Anda di halaman 1dari 4

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) LABIOSCHIZIS

Definisi
Suatu tindakan pembedahan dari labium atau bibir untuk memperbaiki bentuk dan
fungsi.

Tujuan
Untuk memperoleh bentuk wajah secara morfologi yng normal dan fungsi yang
optimal untuk perkembangan pertumbuhan gigi geligi, mastikasi, pendengaran,
pernapasan serta status psikososial.

Persiapan Alat
Alat untuk desinfeksi:
- Deppers tang
- Kassa steril
- Kom kecil

Alat-alat steril untuk drapping:


- Duk Klem 8 buah
- Duk bolong besar 1 buah
- Duk steril 4 buah

Alat-alat steril untuk bedah palato:

- Sponge Holding 1 buah


- Towel Clamp 5 buah
- Elektrosurgical Pensil (Monopolar) 1 buah
- Canula suction 1 buah
- Scalpel Handle 1 buah
- Bisturi (no 15 dan no 11)
- Retraktor 2 buah
- Round bowl 2 buah
- Kidnev Bowl 1 buah
- Needle holder 2 buah
- Suture scissor 1 buah
- Tissue scissor 1 buah
- Hemosttic clamp 2 buah
- Tissue forcep 1 buah
- Anatomical forcep 2 buah
- Durameter forcep 1 buah
- Respatorium 2 buah
- Respatorium khusus labioplasti 4 buah
- Get mouth 1 set
- Langenback 2 buah

Prosedur Pelaksanaan

a. Persiapan Perawat
1) Tim bedah cuci tangan steril
2) Tim memakai jas operasi dan sarung tangan steril.
b. Persiapan Pasien
1) Pasien diletakkan dalam posisi terlentang. Lindungi anatomi pasien dan
pertahankan suhu tubuh. Setelah intubasi, dipasang gulungan bahu agar
kepala terdongak ke belakang sehingga menjadi lebih terpajan dengan
baik.
2) Prosedur dilakukan di bawah anastesi umum pada anak-anak, dan pada
pasien dewasa yang cukup kooperatif dapat dilakukan bius setempat.
3) Lakukan desinfeksi dan asepsi
Pembersihan prabedah mencakup hidung dan mulut.
c. Tindakan Operasi
1) Tentukan desain
- tentukan titik A dipertengahan philtrum
- tentukan titik B di ujung ridge kanan
- tentukan titik C di ujung philtrum ridge kiri (AB=AC)
- tentukan pertengahan dasar kolumela (titik D)
- pertemuan philtrum ridge kanan dengan nasal floor diberi titik O
- bakal pertemuan philtrum ridge kiri dengan nasal floor diberi titik P (OD =
OP). Tampak philtrum ridge kiri (CP) lebih pendek dari philtrum kanan
(BO), dibuat garis lengkung dari titik C menuju suatu tempat didekat titik
D yaitu titik E. Titik E jangan melewati philtrum ridge OB sedemikian
rupa sehingga diharapan dengan garis lengkung ini titik C akan turun
setinggi titik B
- garis CP diteruskan sejauh 1 cm ke dalam hidung untuk membentuk
vestibulum nasi
- tentukan titik F di tempat vermilion mulai menipis
- tentukan titik G pada pertemuan lekukan nostril dengan vermilion
- Garis FG diteruskan ke dalam hidung sejauh 1 cm untuk membentuk
vestibulum nasi dan untuk mempermudah pertautan vestibulum nasi ke
medial.
2) Teknik Operasi
- Dengan pisau no 15 dilakukan insisi sesuai desain sedalam kulit saja.
- Dengan pisau no 11 di teruskan sampai mengenai seluruh tebal bibir.
- Pertama dilakukan pada segmen medial.
- Setelah selesai bagian medial baru dilanjutkan ke segmen lateral.
- Musculus vermilion segmen lateral di daerah celah setelah dilakukan
eksisi lapisan kulitnya dipakai sebagai flap (flap Djo) yang disisipkan ke
subkutannya segmen medial untuk membentuk vermilion yang
berketebalan normal.
- Mukosa di segmen medial digunting 0,5 – 1 cm di atas dan sejajar dengan
lekukan mukosa alveolus.
- Bibir sampai dengan lapisan otot dibebaskan dan mukosa alveolus dan
periosteum di bawahnya sampai ke dalam hidung sehingga bibir dengan
mudah bergeser ke lateral.
- Dilakukan penilaian terhadap panjang insisi garis CE bila belum cukup,
maka garis CE dapat diperpanjang tapi tidak boleh melewati garis BO.
Bila masih kurang turun, insisi di arahkan kembali ke arah vermilion (back
cut incision sedemikian rupa sampai titik C turun setinggi titik B.
- Dari segmen lateral dibuat irisan melalui garis GF dan GH. Garis FG
diteruskan sampai ke dalam hidung sampai pertautannya dengan tulang
- Flap lateral vermilion (flap Djo) di daerah segmen lateral dibiarkan tetap
menggantung dengan panjang flap ini kira-kira sepanjang titik BC lalu flap
ini dieksisi kulit vermilion.
- Mukosa oral digunting 1 cm di atas batas bibir/ gusi dan diteruskan ke
lateral secukupnya dan dilakukan pembebasan otot di atas periosteum dari
alveolus sehingga otot orbicularis oris segmen laterla dapat dengan mudah
digerakkan ke medial.
- Apabila dalam usaha mempertemukan titik G1 dan titik P serta penjahitan
vestibulum nasi setelah suatu undermining mengalami kesukaran maka
pada garis perpanjangan FG sekitar 1 cm ke dalam hidung dilakukan
pengguntingan secara tegak lurus terhadap perpanjangan FG tadi
sedemikian rupa sehinggaa garis perpanjangan FG menjadi lebih panjang
dan titik G1 mudah digerakkan untuk mencapai titik P.
- Flap lateral (FGH) dimasukkan menuju titik E dan flap medial/flap C
(ECP) dimasukkan menuju titik H.
3) Penjahitan
- Mukosa di daerah celah yang digunakan sebagai dasar bibir dijahit dengan
plain cat gut dengan simpul luar
- Vestibulum nasi dijahit dengan plain cat gut
- Otot dijahit dengan plain cat gut dimulai dari titik CF, cukup 3 jahitan.
- Otot pada ujung flap C dijahit ke lateral (H)
- Penjahitan kulit di mulai pada titik CF dengan polypropylene 6-0.
Dilakukan undermining vermilion di daerah BC di tempat yang tipis saja.
- Flap Djo dijahit ke otot dengan plain cat gut 4.0 atau polypropylene 6.0
- Kulit sampaai dengan seluruh vermilion dijahit dengan polypropylene 6.0

Anda mungkin juga menyukai