Anda di halaman 1dari 29

OLEH:

FUJI RAHMA HARIANTI P27904113018


HALIMATU’ SYADIAH P27904113019
TRINIYARI INTANG P. P27904113042

KONSEP DASAR LABIOSKIZIS DAN
PALATOSKIZIS
DEFINISI

Labioskizis adalah kelainan kongenital sumbing yang
terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan prominen
maksilaris dengan prominen nasalis medial yang diikuti
disrupsi kedua bibir, rahang dan palatum anterior.
Sedangkan palatoskizis adalah kelainan kongenital
sumbing akibat kegagalan fusi palatum pada garis tengah
dan kegagalan fusi dengan septum nasi. (Asuhan
ETIOLOGI

Banyak faktor yang dapat memengaruhi terjadinya bibir
sumbing, faktor tersebut antara lain yaitu:
1. Faktor genetik atau keturunan
2. Kurang nutrisi
3. Radiasi
4. Trauma pada kehamilan trimester pertama
5. Infeksi pada ibu
6. Pegaruh obat teratogenik
KLASIFIKASI
Klasifikasi dari kelainan ini diantaranya berdasarkan akan dua hal
itu yaitu: 
1. Klasifikasi berdasarkan organ yang terlibat

a. Celah di bibir (labioskizis)

b. Celah di gusi (gnatoskizis)

c. Celah di langit (palatoskizis)

d. Celah dapat terjadi lebih dari satu organ misalnya terjadi


di bibir dan langit (labiopalatoskizis)

KLASIFIKASI
2. Berdasarkan lengkap/tidaknya celah terbentuk

a. Unilateral Incomplete

b. Unilateral complate

c. Bilateral complate
PATOFISIOLOGI

Cacat terbentuk pada trimester pertama kehamilan, prosesnya

terjadi karena tidak terbentuknya mesoderm, pada daerah

tersebut sehingga bagian yang telah menyatu (proses nasalis

dan maksilaris) pecah kembali. Labioskizis terjadi akibat fusi

atau penyatuan prominen maksilaris dengan prominen nasalis

medial yang diikuti difusi kedua bibir, rahang dan palatum

pada garis tengah dan kegagalan fusi septum nasi. Gangguan


TANDA DAN GEJALA

Ada beberapa gejala dari bibir sumbing yaitu:

1. Terjadi pemisahan langit-langit

2. Terjadi pemisahan bibir

3. Terjadi pemisahan bibir dan langit-langit

4. Infeksi telinga berulang, berat badan tidak bertambah

5. Pada bayi tidak terjadi regurgitasi nasal ketika menyusui yaitu


keluarnya air susu dari hidung.
KOMPLIKASI

Keadaan kelainan pada wajah seperti bibir sumbing ada
beberapa komplikasi, yaitu:

1. Kesulitan makan

2. Infeksi telinga

3. Kesulitan berbicara

4. Masalah gigi
PENATALAKSANAAN

Penanganan untuk bibir sumbing adalah dengan cara operasi
(bedah labioplasty dan palatoplasty).

Dalam beberapa buku dikatakan juga untuk melakukan


operasi bibir sumbing dilakukan hukum sepuluh (rule of ten)
yaitu, berat badan bayi minimal 10 pon, kadar Hb 10 g% dan
usianya minimal 10 minggu serta kadar leukosit minimal
10.000/ui.

BEDAH LABIOPLASTY
1. Definisi

Suatu tindakan pembedahan dari labium atau bibir untuk


memperbaiki bentuk dan fungsi.

2. Ruang Lingkup

Sumbing bibir unilateral

3. Indikasi Operasi

Untuk memperoleh bentuk wajah secara morfologi yang


normal dan fungsi yang optimal untuk perkembangan
pertumbuhan gigi geligi, mastikasi, pendengaran, pernapasan
serta status psikososial.
4. Kontra Indikasi Operasi

Malnutrisi, anemia, dan kondisi pediatri lainnya yang dapat



mengakibatkan pasien tidak mampu mentoleransi anastesi
umum. Kelainan jantung yang menyertai harus dinilai terlebih
dahulu sebelum dilakukan labioplasti.

5. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan darah perifer lengkap.


6. Teknik Operasi

1. Persiapan Pre Operasi

a. Informed Consent

b. Laboratorium

c. Pemeriksaan Tambahan

d. Antibiotik Profilaksi

e. Cairan dan darah

2. Persiapan Alat

a. Alat- alat steril:

1) Alat dan bahan untuk desinfeksi: 2) Alat-alat steril untuk drapping:


 Deppers tang  Duk Klem 8 buah

 Kassa steril  Duk bolong besar 1 buah

 Kom kecil  Duk steril 4 buah

 Betadine
6. Teknik Operasi
3.Alat-alat steril 
untuk

bedah palato:
 Bak instrumen
 Pinset sirugis
 Bisturi
 Needle holder
 Scalpel
 Needle
 Bisturi (no.15 dan 11)
 Gunting benang
7. Persiapan Perawat
 Tim bedah cuci tangan steril


 Tim memakai jas operasi dan sarung tangan steril.
8. Persiapan Pasien
 Pasien diletakkan dalam posisi terlentang. Lindungi anatomi pasien
dan pertahankan suhu tubuh. Setelah intubasi, dipasang gulungan
bahu agar kepala terdongak ke belakang sehingga menjadi lebih
terpajan dengan baik.
 Prosedur dilakukan di bawah anastesi umum pada anak-anak, dan
pada pasien dewasa yang cukup kooperatif dapat dilakukan bius
setempat.
 Lakukan desinfeksi dan asepsi
 Pembersihan prabedah mencakup hidung dan mulut.
9. Tindakan Operasi
1) Tentukan Desain


a) Tentukan titik A dipertengahan philtrum
b) Tentukan titik B di ujung ridge kanan
c) Tentukan titik C di ujung philtrum ridge kiri (AB=AC)
d) Tentukan pertengahan dasar kolumela (titik D)
e) Pertemuan philtrum ridge kanan dengan nasal floor diberi
titik O
f) Bakal pertemuan philtrum ridge kiri dengan nasal floor
diberi titik P (OD = OP). Tampak philtrum ridge kiri (CP)
lebih pendek dari philtrum kanan (BO), dibuat garis
lengkung dari titik C menuju suatu tempat didekat titik D
yaitu titik E. Titik E jangan melewati philtrum ridge OB
sedemikian rupa sehingga diharapan dengan garis
9.Tindakan Operasi
h) tentukan titik F di tempat vermilion mulai menipis

i) tentukan titik G pada pertemuan lekukan nostril
dengan vermilion
j) Garis FG diteruskan ke dalam hidung sejauh 1 cm
untuk membentuk vestibulum nasi dan untuk
mempermudah pertautan vestibulum nasi ke medial.
k) garis CP diteruskan sejauh 1 cm ke dalam hidung untuk
membentuk vestibulum nasi
l) tentukan titik F di tempat vermilion mulai menipis
m) tentukan titik G pada pertemuan lekukan nostril
dengan vermilion
n) Garis FG diteruskan ke dalam hidung sejauh 1 cm

9. Tindakan Operasi
2) Teknik Operasi


a) Dengan pisau no 15 dilakukan insisi sesuai desain sedalam
kulit saja.
b) Dengan pisau no 11 di teruskan sampai mengenai seluruh
tebal bibir.
c) Pertama dilakukan pada segmen medial.
d) Setelah selesai bagian medial baru dilanjutkan ke segmen
lateral.
e) Musculus vermilion segmen lateral di daerah celah setelah
dilakukan eksisi lapisan kulitnya dipakai sebagai flap (flap
Djo) yang disisipkan ke subkutannya segmen medial untuk
membentuk vermilion yang berketebalan normal.
9.Tindakan Operasi
2) Teknik Operasi


g) Bibir sampai dengan lapisan otot dibebaskan dan mukosa
alveolus dan periosteum di bawahnya sampai ke dalam hidung
sehingga bibir dengan mudah bergeser ke lateral.
h) Dilakukan penilaian terhadap panjang insisi garis CE bila
belum cukup, maka garis CE dapat diperpanjang tapi tidak
boleh melewati garis BO. Bila masih kurang turun, insisi di
arahkan kembali ke arah vermilion (back cut incision
sedemikian rupa sampai titik C turun setinggi titik B.
i) Dari segmen lateral dibuat irisan melalui garis GF dan GH.
Garis FG diteruskan sampai ke dalam hidung sampai
pertautannya dengan tulang
9.Tindakan Operasi
2) Teknik Operasi


k) Mukosa oral digunting 1 cm di atas batas bibir/ gusi dan
diteruskan ke lateral secukupnya dan dilakukan pembebasan
otot di atas periosteum dari alveolus sehingga otot orbicularis
oris segmen laterla dapat dengan mudah digerakkan ke
medial.
l) Apabila dalam usaha mempertemukan titik G1 dan titik P
serta penjahitan vestibulum nasi setelah suatu undermining
mengalami kesukaran maka pada garis perpanjangan FG
sekitar 1 cm ke dalam hidung dilakukan pengguntingan
secara tegak lurus terhadap perpanjangan FG tadi sedemikian
rupa sehinggaa garis perpanjangan FG menjadi lebih panjang
dan titik G1 mudah digerakkan untuk mencapai titik P.
9.Tindakan Operasi
3. Penjahitan
a. 
Mukosa di daerah celah yang digunakan sebagai dasar bibir
dijahit dengan plain cat gut dengan simpul luar
b. Vestibulum nasi dijahit dengan plain cat gut
c. Otot dijahit dengan plain cat gut dimulai dari titik CF, cukup
3 jahitan.
d. Otot pada ujung flap C dijahit ke lateral (H)
e. Penjahitan kulit di mulai pada titik CF dengan polypropylene
6-0. Dilakukan undermining vermilion di daerah BC di
tempat yang tipis saja.
f. Flap Djo dijahit ke otot dengan plain cat gut 4.0 atau
polypropylene 6.0

KOMPLIKASI OPERASI
Komplikasi Operasi


1. Wound dehiscence

2. Wound expansion

3. Wound infection

4. Malposisi Premaksilar

5. Whistle deformity

6. Abnormalitas atau asimetri tebal bibir.



PERAWATAN PASCA
OPERASI
Perawatan Pasca Operasi
1. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat.
a. Berikan makanan cair

b. Sendawakan bayi selama pemberian makanan
2. Aktivitas
Tidak ada batasan aktivitas, namun hendaknya aktivitas perlu
diperhatikan untuk meminimalisasi risiko trauma pada luka operasi.
3. Perawatan bibir
a. Pertahankan integritas daerah insisi anak, bersihkan garis sutura
b. Oleskan salep antibiotic
c. Hindari memasukkan obyek ke dalam mulut
d. Pantau tanda-tanda infeksi
e. Perhatikan posisi jahitan, hindari jangan kontak dengan alat-alat
tidak steril.
f. Perhatikan perdarahan, edema, drainage

..TERIMAKASIH..

Anda mungkin juga menyukai