Anda di halaman 1dari 14

2/10/2020

PENATALAKSANAAN
JALAN NAFAS
(INTUBASI ENDOTRACHEAL)

WAHYU P, SKM

PENGERTIAN
 Menurut Hendricson, 2002
 Intubasi adalah memasukkan suatu lubang
atau pipa melalui mulut atau hidung dgn
sasaran jalan nafas bagian atas atau trachea.
 Intubasi endotracheal : tindakan memasukkan
pipa endotracheal ke dlm trachea shg jalan
nafas bebas hambatan dan nafas mudah
dibantu serta dikendalikan

1
2/10/2020

TUJUAN
a. Mempermudah pemberian anestesia.
b. Mempertahankan jalan nafas agar tetap
bebas serta mempertahankan
kelancaran pernafasan.
c. Mencegah kemungkinan terjadinya
aspirasi isi lambung (pada keadaan
tidak sadar, lambung penuh dan tidak
ada refleks batuk).
d. Mempermudah pengisapan sekret
trakheobronchial.
e. Pemakaian ventilasi mekanis yang lama.
f. Mengatasi obstruksi laring akut.

INDIKASI
 SURGICAL
 NON SURGICAL

2
2/10/2020

SURGICAL
1. Menjaga jalan nafas yang bebas dalam keadaan-keadaan yang sulit
2. Operasi-operasi di daerah kepala, leher, mulut, hidung dan
tenggorokan, karena pada kasus-kasus demikian sangatlah sukar
untuk menggunakan face mask tanpa mengganggu pekerjaan ahli
bedah.
3. Pada banyak operasi abdominal, untuk menjamin pernafasan yang
tenang dan tidak ada ketegangan.
4. Operasi intra torachal, agar jalan nafas selalu paten, suction
dilakukan dengan mudah, memudahkan respiration control dan
mempermudah pengontrolan tekanan intra pulmonal.
5. Untuk mencegah kontaminasi trachea, misalnya pada obstruksi
intestinal.
6. Pada pasien yang mudah timbul laringospasme.
7. Tracheostomy.

NON SURGICAL
1. Asfiksia neonatorum yang berat.
2. Untuk melakukn resusitasi pada pasien yang
tersumbat pernafasannya, depresi atau abcent
dan sering menimbulkan aspirasi.
3. Obstruksi laryngeal berat karena eksudat
inflamatoir.
4. Pasien dengan atelektasis dan tanda eksudasi
dalam paru-paru.
5. Pada pasien-pasien yang diperkirakan tidak
sadar untuk waktu yang lebih lama dari 24 jam
seharusnya diintubasi.
6. Pada post operative respiratory insufficiency.

3
2/10/2020

KONTRA INDIKASI
a. Beberapa keadaan trauma jalan nafas atau
obstruksi yang tidak memungkinkan untuk
dilakukannya intubasi. Tindakan yang harus
dilakukan adalah cricothyrotomy pada
beberapa kasus.
b. Trauma servikal yang memerlukan keadaan
imobilisasi tulang vertebra servical, sehingga
sangat sulit untuk dilakukan intubasi.

KESULITAN INTUBASI
a. Otot-otot leher yang pendek dengan gigi geligi yang
lengkap.
b. Recoding lower jaw dengan angulus mandibula yang
tumpul. Jarak antara mental symphisis dengan lower
alveolar margin yang melebar memerlukan depresi
rahang bawah yang lebih lebar selama intubasi.
c. Mulut yang panjang dan sempit dengan arcus palatum
yang tinggi.
d. Gigi incisium atas yang menonjol (rabbit teeth).
e. Kesukaran membuka rahang, seperti multiple arthritis
yang menyerang sendi temporomandibuler, spondilitis
servical spine.
f. Abnormalitas pada servical spine termasuk
achondroplasia karena fleksi kepala pada leher di sendi
atlantooccipital.
g. Kontraktur jaringan leher sebagai akibat combusio yang
menyebabkan fleksi leher.

4
2/10/2020

PERSIAPAN INTUBASI
STATICS

S = SCOPE
T = TUBES
A= AIRWAY
T = TAPE
I = INTRODUCER
C= CONNECTOR
S = SUCTION

PERSIAPAN ALAT
1. Laringoscope
2. Pipa Endotracheal
3. Oropharingeal airway
4. Sungkup muka
5. Ambubag
6. KY Jelly
7. Syringe
8. Plester
9. Xylocain spray
10. Oxygen
11. Introducer
12. Suction

5
2/10/2020

6
2/10/2020

PELAKSANAAN INTUBASI
1. Pasien sebaiknya diposisikan dalam posisi tidur
terlentang, oksiput diganjal dengan menggunakan
alas kepala (bisa menggunakan bantal yang cukup
keras atau botol infus 1 gram), leher dalam keadaan
fleksi ringan, sedangkan kepala dalam keadaan
ekstensi. Ini disebut sebagai Sniffing in the air
possition , serta trakhea dan laringoskop berada
dalam satu garis lurus.

2. O k s i ge n a s i . S e tel a h d i l a k u k a n a n e s t e s i d a n
diberikan pelumpuh otot, lakukan oksigenasi
dengan pemberian oksigen 100% minimal dilakukan
selama 2 – 3 menit. Sungkup muka dipegang
dengan tangan kiri dan balon dengan tangan kanan.

3. Laringoskop. Mulut pasien dibuka dengan


tangan kanan dan gagang laringoskop
dipegang dengan tangan kiri. Daun
laringoskop dimasukkan dari sudut kiri
dan lapangan pandang akan terbuka. Daun
laringoskop didorong ke dalam rongga
mulut. Gagang diangkat dengan lengan kiri
dan akan terlihat uvula, faring serta
epiglotis. Ekstensi kepala dipertahankan
dengan tangan kanan. Epiglotis diangkat
sehingga tampak aritenoid dan pita suara
yang tampak keputihan berbentuk huruf V.

7
2/10/2020

4.Pemasangan pipa endotrakheal.


Pipa dimasukkan dengan tangan kanan
melalui sudut kanan mulut sampai balon pipa
tepat melewati pita suara. Bila perlu, sebelum
memasukkan pipa asisten diminta untuk
menekan laring ke posterior sehingga pita
suara akan dapat tampak dengan jelas. Bila
mengganggu, stilet dapat dicabut. Ventilasi
atau oksigenasi diberikan dengan tangan
kanan memompa balon dan tangan kiri
memfiksasi. Balon pipa dikembangkan dan
daun laringoskop dikeluarkan selanjutnya
pipa difiksasi dengan plester.

5.Mengontrol letak pipa.


Dada dipastikan mengembang saat diberikan
ventilasi. Sewaktu ventilasi, dilakukan
auskultasi dada dengan stetoskop, diharapkan
suara nafas kanan dan kiri sama. Jika ada
ventilasi ke satu sisi seperti ini, pipa ditarik
sedikit sampai ventilasi kedua paru sama.
Sedangkan bila terjadi intubasi ke daerah
esofagus maka daerah epigastrum atau gaster
akan mengembang, terdengar suara saat
ventilasi (dengan stetoskop), kadang-kadang
keluar cairan lambung, dan makin lama pasien
akan nampak semakin membiru.

8
2/10/2020

6. Ventilasi.
Pemberian ventilasi dilakukan sesuai dengan
kebutuhan pasien bersangkutan.

KOMPLIKASI INTUBASI
Komplikasi tindakan laringoskop dan intubasi
1. Malposisi berupa intubasi esofagus, intubasi
endobronkial serta malposisi laringeal cuff.
2. Trauma jalan nafas berupa kerusakan gigi,
laserasi bibir, lidah atau mukosa mulut, cedera
tenggorok, dislokasi mandibula dan diseksi
retrofaringeal.
3. Gangguan refleks berupa hipertensi, takikardi,
tekanan intracranial meningkat, tekanan
intraocular meningkat dan spasme laring.
4. Malfungsi tube berupa perforasi cuff.

9
2/10/2020

KOMPLIKASI INTUBASI
Komplikasi pemasukan pipa endotracheal.
1. Malposisi berupa ekstubasi yang terjadi
sendiri, intubasi ke endobronkial dan
malposisi laringeal cuff.
2. Trauma jalan nafas berupa inflamasi dan
ulserasi mukosa, serta ekskoriasi kulit
hidung.
3. Malfungsi tuba berupa obstruksi.

KOMPLIKASI INTUBASI
Komplikasi setelah ekstubasi.
1. T r a u m a j a l a n n a f a s b e r u p a ed em a d a n
stenosis (glotis, subglotis atau trachea), suara
sesak atau parau (granuloma atau paralisis
pita suara), malfungsi dan aspirasi laring.
2. Gangguan refleks berupa spasme laring.

10
2/10/2020

ALTERNATIVE ADVANCED
AIRWAYS

 Laryngeal Mask
Airway (LMA)
 Combitube

11
2/10/2020

12
2/10/2020

REFERENSI
- Gail Hendrickson, RN, BS., (2002), Intubation,
http://www.health.discovery.com/diseasesandcond/encyclopedia/1
219.html
- Gisele de Azevedo Prazeres, MD., (2002), Orotracheal Intubation,
http://www.medstudents.com/orotrachealintubation/medicalproce
dures.html
- Halliday HL., (2002), Endotracheal Intubation at Birth for
Preventing Morbidity and Mortality in Vigorous, Meconium-
stained Infants Bord at Term, http://www.update-
software .com/ceweb/cochrane/revabstr/ab000500.html
- Mansjoer Arif, Suprohaita, Wardhani W.I., Setiowulan W., (ed).,
(2002), Kapita Selekta Kedokteran, edisi III, Jilid 2, Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

13
2/10/2020

SEKIAN

Thank you
for your
attention

14

Anda mungkin juga menyukai