Anda di halaman 1dari 6

RESUME INSTRUMENTASI TEKNIK

PADA KLIEN DENGAN TINDAKAN BEDAH SINUS ENDOSKOPI FUNGSIONAL


DI OK IV RUMAH SAKIT Tk.II SOEPRAOEN
MALANG

A. PENGERTIAN
Bedah Sinus Endoskopik Fungsional (BSEF) atau Functional Endoscopic Sinus
Surgery (FESS) adalah teknik operasi pada sinus paranasal dengan menggunakan endoskop
yang bertujuan memulihkan “mucociliary clearance” dalam sinus. Prinsipnya ialah membuka
dan membersihkan daerah kompleks osteomeatal yang menjadi sumber penyumbatan dan
infeksi sehingga ventilasi dan drenase sinus dapat lancar kembali melalui ostium alami.

B. INDIKASI
Dilakukan pada penderita rinosinusitis kronik atau rinosinusitis akut berulang dan polip
hidung yang telah diberi terapi medikamentosa yang optimal.

C. KONTRA INDIKASI
1. Osteitis atau osteomielitis tulang frontal yang disertai pembentukan sekuester.
2. Pasca operasi radikal dengan rongga sinus yang mengecil (hipoplasi).
3. Penderita yang disertai hipertensi maligna, diabetes mellitus, kelainan hemostasis
yang tidak terkontrol oleh dokter spesialis yang sesuai.

D. PERSIAPAN
1. Persiapan pasien
a. Jika ada inflamasi atau udem, harus dihilangkan dahulu, demikian pula jika ada
polip, sebaiknya diterapi dengan steroid dahulu (polipektomi medikamentosa).
b. Kondisi pasien yang hipertensi, memakai obat-obat antikoagulansia juga harus
diperhatikan, demikian pula yang menderita asma dan lainnya.
c. Identitas pasien sesuai dengan gelang pasien.
d. Gambar CT scan sinus paranasal diperlukan untuk mengidentifikasi penyakit dan
perluasannya serta mengetahui landmark dan variasi anatomi organ sinus
paranasal dan hubungannya dengan dasar otak dan orbita serta mempelajari
daerah-daerah rawan tembus ke dalam orbita dan intra kranial.
e. Pasien disiapkan dalam kondisi bersih dan Mengenakan pakaian khusus kamar
operasi, rambut dimasukan dalam topi operasi.
f. Pasien diposisikan dalam posisi supine dan lengan yang akan di gunakan sebagai
lokasi pemasangan av shuntdi pasang penyangga disamping tubuh.
g. Memasang arde/ plat diatermi pada kaki pasien.
h. Pastikan area operasi besih.
i. Pastikan tidak ada logam yang menempel di tubuh pasien terasuk perhiasan.

2. Persiapan lingkungan
a. Mengatur ac ruangan.
b. Menyiapkan meja instrumen, menyiapkan set linen dan set instrumen yang akan
digunakan.
c. Menyiapkan dan mengatur meja operasi.
d. Menyiapkan mesin cauter dan suction serta mengecek fungsinya masing-masing.
e. Pastikan lampu operasi berfungsi.
f. Menyiapkan tempat sampah medis dan non medis.

3. Persiapan Alat
a. Basic set
1) Jarum panjang (FESS/Septum Needle, angular 0,8mm, Luer-lock)
2) Pisau Sabit (Sickle Knife 19cm)
3) Respatorium (MASING Elevator, dbl-end, graduated, sharp/blunt, 21.5cm)
4) Suction lurus
5) Suction Bengkok
6) Cunam Blakesley lurus (BLAKESLEY Nasal Forceps)
7) Cunam Blakesley upturned (BLAKESLEY-WILDE Nasal Forceps)
8) Cunam Cutting-through lurus (BLAKESLEY Nasal Forceps Cutting
Straight)
9) Cunam Cutting-through upturned (BLAKESLEY Nasal Forceps Cutting
Upturned)
10) Cunam Backbiting (“Backbiter” Antrum Punch)
11) Ostium seeker
12) Trokar sinus maksila
13) J Curette (Antrum Curette Oval)
14) Kuhn Curette (Sinus Frontal Curette Oblong)
15) Cunam Jerapah (Girrafe Fcps dbl. act. jaws 3mm)
16) Cunam Jerapah (Girrafe Fcps dbl. act. jaws 3mm)
17) Cunam Jamur (Stammberger Punch)

b. Set tambahan
1) Cauter bipolar
2) Set endoskopi yakni:
 teleskop 4 mm 00
 teleskop 4 mm 700 (tambahan untuk melihat lebih luas ke arah frontal dan
maksila)
 teleskop 4 mm 300
 teleskop 2,7 mm 300 (tambahan untuk pasien anak)
 light source (sumber cahaya
 cable light
 sistim kamera + CCTV
 monitor

c. Set Linen
1) Jas operasi 3-4 buah
2) Doek kecil 4
3) Doek tulan (besar) 1 buah.
4) Doek lobang besar 1 buah.

d. Alkes dan BHP


1) Sarung tangan sesuai ukuran secukupnya
2) Depers kecil secukupnya.
3) Kasa secukupnya.
4) Betadine secukupnya.
5) Nacl secukupnya
6) Adrenalin 4-6 ampul
7) Lidokain/ pehakain 4-6 ampul
8) Aqua pi secukupnya.
9) Spuit 10 cc 1 buah.
10) Spuit 50 cc 1 buah.
11) Vicril (K/p) no 3/0 1buah.

E. PELAKSANAAN
1. Posisikan pasien pada posisi supine.
2. Pasang arde pada ekstremitas, fiksasi pasien pada meja operasi.
3. Perawat instrumen melakukan scrubing, gowning dan glovig selanjutnya
mempersiapkan instrumen dan kebutuhan lainnya diatas meja mayo.
4. Perawat sirkuler mencuci area operasi.
5. Perawat instrumen membantu asisten dan operator melakukan gowning dan gloving.
6. Memberikan kom kecil berisi providon iodin 5% dan kasa diatas bengkok dan dressing
forsep pada asisten untuk melakukan desinfeksi.
7. Perawat sirkuler membantu mengankat kepala pasien, perawat instrumen memasang
underpad steril dialas linen kecil dibawah kepala sampai pundak,
Tindakan selanjutnya dapat melewati 3 tindakan berikut namun dapat dilakukan hanya 1
atau 2 tindakan saja, tergantung hasil pembacaan CT scan maupun keadaan lapangan
operasi yang ditemukan yakni:
8. Pungsi Meatus Inferior
a. Gunakan anestesi topikal ( seperti kokain, tetrakain, lidokain 4% ) dan anestesi
lokal/vasokonstrikstor ( seperti lidokain 1% dengan epinefrin 1:100.000 ) untuk
menginfiltrasi mukosa meatus inferior.
b. Letakan trokar bengkok di mukosa dan tulang 1 cm di atas lantai/dasar hidung, 1/3
bagian trokar mengarah mendekati koana posterior dengan sudut menghadap
keatas memungkinan penetrasi optimal ke dalam sinus. Trokar bengkok lebih di
pilih dibandingkan trokar lurus untuk meminimalkan risiko cedera orbita
dikarenakan pegarahan yang salah.
c. Dorong trokar sampai menusuk mukosa sinus, kemudian lepaskan introduser.
d. Aspirasi sampel steril dengan menggunakan syringe 10 mL untuk pewarnaan
Gram, kultur dan sensitivitas.
e. Irigasi sinus dengan 50-100mL cairan NaCl Isotonik memungkinkan aliran dari
sekret yang purulen melalui ostium yang telah ada ( ostium alami ). Irigasi hanya
dilakukan setelah trokar telah pasti berada di dalam antrum dengan cara
mengaspirasi dan di dapatkan udara atau cairan yang purulen.
f. Prosedur selesai dilakukan bila sekresi yang melalui ostium alami jernih.
g. Lepaskan trokar dan istirahatkan pasien selama 15 menit untuk menghindarai
episode vasovagal.
9. Pungsi Fossa Kanina
a. Gunakan anestesi topikal ( seperti kokain, tetrakain, lidokain 4% ) dan anestesi
lokal/vasokonstrikstor ( seperti lidokain 1% dengan epinefrin 1:100.000 ) untuk
menginfiltrasi groove superior gingivolabial pada fosa kanina.
b. Letakan trokar lurus di mukosa dan tulang, superior dari akar kaninus, inferior dari
foramen intra orbita, medial dari zygomatik buttress dan lateral dari apertura
piriformis, memungkikan penetrasi optimal ke dalam sinus. Dorong trokar sampai
mukosa sinus tertusuk dan lepaskan introduser.
c. Aspirasi sampel steril dengan menggunakan syringe 10 mL untuk pewarnaan
Gram, kultur dan sensitivitas.
d. Irigasi sinus dengan 50-100mL cairan NaCl Isotonik memungkinkan aliran dari
sekret yang purulen melalui ostium yang telah ada ( ostium alami ). Irigasi hanya
dilakukan setelah trokar telah pasti berada di dalam antrum dengan cara
menaspirasi dan di dapatkan udara atau cairan yang purulen.
e. Prosedur selesai dilakukan bila sekresi yang melalui ostium alami jernih. Lepaskan
trokar dan istirahatkan pasien selama 15 menit untuk menghindarai episode
vasovagal.
10. Teknik Endoskopi : Teknik endoskopi berguna bila terjadi infeksi multipel sinus atau
dekompresi orbita pada pasien dengan komplikasi.
a. Menggunakan teleskop 0° atau 30° dilakukan inspeksi kavum nasi bilateral.
Diperhatikan kondisi dari mukosa,konka, septum dan jalan nafas, juga apakah ada
sekret yang purulen.
b. Pada sisi sinus maksilaris yang terinfeksi, konka media dan prosesus ucinatus di
anestesi nfiltrasi dengan lidokain 1-2% dengan epinefrin 1:100.000. Kemudian
hidung ditutup dengan 0,25 inch kasa selama 5 menit untuk dekongesti optimal.
c. Menggunakan freer elevator atau backbitting instrumen, procesus ucinatus
pindahkan, ostium sinus maksilaris dapat terekspos.
d. Dengan suction bengkok masuk ke dalam sinus maksilaris dan sekresi di kirim
untuk kultur.
e. Ostium dibuka dengan lebar untuk memungkinkan drainase sinus.
11. Tindakan selesai, infentaris alat dan bersihkan klien.
F. KOMPLIKASI
1. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah kesalahan memasukan trokar ke dalam
sinus karena posisi yang tidak tepat, penetrasi mukosa sinus yang tidak komplit, atau
adanya hipoplastik antrum.
2. Epistaksis dapat terjadi karena laserasi dari mukosa nasal atau koagulopati yang telah
ada sebelumnya.
3. Komplikasi berbahaya termasuk cedera orbita, embolisme udara, dan kematian
sekunder karena injeksi udara ke dalam sinus.

Pembimbing OK IV

(......................................................)

Anda mungkin juga menyukai