Anda di halaman 1dari 50

INSTRUMENT BEDAH

LABIOSKIZIS DAN
PALATOSKIZIS


OLEH:

DELLA PUTRI DITIANY P27904116009


MARYAENAH P27904116025
ELENA WIDYA P27904115016

DOSEN PEMBIMBING : HJ. ENDANG SUARTINI, SST, M.KES



KONSEP DASAR LABIOSKIZIS DAN
PALATOSKIZIS
DEFINISI

Labioskizis atau cleft lip atau bibir
sumbing adalah suatu kondisi dimana
terdapatnya celah pada bibir atas diantara
mulut dan hidung (Wong, 2008).
Palatoskisis adalah fissura garis tengah
pada palatum yang terjadi karena
kegagalan 2 sisi untuk menyatu karena
perkembangan embriotik (Alfiani Octavia,
2014).
Labiopalatoskizis adalah suatu kelainan
kongenital dimana keadaan terbukanya bibir

dan langit –langit rongga mulut dapat
melalui palatum durum maupun palatum
mole (Wong, 2008).
ETIOLOGI

Banyak faktor yang dapat memengaruhi terjadinya bibir sumbing, faktor tersebut antara lain
yaitu:
1. Faktor genetik atau keturunan
2. Kurang nutrisi
3. Radiasi
4. Trauma pada kehamilan trimester pertama
5. Infeksi pada ibu
6. Pegaruh obat teratogenik
KLASIFIKASI
Klasifikasi dari kelainan ini diantaranya berdasarkan akan dua hal itu yaitu:

1. Klasifikasi berdasarkan organ yang terlibat



a. Celah di bibir (labioskizis)

b. Celah di langit (palatoskizis)

c. Celah dapat terjadi lebih dari satu organ misalnya terjadi di bibir dan langit
(labiopalatoskizis)

KLASIFIKASI
2.

Berdasarkan lengkap/tidaknya celah terbentuk
a. Unilateral Incomplete

b. Unilateral complate
c. Bilateral complate
PATOFISIOLOGI

Cacat terbentuk pada trimester pertama kehamilan, prosesnya terjadi karena tidak

terbentuknya mesoderm, pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah menyatu (proses

nasalis dan maksilaris) pecah kembali. Labioskizis terjadi akibat fusi atau penyatuan

prominen maksilaris dengan prominen nasalis medial yang diikuti difusi kedua bibir, rahang

dan palatum pada garis tengah dan kegagalan fusi septum nasi. Gangguan fusi palatum

durum serta palatum mole terjadi sekitar kehamilan ke-7 sampai 12 minggu.
TANDA DAN GEJALA

Ada beberapa gejala dari bibir sumbing yaitu:
1. Terjadi pemisahan langit-langit
2. Terjadi pemisahan bibir
3. Terjadi pemisahan bibir dan langit-langit
4. Infeksi telinga berulang, berat badan tidak bertambah
5. Pada bayi tidak terjadi regurgitasi nasal ketika menyusui yaitu keluarnya air susu dari hidung.
KOMPLIKASI

Keadaan kelainan pada wajah seperti bibir sumbing ada beberapa komplikasi, yaitu:
1. Kesulitan makan

2. Infeksi telinga
3. Kesulitan berbicara
4. Masalah gigi
PENATALAKSANAAN

Penanganan untuk bibir sumbing adalah dengan cara operasi (bedah labioplasty dan
palatoplasty).
Dalam beberapa buku dikatakan juga untuk melakukan operasi bibir sumbing dilakukan
hukum sepuluh (rule of ten) yaitu, berat badan bayi minimal 10 pon, kadar Hb 10 g% dan
usianya minimal 10 minggu serta kadar leukosit minimal 10.000/ui.

BEDAH LABIOPLASTY
1. Definisi
Suatu tindakan pembedahan dari labium atau bibir untuk memperbaiki bentuk
dan fungsi.

2. Ruang Lingkup

Sumbing bibir unilateral


3. Indikasi Operasi
Untuk memperoleh bentuk wajah secara morfologi yang normal dan fungsi
yang optimal untuk perkembangan pertumbuhan gigi geligi, mastikasi,
pendengaran, pernapasan serta status psikososial.
4. Kontra Indikasi Operasi


Malnutrisi, anemia, dan kondisi pediatri lainnya yang dapat
mengakibatkan pasien tidak mampu mentoleransi anastesi umum.
Kelainan jantung yang menyertai harus dinilai terlebih dahulu
sebelum dilakukan labioplasti.

5. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan darah perifer lengkap.


6. Teknik Operasi

1. Persiapan Pre Operasi

a. Informed Consent

b. Laboratorium

c. Pemeriksaan Tambahan

d. Antibiotik Profilaksi

e. Cairan dan darah

2. Persiapan Alat

a. Alat- alat steril:

1) Alat dan bahan untuk desinfeksi: 2) Alat-alat steril untuk drapping:


 Duk Klem 8 buah
 Deppers tang
 Duk bolong besar 1 buah
 Kassa steril
 Duk steril 4 buah
 Kom kecil

 Betadine
6. Teknik Operasi
3.Alat-alat steril 
untuk

bedah palato:  Pinset sirugis

 Bak instrumen  Needle holder

 Bisturi  Needle

 Scalpel  Gunting benang

 Bisturi (no.15 dan 11)


7. Persiapan Perawat
 Tim bedah cuci tangan steril

8. Persiapan Pasien

 Tim memakai jas operasi dan sarung tangan steril.

 Pasien diletakkan dalam posisi terlentang. Lindungi anatomi pasien dan pertahankan
suhu tubuh. Setelah intubasi, dipasang gulungan bahu agar kepala terdongak ke
belakang sehingga menjadi lebih terpajan dengan baik.
 Prosedur dilakukan di bawah anastesi umum pada anak-anak, dan pada pasien dewasa
yang cukup kooperatif dapat dilakukan bius setempat.
 Lakukan desinfeksi dan asepsi
 Pembersihan prabedah mencakup hidung dan mulut.
9. Tindakan Operasi

1) Tentukan Desain
a) Tentukan titik A dipertengahan philtrum 
b) Tentukan titik B di ujung ridge kanan
c) Tentukan titik C di ujung philtrum ridge kiri (AB=AC)
d) Tentukan pertengahan dasar kolumela (titik D)
e) Pertemuan philtrum ridge kanan dengan nasal floor diberi titik O
f) Bakal pertemuan philtrum ridge kiri dengan nasal floor diberi titik P (OD = OP). Tampak
philtrum ridge kiri (CP) lebih pendek dari philtrum kanan (BO), dibuat garis lengkung dari titik
C menuju suatu tempat didekat titik D yaitu titik E. Titik E jangan melewati philtrum ridge OB
sedemikian rupa sehingga diharapan dengan garis lengkung ini titik C akan turun setinggi titik B
g) Garis CP diteruskan sejauh 1 cm ke dalam hidung untuk membentuk vestibulum nasi
9.Tindakan Operasi
h) tentukan titik F di tempat vermilion mulai menipis

i) tentukan titik G pada pertemuan lekukan nostril dengan vermilion
j) Garis FG diteruskan ke dalam hidung sejauh 1 cm untuk membentuk vestibulum nasi
dan untuk mempermudah pertautan vestibulum nasi ke medial.
k) garis CP diteruskan sejauh 1 cm ke dalam hidung untuk membentuk vestibulum nasi
l) tentukan titik F di tempat vermilion mulai menipis
m) tentukan titik G pada pertemuan lekukan nostril dengan vermilion
n) Garis FG diteruskan ke dalam hidung sejauh 1 cm untuk membentuk vestibulum nasi
dan untuk mempermudah pertautan vestibulum nasi ke medial.

9. Tindakan Operasi
2) Teknik Operasi
a) 
Dengan pisau no 15 dilakukan insisi sesuai desain sedalam kulit saja.
b) Dengan pisau no 11 di teruskan sampai mengenai seluruh tebal bibir.
c) Pertama dilakukan pada segmen medial.
d) Setelah selesai bagian medial baru dilanjutkan ke segmen lateral.
e) Musculus vermilion segmen lateral di daerah celah setelah dilakukan eksisi lapisan kulitnya
dipakai sebagai flap (flap Djo) yang disisipkan ke subkutannya segmen medial untuk
membentuk vermilion yang berketebalan normal.
f) Mukosa di segmen medial digunting 0,5 – 1 cm di atas dan sejajar dengan lekukan mukosa
alveolus.
9.Tindakan Operasi
2) Teknik Operasi


g) Bibir sampai dengan lapisan otot dibebaskan dan mukosa alveolus dan periosteum di
bawahnya sampai ke dalam hidung sehingga bibir dengan mudah bergeser ke lateral.
h) Dilakukan penilaian terhadap panjang insisi garis CE bila belum cukup, maka garis CE dapat
diperpanjang tapi tidak boleh melewati garis BO. Bila masih kurang turun, insisi di arahkan
kembali ke arah vermilion (back cut incision sedemikian rupa sampai titik C turun setinggi
titik B.
i) Dari segmen lateral dibuat irisan melalui garis GF dan GH. Garis FG diteruskan sampai ke
dalam hidung sampai pertautannya dengan tulang
j) Flap lateral vermilion (flap Djo) di daerah segmen lateral dibiarkan tetap menggantung
dengan panjang flap ini kira-kira sepanjang titik BC lalu flap ini dieksisi kulit vermilion.
9.Tindakan Operasi
2) Teknik Operasi
k) 
Mukosa oral digunting 1 cm di atas batas bibir/ gusi dan diteruskan ke lateral secukupnya
dan dilakukan pembebasan otot di atas periosteum dari alveolus sehingga otot orbicularis
oris segmen laterla dapat dengan mudah digerakkan ke medial.
l) Apabila dalam usaha mempertemukan titik G1 dan titik P serta penjahitan vestibulum nasi
setelah suatu undermining mengalami kesukaran maka pada garis perpanjangan FG sekitar 1
cm ke dalam hidung dilakukan pengguntingan secara tegak lurus terhadap perpanjangan FG
tadi sedemikian rupa sehinggaa garis perpanjangan FG menjadi lebih panjang dan titik G 1
mudah digerakkan untuk mencapai titik P.
m) Flap lateral (FGH) dimasukkan menuju titik E dan flap medial/flap C (ECP) dimasukkan
menuju titik H.
9.Tindakan Operasi
3. Penjahitan
a. 
Mukosa di daerah celah yang digunakan sebagai dasar bibir dijahit dengan plain cat gut
dengan simpul luar
b. Vestibulum nasi dijahit dengan plain cat gut
c. Otot dijahit dengan plain cat gut dimulai dari titik CF, cukup 3 jahitan.
d. Otot pada ujung flap C dijahit ke lateral (H)
e. Penjahitan kulit di mulai pada titik CF dengan polypropylene 6-0. Dilakukan undermining
vermilion di daerah BC di tempat yang tipis saja.
f. Flap Djo dijahit ke otot dengan plain cat gut 4.0 atau polypropylene 6.0
g. Kulit sampaai dengan seluruh vermilion dijahit dengan polypropylene 6.0
h. Mukosa oral dijahit dengan plain cat gut 4.0
2. Persiapan Alat

 Alat dan bahan untuk desinfeksi:

Kom kecil Betadine


Kasa steril
Depper tang

Duk steril 4 buah Duk bolong besar 1 buah

Alat-alat steril untuk bedah labio:

Duk klem 8 buah Sponge holding 1 buah Elektrosurgical pencil 1 buah



Canula suction 1 buah Scalpel handle no.3 1 buah Bisturi no.11 dan 15

Round bowl 2 buah


Retraktor 2 buah Suture scissor 1 buah

Tissue scissor 1 buah Tissue forcep 1 buah Anatomical forcep 2 buah

Hemostatic clamp 2 buah Respatorium 2 buah


Respatorium khusus 4 buah

Needle holder 2 buah Kidney bowl 1 buah
Towel clamp 5 buah

Get mouth 1 set Langenback 2 buah



BEDAH
PALATOPLASTY
Definisi

 Palato plasty adalah suatu tindakan pembedahan
dari palatum untuk menutup celah pada langitan
dan mendapatkan fungsi langitan lunak yang
normal.
 Tujuan utama pembedahan palatum sumbing adalah
menghasilkan fungsi palatum yang normal sehingga
terbentuk kemampuan bicara yang normal.
INDIKASI DAN
KONRAINDIKASI

Indikasi Operasi
Sumbing langitan, Sindrom Pierre Robin.

Kontraindikasi Operasi
Bila didapatkan penyulit karena adanya
kelainan kongenital lain
Tidak memenuhi syarat rule of ten
Jenis Teknik Palatoschisis


Terdapat berbagai jenis teknik palatoschisis, namun
yang paling sering dipakai adalah teknik Von
langenbeck, V-Y push back (Veau-Wardill-Kilner),
Furlow double opposing Z-palatoplasty, dan two flap
palatoplasty
Persiapan dan Prosedur Operasi

 Persiapan Pre Operasi
 Informed Consent
 Laboratorium
 Pemeriksaan Tambahan
 Antibiotik Profilaksi
 Cairan dan darah
 Persiapan Alat
 Persiapan Perawat
• Tim bedah cuci tangan steril
• Tim memakai jas operasi dan sarung tangan steril
Persiapan Pasien

 Persiapan Pasien
 Pasien diletakkan dalam posisi terlentang. Lindungi
anatomi pasien dan pertahankan suhu tubuh. Setelah
intubasi, dipasang gulungan bahu agar kepala
terdongak ke belakang sehingga menjadi lebih
terpajan dengan baik
 Prosedur dilakukan di bawah anastesi umum
 Lakukan desinfeksi dan asepsi
 Pembersihan prabedah mencakup hidung dan mulut
Tindakan Operasi

 Teknik operasi dimulai dengan insisi medial, dari
palatum mole dari palatum durum terus mengupas
mukosa palatum mole dan membuka ototnya
 Mukosa uvula dibuang dengan gunting. Insisi lateral
dimulai dengan pembukaan flap muloperiosteal
dibagian tengah menggunakan respatorium bengkok
 Gerakan adalah dorongan ke tengah setelah ujung
respatorium menyentuh tulang
 Setelah terbuka sedikit, dipegang dengan pinset dan
pembukaan diteruskan ke anterior menggunakan
respatorium lurus dengan gerakan mendorong flap
yang ada 
 Tempat-tempat perlengketan (oleh serat-serat
Sharpey) dibebaskan, kalau perlu secara tajam
memakai pisau sampai ujung anterior flap bebas
 Ujung flap dipegang dengan pinset
 Pangkal flap dibebaskan dengan gerakan
mendorong ke belakang memakai raspatorium lurus
sampai ke pedikel: a/v palatona major

 Raspatorium bengkok dipakai untuk menekan
bagian posterior pedikel
 Dengan gerakan pelan, flap diangkat ke atas
sehingga pedikel lebih bebas/mulur
 Flap dibebaskan dari puncak hamulus memakai
raspatorium lurus dengan gerakan ke medial
 Sisa raspatorium bengkok dipakai untuk menekan
jaringan lunak persis dibelakang akhir tulang
palatum durum

 Setelah lepas dari tulang, raspatorium digeser ke
depan sehingga mukosa nasal bebas
 Langkah-langkah yang sama dikerjakan pada sisi yang
sehat, setelah itu dilanjutkan dengan tindakan di
bawah ini
 Dengan raspatorium, mukosa septum dibebaskan
kemudian mulai dilakukan penjahitan
 Jahitan pertama mempertautkan uvula
 Dilanjutkan dengan memasang jahitan aposisi otot 3-4
buah. (usahakan memegang seluruh tebal otot)

 Jahitan mukosa sisi nasal dengan mukosa septum untuk
”nasal lining” dimulai dari yang paling mudah ditengah,
diteruskan ke anterior baru ke posterior lagi
 Penjahitan dilanjutkan dengan jahitan mukosa dan otot
pada palatum mole
 Jahitan diteruskan dengan aposisi ujung flap, pemasangan
jahitan ujung flap ke alveolus anteriorsumbing (agar di
daerah celah tak terdapat sambungan)
 Jahitan ini sangat penting karena bila terlepas, flap akan
mengkerut, fistula oronasal anterior akan lebih lebar, lebih sulit
ditutup nantinya

 Aposisi flap pada palatum durum bila perlu dengan
jahitan matras agar tidak inversi
 Bagian flap yang paling sulit ddiaposisikan, daerah
setinggi pedikel, paling akhir dijahit
 Jahitan flap mukosa periosteal dilanjutkan ke anterior
 Ujung flap dijahitkan ke praksimala
 Jahitan ini sangat penting, karena bila terlepas flap akan
mengkerut ke posterior dan hubungan oro nasal anterior
lebar yang sulit di tutup nantinya
Persiapan Alat


Kasa steril Depper tang
Kom kecil

Alat-alat steril untuk drapping:

Duk steril 4 buah Duk klem 8 buah


Duk bolong besar 1 buah
Alat-alat steril untuk bedah palato:

Handle scalpel palatal 1 buah Bak instrumen Handscoon Steril

Pinset anatomis 1 buah Gunting jaringan 1 buah


Korentang 1 buah
Klem bengkok 1 buah

Sonde lurus 1 buah
Sonde halfmoon 1 buah

Kaca mulut 1 buah Metzemboum panjang 1 buah Gunting benang 1 buah



Pisau septum 1 buah Pinset sirugis 1 buah Respatorium 1 buah

Retraktor/Dingman 1 buah Elevator periosteum 1 buah


Osteotom 1 buah

Kait saraf graham 1 buah Elevator joseph 1 buah Elevator freer 1 buah

Needle holder 1 buah


Klem lurus 1 buah
Semen spatel modif 1 buah

PERAWATAN PASCA
OPERASI
Perawatan Pasca Operasi
1. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat.
a. Berikan makanan cair
b. Sendawakan bayi selama pemberian makanan

2. Aktivitas
Tidak ada batasan aktivitas, namun hendaknya aktivitas perlu diperhatikan untuk meminimalisasi risiko trauma
pada luka operasi.
3. Perawatan bibir
a. Pertahankan integritas daerah insisi anak, bersihkan garis sutura
b. Oleskan salep antibiotic
c. Hindari memasukkan obyek ke dalam mulut
d. Pantau tanda-tanda infeksi
e. Perhatikan posisi jahitan, hindari jangan kontak dengan alat-alat tidak steril.
f. Perhatikan perdarahan, edema, drainage

..TERIMAKASIH..

Anda mungkin juga menyukai