PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderita dari rasa sakit melalui
masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual (World Health
kesehatan lainnya seperti rumah sakit. Di Amerika Serikat beberapa rumah sakit
kondisi sekarat, atau ketika keluarga ingin beristirahat sejenak dari rutinitas
1
Pelayanan perawatan paliatif memerlukan keterampilan dalam mengelola
komplikasi penyakit dan pengobatan, mengelola rasa sakit dan gejala lain,
memberikan perawatan psikososial bagi pasien dan keluarga, dan merawat saat
yang sulit atau sudah tidak dapat disembuhkan, perawatan paliatif ini bersifat
spiritual; dan kondisi hidup nyaman dengan perawatan yang tepat, baik dirumah,
rumah sakit atau tempat lain sesuai pilihan pasien. Perawatan paliatif dilakukan
sejak awal perjalanan penyakit, bersamaan dengan terapi lain dan menggunakan
mereka.
fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologi, sosial dan
paliatif. Kebutuhan spiritual tidak hanya dapat diberikan oleh perawat, melainkan
dapat juga diberikan oleh kelompok agama ataupun keluarga, keluarga memiliki
peran yang cukup strategis dalam memenuhi kebutuhan spiritual, karena keluarga
memiliki ikatan emosional yang kuat dan selalu berinteraksi dalam kehidupan
anggota keluarga yang sakit merasa ada yang memperhatikan dukungan ini
2
merupakan sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang
sakit.
B. Tujuan
1. Tujuan khusus
2. Tujuan umum
paliatif.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perspektif Keperawatan
terjadi.
pelayanan dengan berpegang teguh kepada kode etik yang melandasi perawat
B. Tujuan Keperawatan
(walaupun sudah jadi perawat tetap menggali ilmu pengetahuan agar tidak
ketinggalan zaman)
untuk hidup seperti keluarga, tanpa adanya iri diantara perawat, perawat
4
dengan perawat bisa saja saling bertukar pikiran dan saling memberi
keperawatan gerontik.
1) Cegah atau turunkan dampak perpisahan antara orang tua dan dengan
5
tetapi tidak dapat dkurangi dengan menggunakan teknik distraksi dan
relaksasi
c. Peran perawat
peneliti
kebutuhan bio-fisik dan psikososial dari klien, keluarga, dan bayi baru
6
(Shane,et.al., 1990)
b. Peran Perawat
yaitu sebagai pelaksana, pendidik, konselor, rol model bagi para ibu, rol
c. Tujuan
kehamilan.
adalah normal.
7
a. Pengertian Keperawatan Jiwa
(yodang,2018)
ini berjalan selaras dengan orang lain (UU kesehatan jiwa No, 3 Tahun
1996)
3) Integrasi
4) Otonomi
5) Persefsi realitas
6) Environmental mastery
8
e. Rentang Sehat Jiwa
3) Ada tahap-tahap
memiliki nilai, keyakinan, minat, dan interaksi satu sama lainnya untuk
mencapai tujuan.
9
2) Kesehatan adalah suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan
spiritual.
lazim terjadi pada usia dewasa baik yang bersifat akut maupun kronik dengan
atau tanpa tindakan operatif yang meliputi gangguan fungsi tubuh pada
dan seni untuk memberikan kesejahteraan manusia dalam proses penuaan dan
lanjut usia baik bio, psiko, social, kultural, dan spiritual secara komprehensif.
10
Menurut Nugroho (2000) lansia dapat dikelompokkan dalam beberapa
social dan ekonominya. Dalam pembagian ini dibedakan menjadi empat tipe :
c. Tipe marah-perustasi
d. Tipe putus asa, benci pada diri sendiri dan ingin mati saja
aktif terutama pada pasien yang menderita penyakit yang membatasi hidup,
dan keluarga pasien, yang dilakukan oleh tim secara interdisiplin, dimana
penyakit pasien tersebut sudah tidak dapat lagi berespon terhadap pengobatan
(Yodang, 2018).
penderita dari rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna,
dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial
11
perawatan paliatif. Namun, di beberapa Negara perawatan hospis merujuk
dan perawatan hospis memiliki makna yang sama. Akan tetapi, “semua
membatasi masa hidup atau mengancam jiwa maupun kondisi pasien yang
tenaga professional yang bekerja secara tim yang di kenal dengan istilah tim
pasien rumah sakit yang membutuhkan pelayanan hospis disaat kondisi pasien
12
digunakan untuk menjelaskan kondisi penanganan pasien dengan efek
samping yang berat akibat proses terapi, terutama proses terapi penyakit
kanker. Dimana efek samping yang dapat ditimbulkan akibat proses terapi
lebih luas lagi, termasuk untuk rehabilitasi dan dukungan psikososial. Jadi
supportive care memiliki makna yang serupa dengan perawatan paliatif dalam
nyaman pada pasien dan keluarga. Namun, pelayanan perawatan paliatif tidak
hanya mengatasi masalah fisik pasien akan tetapi juga mencakup masalah dari
berintegrasi sehingga dapat saling mempengaruhi satu sama lain. Selain itu,
13
(end-of-life care).
pada penyakit.
1. I love you
2. Forgive me
3. Thank you
4. Good-bye
14
berdasarkan hal tersebut diatas sehingga perawatan paliatif kadang
tentang caring, terutama untuk pasien yang dengan stadium akhir dan
pasien. Sehingga pasien tidak hanya di lihat sebagai individu yang memiliki
masalah fisik saja, tetapi melihat pasien sebagai mahluk yang kompleks.
Dame menyakini bahwa gejala fisik yang di alami oleh pasien juga dapat
sebaliknya.
rumah hospis. Rumah hospis pertama yang di dirikan oleh Dame yaitu rumah
15
hospis yang terletak di kota London pada tahun 1967. Seiring dengan
menekankan pada aspek “Care” bukan pada aspek “Cure’” atau pengobatan.
Sehingga pada saat itu prioritas intervensi yang dilakukan adalah bagaimana
pasien dapat mengontrol keluhannya, seperti nyeri. pada tahun 1982, dokter
spesialis paliatif mulai diperkenalkan secara formal. pada saat itu dokter
perawatan paliatif, namun juga penelitian mengenai praktis klinis pada pasien
hospis modern dan ‘perawatan paliatif’ merupakan hal yang baru, namun
Sejak awal pergerakan hospis modern dimana pada saat itu layanan
yang diberikan hanya berfokus pada pasien penderita kanker. namun beberapa
stroke, motor neuron disease, gagal ginjal kronis dan lain sebagainya.
16
seiring dengan perkembangan dunia kedokteran dan kesehatan, dan penerapan
rumah pasien harus berpindah ke rumah sakit. Dampak dari hal tersebut,
bahwa sekitar 90% pasien kanker mendapatkan perawatan di rumah dari pihak
keluarganya.
“End of Life Care Strategy” dan “the Gold Standards Framework”. Program
selama menjalani proses perawatan, seperti rumah sendiri, rumah sakit, rumah
memaksimal sisa waktu atau umur pasien selama masa perawatan merupakan
17
anggota tim, dan memberikan pelayanan yang berkualitas menjadi hal yang
saat ini telah banyak panduan atau guideline diterbitkan oleh lembaga
saat ini membutuhkan pelayanan perawatan paliatif, dimana 69% dari mereka
adalah pasien usia lanjut yaitu usia diatas 65 tahun. Sehingga hal ini menjadi
mulai di Inggris dan Irlandia yang pada saat itu lebih dikenal dengan istilah
18
hospis. Lalu disusul oleh beberapa Negara eropa, Amerika utara, dan
Montreal pada tahun 1976. Setahun kemudian perawatan paliatif juga di buka
di salah satu rumah sakit di Inggris, the St Thomas Hospital London. Hingga
saat ini belum semua Negara menyediakan pelayanan perawatan paliatif, hal
ini terjadi dengan berbagai macam kendala. Sehingga pada tahun 2011
seluruh system kesehatan, layanan dan fasilitas yang masih terbatas, dan
system pelayanan kesehatan seperti Uganda dan India. kedua Negara tersebut
membuka klinik di kota Seoul, Korea Selatan pada awal 1965. pada tahun
19
Namun dalam konteks regional Asia, Jepang merupakan Negara yang telah
rumah sakit sekitar 250 unit, 409 klinik paliatif rawat jalan, dan jumlah tim
tidur perawatan paliatif dengan populasi per satu juta penduduk, Hong Kong
juta penduduk.
20
kesehatan yang belum mampu memberikan pelayanan yang dapat menyentuh
dan memenuhi kebutuhan pasien dengan penyakit stadium terminal yang sulit
kualitas hidup yang terbaik pada pasien dan keluarganya. pasien dengan
layanan kesehatan seperti rumah sakit baik umum maupun swasta, puskesmas,
rumah perawatan, dan rumah hospis. Saat peraturan ini di terbitkan ada 5
rumah sakit yang menjadi pusat layanan perawatan paliatif, dimana rumah
kesehatan, dan juga jumlah tenaga kesehatan yang belajar secara formal
mengenai perawatan paliatif juga masih sangat sedikit. Karena saat ini,
kelompok perawatan paliatif dan pengontrolan nyeri kanker pada tahun 1990
21
yang selanjutnya kelompok tersebut menjadi “Tim perawatan paliatif’
pertama di Indonesia. Saat ini kelompok tersebut dikenal dengan nama “Pusat
jarak jauh dari salah satu universitas yang berada di Negara bagian Australia
dilakukan pada bulan Oktober 1992 yang pada saat di itu dihadiri oleh sekitar
berlokasi di Jakarta. Pada tahun 2007, atas bimbingan dan arahan tim paliatif
22
mengadakan pelatihan perawatan paliatif untuk relawan dengan mendapatkan
paliatif kanker. hal ini menunjukkan bahwa pihak pemerintah semakin serius
I. Kualitas hidup
kualitas hidup bukan hal yang baru, karena di masa Yunani kuno system
makna yang sangat luas hal ini berdasarkan perspektif seseorang dalam
23
mengenai hidupnya yang bersifat subyektif, dan kepuasan tersebut di
pengaruh oleh seluruh aspek dari individu yang mencakup aspek fisik,
dipersepsikan terhadap keadaan pasien sesuai konteks budaya dan system nilai
yang di anutnya, termasuk tujuan hidup, harapan, dan niatnya. Dalam teori
pada situasi saat itu. Sehingga semakin kecil gap atau celah maka semakin
baik kualiats hidup seseorang. Berikut Ilustrasi teori Gap di kutip dari Kaasa
pasien tersebut pada T0 berada pada level yang hamper sama, akan tetapi
terjadi perubahan kondisi penyakit dari masing-masing pasien yang boleh jadi
24
pada pemeriksaan di T1 menunjukkan kualitas hidup yang berbeda.
dasar untuk prognosis masa bertahan hidup pasien, terutama pada pasien
kanker dengan metastasis. Namun, nilai kualitas hidup yang di ukur dengan
hanya menilai aspek-aspek tertentu saja yang di tetapkan sehingga hasil akhir
kualitas hidup yang fokus pada penyakit tertentu, atau kualitas hidup yang
pada domain. Karena makna kualitas hidup dapat berbeda pada setiap orang,
Maka kualitas hidup hanya dapat di definisikan atau di maknai hanya oleh
25
pasien berdasarkan pengalaman hidupnya. Sehingga seorang perawat harus
Becker, 2000.
1. Keterampilan komunikasi
yang penting dengan cara yang lebih baik saat pasien membutuhkannya, atau
26
memberikan penilaian atau stigma yang bersifat individual. Komunikasi
menjadi keterampilan yang sangat dasar pada perawat paliatif, dimana dengan
perasaan pasien, keluhan pasien tentang apa yang dirasakannya. Selain itu
kepercayaan diri perawat, tahu kapan mengatakan tidak terhadap pasien, dan
dengan komunikasi yang disertai dengan sentuhan, maka hal tersebut dapat
2. Keterampilan psikososial
dalam setiap kegiatan akan dapat membantu dan mendukung keluarga untuk
memiliki wawasan dan akses yang lebih luas ke berbagai macam organisasi
atau instansi yang dapat diajak bekerja sama untuk memberikan dukungan
kepada pasien. karena mengingat peran perawat dalam tim paliatif begitu
dalam tim interprofesional tidak ada tenaga pekerja social medic, maka
27
perawatlah yang akan melakukannya. Membangun rasa percaya dan percaya
diri selama berinteraksi dengan pasien dan dengan menggunakan diri sendiri
merupakan hal yang sangat vital untuk dapat melakukan praktik atau
saat ini tidak hanya tersedia di fasilitas rumah sakit, namun juga tersedia di
langsung pasien dalam kondisi apapun dan kapanpun, sehingga perawat dapat
macam bentuk metode menjadi hal yang dasar. Pemilihan metode yang tepat
untuk mengkaji pasien seperti nyeri, menjadi hal yang penting, mengingat
28
kondisi pasien yang kadang berubah dan tidak memungkin merespon
kemampuan intuisi perawat yang dapat digunakan untuk mengenali tanda atau
gejala yang mana boleh jadi pasien tidak dapat atau mampu untuk
maka perawat dapat memberikan masukan kepada anggota tim untuk tidak
pasien.
5. Keterampilan intrapersonal
Salah satu area yang menjadi komponen kunci untuk dapat bekerja
dengan baik dan sukses dalam area perawatan paliatif adalah keterampila
harus dapat mengenali dan memahami reaksi dan perasaan pasien yang
sikap dan menyesuaikan diri dengan kondisi atau situasi yang sarat dengan
sangat menantang. Dan hal ini juga memiliki andil yang besar untuk
29
membantu membangun keribadian yang lebih baik. Akan tetapi, kondisi
30
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
diri menghadapi kematian dengan tenang tanpa merasa tertekan atas penyakit
yang diderita, baik secara fisik (nyeri, mula, mual) maupun psikis yang
berbasis spiritual.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan kepada pembaca dan penulis mengenai
paliatif.
31
DAFTAR PUSTAKA
Clinch, J. J., Dudgeon, D., & Schipper, H. (1998). Quality of life assessment
University Press.
Effendy, C. (2015). The quality of palliative care for patients with cancer in
Guido, G. W. (2010). Nursing care at the end of life. Pearson. New Jearsey.
USA
Kaasa, S., & Loge, J. H. (2015). Quality of life in palliative care: principles
and practice. In Cherny, N., Fallon, M., Kaasa, S., Portenoy, R. K., &
32
Journal of Pain and Symptom Management, 8(6), 423-424.
care. In Cherny, N., Fallon, M., Kaasa, S., Portenoy, R. K., & Currow,
USA.
Nursing Review.
2020. http://rachel-house.org/about-us/who-we-are/
Soebadi, R. D., & Tejawinata, S. (1996). Indonesia: status of cancer pain and
115.
Publishing.
33
2015.Jakarta: Trans Media Info
University Press.
34