Anda di halaman 1dari 5

KS (modul)

1. Lakukan tindakan septik dan antiseptik di dalam rongga hidung dan sekitar hidung.
2. Pasang tampon berisi larutan anestesi (berbentuk gel lebih baik, selama 30 menit)
Tampon diangkat. Bila perlu diberikan anestesi infiltrasi konka inferior bagian anterior
serta dasar hidung dengan larutan anestesi. Bila perlu dapat diberikan anestesi tambahan
berupa nasal spray/ sejenis.
3. Identifikasi konka inferior
4. Masukan trocar di area meatus inferior, dengan arah horizontal (sebagai panduan arah:
trokar berada di antara 2 titik yaitu antara tragus dan tepi luar kelopak mata) untuk
menghindari cedera orbita.
5. Trokar di tekan ke dalam sinus maksilaris melalui tulang maksila
6. Masukan endoskop/teleskop diameter 4mm, 0°, bila perlu 30° atau 70° untuk
melihat/inspeksi cavum/anthrum maksila.
7. Inspeksi: sekret, mukosa, jaringan patologik, osteum sinus (terbuka atau tidak), massa
dan lain-lain.
8. Untuk irigasi hidung dapat dilakukan sebagai berikut:
 Suctioning area sinus maksilaris melalui lubang yang sudah terbentuk dengan
suction, atau:
 Pasien diminta duduk lalu diberikan petunjuk untuk menyisih sekuat-kuatnya
melalui hidung bila telah diberi aba- aba/petunjuk. Masukan suction, lalu irigasi
sinus maksila dengan larutan NaCl fisiologis sambil pasien
menyisih/menghembuskan melalui hidung sekuatnya. Prosedur ini dapat
dilakukan beberapa kali sampai dirasa rongga sinus bersih.
9. Bila ada perdarahan, tampon hidung sekitar 10 menit dengan
10. Inspeksi kembali dengan endoskop/teleskop
tampon adrenalin 1: 200.000, lalu tampon dapat diangkat.
KS (PPK)
1. Desinfeksi lapangan operasi dengan Povidone Iodine
2. Jika dengan anestesi lokal, penderita diposisikan duduk di depan operator, jika perlu mata
ditutup. Jika dengan anestesi umum, pasien diposisikan semi fowler, lalu dilakukan
anestesi umum oleh dokter anestesi.
3. Anestesi dengan mengaplikasikan campuran Xylocaine (lidocaine hydrochloride) 2%
sebanyak 10 gr jelly + Epinephrine 1 mg/ml sebanyak 1 ml, kemudian ditunggu selama 5
menit.
4. Ditambahkan anestesi dengan xylocaine yang disemprotkan pada kapas, kemudian
diaplikasikan pada meatus inferior, ditunggu 5 menit
5. Melakukan pungsi di meatus nasi inferior, pada +1/3 tengah ( 1,5-2cm dari ujung
anterior konka inferior) , ujung troicad diarahkan ke tragus telinga ipsilateral dan
ditusukkan ke dalam sinus maksillaris.
6. Mencabut mandrin, menghubungkan sarungnya melalui selang karet dengan semprit 50-
100 cc berisi cairan NS / air steril
7. Melakukan irigasi pelan-pelan, penderita diminta membuka mulut, menahan nafas,
menundukkan kepala
8. Cairan yang keluar ditampung dengan bengkok
9. Memperhatikan sifat cairan yang keluar, serta dicatat
10. Irigasi diulang sampai bersih
11. Memasang kasa spoortjes kering bila perlu boorzalf pada meatus nasi inferior untuk
menghentikan perdarahan
12. Memperhatikan apakah ada komplikasi tindakan
CWL(PPK)
1. Desinfeksi lapangan operasi dengan Povidone Iodine
2. Prosedur ini hendaknya dihindari jika diduga terdapat keganasan. Aspirasi jarum melalui
meatus inferior atau penggunaan antrostomi intranasal dengan kuretase menggunakan
kuret Coakley lebih disukai. Jika cara-cara ini gagal jangan bimbang untuk melakukan
eksplorasi antrum melalui antrotomi Caldwell-Luc ini.
3. Pada sulkus ginggivobukal (fosa kanina), tepat diatas soket gigi dibuat insisi melalui
mukosa dan perios beberapa centimeter dari garis tengah. Mukosa secukupnya
dipertahankan dibagian bawah untuk memudahkan penutupan.
4. Perios dielevasi. Insersi otot-otot wajah mungkin memerlukan diseksi tajam untuk
membebaskannya dari dinding depan antrum.
5. Pemaparan diperluas ke atas sampai titik tepat dibawah tepi orbita, dimana saraf infra
orbita diidentifikasi dan dipertahankan. Dengan menggunakan osteotom atau bor, dinding
depan antrum dibuka. Lubang ini harus benar-benar diatas soket gigi dan diatas lantai
antrum. Semua fragmen patahan tulang diambil.
6. Dengan back-bitting forceps Kerrison, lubang dilebarkan sampai ukuran yang diinginkan
untuk memungkinkan eksplorasi.
7. Pengangkatan tumor jinak dan kista selanjutnya dilakukan dengan mudah menggunakan
grasping forceps dan gunting. Mukosa normal diusahakan tidak cidera; tetapi semua
mukosa patologis hendaknya diambil.
8. Biasanya, dilakukan antrostomi intranasal dibawah konka inferior untuk memfasilitasi
drainase.
9. Antrostomi intranasal ini dapat dilebarkan melalui lubang operasi asli dengan
menggunakan bone cutting forceps arah depan, tergantung pada tujuan operasi.
10. Beberapa ahli bedah menekankan pentingnya memastikan patensi ostium alami dan
komunikasi bebasnya dengan meatus medius. Gerakan silia yang alami adalah menuju
ostium. Jadi jaringan patologis hendaknya diambil untuk mendapatkan kembali
komunikasi ini, kalau tidak penyakit antrum akan berulang. Tepi ostium yang telah
dilebarkan mungkin memerlukan bukaan dan refleksi mukosa antrum ke medial. Penyakit
etmoid mungkin juga memerlukan pengambilan. Daerah ini pada sisi hidung dinamakan
kompleks ostiomeatal.
11. Jabir mukosa diatas lubang dinding depan didekatkan dengan jahitan satu-satu atau
jelujur menggunakan benang nilon atau terserap 4-0.

TONSILEKTOMI (MODUL)
1. Pasien dalam posisi terlentang, kepala ekstensi.
2. Dipasang mouth gag Davis sesuai dengan ukuran rongga mulut pasien.
3. Pole atas tonsil dipegang dengan klem kemudian ditarik kearah medial
4. Lakukan insisi secara tajam antara massa tonsil dan pillar dengan menggunakan
sickle knife mulai dari pole atas tonsil.
5. Selanjutnya insisi dilanjutkan secara gentle.
6. Kemudian dilakukan diseksi tonsil menggunakan disektor sampai tinggal pedikel
tonsil di pole inferior. Diseksi juga dapat dilakukan dengan menggunakan
electrosurgery/ diathermy, radiofrequency ablation, coblation, harmonic scalpel,
thermal welding, carbon dioxide laser, micro debrider .
7. Pedikel di klem dengan Negus Artery Forceps, tonsil digunting.
8. Perdarahan dirawat dengan cara ligasi menggunakan benang Silk 2-0.
9. Hal yang sama dilakukan pada tonsil sisi kontralateral.
10. Dilakukan evaluasi pada fossa tonsil, bila ada perdarahan dilakukan hemostasis.
11. Mouth gag Davis dilepas

ADENOIDEKTOMI
1. Dipasang Davis-Meyer mouth gag dengan spatel Russell-Davis
2. Palpasi jaringan adenoid melalui orofaring
3. Bila jaringan adenoid besar, dilakukan kuretage jaringan adenoid dengan kuret adenoid,
nomer kuret disesuaikan dengan ukuran nasofaring penderita. Bisa menggunakan
tuntunan nasoendoskopi.
4. Perdarahan yang terjadi ditekan dengan deppers besar di nasofaring
5. Memperhatikan apakah ada komplikasi tindakan
6. Tindakan selesai

MMRL (PPK)
- Dilakukan anestesi umum oleh TS Anestesi
- Insisi kulit dimulai dibawah sisi medial alis, sepanjang 4 - 5 mm kantus medial
anterior melalui tulang hidung sepanjang bagian terdalam celah nasomaksila dan
menelusuri lipatan ala nasi. Perluasan insisi dengan membelah bibir tidak
diperlukan. Untuk memperjelas area operasi, flap pipi dielevasi dari maksila secara
subperiosteal dan mengelilingi saraf infra orbita. Periorbita dielevasi dari lamina
papirasea, kemudian sutura frontoetmoid diidentifikasi dan diteruskan ke arah
belakang sampai arteri etmoid posterior teridentifikasi. Dinding anterior antrum
tepatnya pada fosa kanina ditembus dengan pahat ukuran 4 mm. Antrostomi
diperluas dengan rongeur Kerrison mengelilingi saraf infraorbita dan ke arah atas
menuju tepi orbita.
- Tulang diangkat melalui tepi orbita termasuk fosa lakrimalis.
- Duktus nasolakrimalis dipisahkan dan sakus lakrimalis dibuka dan dimarsupialisasi.
- Selanjutnya dilakukan osteotomi dan pengangkatan jaringan. Osteotomi diperluas
melalui apertura piriformis pada level dasar rongga hidung, diarahkan ke belakang
sampai dinding belakang antrum. Orbita diretraksi ke arah lateral, kemudian
dilakukan osteotomi pada sutura frontoetmoid, meluas ke belakang sampai pada
jarak 2 - 3 mm di belakang arteri etmoid posterior (yaitu di depan foramen
optikum).
- Tulang tipis lantai orbita bagian medial dipotong mengikuti garis yang
menghubungkan fosa lakrimalis dan osteotomi superior. Pemotongan tulang terdiri
dari 3 langkah. Pertama, osteotom dimasukkan melalui antrostomi anterior dan
diarahkan melalui dinding antrum medioposterior. Osteotomi diperluas ke atas
untuk mencapai level osteotomi superior dan didorong ke arah medial. Kedua,
osteotom yang lebih lebar dimasukkan melalui hidung, kemudian diarahkan ke
dalam dinding depan sinus sfenoid dan selanjutnya didorong ke lateral.Ketiga,
gunting lurus dimasukkan melalui osteotomi inferior dengan satu sisi di dalam
hidung dan sisi lainnya di dalam antrum untuk memulai pemotongan belakang di
belakang konka.
- Gunting bengkok kemudian dimasukkan dengan satu sisi pada kavum nasi dan sisi
yang lainnya pada daerah osteotomi superior sepanjang perlekatan superior dari
konka. Jaringan diangkat dengan tarikan ke depan dan ke bawah. Hemostasis
dilakukan dengan klem atau kauterisasi. Tepi tulang dihaluskan dengan rongeur.
Sisa mukosa etmoid diangkat dengan forsep etmoid dan dilakukan sfenoidotomi
dengan rongeur Kerrison. Rongga ditutup tampon pita dengan salep antibiotik.
Luka dijahit lapis demi lapis.

Anda mungkin juga menyukai