a. Unilateral Incomplete
b. Unilateral complate
c. Bilateral complate
PATOFISIOLOGI
Cacat terbentuk pada trimester pertama kehamilan, prosesnya
1. Kesulitan makan
2. Infeksi telinga
3. Kesulitan berbicara
4. Masalah gigi
PENATALAKSANAAN
Penanganan untuk bibir sumbing adalah dengan cara operasi
(bedah labioplasty dan palatoplasty).
memperbaiki bentuk dan fungsi.
2. Ruang Lingkup
3. Indikasi Operasi
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Informed Consent
b. Laboratorium
c. Pemeriksaan Tambahan
d. Antibiotik Profilaksi
2. Persiapan Alat
Betadine
6. Teknik Operasi
3.Alat-alat steril
untuk
bedah palato:
Bak instrumen
Pinset sirugis
Bisturi
Needle holder
Scalpel
Needle
Bisturi (no.15 dan 11)
Gunting benang
7. Persiapan Perawat
Tim bedah cuci tangan steril
Tim memakai jas operasi dan sarung tangan steril.
8. Persiapan Pasien
Pasien diletakkan dalam posisi terlentang. Lindungi anatomi pasien
dan pertahankan suhu tubuh. Setelah intubasi, dipasang gulungan
bahu agar kepala terdongak ke belakang sehingga menjadi lebih
terpajan dengan baik.
Prosedur dilakukan di bawah anastesi umum pada anak-anak, dan
pada pasien dewasa yang cukup kooperatif dapat dilakukan bius
setempat.
Lakukan desinfeksi dan asepsi
Pembersihan prabedah mencakup hidung dan mulut.
9. Tindakan Operasi
1) Tentukan Desain
a) Tentukan titik A dipertengahan philtrum
b) Tentukan titik B di ujung ridge kanan
c) Tentukan titik C di ujung philtrum ridge kiri (AB=AC)
d) Tentukan pertengahan dasar kolumela (titik D)
e) Pertemuan philtrum ridge kanan dengan nasal floor diberi
titik O
f) Bakal pertemuan philtrum ridge kiri dengan nasal floor
diberi titik P (OD = OP). Tampak philtrum ridge kiri (CP)
lebih pendek dari philtrum kanan (BO), dibuat garis
lengkung dari titik C menuju suatu tempat didekat titik D
yaitu titik E. Titik E jangan melewati philtrum ridge OB
sedemikian rupa sehingga diharapan dengan garis
9.Tindakan Operasi
h) tentukan titik F di tempat vermilion mulai menipis
i) tentukan titik G pada pertemuan lekukan nostril
dengan vermilion
j) Garis FG diteruskan ke dalam hidung sejauh 1 cm
untuk membentuk vestibulum nasi dan untuk
mempermudah pertautan vestibulum nasi ke medial.
k) garis CP diteruskan sejauh 1 cm ke dalam hidung untuk
membentuk vestibulum nasi
l) tentukan titik F di tempat vermilion mulai menipis
m) tentukan titik G pada pertemuan lekukan nostril
dengan vermilion
n) Garis FG diteruskan ke dalam hidung sejauh 1 cm
9. Tindakan Operasi
2) Teknik Operasi
a) Dengan pisau no 15 dilakukan insisi sesuai desain sedalam
kulit saja.
b) Dengan pisau no 11 di teruskan sampai mengenai seluruh
tebal bibir.
c) Pertama dilakukan pada segmen medial.
d) Setelah selesai bagian medial baru dilanjutkan ke segmen
lateral.
e) Musculus vermilion segmen lateral di daerah celah setelah
dilakukan eksisi lapisan kulitnya dipakai sebagai flap (flap
Djo) yang disisipkan ke subkutannya segmen medial untuk
membentuk vermilion yang berketebalan normal.
9.Tindakan Operasi
2) Teknik Operasi
g) Bibir sampai dengan lapisan otot dibebaskan dan mukosa
alveolus dan periosteum di bawahnya sampai ke dalam hidung
sehingga bibir dengan mudah bergeser ke lateral.
h) Dilakukan penilaian terhadap panjang insisi garis CE bila
belum cukup, maka garis CE dapat diperpanjang tapi tidak
boleh melewati garis BO. Bila masih kurang turun, insisi di
arahkan kembali ke arah vermilion (back cut incision
sedemikian rupa sampai titik C turun setinggi titik B.
i) Dari segmen lateral dibuat irisan melalui garis GF dan GH.
Garis FG diteruskan sampai ke dalam hidung sampai
pertautannya dengan tulang
9.Tindakan Operasi
2) Teknik Operasi
k) Mukosa oral digunting 1 cm di atas batas bibir/ gusi dan
diteruskan ke lateral secukupnya dan dilakukan pembebasan
otot di atas periosteum dari alveolus sehingga otot orbicularis
oris segmen laterla dapat dengan mudah digerakkan ke
medial.
l) Apabila dalam usaha mempertemukan titik G1 dan titik P
serta penjahitan vestibulum nasi setelah suatu undermining
mengalami kesukaran maka pada garis perpanjangan FG
sekitar 1 cm ke dalam hidung dilakukan pengguntingan
secara tegak lurus terhadap perpanjangan FG tadi sedemikian
rupa sehinggaa garis perpanjangan FG menjadi lebih panjang
dan titik G1 mudah digerakkan untuk mencapai titik P.
9.Tindakan Operasi
3. Penjahitan
a.
Mukosa di daerah celah yang digunakan sebagai dasar bibir
dijahit dengan plain cat gut dengan simpul luar
b. Vestibulum nasi dijahit dengan plain cat gut
c. Otot dijahit dengan plain cat gut dimulai dari titik CF, cukup
3 jahitan.
d. Otot pada ujung flap C dijahit ke lateral (H)
e. Penjahitan kulit di mulai pada titik CF dengan polypropylene
6-0. Dilakukan undermining vermilion di daerah BC di
tempat yang tipis saja.
f. Flap Djo dijahit ke otot dengan plain cat gut 4.0 atau
polypropylene 6.0
KOMPLIKASI OPERASI
Komplikasi Operasi
1. Wound dehiscence
2. Wound expansion
3. Wound infection
4. Malposisi Premaksilar
5. Whistle deformity
..TERIMAKASIH..