TENTANG
“AIRWAY, BREATHING, CIRCULATION
(A.B.C)”
DISUSUN OLEH :
VEVIOLA FTRI
(1714201171)
Dosen Pembimbing :
Ns.Lisa Mustika Sari, M.Kep
Gambar 4 Pasien tidak sadar dengan posisi terlentang, perhatikan jalan nafasnya!
Pangkal lidah tampak menutupi jalan nafas.
Gambar 5. tangan kanan melakukan Chin lift ( dagu diangkat). dan tangan
kirimelakukan head tilt. Pangkal lidah tidak lagi menutupi jalan nafas.
Jaw thrust
Caranya : dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan sehingga
barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi atas
Gambar 8 Tampak ada orang yang tersedak atau tersumbat jalan nafasnya.
Abdominal Thrust (Manuver Heimlich)
Dapat dilakukan dalam posisi berdiri dan terlentang.
Caranya berikan hentakan mendadak pada ulu hati (daerah subdiafragma
abdomen).
Abdominal Thrust (ManuverHeimlich) pada posisi berdiri atau duduk
Caranya : penolong harus berdiri di belakang korban, lingkari pinggang
korban dengankedua lengan penolong, kemudian kepalkan satu tangan dan
letakkan sisi jempol tangankepalan pada perut korban, sedikit di atas pusar dan
di bawah ujung tulang sternum.Pegang erat kepalan tangan dengan tangan
lainnya. Tekan kepalan tangan ke perutdengan hentakan yang cepat ke atas.
Setiap hentakan harus terpisah dan gerakan yang jelas.
Abdominal Thrust (ManuverHeimlich) pada posisi tergeletak (tidak sadar)
Caranya : korban harus diletakkan pada posisi terlentang dengan muka ke
atas. Penolong berlutut di sisi paha korban. Letakkan salah satu tangan
pada perut korban di garis tengahsedikit di atas pusar dan jauh di bawah ujung
tulang sternum, tangan kedua diletakkan di atas tangan pertama. Penolong
menekan ke arah perut dengan hentakan yang cepat kearah atas.Berdasarkan
ILCOR yang terbaru, cara abdominal thrust pada posisi terbaring
tidak dianjurkan, yang dianjurkan adalah langsung melakukan Resusitasi
Jantung Paru (RJP).
c. Tujuan
Untuk menjamin pertukaran antara oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2)
yang terjadi di paru-paru secara normal.
d. Persiapan tempat dan alat
Persiapan alat
- Ambubag.
Persiapan tempat
-Tempat yang aman, datar, dan keras.
Persiapan Perawat :
a. Memperkenalkan diri sebagai petugas kesehatan.
b. Menjelaskan maksud dan tujuan.
c. Menyiapkan posisi pasien terlentang di tempat yang aman, datar dan
keras.
e. Persiapan Lingkungan
Mengatur lingkungan yang aman dan nyaman dan cukup penerangan.
f. Pelaksanaan
1. Perawat memeriksa pernapasan dengan cara :
Look (Lihat) : Gerak dada, gerak cuping hidung (flaring
nostril), retraksi sela iga
Listen (Dengar) : Suara nafas, suara tambahan
Feel Rasakan : Udara nafas keluar hidung-mulut
2. Perawat menilai pernapasan.
3.Menilai tanda-tanda distress nafas, jika tanda-tanda muncul lakukan
pemberian nafas buatan menggunakan ambubag.
4.Mengangkat rahang bawah pasien untuk mempertahankan jalan nafas terbuka.
5. Menekan sungkup pada muka pasien secara kuat.
6. Memompa udara dengan cara tangan satu memegang bag sambil memompa
udara dan yang satunya memegang dan memfiksasi masker, pada saat
memegang masker ibu jari dan jari telunjuk membentuk huruf C sedangkan
jari-jari lainnya memegang rahang bawah sekaligus membuka jalan napas
dengan membentuk huruf E.
7. Lakukan sebanyak 10-12 kali/menit sampai dada nampak terangkat.
8. Evaluasi pernapasan.
9. Bereskan alat-alat.
g. Dokumentasi
1. Pastikan pernapasan pasien tetap stabil
2. Observasi pasien, bila terjadi henti nafas dan henti jantung dilakukan
resusitasi.
6. Pengelolaan tindakan breathing tanpa alat
Breathing terdiri dari 2 tahap iaitu :
A) Memastikan korban tidak bernafas atau tidak.
Dengan cara melihat pergerakan naik turunya dada (look), mendengar bunyi
nafas (listen) dan merasakan hembusan nafas (feel), dengan teknik penolong
mendekatkan telinga diatas mulut dan hidung korban sambil tetap
mempertahankan jalan nafas tetap terbuka. Ini dilakukan tidak lebih dari 10
detik
1. Mulut ke mulut
Merupakan cara yang cepat dan efektif. Pada saat memberikan
penolong tarik nafas dan mulut penolong menutup seluruhnya mulut
pasien/korban dan hidung pasien/korban harus ditutup dengan telunjuk dan
ibu jari penolong.Volume udara yang berlebihan dapat menyebabkan udara
masuk ke lambung.
3. Mulut ke stoma
Dilakukan pada korban yang terpasang trakheostomi atau mengalami
laringotomi.
2. Tujuan
a. Mengembalikan fungsi sirkulasi darah
b. Mengembalikan suplai oksigen ke jaringan
c. Mengurangi yang menyebabkan kematian dengan segera.
d. Memberikan Bantuan Hidup Dasar (BHD)
e. Untuk henti jantung dapat dicegah
3. Indikasi
a. Henti Nafas
b. Henti Jantung
c. Penyakit jantung
d. Gangguan pernafasan
e. Syok
f. Penurunan kesadaran
g. Stroke.
h. Infark jantung kecil yang mengakibatkan kematian listrik.
i. Hipoksia akut.
j. Keracunan dan kelebihan dosis obat-obatan.
k. Sengatan listrik
l. Refleks gagal.
m. Tenggelam dan kecelakaan lain yang masih memberi peluang hidup.
3. Kontra Indikasi
5. Sudah adanya tanda kematian
6. Kematian normal, seperti yang biasa terjadi pada pnyakit kronik dan akut yang
berat.
7. Stadium terminal atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan lagi.
8. Fungsi vital yang sudah sangat jelek dengan terapi maksimal.
4. Alat dan bahan
1. Handscoon
2. Masker CPR
3. Ambubag silikon
5. Prosedur Kerja
a. Tahap pra interaksi
1. Persiapan alat
2. Persiapan pasien
3. Persiapan perawat
- Melakukan vertifikasi program pengobatan
- Mencuci tangan
- Menempatkan peralatan didekat pasien dengan benar
4. Persiapan lingkungan
- Menjaga privacy klien
b. Tahap orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan therapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien/keluarga
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
c. Tahap kerja
Nilai sirkulasi darah korban dengan menilai denyut arteri besar (arteri
karotis, arteri femorsalis). Berikut merupakan langkah-langkah RJP yiaitu :
1. Apabila terdapat denyut nadi maka berikan pernafasan buatan 2 kali
2. Apabila tidak terdapat denyut nadi maka lakukan kompresi dada sebanyak 30
kali.
3. Posisi kompresi dada, dimulai dari melokasi processus xyphoideus dan tarik
garis ke kranial 2 jari diatas processus xyphoideus dan lakukan kompresi
kepada tempat tersebut.
4. Kemudain berikan 2 kali nafas buatan dan teruskan kompresi dada sebanyak
30 kali. Ulangi siklus ini sebanyak 5 kali dengan kecepatan kompresi 100 kali
permenit.
Advanced Paediatric Life Support. 3rd. London: BMJ Books 2001. Chapters 4 (Basic life
support) ; 5 (Advanced support of the airway and ventilation) ; 22 (Practical
procedures: airway and breathing)
Haryana, I. 2009. Pengelolaan Fungsi Pernapasan (Breathing Management), (http://dokter-
medis.blogspot.com/2009/06/pengelolaan-fungsi-pernapasan-breathing.html),diakses
pada 6 Desember 2014.
Purwadianto, Agus, dkk, 2000. Kegawatdaruratan Medik. Jakarta: Binarupa Aksara
Brunner dan Suddarth, 2001, Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, Vol. II, EGC: Jakarta
American Heart Association.2010.Part 4 Adult Basic Life Support in Circulation Journal.
Subagjo A, Achyar,Ratnaningsih E, sugiman T, Kosasih A,Agustinus R.2011.Bantuan Hidup
Jantung Dasar BSCL Indonesia.Edisi 2011.Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia ( PERKI).