Anda di halaman 1dari 9

ANTROTOMI CALDWELL-LUC

A. PENDAHULUAN 1,2
Sejarah operasi Caldwell-Luc telah dibakukan oleh Mac beth terutama untuk
kepentingan siswa-siswa rinologi. Pada decade terakhir abad 19, Henri Luc dari Perancis dan
George Caldwell dari Amerika Serikat memaparkan prinsip dari eradikasi penyakit yang
berasal dari antrum dan memperlancar drainase ke hidung. Prosedur operasi ini adalah
dengan antrotomi maksila melalui fossa canina dengan membuang penyakit di mukosa
antrum dan membuat antrostomi intranasal melalui meatus inferior.
B. ANATOMI SINUS PARANASAL 1,2,3
Sinus paranasal adalah rongga-rongga dalam os maxilla, os frontale, sphenoidale, dan
ethmoidale. Umumnya dilapisi mukoperiosteum dan berisi udara; berhubungan dengan
cavum nasi melalui apertura yang relatif kecil. Sinus maxillaris dan sphenoidalis pada
saat lahir, masih rudimenter, keduanya menjadi cukup besar setelah usia delapan tahun
dan sempurna terbentuk semasa remaja. Mukus yang dihasilkan kelenjar-kelenjar mukosa
didorong ke dalam hidung oleh kerja silia sel-sel silindris. Fungsi sinus ialah bekerja
sebagai resonator suara dan mengurangi berat cranium. Bila muara sinus-sinus tersumbat,
atau bila sinus terisi cairan,maka kualitas suara jelas berubah.

Ada 3 pasang sinus yang besar yaitu sinus maksila, sinus frontal dan sinus
sphenoid kanan dan kiri. Dan beberapa sinus yang kecil yaitu sinus etmoid anterior
dan posterior. Sinus maksila, sinus frontal dan sinus etmoid anterior termasuk
kelompok sinus anterior dan bermuara di meatus medius sedangkan sinus etmoid
posterior dan sinus sphenoid merupakan kelompok sinus posterior dan bermuara di
meatus superior.
Sinus maxillaris terletak dalam corpus maxillaris. Berbentuk piramid, dengan
dinding medial tersusun atas dinding lateral hidung dan apeks di dalam processus
1

zygomaticus maxilla.Atap dibentuk oleh dasar orbita, sedangkan dasar dibentuk oleh
processes alveolaris, dinding anterior berhadapan dengan fossa kanina.
Antrum mempunyai hubungan dengan infudibulum di meatus medius melalui
ostium maksila yang terdapat di bagian atas dinding medial sinus.

Akar gigi premolar pertama dan kedua dan molar ketiga, dan kadang-kadang juga
akar caninus, menonjol ke dalam sinus maxillaris.Akar gigi terbungkus selapis tipis
tulang padat, tapi kadang-kadang lapisan ini tidak ada, dan akar gigi berhubungan
langsung dengan mukosa sinus.
Sinus maxillaris bermuara ke dalam meatus nasi medius melalui hiatus
semilunaris. Sayangnya lubang ini terletak agak tinggi pada dinding medial sinus,
sehingga dalam sinus ini mudah terkumpul cairan. Karena sinus ethmoidalis anterior
dan frontalis bermuara pada infundibulum, dan selanjutnya ke dalam hiatus
semilunaris, maka kemungkinan penyebaran infeksi dari sinus-sinus ini ke dalam
sinus maxillaris amat besar. Mukosa sinus maxillaris dipersarafi oleh n. alveolaris
superior dan n. infraorbitalis.
Kompleks osteomeatal
Pada sepertiga tengah dinding lateral hidung yaitu di meatus medius, ada
muara saluran drenase dari sinus-sinus kelompok anterior. Daerah ini rumit dan
sempit yang dinamakan kompleks osteomeatal (KOM) yang terdiri dari infundibulum
etmoid yang terdapat dibelakang prosesus unsinatus, resesus frontal, bula etmoid dan
sel-sel etmoid anterior.
Pada dinding lateral rongga hidung terdapat dua rute transport mukosilier yaitu
rute pertama: lendir yang berasal dari kelompok sinus anterior yang bergabung
didalam infundibulum etmoid dialirkan ke nasofaring didepan muara tuba eustachius.
Rute kedua berasal dari kelompok sinus posterior yang bergabung di resesus
2

sfenoetmoidalis dialirkan ke nasofaring di sebelah postero-superior muara tuba


eustachius.
Transportasi mukosilier dapat terganggu oleh sumbatan ostium sinus yang
terletak pada KOM atau permukaan mukosa (mengandung sel silia dan palut lendir)
yang rusak akibat infeksi bakteri atau virus dan keadaan disfungsi silia mukosa pada
penyakit intrinsik mukosa yaitu sindroma immotil, fibrosis kistik dan rhinitis alergi.
C. PATOFISIOLOGI 1,2
Infundibulum etmoid dan resesus yang termasuk bagian dari KOM berfungsi
sebagai serambi depan sinus maksila dan frontal berperan penting pada patofisiologi
sinusitis.
Permukaan mukosa di tempat ini berdekatan satu sama lain dan bila terjadi
edema, mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat
begerak dan lendir tidak dapat dialirkan. Maka terjadi gangguan drainase dan ventilasi
sinus maxillaris dan sinus frontalis sehingga akibatnya silia menjadi kurang aktif dan
lendir yang diproduksi menjadi lebih kental dan merupakan media yang baik untuk
tumbuhnya bakteri patogen. Bila sumbatan berlangsung terus maka akan terjadi
hipoksia dan retensi lendir sehingga bakteri anaerob akan berkembang biak. Bakteri
akan memproduksi toksin yang bisa merusak silia. Dan dapat terjadi perubahan
jaringan menjadi hipertropi, polipoid atau terbentuk polip dan kista.
Karakteristik patofisiologi penyakit sinus :
Ostium
Edema : alergi, infeksi

Fungsi Silia
Mukus
Pengurangan
frekuensi Berubah
dalam
silia :siliotoksin, cold air

jumlah :
Alergi,

Polip

atopi,

fibrosis Hilangkoordinasi

kistik, infeksi kronik

polusi,

metaplasia sel goblet


Berubah
dalam

metakronous : bekas luka, kualitas :


sinekia

Dehidrasi,
kistik,

fibrosis
kelainan

transport air-elektrolit
Faktor struktural : deviasi Hilang sel silia : polusi,
septum, konka bulosa

iritan udara

Prosedur obstruksi ostium sinus :


3

Vasodilatasi transudasi tahanan sekresi yang banyak

Disfungsi silia tetap tahanan sekresi yang banyak

Disfungsi kelenjar mukus kekentalan cairan tahanan sekresi yang banyak

D. FAKTOR PREDISPOSISI 1,2


Faktor predisposisi yaitu obstruksi mekanik seperti deviasi septum, hipertropi konka,
polip, tumor, rinolith atau benda asing di dalam rongga hidung. Obstruksi ostium sinus
juga dapat terjadi akibat rinitis kronis dan alergi. Faktor predisposisi lain yaitu lingkungan
berpolusi dan udara yang dingin serta kering yang mengakibatkan perubahan mukosa dan
kerusakan silia.

ALOGARITMA DAN PROSEDUR


4

PENATALAKSANAAN SINUSITIS
ANAMNESIS
Rinorepurulen> 7 hari
(sumbatanhidung, nyerimuka, sakitkepala,
gangguanpenghidu, demamdll

RINOSKOPI ANTERIOR
Polip?Tumor?
Komplikasi sinusitis?

Lakukanpenatalak
sanaan yang
sesuai

YA

TIDAK
SINUSITIS AKUT / KRONIK ?
Lama gejala> 12 minggu ?
Episode seranganakut>4 x / tahun?
(consensusInternasional Sinusitis 2004)
SINUSITIS AKUT
Rinoskopi Anterior (RA)

AB empiric (2 x 24 jam)
LiniI :Amoksil 3x500 mg
/Citrimoxasol 2x480 mg
+ terapitambahan

TIDAK

Terapitambahan :
Dekongest.oral + topical
Mukolitik, Analgetik
PasienAtopi :
Antihist/Kortiko
steroidtopikal

YA

Lini II AB (7 hari)
Amoks. klav /
Ampi. sulbaktam
Cephalosporin gen. kell
Makrolid
+ terapitambahan

FaktorPredisposisi?

Tata laksana yang


sesuai

TIDAK

Terapitambahan :
Dekongest.oralKortikost.oraldana
tautopikal, Mukolitik
Antihistamin (pasienatopi)
Diartemi,Proet,Irigasi sinus

TeruskanAB
mencukupi
7-14 hari

RA/Naso-endoskopi
Ro polos / CT Scan
Pungsi&irigasi sinus
Sinuskopi

Polip, Kista, JAmur,


Dontogenik

YA

TIDAK

YA

SINUSITIS KRONIK

FaktorPredisposisi
Deviasi septum
Konka bulosa, Hopertrofi
Adenoid (pada anak)

YA

Perbaikan ?

Perbaikan ?

YA

Terapi sesuai pada episode


akut lini II + Terapi
tambahan

YA

Perbaikan ?
TIDAK

TIDAK

AB alternative 7 hari
Ataubuatkultur

Ro.polos/CT scan dan /


Aso-endoskopi (NE)

YA
Kelainan ?
TIDAK
Evaluasi diagnosis kembali
Evaluasi komprehensif` alergi, LPR
(refluks)
Kultur pungsi sinus untuk resistensi
kuman, beri AB sesuai kultur

Kemungkinan
Sinusitis Akut
Berulang
Lakukan terapi
sinusitis kronik

TeruskanAB
mencukupi
7-14 hari

YA

Perbaikan ?
TIDAK

TIDAK

Evaluasi kembali : NE,


Sinuskopi atau CT jika
belum
Obstruksi KOM?

YA
Carialur
Diagnostik lain

TINDAKAN BEDAH :
BSEF atau Bedah
Konvensional

E. DEFINISI4
Antrotomi Caldwell-Luc adalah tindakan pembedahan membuka dinding depan sinus
maksilaris, mengeluarkan pus maupun jaringan patologis.
F. INDIKASI OPERASI4
-

Tumor jinak

Empiema kronis yang resisten dengan pengobatan konservatif.

Fraktur komplikata maksila

Eksplorasi

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG4
Imaging (foto rontgen, CT scan, MRI), nasoendoskopi.
H. TEKNIK OPERASI4
Menjelang pembedahan
1. Psikologi yaitu mengurangi kecemasan, menerangkan secara jelas keuntungan dan
resiko selama dan setelah operasi. Menerangkan secara jelas apa saja tindakan yang
akan dilakukan selama operasi.
2. Farmakologi, pasien diberi obat penenang 1 jam sebelum tindakan bedah, bila
diperlukan.
3. Anestesi sesuai indikasi
Tahapan pembedahan
Prosedur ini hendaknya dihindari jika diduga terdapat keganasan. Aspirasi jarum
melalui meatus inferior atau penggunaan antrostomi intranasal dengan kuretase
menggunakan kuret Coakley lebih disukai. Jika cara-cara ini gagal jangan bimbang untuk
melakukan eksplorasi antrum melalui antrotomi Caldwell-Luc ini.
o Pada sulkus ginggivobukal (fosa kanina), tepat diatas soket gigi dibuat insisi melalui
mukosa dan perios beberapa centimeter dari garis tengah. Mukosa secukupnya
dipertahankan dibagian bawah untuk memudahkan penutupan (A).
o Perios dielevasi. Insersi otot-otot wajah mungkin memerlukan diseksi tajam untuk
membebaskannya dari dinding depan antrum (B).

o Pemaparan diperluas ke atas sampai titik tepat dibawah tepi orbita, dimana saraf infra
orbita diidentifikasi dan dipertahankan. Dengan menggunakan osteotom atau bor,
dinding depan antrum dibuka. Lubang ini harus benar-benar diatas soket gigi dan
diatas lantai antrum. Semua fragmen patahan tulang diambil (C).
o Dengan back-bitting forceps Kerrison, lubang dilebarkan sampai ukuran yang
diinginkan untuk memungkinkan eksplorasi (D).
o Pengangkatan tumor jinak dan kista selanjutnya dilakukan dengan mudah
menggunakan graspingforceps dan gunting. Mukosa normal diusahakan tidak cidera;
tetapi semua mukosa patologis hendaknya diambil (E).
o Biasanya, dilakukan antrostomi intranasal dibawah konka inferior untuk memfasilitasi
drainase (F).
o Antrostomi intranasal ini dapat dilebarkan melalui lubang operasi asli dengan
menggunakan bone cuttingforceps arah depan, tergantung pada tujuan operasi (G).
o Beberapa ahli bedah menekankan pentingnya memastikan patensi ostium alami dan
komunikasi bebasnya dengan meatus medius. Gerakan silia yang alami adalah menuju
ostium. Jadi jaringan patologis hendaknya diambil untuk mendapatkan kembali
komunikasi ini, kalau tidak penyakit antrum akan berulang. Tepi ostium yang telah
dilebarkan mungkin memerlukan bukaan dan refleksi mukosa antrum ke medial.
Penyakit etmoid mungkin juga memerlukan pengambilan. Daerah ini pada sisi hidung
dinamakan kompleks ostiomeatal (I).
o Jabir mukosa diatas lubang dinding depan didekatkan dengan jahitan satu-satu atau
jelujur menggunakan benang nilon atau terserap 4-0 (J).

I. KOMPLIKASI4
-

Kerusakan saraf infraorbita

Kerusakan akar gigi

Kerusakan dasar orbita

Hipestesi atau parestesi pipi

Kerusakan bola mata

Emfisema subkutan

Kerusakan saraf alveol superior dan soket gigi

Edem berkepanjangan

Infeksi

Perdarahan

Pembengkakan wajah

Fistula oroantral

J. PERAWATAN PASCA BEDAH


1. Penderita di rawat inap.
2. Antibiotik
3. Penatalaksanaan komplikasi.
K. FOLLOW UP
1. Pengangkatan tampon.
2. Penilaian keberhasilan pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Schaefer SD, Gustafson OR. Sinus Surgery. In Byron J Bailey Head and Neck
Surgery Otorhinolaryngology. 3rd Edition. 2001. p 39
2. Ballenger JJ. Terapi Bedah Infeksi Sinus dalam Bab Hidung dan Sinus Paranasal.
Dalam :Buku Ajar Penyakit THT Ballenger. Edisi XIII. JilidI.Penerbit Buku
Kedoteran Binarupa Aksara. Jakarta. 1994. h 263-6
3. Myers EN, Eibling, Anterior Antrostomy : The Caldwell-Luc Operation. Operative
Otolaryngology Head and Neck Surgery,Second Edition, Saunders,2008, pp 57 62
4. Modul Sinus Paranasal Sinusitis Paranasal, Kolegium Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorokan Bedah Kepala dan Leher, Edisi I, 2008.

Anda mungkin juga menyukai