Anda di halaman 1dari 18

PEMASANGAN DAN PERAWATAN

PASIEN DENGAN OROPHARYNGEAL TUBE


A.
Pengertian
Oropharyngeal tube adalah
sebuah tabung / pipa yang dipasang antara
mulut dan pharynx pada orang yang tidak sadar yang berfungsi untuk
membebaskan jalan nafas. (Medical Dictionary)
Pembebasan jalan nafas dengan oropharyngeal tube adalah cara yang ideal
untuk mengembalikan sebuah kepatenan jalan nafas yang menjadi terhambat oleh
lidah pasien yang tidak sadar atau untuk membantu ventilasi (Sally Betty,2005)
Oropharyngeal tube adalah alat yang terbuat dari karet bengkok atau
plastik yang dimasukkan pada mulut ke pharynx posterior untuk menetapkan atau
memelihara kepatenan jalan nafas. (William dan Wilkins).
Pada pasien tidak sadar, lidah biasanya jatuh ke bagian pharynx posterior
sehingga menghalangi jalan nafas, sehingga pemasangan oropharyngeal tube yang
bentuknya telah disesuaikan dengan palatum / langit-langit mulut mampu
membebaskan dan mengedarkan jalan nafas melalui tabung / lubang pipa. Dapat
juga berfungsi untuk memfasilitasi pelaksanaan suction. Pembebasan jalan nafas
dengan oropharingeal tube digunakan dalam jangka waktu pendek pada post
anastesi atau langkah postictal. Penggunaan jangka panjang dimungkinkan pada
pasien yang terpasang endotracheal tube untuk menghindari gigitan pada selang
endotr
B.
Organ-organ yang terlibat dalam
oropharyngeal airway
1.
Nasofaring
(terdapat
pharyngeal tonsil
dan
Tuba Eustachius
)
2.
Orofaring
(merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring,terdapat pangkal
lidah)
3.
Laringofaring
(terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran makanan)
C.
Indikasi dan Kontra Indikasi
1. Indikasi
A
dapun indikasi pemasangan oropharyngeal tube adalah sebagai berikut :
a. Pemeliharaan jalan nafas pasien dalam ketidaksadaran,
b. Melindungi endotracheal tube dari gigitan,
c. Memfasilitasi suction pada jalan nafas
2.
Kontra indikasi
Tidak boleh diberikan pada pasien dengan keadaan sadar ataupun semi sadar
karena dapat merangsang muntah, spasme laring.
Harus berhati-hati bila terdapat trauma oral.
D.
Konsep Fisiologi / Pengaruh Terhadap Tubuh
Pemasangan oropharengeal tube meniadakan proses pemanasan dan
pelembaban udara inspirasi kecuali pasien dipasang ventilasi mekanik dengan
humidifikasi yang baik. Perubahan ini menyebabkan gagalnya silia mukosa
bronkus mengeluarkan partikel-partikel tertentu dari paru.
Discharge
trakea
berkurang dan menjadi kental, akhirnya terjadi metaplasia skuamosa pada epitel
trakea.
Pada penderita dengan bantuan jalan nafas oropharyngeal ini merupakan
benda asing dalam tubuh pasien sehingga sering menjadi tempat ditemukan
berbagai koloni bakteri, yang sering ialah
Pseudomonas aeruginosa
dan kokus
gram positif.
Pada fiksasi oropharyngeal tube juga sering kali menimbulka
penekanan pada salah satu sisi bibir pasien sehingga bisa menyebabkan
luka/nekrotik sebagai penyebab masuknya kuman ke dalam tubuh pasien.
E.
Prinsip Pencegahan Infeksi
Untuk pencegahan infeksi, digunakan prosedur yang bersih baik itu dari
peralatan dan juga lingkungan bersih dalam melakukan prosedur tindakan. Untuk
perawatan, jaga kebersihan mulut setiap 2 sampai 4 jam jika dibutuhkan.
Oropharyngeal tube dapat direndam di baskom yang telah diisi air kemudian
dibilas dengan larutan hydrogen peroxida dan air.
F.
Prinsip / Hal Lain Untuk Pemasangan Oropharyngeal tube

Cara pemasangan yang tidak tepat dapat mendorong lidah ke belakang
atau apabila ukuran terlampau panjang, epiglotis akan tertekan sehingga
menyebabkan jalan nafas tersumbat

Hindarkan terjepitnya lidah dan bibir antara gigi dan alat

Jangan gunakan alat ini pada pasien dimana refleks faring masih ada
karena dapat menyebabkan muntah dan spasme laring.
G.
Hal Yang Dikaji Sebelum Tindakan
Hal yang dikaji sebelum tindakan pemasangan oropharyngeal tube
Pastikan pasien dalam keadaan tidak sadar. Pemaksaan pemasangan alat ini akan
menimbulkan “gag reflek” atau muntah yang mungkin menyebabkan aspirasi.
Perhatikan dan ukur besarnya oropharyngeal tube yang akan dipakai
H.
Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1)
Kerusakan pertukaran gas spontan
2)
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
3)
Kerusakan menelan
4)
Resiko infeksi
I.
Outcome Yang Ingin Dicapai Dari Pemasangan Oropharingeal Tube
Tujuan pemasangan oropharyngeal tube adalah :
Menjaga kepatenan jalan nafas pasien,
Tujuan perawatan orupharyngeal tube adalah :
Menjaga jalan nafas tetap paten
Mencegah terjadinya infeksi
J.
Persiapan Alat, Lingkungan dan Pasien Sebelum Terapi Oksigen Diberikan
1.
Persiapan Alat

Mayo / Guidel / oropharyngeal tube berbagai ukuran

Sarung tangan

Plaster

Bengkok

Tounge spatel

Kasa

Suction

Selang penghisap
2.
Persiapan Lingkungan

Ciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman serta
kooperatif

Siapkan sampiran atau skets
3.
Persiapan Pasien

Informasikan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan

Posisikan klien terlentang, upayakan sedekat mungkun dengan bagian
atas empat tidur

Pastikan pasien dalm keadaan aman untuk dilakukan tindakan

Pastikan tidak terdapat reflek faring
K.
Prosedur Tindakan Pemasangan oropharyngeal tube
1)
cuci tangan, gunakan sarung tangan.
2)
pilihlah ukuran
airway
yang sesuai dengan pasien. Hal ini mungkin dilakukan
dengan menempatkan jalan napas di pipi pasien dengan bagian datar di bibir.
Ujung dari jalan napas harus ada di dagu pasien.
3)
Masukkan jalan napas dengan mengikuti salah satu cara dibawah ini.
Balik jalan napas sehingga bagian atasnya menghadap kemuka. Mulai untuk
memasukkan jalan napas ke mulut. Sebagaimana jalan napas mendekati
dinding posterior Faring dekat lidah belakang, putar jalan napas pada posisi
yang seharusnya (180 º)
Gunakan penekan lidah , gerakkan lidah keluar untuk menghindari terdorong
ke belakangmasuk faring posterior. Masukkan jalan napas oral ke dalam pos
M.
Pendidikan yang Perlu Diberikan pada Pasien dan Keluarga
Instruksikan klien dan keluarga untuk tidak menggerakkan Oropharyngeal tube,
plester, atau pemegang oropharyngeal tube. Jika klien mengeluh atau nampak tidak nyaman,
instruksikan keluarga bertanya pada perawat.
Informasikan pada klien dan keluarga bahwa jika tube menyebabkan sumbatan, untuk
segera memberitahukan kepada perawat dan intervensi akan dilakukan untuk mengurangi
sumbatan.
PERAWATAN PASIEN
YANG TERPASANG ENDOTRACHEAL TUBE
Pendahuluan
Intubasi endotrakeal mencakup memasukkan selang endotrakeal
melalui mulut atau hidung ke dalam trakea. Intubasi memberikan jalan nafas
yang paten saat pasien mempunyai gawat nafas yang tidak dapat diatasi
dengan metode yang lebih sederhana. Intubasi endotrakeal adalah cara
pemberian jalan nafas bagi pasien yang tidak dapat mempertahankan sendiri
jalan nafas yang adekuat (pasien koma, yang menderita obstruksi jalan nafas),
untuk ventilasi mekanis, dan untuk pengisapan sekresi dari bronkial.
1.
Pengertian
Perawatan Endotracheal tube adalah perawatan rutin yang membutuhkan
perawatan posisi dari selang yang benar dan memelihara hygiene dengan baik pada
pasien yang terpasang endotracheal tube.
2.
Organ-organ yang terlibat dalam tindakan
Organ-organ yang terlibat dalam tindakan perawatan pasien tersebut antara
lain mulut, orofaring dan trachea.
3.
Indikasi perawatan

Indikasi
Pasien yang terpasang endotracheal tube.

Kontraindikasi
Tidak terdapat kontra indikasi yang absolute pada perawatan pasien yang terpasang
endotracheal tube.
4.
Konsep Fisiologi tindakan terhadap tubuh
Suatu selang endotrakeal biasanya dimasukkan dengan bantuan
laringoskop oleh tenaga medis, keperawatan, atau terapi pernafasan yang
secara khusus dilatih dalam teknik ini. Bila selang telah dipasang,
cuff
di
sekeliling selang dikembangkan untuk mencegah kebocoran udara sekitar
bagian selang dan untuk meminimalkan kemungkinan akibat aspirasi dan
mencegah gerakan selang.
Hampir semua ETT memiliki cuff berupa balon yang bisa
dikembangkan dari luar menggunakan spuit kecuali ETT bayi, tekanan balon
pada dinding trakea dapat menyebabkan hipoksi epitel mukosa trakea. Epitel
ini mudah terinfeksi hingga terjadi erosi mukosa trakea.
Di samping efek pada pangkal lidah, laring dan trachea, pemasangan
ETT juga meniadakan proses pemanasan dan pelembaban udara inspirasi
kecuali pasien dipasang ventilasi mekanik dengan humidifikasi yang baik.
Perubahan ini menyebabkan gagalnya silia mukosa bronkus mengeluarkan
partikel-partikel tertentu dari paru.
Discharge
trakea berkurang dan menjadi
kental, akhirnya terjadi metaplasia skuamosa pada epitel trakea.
Penumpukan sekresi mucus dapat terjadi pada jalan nafas setelah
terpasangnya ETT. jika tidak mendapat perhatian, maka akan dapat
menyumbat bersihan jalan nafas kemudian berpengaruh pada pola nafas
pasien. Nafas pasien terdengar stridor dan dispneu. Oleh karena itu persiapan
alat penghisap atau suction sangat dibutuhkan pada permasalahan tersebut.
Pengisapan sekresi endotrakeal dilakukan melalui selang. Oksigen
yang dihangatkan, dilembabkan harus selalu dimasukkan melalui selang,
apakah pasien bernafas secara spontan maupun dalam ventilator. Intubasi
endotrakeal dapat digunakan sampai 3 minggu, yang pada waktu tersebut
trakeostomi harus dianggap dapat menurunkan iritasi dan trauma pada lapisan
trakea, untuk mengurangi angka kejadian paralisis pita suara (sekunder
terhadap kerusakan saraf laring), dan untuk mengurangi ruang rugi mekanis.
Kerugian yang terdapat pada selang endotrakeal atau trakeostomi sama
halnya seperti kerugian yang terdapat pada modalitas pengobatan lainnya. Satu
yang paling nyata adalah, bahwa selang menyebabkan rasa tidak nyaman.
Selain itu, refleks batuk ditekan karena penutupan glotis dihambat. Sekresi
cenderung untuk lebih mengental karena efek penghangatan dan pelembaban
saluran pernafasan atas telah dipintas. Refleks-refleks menelan, yang terdiri
atas refleks glotis, faring, dan laring tertekan karena tidak digunakan dalam
waktu lama dan trauma mekanis akibat selang endotrakeal atau trakeostomi,
yang membuat klien semakin berisiko aspirasi. Ulserasi dan striktur laring
atau trakea dapat terjadi. Kekhawatiran pasien yang paling besar adalah
ketidakmampuan untuk berbicara dan mengkomunikasikan kebutuhan.
5.
Prinsip pencegahan infeksi
Pada penderita dengan intubasi di mana ETT merupakan benda asing
dalam tubuh pasien sehingga sering menjadi tempat ditemukan berbagai
koloni bakteri, yang sering ialah
Pseudomonas aeruginosa
dan kokus gram
positif.
Pada fiksasi ETT juga sering kali menimbulkan penekanan pada salah
satu sisi bibir pasien sehingga bisa menyebabkan luka/nekrotik sebagai
penyebab masuknya kuman ke dalam tubuh pasien.
Mengingat besarnya pengaruh tidak baik pemasangan ETT terhadap
tubuh pasien maka diperlukan perawatan ETT yaitu:
1)
Fiksasi harus baik, plester jangan terlalu tegang.
2)
Pipa ET sebaiknya ditandai pada ujung mulut tercabut.
3)
Pantau tekanan balon, jangan lebih dari 30 cm H2O.
4)
Jaga patensi jalan napas dengan humidifikasi yang atau hidung
sehingga bisa untuk mengetahui secara dini pipa kedalaman atau baik
dan adekuat udara inspirasi.
5)
Lakukan penghisapan lendir jika berlebih dan jika diperlukan lakukan
bronchiale toilet untuk mencegah penumpukan slym.
6)
Reposisi atau pindah-pindahkan penempatan pipa ET dari satu sisi
mulut pasien ke sisi lainnya sesuai kebutuhan.
6.
Prinsip / hal lain untuk tindakan tersebut
Perawatan intubasi
1)
Fiksasi harus baik
2)
Gunakan oropharing air way (guedel) pada pasien yang tidak
kooperatif
3)
Hati-hati pada waktu mengganti posisi pasien.
4)
Jaga kebersihan mulut dan hidung
5)
Jaga patensi jalan napas
6)
Humidifikasi yang adekuat
7)
Pantau tekanan balon
8)
Observasi tanda-tanda vital dan suara paru-paru
9)
Lakukan fisioterapi napas tiap 4 jam
10)
Lakukan suction setiap fisioterapi napas dan sewaktu-waktu bila ada
suara lender
11)
Yakinkan bahwa posisi konektor dalam kondisi baik
12)
Cek blood gas untuk mengetahui perkembangan.
13)
Lakukan foto thorax segera setelah intubasi dan dalam waktu-waktu
tertentu.
14)
Observasi terjadinya empisema kutis
15)
Air dalam water trap harus sering terbuang
16)
Pipa endotracheal tube ditandai diujung mulut / hidung.
7.
Hal yang perlu dikaji sebelum tindakan
-
Kaji tanda-tanda vital
-
Kaji adanya suara stridor pada pasien dan adanya secret yang menyumbat jalan
nafas
-
Kaji sumber oksigen atau ventilator
-
Kaji tekanan pada balon
-
Kaji adanya lecet ataupun nekrosis pada mulut atau mukosa membrane
-
Kaji letak ET tube dari rontgen dada
8.
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

Ketidakefektifan bersihan jalan napas

Kerusakan ventilasi spontan

Resiko infeksi

Ketidakefektifan pola nafas

Kerusakan Integrits kulit

Kerusakan pertukaran gas

Kerusakan menelan

Resiko aspirasi
9.
Outcomes yang ingin dicapai

Jalan udara klien bersih

Oksigenasi adekuat dipertahankan seperti yang ditunjukkan pada hasil AGD

Tidak terjadi infeksi pernafasan atau terjadi perbaikan setelah pipa dipasang

Kulit dan mukosa oral sekitar pipa endotracheal bersih dan utuh

Tidak terjadi kerusakan / nekrosis akibat pipa atau cuff.
10.
Persiapan
Persiapan Alat

Suction

Kateter penghisap dengan ukuran yang sesuai

Mangkok steril

Handuk

Perlak karet

Sarung tangan

Ambu bag dengan penghubung ke sumber oksigen

Plester adhesive / tahan air

Gunting

Hydrogen peroksida

Sikat pembersih jalan udara mulut
Persiapan Lingkungan

Ciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman serta
kooperatif

Siapkan sampiran atau sketsel
Persiapan Pasien

Informasikan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan

Posisikan klien terlentang, atau miring pada pasien tidak
sadar.

Pastikan pasien dalam keadaan aman untuk dilakukan
tindakan
11.
Prosedur kerja
1)
Kaji status pernafasan klien termasuk kebutuhan akan penghisapan dan
perawatan endotracheal
Rasional : pengumpulan data untuk perawatan optimal
2)
Letakkan semua alat di dekat pasien
Rasional : mempertahankan efisiensi
3)
Bantu klien untuk mengambil posisi semi fowler atau posisi terlentang.
Posisi miring untuk klien yang tidak sadar.
Rasional : Meningkatkan dan mempertahankan kenyamanan pasien. Posisi
miring pada pasien tidak sadar mengurangi resiko aspirasi
4)
Jika diperlukan, hubungkan selang pada selang penghubung ke alat
penghisap
Rasional : Memberikan terapy suction dengan cepat saat dibutuhkan
5)
Bentangkan handuk diatas dada pasien
Rasional : melindungi pakaian dan pasien
6)
Saat membuka set atau peralatan penghisap, jika membuka alat-alat yang
dibutuhkan untuk membersihkan pipa endotrachal:
a)
Atur peralatan penghisap
b)
Buka dan letakkan alat-alat hygiene oral, termasuk lap, handuk dan
baskom
c)
Tuangkan 50 ml hydrogen peroksida steril ke dalam kom sedang.
7)
Pasang handscoon bersih
8)
Lakukan tindakan penghisapan
Rasional : membersihkan jalan udara
9)
Siapkan selalu kateter penghisap yang steril
10)
Minta bantuan perawat lain untuk menahan pipa endotracheal dengan kuat di
tempatnya pada garis bibir klien
11)
Lepaskan semua plester sekitar pipa dengan hati2 dan cermat, kemudian
buang di bengkok
Rasional : memungkinkan untuk hygiene kulit oral. Plester dapat
menyebabkan iritsi kulit
12)
Jika terpasang jalan udara oral lepaskan dan letakkan dalam mangkok yang
berisi hydrogen peroksida
Rasional : memungkinkan untuk akses ke dalam rongga mulut ketika alat
jaln udara direndam
13)
Lakukan oral hygiene pada sisi mulut yang tidak terhalang oleh
pipa,gerakkan dengan perlahan kemudian bersihkan sisi yang lain
14)
Basuh wajah dan area sekitar leher menggunakan waslap bersabun, bilas
dengan air basah, dan keringkan menggunakan handuk.
15)
Dengan sikat, bersihkan jalan udara oral dan bilas dengan bersih
menggunakan air. Buang air yang sudah digunakan.
16)
Pasang kembali plester anti air atau plaster adhesive secara tepat dan cermat
17)
Pasang kembali jalan udara oral dengan tepat
18)
Atur kembali posisi klien
Rasional : mempertahankan kenyamanan pasien
19)
Rapikan semua peralatan, lepaskan sarung tangan dan buang di tempat yang
disediakan.
Rasional : meminimaliasi penyebaran mikroorganisme
20)
Evaluasi status pernafasan klien
21)
Evaluasi kenyamanan klien
22)
Perawat mencuci tangan
23)
Dokumentasikan kegiatan
12.
Evaluasi
-
Bandingkan dan kaji pernafasan sebelum dan sesudah dilakukan ET tube care.
-
Observasi kedalaman dan posisi ET Tube sesuai rekomendasi dokter.
-
Pastikan fiksasi sudah kuat sehingga tidak memungkinkan terjadinya perubahan
posisi tube.
-
Kaji kulit sekitar mulut dan keutuhan mukosa oral membran dan penekanan area.
Dokumentasi
Dokumentasikan tindakan sebelum dan sesudah perawatan, alat-alat yang
digunakan, toleransi pasien terhadap prosedur, kesesuaian kedalama ET tube, lama
dilakukannya perawatan ET tube, keutuhan mukosa oral, perawatan nyeri tekan jika
dibutuhkan, waktu ketika prosedur dilakukan, kesulitan yang dihadapi, serta tanda tangan
perawat pelaksana.
13.
Pendidikan pasien dan keluarga
-
Instruksikan klien dan keluarga untuk tidak menggerakkan ET tube, plester, atau
pemegang ET tube. Jika klien mengeluh atau nampak tidak nyaman, instruksikan
keluarga bertanya pada perawat.
-
Informasikan pada klien dan keluarga bahwa jika tube menyebabkan sumbatan,
untuk segera memberitahukan kepada perawat dan intervensi akan dilakukan untuk
mengurangi sumbatan.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito L.J, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, Jakarta : EGC.
Direktorat Keperawatan dan Keteknisian Medik, 2005, Standar Pelayanan
Keperawatan di ICU, Jakarta :Dir Jen Pelayanan Medik Dep.Kes RI
Hudak & Gallo, 1997, Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik, Volume 1, Edisi VI,
Jakarta : EGC.
Linelle N.B.Pierce, 1995, Mechanical Ventilation and Intensive Respiratory Care,
Philadelpia : W.B.Saunders Loyd Y , 2006,
Terapi Oksigen, Jakarta : Instalasi Rawat Intensif RSUP Fatmawati Mancini E, 1994,
Seri pedoman Praktis .Prosedur Perawatan Darurat. Jakarta : EGC
Instalasi Rawat Intensif & Reanimasi, SMF Anestesiologi dan Reanimasi RSUP Dr.
Soetomo, 2007, Materi Pelatihan Intensif Care Unit (ICU),
Surabaya : Bidang Diklit RSUP Dr. Soetomo.
Potter & Perry, 2002, Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik Volume 2, Edisi 4, Jakarta: EGC
Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth, Edisi 8, Jakarta : EG
Oropharyngeal Airway (OPA) Insertion

Prosedure pemasangan dan prinsip-prinsip OPA

Tentang Oropharyngeal Airway (OPA)

Oropharyngeal Airway (OPA) adalah suatu alat biasanya terbuat dari plastik yang dirancang untuk dimasukkan
ke dalam rongga faring posterior di sepanjang lidah. Pemasangan alat ini bertujuan untuk membebaskan jalan
napas, ketika teknik head tilt chin lift dan jaw thrust belum mampu membuka jalan napas secara adekuat. Selain
itu, alat ini juga dapat mencegah lidah jatuh kebelakang atau tertelan.

Indikasi

Oropharyngeal Airway (OPA) digunakan pada pasien tidak sadar untuk mencegah lidah supaya tidak jatuh ke
belakang faring yang dapat menutupi jalan napas. Oropharyngeal Airway (OPA) juga dapat mencegah gigitan
korban yang dilakukan pemasangan intubasi. Oropharyngeal Airway (OPA) juga dapat digunakan pada korban
yang mendapatkan oksigenasi melalui bag mask untuk memudahkan ventilasi dan mencegah insuflasi gastric.

Hal hal yang harus diperhatikan

- Oropharyngeal Airway (OPA) sebaiknya tidak dilakukan pada korban yang terstimulus oleh reflek muntah,
karena dapat beresiko aspirasi.

- Oropharyngeal Airway (OPA) memiliki ukuran yang bervariasi, maka dari itu sebelum memasang OPA harus
diukur terlebih dahulu, pengukuran OPA yaitu dari ujung mulut hingga ujung daun telinga. Ukuran yang terlalu
keci dapat mengakibatkan lidah terdorong ke orofaring. Sedangkan ukran yang terlalu besar dapat menyumbat
trakea.

- Pemsangan Oropharyngeal Airway (OPA) yang kurang tepat justru dapat menyumbat jalan napas, hal ini terjadi
apabila OPA mendorong lidah ke tenggorokan.

- Lakukan pemasangan dengan cara memutar 180o. akan tetapi, teknik ini tidak dilakukan pada infant karena
dapat melukai jaringan lunak di orofaring. Solusinya dapat menggunakan tongue spatel untuk menekan lidah
infant sebelum memasang OPA
- Lepas segera OPA bila korban memiliki reflek muntah yang adekuat untuk mencegah muntah

Persiapan

Alat-alat yang diperlukan

- Oropharyngeal Airway (OPA)

- Suction

- Tongue spatel

Persiapan korban

- Atur pasien dengan posisi supinasi

- Lakukan suction bila terdapat darah, sekresi, atau benda asing di rongga orofaring

- Pilih ukuran OPA yang tepat untuk pasien

Komplikasi yang dapat muncul

- Trauma mulut, gigi, lidah, dan mukosa mulut

- Muntah atau aspirasi

- Obstruksi jalan napas

Referensi

America Academy of pediatric (AAP). Pediatric for Prehospital Professional (2bd ed). Boston : Jones dan Bartlet.

American Heart Association (AHA). (2005). Textbook of advanced life support. Dallas : Autor.

Vrocher, D & Hopson, L. 2004. Basic Airway Management and Decision-Making. J.R Robbert & J.R. Hedges (Eds),
Clinical in Emergency Medicine (4th ed., pp. 53-68). Philadelphia : Saunders.

Clark, D.Y. 2009. “Oral Airway Insertion” in Proehl, J.A., Emergency Nursing Procedure. Saunders, an imprint of Elseiver
Inc. St Louis, Missouri.

Edwards, G.J. 2005, “Airway Management” in Newberry, Lorene, Criddle, Laura. Sheehy’s Manual of Emergency Care. –
Ed. 6-. Missouri : Elseveir Mosby

Anda mungkin juga menyukai