LABIOSKIZIS DAN
PALATOSKIZIS
OLEH:
c. Celah dapat terjadi lebih dari satu organ misalnya terjadi di bibir dan langit
(labiopalatoskizis)
KLASIFIKASI
2.
Berdasarkan lengkap/tidaknya celah terbentuk
a. Unilateral Incomplete
b. Unilateral complate
c. Bilateral complate
PATOFISIOLOGI
Cacat terbentuk pada trimester pertama kehamilan, prosesnya terjadi karena tidak
terbentuknya mesoderm, pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah menyatu (proses
nasalis dan maksilaris) pecah kembali. Labioskizis terjadi akibat fusi atau penyatuan
prominen maksilaris dengan prominen nasalis medial yang diikuti difusi kedua bibir, rahang
dan palatum pada garis tengah dan kegagalan fusi septum nasi. Gangguan fusi palatum
durum serta palatum mole terjadi sekitar kehamilan ke-7 sampai 12 minggu.
TANDA DAN GEJALA
Ada beberapa gejala dari bibir sumbing yaitu:
1. Terjadi pemisahan langit-langit
2. Terjadi pemisahan bibir
3. Terjadi pemisahan bibir dan langit-langit
4. Infeksi telinga berulang, berat badan tidak bertambah
5. Pada bayi tidak terjadi regurgitasi nasal ketika menyusui yaitu keluarnya air susu dari hidung.
KOMPLIKASI
Keadaan kelainan pada wajah seperti bibir sumbing ada beberapa komplikasi, yaitu:
1. Kesulitan makan
2. Infeksi telinga
3. Kesulitan berbicara
4. Masalah gigi
PENATALAKSANAAN
Penanganan untuk bibir sumbing adalah dengan cara operasi (bedah labioplasty dan
palatoplasty).
Dalam beberapa buku dikatakan juga untuk melakukan operasi bibir sumbing dilakukan
hukum sepuluh (rule of ten) yaitu, berat badan bayi minimal 10 pon, kadar Hb 10 g% dan
usianya minimal 10 minggu serta kadar leukosit minimal 10.000/ui.
BEDAH LABIOPLASTY
1. Definisi
Suatu tindakan pembedahan dari labium atau bibir untuk memperbaiki bentuk
dan fungsi.
2. Ruang Lingkup
Malnutrisi, anemia, dan kondisi pediatri lainnya yang dapat
mengakibatkan pasien tidak mampu mentoleransi anastesi umum.
Kelainan jantung yang menyertai harus dinilai terlebih dahulu
sebelum dilakukan labioplasti.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Informed Consent
b. Laboratorium
c. Pemeriksaan Tambahan
d. Antibiotik Profilaksi
2. Persiapan Alat
Betadine
6. Teknik Operasi
3.Alat-alat steril
untuk
Bisturi Needle
8. Persiapan Pasien
Tim memakai jas operasi dan sarung tangan steril.
Pasien diletakkan dalam posisi terlentang. Lindungi anatomi pasien dan pertahankan
suhu tubuh. Setelah intubasi, dipasang gulungan bahu agar kepala terdongak ke
belakang sehingga menjadi lebih terpajan dengan baik.
Prosedur dilakukan di bawah anastesi umum pada anak-anak, dan pada pasien dewasa
yang cukup kooperatif dapat dilakukan bius setempat.
Lakukan desinfeksi dan asepsi
Pembersihan prabedah mencakup hidung dan mulut.
9. Tindakan Operasi
1) Tentukan Desain
a) Tentukan titik A dipertengahan philtrum
b) Tentukan titik B di ujung ridge kanan
c) Tentukan titik C di ujung philtrum ridge kiri (AB=AC)
d) Tentukan pertengahan dasar kolumela (titik D)
e) Pertemuan philtrum ridge kanan dengan nasal floor diberi titik O
f) Bakal pertemuan philtrum ridge kiri dengan nasal floor diberi titik P (OD = OP). Tampak
philtrum ridge kiri (CP) lebih pendek dari philtrum kanan (BO), dibuat garis lengkung dari titik
C menuju suatu tempat didekat titik D yaitu titik E. Titik E jangan melewati philtrum ridge OB
sedemikian rupa sehingga diharapan dengan garis lengkung ini titik C akan turun setinggi titik B
g) Garis CP diteruskan sejauh 1 cm ke dalam hidung untuk membentuk vestibulum nasi
9.Tindakan Operasi
h) tentukan titik F di tempat vermilion mulai menipis
i) tentukan titik G pada pertemuan lekukan nostril dengan vermilion
j) Garis FG diteruskan ke dalam hidung sejauh 1 cm untuk membentuk vestibulum nasi
dan untuk mempermudah pertautan vestibulum nasi ke medial.
k) garis CP diteruskan sejauh 1 cm ke dalam hidung untuk membentuk vestibulum nasi
l) tentukan titik F di tempat vermilion mulai menipis
m) tentukan titik G pada pertemuan lekukan nostril dengan vermilion
n) Garis FG diteruskan ke dalam hidung sejauh 1 cm untuk membentuk vestibulum nasi
dan untuk mempermudah pertautan vestibulum nasi ke medial.
9. Tindakan Operasi
2) Teknik Operasi
a)
Dengan pisau no 15 dilakukan insisi sesuai desain sedalam kulit saja.
b) Dengan pisau no 11 di teruskan sampai mengenai seluruh tebal bibir.
c) Pertama dilakukan pada segmen medial.
d) Setelah selesai bagian medial baru dilanjutkan ke segmen lateral.
e) Musculus vermilion segmen lateral di daerah celah setelah dilakukan eksisi lapisan kulitnya
dipakai sebagai flap (flap Djo) yang disisipkan ke subkutannya segmen medial untuk
membentuk vermilion yang berketebalan normal.
f) Mukosa di segmen medial digunting 0,5 – 1 cm di atas dan sejajar dengan lekukan mukosa
alveolus.
9.Tindakan Operasi
2) Teknik Operasi
g) Bibir sampai dengan lapisan otot dibebaskan dan mukosa alveolus dan periosteum di
bawahnya sampai ke dalam hidung sehingga bibir dengan mudah bergeser ke lateral.
h) Dilakukan penilaian terhadap panjang insisi garis CE bila belum cukup, maka garis CE dapat
diperpanjang tapi tidak boleh melewati garis BO. Bila masih kurang turun, insisi di arahkan
kembali ke arah vermilion (back cut incision sedemikian rupa sampai titik C turun setinggi
titik B.
i) Dari segmen lateral dibuat irisan melalui garis GF dan GH. Garis FG diteruskan sampai ke
dalam hidung sampai pertautannya dengan tulang
j) Flap lateral vermilion (flap Djo) di daerah segmen lateral dibiarkan tetap menggantung
dengan panjang flap ini kira-kira sepanjang titik BC lalu flap ini dieksisi kulit vermilion.
9.Tindakan Operasi
2) Teknik Operasi
k)
Mukosa oral digunting 1 cm di atas batas bibir/ gusi dan diteruskan ke lateral secukupnya
dan dilakukan pembebasan otot di atas periosteum dari alveolus sehingga otot orbicularis
oris segmen laterla dapat dengan mudah digerakkan ke medial.
l) Apabila dalam usaha mempertemukan titik G1 dan titik P serta penjahitan vestibulum nasi
setelah suatu undermining mengalami kesukaran maka pada garis perpanjangan FG sekitar 1
cm ke dalam hidung dilakukan pengguntingan secara tegak lurus terhadap perpanjangan FG
tadi sedemikian rupa sehinggaa garis perpanjangan FG menjadi lebih panjang dan titik G 1
mudah digerakkan untuk mencapai titik P.
m) Flap lateral (FGH) dimasukkan menuju titik E dan flap medial/flap C (ECP) dimasukkan
menuju titik H.
9.Tindakan Operasi
3. Penjahitan
a.
Mukosa di daerah celah yang digunakan sebagai dasar bibir dijahit dengan plain cat gut
dengan simpul luar
b. Vestibulum nasi dijahit dengan plain cat gut
c. Otot dijahit dengan plain cat gut dimulai dari titik CF, cukup 3 jahitan.
d. Otot pada ujung flap C dijahit ke lateral (H)
e. Penjahitan kulit di mulai pada titik CF dengan polypropylene 6-0. Dilakukan undermining
vermilion di daerah BC di tempat yang tipis saja.
f. Flap Djo dijahit ke otot dengan plain cat gut 4.0 atau polypropylene 6.0
g. Kulit sampaai dengan seluruh vermilion dijahit dengan polypropylene 6.0
h. Mukosa oral dijahit dengan plain cat gut 4.0
2. Persiapan Alat
Kontraindikasi Operasi
Bila didapatkan penyulit karena adanya
kelainan kongenital lain
Tidak memenuhi syarat rule of ten
Jenis Teknik Palatoschisis
Terdapat berbagai jenis teknik palatoschisis, namun
yang paling sering dipakai adalah teknik Von
langenbeck, V-Y push back (Veau-Wardill-Kilner),
Furlow double opposing Z-palatoplasty, dan two flap
palatoplasty
Persiapan dan Prosedur Operasi
Persiapan Pre Operasi
Informed Consent
Laboratorium
Pemeriksaan Tambahan
Antibiotik Profilaksi
Cairan dan darah
Persiapan Alat
Persiapan Perawat
• Tim bedah cuci tangan steril
• Tim memakai jas operasi dan sarung tangan steril
Persiapan Pasien
Persiapan Pasien
Pasien diletakkan dalam posisi terlentang. Lindungi
anatomi pasien dan pertahankan suhu tubuh. Setelah
intubasi, dipasang gulungan bahu agar kepala
terdongak ke belakang sehingga menjadi lebih
terpajan dengan baik
Prosedur dilakukan di bawah anastesi umum
Lakukan desinfeksi dan asepsi
Pembersihan prabedah mencakup hidung dan mulut
Tindakan Operasi
Teknik operasi dimulai dengan insisi medial, dari
palatum mole dari palatum durum terus mengupas
mukosa palatum mole dan membuka ototnya
Mukosa uvula dibuang dengan gunting. Insisi lateral
dimulai dengan pembukaan flap muloperiosteal
dibagian tengah menggunakan respatorium bengkok
Gerakan adalah dorongan ke tengah setelah ujung
respatorium menyentuh tulang
Setelah terbuka sedikit, dipegang dengan pinset dan
pembukaan diteruskan ke anterior menggunakan
respatorium lurus dengan gerakan mendorong flap
yang ada
Tempat-tempat perlengketan (oleh serat-serat
Sharpey) dibebaskan, kalau perlu secara tajam
memakai pisau sampai ujung anterior flap bebas
Ujung flap dipegang dengan pinset
Pangkal flap dibebaskan dengan gerakan
mendorong ke belakang memakai raspatorium lurus
sampai ke pedikel: a/v palatona major
Raspatorium bengkok dipakai untuk menekan
bagian posterior pedikel
Dengan gerakan pelan, flap diangkat ke atas
sehingga pedikel lebih bebas/mulur
Flap dibebaskan dari puncak hamulus memakai
raspatorium lurus dengan gerakan ke medial
Sisa raspatorium bengkok dipakai untuk menekan
jaringan lunak persis dibelakang akhir tulang
palatum durum
Setelah lepas dari tulang, raspatorium digeser ke
depan sehingga mukosa nasal bebas
Langkah-langkah yang sama dikerjakan pada sisi yang
sehat, setelah itu dilanjutkan dengan tindakan di
bawah ini
Dengan raspatorium, mukosa septum dibebaskan
kemudian mulai dilakukan penjahitan
Jahitan pertama mempertautkan uvula
Dilanjutkan dengan memasang jahitan aposisi otot 3-4
buah. (usahakan memegang seluruh tebal otot)
Jahitan mukosa sisi nasal dengan mukosa septum untuk
”nasal lining” dimulai dari yang paling mudah ditengah,
diteruskan ke anterior baru ke posterior lagi
Penjahitan dilanjutkan dengan jahitan mukosa dan otot
pada palatum mole
Jahitan diteruskan dengan aposisi ujung flap, pemasangan
jahitan ujung flap ke alveolus anteriorsumbing (agar di
daerah celah tak terdapat sambungan)
Jahitan ini sangat penting karena bila terlepas, flap akan
mengkerut, fistula oronasal anterior akan lebih lebar, lebih sulit
ditutup nantinya
Aposisi flap pada palatum durum bila perlu dengan
jahitan matras agar tidak inversi
Bagian flap yang paling sulit ddiaposisikan, daerah
setinggi pedikel, paling akhir dijahit
Jahitan flap mukosa periosteal dilanjutkan ke anterior
Ujung flap dijahitkan ke praksimala
Jahitan ini sangat penting, karena bila terlepas flap akan
mengkerut ke posterior dan hubungan oro nasal anterior
lebar yang sulit di tutup nantinya
Persiapan Alat
Kasa steril Depper tang
Kom kecil
..TERIMAKASIH..