IRMA SURYANI
4115006
Kelas 1: sebagian besar glotis terlihat, kelas 2 : hanya ekstremitas posterior glotis
dan epiglotis tampak; kelas 3: tidak ada bagian dari glottis terlihat, hanya epiglotis
terlihat; Kelas 4: tidak bahkan epiglotis terlihat. Kelas 1 dan 2 dianggap sebagai
'mudah' dan kelas 3 dan 4 sebagai 'sulit'.
E. Persiapan intubasi
Persiapan untuk intubasi termasuk mempersiapkan alatalat dan
memposisikan pasien.ETT sebaiknya dipilih yang sesuai. Pengisian cuff ETT
sebaiknya di tes terlebih dahulu dengan spuit 10 milliliter. Jika menggunakan
stylet sebaiknya dimasukkan ke ETT.Berhasilnya intubasi sangat tergantung dari
posisi pasien, kepala pasien harus sejajar dengan pinggang anestesiologis atau
lebih tinggi untuk mencegah ketegangan pinggang selama laringoskopi. Persiapan
untuk induksi dan intubasi juga melibatkan preoksigenasi rutin.Preoksigenasi
dengan nafas yang dalam dengan oksigen 100 %. Persiapan alat untuk intubasi
antara lain :
STATICS
1. Scope
Yang dimaksud scope di sini adalah stetoskop dan laringoskop. Stestoskop
untuk mendengarkan suara paru dan jantung serta laringoskop untuk melihat
laring secara langsung sehingga bisa memasukkan pipa trake dengan baik dan
benar. Secara garis besar, dikenal dua macam laringoskop:
a. Bilah/daun/blade lurus (Miller, Magill) untuk bayi-anak-dewasa.
b. Bilah lengkung (Macintosh) untuk anak besar-dewasa.
Pilih bilah sesuai dengan usia pasien. Yang perlu diperhatikan lagi adalah lampu
pada laringoskop harus cukup terang sehingga laring jelas terlihat.
Gambar Laringoscope
2. Tube
Yang dimaksud tubes adalah pipa trakea. Pada tindakan anestesia, pipa
trakea mengantar gas anestetik langsung ke dalam trakea dan biasanya dibuat dari
bahan standar polivinil klorida. Ukuran diameter pipa trakea dalam ukuran
milimeter. Bentuk penampang pipa trakea untuk bayi, anak kecil, dan dewasa
berbeda. Untuk bayi dan anak kecil di bawah usia lima tahun, bentuk penampang
melintang trakea hampir bulat, sedangkan untuk dewasa seperti huruf D. Oleh
karena itu pada bayi dan anak di bawah lima tahun tidak menggunakan kaf (cuff)
sedangkan untuk anak besar-dewasa menggunakan kaf supaya tidak bocor. Alasan
lain adalah penggunaan kaf pada bayi-anak kecil dapat membuat trauma selaput
lendir trakea dan postintubation croup. Pipa trakea dapat dimasukkan melalui
mulut (orotracheal tube) atau melalui hidung (nasotracheal tube). Nasotracheal
tube umumnya digunakan bila penggunaan orotracheal tube tidak
memungkinkan, mislanya karena terbatasnya pembukaan mulut atau dapat
menghalangi akses bedah. Namun penggunaan nasotracheal tube
dikontraindikasikan pada pasien dengan farktur basis kranii.
3. Airway
Airway yang dimaksud adalah alat untuk menjaga terbukanya jalan napas
yaitu pipa mulut-faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa hidung-faring
(naso-tracheal airway). Pipa ini berfungsi untuk menahan lidah saat pasien tidak
sadar agar lidah tidak menyumbat jalan napas.
4. Tape
Tape yang dimaksud adalah plester untuk fiksasi pipa supaya tidak
terdorong atau tercabut.
5. Introducer
Introducer yang dimaksud adalah mandrin atau stilet dari kawat yang dibungkus
plastik (kabel) yang mudah dibengkokkan untuk pemandu supaya pipa trakea
mudah dimasukkan.
6. Connector
Connector yang dimaksud adalah penyambung antara pipa dengan bag
valve mask ataupun peralatan anesthesia.
7. Suction
Suction yang dimaksud adalah penyedot lender, ludah dan cairan lainnya.
PROSEDUR TETAP
EKSTUBASI
PROSEDUR TETAP
UNIT TERKAIT -
menyikat bagian tengah dan atas lengan bawah dengan cara yang
samasetelah selesai menyikat buang sikat yang telah dipakai. Dengan
tangan fleksi, mencuci keseluruhan dari ujung jari sampai siku satu
kali gerakan, biarkan air mengalir pada siku.
Mempertahankan tangan lebih tinggi dari siku dan jauh dari tubuh
anda. Perawat memasuki ruang operasi dan melindungi tangan dari
kontak dengan objek apa pun.
d. Kewaspadaan untuk perawat dalam melakukan cuci tangan steril
Pakaian atau seragam scub perawat harus tetap kering. Air mengalir
berdasarkan gravitasi dari ujung jari ke siku. Jadi mempertahankan tangan
tetap tinggi sehingga memungkinkan air mengalirdari area yang kurang ke
yang paling terkontaminasi. Bila perawat ingin menggunakan sarung
tangan steril di areareguler, perawat tidak perlu menyikat atau
mengeringkan tangan dengan handuk steril. Dengan penyabunan dan
penggosokan yang dilakukan duakali sesuai prosedur akan menjamin
tangan bersih. Pada situasi ini perawat dapat menggunakan handuk kertas
untuk pengeringan. Pengeringan dimulai dari area yang paling bersih ke
area yang kurang bersih. Pengeringan mencegah kulit kering dan
memudahkan penggunaan sarung tangan (perry & potter, 2005).
2. Kertas Tisue
3. Handuk steril
6. Bengkok
7. Sikat
8. Spon
Saat dan setelah cuci tangan jangan sampai menyentuh benda yang
tidak steril
B. PROSEDUR KERJA
1. Lepaskan jam tangan, cincin dan lengan pakaian panjang ditarik ke atas
3. Berdiri di depan westafel jaga agar tangan dan seragam tidak menyentuh
westafel
6. Bersihkan kuku bila kotor dengan kikir dan letakan pada tempat atau
bengkok
9. Sikat jari - jari termasuk sela jari, sikat telapak tangan, punggung tangan
11. Bagi tangan menjadi 3 bagian, 1/3 pergelangan tangan bawah dengan arah
memutar, lanjutkan 1/3 bagian tengah dan 1/3 bagian atas. tangan dalam
posisi fleksi dengan jari - jari menghadap ke atas selama prosedur
12. Ulangi langkah ini pada yang satunya lagi (tangan kiri)
13. Dengan tangan posisi fleksi bilas dengan seksama ujung jari ke siku
tangan kiri dan ulangi pada tangan kanan
15. Ambil handuk steril yang ada di atas kemasan pastikan tidak ada apapun
atau benda dekat dari jangkauan anda
16. Buka handuk steril secara maksimal pagang satu bagian putar dari jari ke
siku