RSUD KABUPATEN 1 1/7 KONAWE KEPULAUAN Ditetapkan : Tanggal terbit : Direktur RSUD Kabupaten Konawe Kepulauan SPO
dr. Ulam Fridslan
NIP. 19860523 201503 1 005 Pengertian Pemasangan ETT atau intubasi adalah Tindakan memasukkan pipa jalan napas buatan ke dalam trakea melalui mulut atau hidung sehingga jalan napas bebas hambatan dan napas mudah diberi bantuan Tujuan 1. Membebaskan jalan napas 2. Mempermudah pemberian napas buatan dengan bag dan mask 3. Mempermudah pemakaian ventilasi mekanik (ventilator) 4. mempermudah pemberian anesthesia 5. Mempermudah penghisapan sekret tracheobronchial secara adekuat 6. Mencegah aspirasi isi lambung ( adanya balon yang dikembangkan ) 7. Mencegah distensi lambung 8. Pemberian oksigen dosis tinggi Kebijakan Direktur RSUD Kabupaten Konawe Kepulauan dengan ditetapkannya Surat Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Konawe Kepulauan Nomor …………………… tentang Pemasangan ETT/ Intubasi Prosedur I. Indikasi 1. Ada obstruksi jalan nafas bagian atas 2. Pasien memerlukan bantuan nafas dengan ventilator 3. Menjaga jalan nafas tetap bebas 4. Pemberian anestesi seperti operasi kepala, leher, mulut, hidung, tenggorokan, operasiabdominal dengan relaksasi penuh dan operasi thoracotomy PEMASANGAN ENDO TRACHEAL TUBE / INTUBASI
No. Dokumen NO. Revisi Halaman :
RSUD KABUPATEN 1 2/7 KONAWE KEPULAUAN 5. Terdapat banyak sputum (pasien tidak dapat mengeluarkan sendiri) II. Indikasi intubasi non surgical 1. Asfiksia neonatorum berat 2. Resusitasi penderita 3. Obstruksi laring berat 4. Penderita tidak sadar lebih dari 24 jam 5. Penderita dengan atelektasis paru 6. Post operasi respiratory insufiensi III. Jenis Intubasi 1. Intubasi oral (orotracheal) 2. Intubasi nasal (nasotracheal) IV. Cara Intubasi 1. Awake intubasi (sadar) 2. Sleep intubasi apnea dan non apnea V. Komplikasi a. Ringan 1). Tenggorokan serak 2). Kerusakan pharyng 3). Muntah 4). Aspirasi 5). Gigi copot / rusak b. Berat 1). Laringeal edema 2). Obstruksi jalan nafas 3). Ruptur trachea perdarahan hidung 4). Fistula tracheoesofagal granuloma 5). Memar 6). Laserasi akan terjadi dysfonia VI. Penyulit 1. Leher pendek 2. Fraktur servical 3. Rahang bawah kecil 4. Osteoarthritis temporo mandibula joint PEMASANGAN ENDO TRACHEAL TUBE / INTUBASI
No. Dokumen NO. Revisi Halaman :
RSUD KABUPATEN 1 3/7 KONAWE KEPULAUAN 5. Trismus. 6. Ada masa di pharing dan laring VII. Prosedur a. Persiapan pasien 1). Beritahukan pasien/ keluarga pasien tentang tindakan yang akan dilakukan. 2). Mintakan persetujuan keluarga / informed consent 3). Berikan support mental 4). Hisap cairan / sisa makanan dari naso gastric tube. 5). Sebelumnya pasien terpasang IV line dan infus menetes dengan lancar b. Persiapan alat 1). Bag and mask + selang O2 dan O2 2). Laringoscope lengkap dengan blade sesuai ukuran pasien dan lampu harus menyala dengan terang 3). Alat-alat untuk suction (yakinkan berfungsi dengan baik) 4). Xyllocain jelly / xyllocain spray dan Ky jelly 5). Naso / orotracheal tube sesuai ukuran pasien misalnya a. Laki-laki dewasa no 7, 7.5, 8 b. Perempuan dewasa 6.5, 7, 7.5 c. Anak-anak: usia (dalam tahun ) + 4 dibagi 4 d. Atau berdasarkan jari kelingking pasien 6). Konektor yang cocok dengan tracheal tube yang disiapkan 7). Stylet / mandrain 8). Magyll forcep 9). Oropharingeal tube (mayo tube) 10). Stetoscope 11). Spuit 20 cc untuk mengisi cuff 12). Plester untuk fiksasi 13). Gunting 14). Bantal kecil setinggi 12 cm PEMASANGAN ENDO TRACHEAL TUBE / INTUBASI
No. Dokumen NO. Revisi Halaman :
RSUD KABUPATEN 1 4/7 KONAWE KEPULAUAN c. Persiapan obat Obat-obatan untuk intubasi 1). Sedasi 2). Muscle relaksan 3). Obat-obatan emergency (troley emergency) d. Prosedur pemasangan
1). Mencuci tangan
2). Posisi pasien terlentang 3). Kepala diganjal bantal kecil setinggi 12 cm 4). Pilih ukuran pipa endotracheal yang akan digunakan 5). Periksa balon pipa / cuff ETT dengan mengembangkan dengan udara 10 cc. 6). Pasang blade yang sesuai 7). Oksigenasi dengan bag and mask / ambu bag dengan O2 100% minimal 30 detik 8). Masukkan obat-obat sedasi dan muscle relaxan 9). Buka mulut dengan cara cross finger dan tangan kiri memegang laryngoscope. 10). Masukkan bilah laryngoscope dengan lembut menelusuri mulut sebelah kanan, sisihkan lidah ke kiri. 11). Masukkan bilah sedikit demi sedikit sampai ujung laryngoscope mencapai dasar lidah, perhatikan agar lidah atau bibir tidak terjepit di antara bilah dan gigi pasien 12). Angkat laryngoscope ke atas dan ke depan dengan kemiringan 30-40O sejajar dengan aksis pegangan, jangan sampai menggunakan gigi sebagai titik tumpu 13). Dorong blade sampai pangkal epiglottis 14). Lakukan penghisapan lendir bila banyak secret PEMASANGAN ENDO TRACHEAL TUBE / INTUBASI
No. Dokumen NO. Revisi Halaman :
RSUD KABUPATEN 1 5/7 KONAWE KEPULAUAN 15). Anestesi daerah laring dengan xyllocain spray (bila kasus emergency tidak perlu dilakukan). 16). Masukkan endotracheal tube yang sebelumnya sudah diberi jelly. Dari sebelah kanan mulut ke faring sampai bagian proximal dari cuff endotracheal tube melewati pita suara 1-2 cm atau pada orang dewasa kedalaman endotracheal tube 19-23cm. Waktu intubasi tidak boleh dari 30 detik. 17). Cek apakah endotraceal sudah benar posisinya. Hubungkan pipa ET dengan ambubag dan lakukan ventilasi sambil melakukan auskultasi (asisten), Pertama pada lambung kemudian pada paru kanan dan kiri sambil memperhatikan pengembangan dada. Bila terdengar gurgling pada lambung dan dada tidak mengembang berarti pipa ET masuk ke esophagus dan pemasangan pipa harus diulangi setelah melakukan hiperventilasi ulang selama 30 detik. Berkurangnya bunyi nafas di atas dada kiri biasanya mengindikasikan pergeseran pipa ke dalam bronkus utama kanan dan memerlukan tarikan beberapa cm dari pipa ET. 18). Setelah bunya nafas optimal dicapai, isi cuff dengan udara 5-10 cc, sampai kebocoran mulai tidak terdengar. 19). Lakukan fiksasi dengan plester. 20). Pasang orofaring, untuk mencegah pasien menggigit pipa ET jika korban mulai sadar 21). Lakukan ventilasi terus dengan oksigen 100% (aliran 10-12 liter/menit) atau sesuai indikasi 22). Lakukan foto thorax jika diperlukan PEMASANGAN ENDO TRACHEAL TUBE / INTUBASI
No. Dokumen NO. Revisi Halaman :
RSUD KABUPATEN 1 6/7 KONAWE KEPULAUAN VIII. Keuntungan dan kerugian intubasi nasal oral a. Intubasi nasal i. Keuntungan 1. Pasien merasa lebih enak / nyaman 2. Lebih mudah dilakukan pada pasien sadar 3. Tidak akan tergigit. ii. Kerugian 1. Pipa ET yang digunakan lebih kecil 2. Penghisapan secret lebih sulit 3. Dapat terjadi kerusakan jaringan dan perdarahan 4. Lebih sering terjadi infeksi (sinusitis) b. Intubasi oral i. Keuntungan 1. Lebih mudah dilakukan 2. Bisa dilakukan dengan cepat pada pasien dalam keadaan emergency 3. Risiko terjadinya trauma jalan napas lebih kecil ii. Kerugian 1. Tergigit 2. Lebih sulit dilakukan oral hygiene 3. Tidak nyaman. IX. Perawatan intubasi a. Fiksasi harus baik b. Gunakan oropharing air way (guedel) pada pasien yang tidak kooperatif. c. Hati-hati pada waktu merubah posisi pasien, ETT harus dipegang jangan sampai tertarik atau terdorong ke dalam dan dicek kembali harus simetris d. Jaga kebersihan mulut dan hidung e. Jaga patensi jalan napas f. Humidifikasi yang adekuat g. Pantau tekanan balon h. Observasi tanda-tanda vital dan suara paru-paru PEMASANGAN ENDO TRACHEAL TUBE / INTUBASI
No. Dokumen NO. Revisi Halaman :
RSUD KABUPATEN 1 7/7 KONAWE KEPULAUAN i. Lakukan fisioterapi napas tiap 4 jam. j. Lakukan suction setiap fisioterapi napas dan sewaktu- waktu bila ada suara lender k. Yakinkan bahwa posisi konektor dalam kondisi baik l. Cek blood gas untuk mengetahui perkembangan. m. Lakukan foto thorax segera setelah intubasi dan dalam waktu-waktu tertentu. n. Observasi terjadinya empisema kutis o. Air dalam water trap harus sering terbuang p. Pipa endotracheal tube ditandai diujung mulut / hidung. X. Hal – hal yang harus didokumentasikan a. Tanggal pemasangan, siapa yang memasang b. Nomor ETT yang digunakan c. Jumlah udara yang dimasukkan pada balon d. Batas masuknya NTT / ETT e. Obat-obat yang diberikan Respon pasien atau kesulitan yang terjadi