Anda di halaman 1dari 16

FIKSASI FISIK (RESTRAIN), FIKSASI

KIMIA DAN SECLUSION PADA


PASIEN GANGGUAN JIWA

Oleh Kelompok 2
A1 / 2013
Fakultas Keperawatan
UNAIR
Pokok Bahasan
1. Pengertian fiksasi fisik dan kimia
2. Jenis-jenis dari fiksasi fisik dan kimia
3. Indikasi dari fiksasi fisik dan kimia
4. Prosedur pelaksanaan fiksasi fisik dan kimia
5. Pengertian seclusion
6. Prinsip intervensi keperawatan pasien
dengan fiksasi fisik
FIKSASI FISIK DAN KIMIA
PENGERTIAN
Fiksasi Fisik Fiksasi Kimia
Suatu metode atau cara Melibatkan penggunaan obat-
pembatasan yang disengaja obatan untuk membatasi klien.
terhadap gerakan atau perilaku Penggunaan obat-obatan ini
seseorang, menggunakan alat- hanya ditujukan untuk
alat mekanik atau manual untuk mengontrol perilaku / membatasi
membatasi mobilitas fisik klien. kebebasan bergerak pasien.
Jenis-jenis Fiksasi
Alat bantu menahan •Sheet and ties
gerakan tubuh dan kepala •Restraint jaket
pasien •Papoose board
•Restrain mumi /
bedong
•Restrain lengan dan
kaki
•Restrain siku
•Pedi-wrap
Pengendalian fisik tanpa
FISIK •Molt mouth prop
bantuan alat
•Molt mouth gags
•Tongue blades

Surveilans •Balut tekan


teknologi •Gelang pengenal
•Alarm pada pintu
CONTOH RESTRAIN
Gol Phenothiazine Chlopromazine

KIMIA Gol Butyrophenon Serenace, Haloperidol

Gol Thioxanthene Chlorprothixene


INDIKASI
FISIK KIMIA
1. Pasien menunjukkan perilaku 1. Diberikan pada pasien gaduh
yg beresiko membahayakan gelisah yg merupakan
utk dirinya dan orang lain kedaruratan psikiatri.
2. Tahanan pemerintah yg
dirawat di RS
3. Pasien yg membutuhkan
tatalaksana emergensi yg
berhubungan dg
kelangsungan hidup pasien
4. Pasien yg memerlukan
pengawasan dan penjagaan
ketat di ruangan yg aman
5. Digunakan jika intervensi
lainnya yg lebih tidak
restriktif/tidak efektif
KONTRAINDIKASI
FISIK
1. Tidak mendapatkan izin tertulis dari
orang tua pasien untuk melaksanakan
prosedur kegiatan.
2. Pasien yang kooperatif
3. Pasien yg memiliki komplikasi kondisi fisik
atau mental
PROSEDUR PELAKSANAAN
FISIK
Prinsip: melindungi klien dari cedera fisik dan memberikan
lingkungan yang nyaman.
Tatalaksana tindakan restrain (Riyadi, 2009):
Menyediakan staf yang cukup terlatih sebanyak 4-5 orang
Kaji lokasi pemasangan restrain
Selama restrain, pasien diobservasi setiap 10-15 menit
pastikan restrain mudah dijangkau jika terjadi kegawatan.
Observasi alat restrain setiap 1-2 jam.
Pertahankan kontak verbal.
Keberhasilan teknik restrain sangat dipengaruhi oleh pengetahuan
dan skill perawat yang melakukannya.
KIMIA
Prosedur Penatalaksanan Pasien dengan Gaduh Gelisah (Dinas
Kesehatan TNI AL RUMKITAL Dr.Mintohardjo):

1. Ciptakan suasana rumah sakit, ganti borgol dengan fiksasi rumah


sakit.
2. Empat petugas memegang keempat ekstremitas.
3. Perawat sebaiknya berdiri disebelah kanan atas kepala pasien, untuk
menghindari tendangan/amukan pasien.
4. Lakukan anamnesis cepat dan singkat, sambil periksa ABCD pasien.
5. Berikan injeksi Haloperidol 4-10 mg (biasanya 5 mg) atau Aripripazole
5-10 mg atau Olanzapine 5 mg Intramuskular
6. Bila perlu atau sangat gelisah dan tidak ada kontra indikasi
(minum/intoksikasi alkohol, gangguan pernapasan/asma, kesadaran
menurun) bersama haloperidol dapat diberikan injeksi Lorazepam atau
Diazepam 5-10 mg IM.
7. Monitor ketat tanda-tanda vital pasien, bila terjadi sesuatu laporkan
ke dokter.
8. Bila sudah tenang, lanjutkan dengan farmakoterapi per oral.
SECLUSION
Definisi

bentuk terapi dengan mengurung pasien


dalam ruangan khusus. Bentuk seklusi
dapat berupa pengurungan diruangan
tidak terkunci sampai pengurungan
dalam ruangan terkunci dengan kasur
tanpa seprei, tergantung dari tingkat
kegawatan klien.
INDIKASI KONTRAINDIKASI
Pasien dengan perilaku Risiko tinggi bunuh diri
kekerasan yang Klien dengan
membahayakan diri sendiri, gangguan social
orang lain dengan lingkungan. Kebutuhan untuk
observasi masalah
medis
Hukuman
Prinsip Intervensi Keperawatan pada
Pasien dengan Fiksasi Fisik (Restrain)
Prinsip : melindungi klien dari cedera fisik dan
memberikan lingkungan yang nyaman.
Restrain dapat menyebabkan klien merasa tidak dihargai
hak asasinya sebagai manusia, untuk mencegah perasaan
tersebut perawat harus mengidentifikasi faktor pencetus
pakah sesuai dengan indikasi terapi, dan terapi ini hanya
untuk intervensi yang paling akhir apabila intervensi yang
lain gagal mengatasi perilaku agitasi klien. Kemungkinan
mencederai klien dalam proses restrain sangat besar,
sehingga perlu disiapkan jumlah tenaga perawat yang
cukup dan harus terlatih untuk mengendalikan perilaku
klien. Perlu juga dibuat perencanaan pendekatan dengan
klien, penggunaan restrain yang aman dan lingkungan
restrain harus bebas dari benda-benda berbahaya
(Riyadi, 2009).

Anda mungkin juga menyukai