i
BAB I
PENDAHULUAN
1
kemudian dilakukan pembalutan. Tindakan ini tidak hanya dapat menimbulkan kekambuhan
tetapi juga dapat menyebabkan ketidaknyamanan dalam tugas sehari-hari ataupun melakukan
latihan/ pertandingan bagi olahragawan.2
Penanganan dengan cara aspirasi dan dilanjutkan penekanan memakai gips sebagai
fiksasi memperoleh hasil cukup baik.2
2
BAB II
TINJAU PUSTAKA
Aurikula merupakan tulang rawan fibro elastis yang dilapisi kulit, berbentuk pipih dan
permukaannya tidak rata. Melekat pada tulang temporal melalui otot-otot dan ligamen.
Bagiannya terdiri heliks, antiheliks, tragus, antitragus dan konka. Daun telinga yang tidak
mengandung tulang rawan ialah lobulus.4
3
Auricula memiliki beberapa depresi dan elevasi. Concha adalah depresi yang paling
dalam. Pinggir auricular yang meninggi adalah helix. Lobulus aurikula terdiri dari jaringan
fibrosa, lemak, dan pembuluh darah sehingga mudah ditembus untuk mengambil sedikit
sampel darah. Tragus adalah proyeksi menyerupai lidah yang menutupi porus acusticus
externus.5
Aurikula dialiri arteri aurikularis posterior dan arteri temporalis superfisialis. Aliran
vena menuju ke gabungan vena temporalis superfisialis, vena aurikularis posterior dan vena
emissary mastoid. Inervasi oleh cabang nervus cranial V, VII, IX dan X.
MAE merupakan tabung berbentuk S, dimulai dari dasar konka aurikula sampai pada
membran timpani dengan panjang lebih kurang 2,5 cm dan diameter lebih kurang 0,5 cm.
MAE dibagi menjadi dua bagian yaitu pars cartilage yang berada di sepertiga lateral dan
pars osseus yang berada di dua pertiganya. Pars cartilage berjalan ke arah posterior superior
, merupakan perluasan dari tulang rawan daun telinga, tulang rawan ini melekat erat di tulang
temporal, dilapisi oleh kulit yang merupakan perluasan kulit dari daun telinga , kulit tersebut
mengandung folikel rambut, kelenjar serumen dan kelenjar sebasea. Kelenjar serumen
memproduksi bahan seperli lilin berwarna coklat merupakan pengelupasan lapisan epidermis,
bahan sebaseus dan pigmen disebut serumen atau kotoran telinga. Pars osseus berjalan ke
arah antero inferior dan menyempit di bagian tengah membentuk ismus. Kulit pada bagian ini
sangat tipis dan melekat erat bersama dengan lapisan subkutan pada tulang. Didapatkan
glandula sebasea dan glandula seruminosa, tidak didapatkan folikel rambut.5
4
Membran timpani merupakan membrane yang tipis, transparan, dengan ukuran
diameter sekitar 1 cm. Membran timpani juga memisahkan telinga bagian luar dengan telinga
bagian dalam. MT berbentuk kerucut dengan puncaknya disebut umbo , dasar MT tampak
sebagai bentukan oval. MT dibagi dua bagian yaitu pars tensa memiliki tiga lapisan yaitu
lapisan skuamosa, lapisan mukosa dan lapisan fibrosa. Lapisan ini terdiri dari serat melingkar
dan radial yang membentuk dan mempengaruhi konsistensi MT. 3 Pars flasida hanya
memiliki dua lapis saja yaitu lapisan skuamosa dan lapisan mukosa.6
5
2.4 ETIOLOGI
Othematom umunya terjadi akibat trauma secara langsung ke daerah telinga seperti
yang ditemui pada petinju, pegulat dan seni bela diri, sehingga terdapat penumpukan bekuan
darah diantara perikondrium dan tulang rawan menerima pasokan darah dari perichondrium
atasnya. Luka geser menyebabkan gangguan hubungan anatomi normal dari perichondrium
ke tulang rawan, dengan nekrosis tulang rawan yang dihasilkan.2
2.5 PATOFISIOLOGI
Daun telinga terdiri dari kulit, jaringan subkutan, otot, dan perichondrium yang
memasok darah ke tulang rawan yang mendasarinya. Hematoma auricular adalah kumpulan
darah di perichondrium dan tulang rawan yang mendasarinya. Area tulang rawan utama di
daerah telinga adalah tragus, helix, antihelix, fossa segitiga, cymba concha, dan concha
cavum. Pembuluh darah yang memasok telinga terdiri dari arteri temporal dan posterior
aurikular superfisial. Dengan trauma pada telinga, perichondrium dan pembuluh darah rusak,
menyebabkan pemisahan dari tulang rawan yang mendasarinya dan mengakibatkan ruang
potensial untuk darah menumpuk. Setelah darah mengisi ruangan tersebut, itu menyebabkan
gangguan vaskulari terhadap tulang rawan di sekitarnya dan kongesti vena yang dapat
mengakibatkan perubahan histologis dan kelainan bentuk tulang rawan berikutnya,
menghasilkan penampilan yang tidak normal dari telinga luar yang dikenal sebagai
cauliflower ear. Selain itu, juga terjadi pembentukan tulang kartilago baru yang merupakan
alterasi struktur histologis normal dari kerangka tulang rawan telinga.9
6
Tidak dijumpai nyeri pada daun telinga, namun bila ada nyeri tidak begitu nyata,
daun telinga terasa panas dan adanya rasa tidak nyaman. Bila tidak segera diobati, darah ini
akan terkumpul menjadi jaringan ikat yang menyebabkan nekrosis tulang rawan, karena
adanya gangguan nutria. Massa jaringan parut yang berlekuk-lekuk ini, terutama dari trauma
yang berulang, akan menimbulkan deformitas yang disebut cauliflower ear. Bila dijumpai
oklusi total liang telinga akan menyebabkan kehilangan pendengaran.2
2.7 DIAGNOSIS
1. Anamnesa
Dari anamnesa dijumpai adanya riwayat trauma. Misalnya karena hantaman atau pukulan saat
berolahraga seperti gulat dan lainnya. Telinga dapat terasa nyeri dan bengkak. Jika
pembengkakan berlanjut, pasien sering kali mengeluhkan pendengarannya terganggu.2
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, dari inspeksi dijumpai benjolan kemerahan pada daun telinga.
Pada palpasi terdapat fluktuasi tanpa adanya nyeri tekan atau nyeri tekan yang ringan. Pada
kasus yang telah lama dan berulang dapat timbul pengerutan pada daun telinga (cauliflower
ear). Kemudian dilakukan aspirasi dan dijumpai cairan serohemoragis.2
2.8 PENATALAKSANAAN
Othematoma sebaiknya ditangani dalam waktu kurang dari 7 hari. Pengobatan
utamanya adalah dengan mengeluarkan darah dari dalam telinga. Tindakan ini disebut
sebagai insisi dan drainase, yaitu tindakan membuat sayatan kecil pada daun telinga untuk
mengalirkan darah keluar dari dalam telinga. Insisi usahakan tersembunyi, drain diperlukan
jika hematoma yang besar. Setelah darah keluar sepenuhnya, dilakukan pembalutan dan
penekanan dengan kassa dan plester yang bertujuan untuk mencegah terjadi pengumpulan
kembali cairan.2
7
Gambar 5. Kompresi dan Balut tekan
Pemilihan untuk tindakannya bervariasi bias aspirasi atau insisi drainase dan
dilanjutkan bebat tekan yang bervariasi diantaranya head dressing, silicone ear splint, teknik
bolster, teknik quilting sutures, teknik mattress sutures, dan teknik Cochran.11
Pada teknik bolster, setelah dilakukan aspirasi, selanjutnya dipasang selang plastik
dengan cara teknik bolster, benang yang ada pada ujung selang plastic dipasang jarum dan
jarum tersebut ditusukkan mulai fossa scapoid ke bagian posterior daun telinga lalu dipasang
selang plastik pada bagian anterior dan posterior serta diikat .Pada daerah konka juga
dilakukan dengan cara yang sama ,selang plastic dipasang dengan posisi vertical dan dioles
antibiotik topikal pada permukaan daun telinga sertaditutup dengan kasa steril mengitari daun
telinga.11
8
Gambar 6. Pemasangan balut tekan dengan tehnik bolster
Perawatan post operatif diberikan antibiotik salap pada daerah local, antibiotik
sistemik selama 7 hari dan balut tekan diangkat 10-14 hari. Jika terjadi reakumulasi cairan
lagi, drain dan balut tekan kembali.2
9
Jika othematom sudah terjadi selama lebih dari 7 hari, maka pengobatannya bukan
lagi dengan insisi dan drainase. Umumnya diperlukan tindakan debridemen yang bertujuan
untuk membersihkan jaringan-jaringan mati dan kotor didalam telinga.2
2.9 PENCEGAHAN
Untuk mencegah othematoma, sebisa mungkin hindari terjadinya cedera pada daun
telinga. Jika memungkinkan gunakan pelindung kepala dan telinga jika akan melakukan
olahraga dengan kontak fisik yang berat.12
2.11 KOMPLIKASI
Bila tindakan tidak steril, bias timbul komplikasi yaitu perikondritis. Perikondritis
adalah radang pada tulang rawan daun telinga, yang terjadi akibat trauma, pasca operasi
telinga, serta sebagai komplikasi hematoma dan daun telinga, otitis eksterna kronik.
Pengobatan dengan antibiotika sering gagal. Dapat terjadi komplikasi yaitu tulang rawan
hancur dan menciut serta keriput, sehingga terjadi telinga lingsut. Selain itu bisa juga terjadi
reakumulasi dari hematom, luka parut dan tempat infeksi.14
2.12 PROGNOSIS
Bila ditangani secara agresif dan segera, deformitas kembang kol telinga tidak
mungkin. Keterlambatan diagnosis menyebabkan kesulitan lebih dalam mengelola masalah,
meningkatkan kemungkinan untuk pasokan darah ke tulang rawan telinga, dan meningkat
resiko deformitas.
10
BAB III
KESIMPULAN
Kejadian hematoma daun telinga atau othematoma biasanya didahului dengan adanya
trauma, seringkali terjadi pada olahragawan yang banyak kontak fisik seperti pemain gulat
dan petinju dan dapat menyebabkan masalah kosmetik seperti cauliflower ear atau bahkan
kehilangan kampuan mendengar. Diagnosis dari hematoma daun telinga ini ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan aspirasi.
Beberapa teknik diaplikasikan sebagai terapi dari othematoma, antara lain dengan aspirasi,
pemasangan gips, insisi, dan drainase serta penempatan pembalut tekan yang ditujukan untuk
mengeluarkan isi hematoma, mencegah berulangnya hematoma, mencegah perikondritis, dan
mencegah deformitas kosmetik.
Othematom merupakan hematoma pada daun telinga akibat suatu rudapaksa yang
menyebabkan tertimbunnya darah dalam ruangan antara perikondrium dan kartilago.
Hematoma pada daun telinga disebabkan oleh trauma, sehingga terdapat penumpukan bekuan
darah diantara perikondrium dan tulang rawan. Bila bekuan darah ini tidak dikeluarkan dapat
terjadi organisasi dari hematoma, sehingga tonjolan menjadi padat dan permanen.
11
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. https://ojs.unud.ac.id/index.php/medicina/article/view/11049/7854
2. Boies R.L in Effendi H, Santoso K. Penyakit Telinga Luar iin Boies Buku Ajar
Penyakit THT (BOIES Fundamental Of Otolaringology) , Ed 6.Penerbit Buku
Kedokteran, Hal: 75- 84
3. Mills JH, Khariwala SS, Weber PC. Anatomy and physiology of hearing. In: Bailey
JB, Johnson JT. Head and neck surgery otolaryngology. 4 ed, Vol 2. Philadelphia:
Lippincott W, Wilkins, 2006:1883-1902.
4. Ballenger, J.J. 2010. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala, dan Leher.Jilid I.
Dialih bahasakan oleh Staf ahli Bagian THT RSCM-FKUI.Binarupa
Aksara.Tangerang.
5. MLA (7th ed.) Moore, Keith L, and Arthur F. Dalley. Clinically Oriented Anatomy.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2013
6. Porth, Carol. Essentials Of Pathophysiology : Concepts of Altered Health States.
Philadelphia :Lippincott Williams & Wilkins, 2004.
7. Soepardi EA, Iskandar N. Bashiruddin J, Restuti RD, Editors. Buku Ajar Kesehatan
Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala, & Leher. Jakarta : Badan Penerbit FK UI,
2017:10-22.
8. Schuller DE, Dankle SD, Strauss RH. A technique to treat wrestlers' auricular
hematoma without interrupting training or competition. Arch. Otolaryngol. Head
Neck Surg. 1989 Feb;115(2):202-6.
9. Ghanem T, Rasamny JK, Park SS. Rethinking auricular trauma. Laryngoscope. 2005
Jul;115(7):1251-5.
10. Auricular Hematom Available from www.nje.com/healthguide/auriclar-
hematom.html 12.T.K Timothy Jinn Hoon, Disease of The auricular externa in
Ballenger’s
Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery,London.2002.P: 230-235
11. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/68482/Fulltext.pdf?sequence=
1&isAllowed=y
12
12. Othematoma dan Pengelolaannya, available from
http://www.kalbe.co.id/files/15othematomdanpengelolaanya120pdf/15othematomdan
pengelolaannya120.html
13. Sosialisman and Helmi inSoepardi A.E Iskandar N edt. Kelainan Telinga luar in Buku
Ajar Ilmu Keshatan Telinga Hidung dan Tenggorok Kepala Leher, Ed 5, FKUI 2001,
hal : 9-11,45
14. Auricular Hematom Available from :
http://drdavidson.ucsd.edu/Portals/0/PathwayAurHemat.htm
13