulit pada permukaan cembung telinga. Jahitan
dilakukan banyak sehingga tidak ada kantong tersisa di mana cairan dapat menumpuk. Tidak boleh
dilakukan ligasi cabang-cabang arteri aurikularis besar, terlihat pada permukaan cembung telinga.
Tidak boleh menjahit untuk menutup sayatan secara rapat; harus ditinggalkan celah untuk
memungkinkan drainase yang berkelanjutan. Untuk menutup celah tersebut dipasangkan perban
pelindung ringan di atas telinga (Fossum, 2019).
Drainase hematoma harus dilakukan sesegera mungkin untuk mencegah deformitas pinna
akibat fibrosis dan kontraksi hematoma. Teknik paling sederhana untuk memungkinkan drainase
hematoma adalah melalui aspirasi jarum. Permukaan cekung telinga harus dipotong dan disiapkan
secara aseptik sebelum melakukan aspirasi jarum. Aspirasi jarum harus dilakukan setiap hari untuk
mencegah kekambuhan hematoma dini. Jika hematoma kronis, aspirasi jarum tidak efektif. Saluran
air dan kanula juga digunakan sebagai sarana untuk memberikan drainase jangka panjang yang
berkelanjutan sampai penyembuhan dapat terjadi dan hanya boleh digunakan jika terdapat sedikit
fibrin di dalam hematoma (Lanz dan Wood, 2004).
Teknik pembedahan alternatif baru-baru ini dijelaskan pada 23 anjing (Gambar 4). Tidak ada
kekambuhan yang didokumentasikan pada seluruh pasien, dan 91% pasien tidak memiliki kelainan
bentuk auricular. Keuntungan dari teknik ini yaitu tidak adanya ketidaknyamanan atau iritasi yang
disebabkan oleh jahitan eksternal, dan jahitan yang tidak perlu dilepas. Teknik ini dilakukan
dengan membuat sayatan memanjang pada permukaan cekung pinna. Beberapa jahitan paralel
dilakukan secara intradermal pada kedua sisi sayatan menggunakan jahitan yang dapat diserap
monofilamen (3-0 atau 4-0 glycomer 631 atau poliglecaprone 25).
Gambar 3. Jahitan harus dilakukan secara vertikal daripada horizontal untuk perbaikan
hematoma aural. Jahitan dapat dilakukan melalui tulang rawan tanpa
menyertakan kulit pada permukaan cembung telinga. (Sumber: Fossum, 2019
dalam “Small Animal Surgery-Fifth Edition”).

A B

Gambar 4. Teknik penjahitan internal alteratif untuk hematoma aural. (A) Satu hingga tiga
garis jahitan intradermal ditempatkan sejajar dengan sayatan yang dibuat di
permukaan cekung pinna. (B) penampang memanjang pinna; garis jahitan
kontinu ditempatkan dari dermis cekung telinga melalui tulang rawan tetapi tidak
sampai ke permukaan cembung telinga. (Sumber: Fossum, 2019 dalam
“Small Animal Surgery-Fifth Edition”).
DAFTAR PUSTAKA

Beteg, F., M. Aurel, K. Andrei, dan S. Laura. 2011. “Surgical Treatment in Dog Auricular
Hematoma (Othematoma)”. Bulletin UASVM, Veterinary Madicine. 68(2) : 38-42. Dikutip
dari Pratama, S. A. 2018. “Studi Kasus Bedah Aural Hematoma pada Anjing Chow Chow di
Rumah Sakit Hewan Provinsi Jawa Barat”. [Tugas Akhir]. Prodi PPDH Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin.

Bichard. 2006. “Saunder’s Manual of Small Animal Practice, 3rd Edition”. Elsevier Saundres.
United States of America. Dikutip dari Pratama, S. A. 2018. “Studi Kasus Bedah Aural
Hematoma pada Anjing Chow Chow di Rumah Sakit Hewan Provinsi Jawa Barat”. [Tugas
Akhir]. Prodi PPDH Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Debra, Eldredge. 2007. “Dog Owner’s Home Veterinary Handbook Fourth Edition”. Wiley
Publishing, Inc., Hoboken, New Jersey, United States of Amarica. Dikutip dari Pratama, S.
A. 2018. “Studi Kasus Bedah Aural Hematoma pada Anjing Chow Chow di Rumah Sakit
Hewan Provinsi Jawa Barat”. [Tugas Akhir]. Prodi PPDH Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin.

Eyarefe, O.D., C.O. Oguntoya, dan B.O. Emikpe. 2013. “A Preliminary on Aural Hematoma
Management with Auricular Pillow Method. Global Veterinary”. 11(1) : 44-48. Dikutip dari
Pratama, S. A. 2018. “Studi Kasus Bedah Aural Hematoma pada Anjing Chow Chow di
Rumah Sakit Hewan Provinsi Jawa Barat”. [Tugas Akhir]. Prodi PPDH Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin.

Falih, Mohsin A.J. 2010. “Surgical Treatment of Ear Haematoma in Dogs”.


Bas.J.Vet.Res.Vol.9,No.1,2010. Department of Surgery and Obstetric, College of Veterinary
Medicine – Basrah University. Iraq. Dikutip dari Pratama, S. A. 2018. “Studi Kasus Bedah
Aural Hematoma pada Anjing Chow Chow di Rumah Sakit Hewan Provinsi Jawa Barat”.
[Tugas Akhir]. Prodi PPDH Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Harvey, Richard G. 2001. “Ear Disease of the Dog and Cat”. Manson Publishing. London. United
Kingdom. Dikutip dari Pratama, S. A. 2018. “Studi Kasus Bedah Aural Hematoma pada
Anjing Chow Chow di Rumah Sakit Hewan Provinsi Jawa Barat”. [Tugas Akhir]. Prodi
PPDH Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Joyce, Judith. 2000. “Canine Aural Haematoma”. Waltham Focus Vol 10 No 4 2000.
Northumberland, United Kingdom.

Fossum, T.W., C.S. Hedlund, A.L. Johnson, K.S. Schulz, H.B. Seim, M.D. Willard, A. Bahr, G.L.
Carrol, K. Knap. 2007. “Small Animal Surgery”. 3rd edition. Mosby, Inc., an affiliate of
Elsevier Inc.

Fossum, T.W.2019. “Small Animal Surgery-Fifth Edition”. Elsevier Saunders.

Islami, D. Nur, Dewi, C. M. Surya, Triana, N. Marva., Purnama, Muhammad Thohawi Elziyad.
2018. “Laporan Kasus: Otitis Eksterna dan Auricular Hematoma (Othematoma) pada Anjing
Samoye”. Jurnal Medik Veteriner pISSN: 2615-7497; eISSN: 2581-012X.

Lanz, Otto I. DVM., Wood, Brett C., MS, DVM. 2004. “Surgery of The Ear and Pinna”.
ELSEVIER.

Parmar, Sanjay P. 2016. “Surgical Management of Auricular Haematoma - A Study of 8 Canines”.


ResearchGate.

Pratama, S. A. 2018. “Studi Kasus Bedah Aural Hematoma pada Anjing Chow Chow di Rumah
Sakit Hewan Provinsi Jawa Barat”. [Tugas Akhir]. Prodi PPDH Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin.

Anda mungkin juga menyukai