Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Untuk dapat mengelola jalan nafas dengan baik, seorang tenaga medis harus
mengetahui, dan memahami struktur anatomi jalan nafas, fisioiogi dan patofisioligi
terjadinya gangguan jalan nafas. Anatomi jalan nafas dibagi menjadi dua bagian yaitu
jalan nafas bagian atas dimulai dari dua lubang yaitu rongga hidung dan berlanjut ke
posterior yang akan bertemu di faring, kemudian melewati epiglotis kemudian melewati
pita suara dan masuk ke laring. Laring dikelilingi oleh kartilago tiroid, kartilago krikoid,
dan kelenjar tiroid. Jalan nafas bagian atas berakhir disini, selanjutnya adalah jalan nafas
bagian bawah yang diteruskan melalui trachea dan berakhir di paru-paru. Sumbatan jalan
nafas dapat terjadi di sepanjang jalan nafas ini. Pada bayi dan anak ada sedikit perbedaan
anatomi dimana lidah yang relatif lebih besar dibandingkan rahang bawah, glotis yang
letaknya lebih atas dan anterior epiglotis yang lebih besar dan mudah terlipat serta pita
suara yang terletak lebih anterior sehingga pada bayi dan anak lebih mudah terjadi
sumbatan jalan nafas.
Tujuan utama pengelolaan jalan nafas adalah untuk membersihkan atau membypass
sumbatan jalan nafas, mencegah aspirasi dan membantu pernafasan atau mengambil alih
pernafasan spontan dengan bantuan mesin ventilator. Sumbatan jalan nafas bagian atas
adalah kegawatdaruratan yang mengancam nyawa. Penilaian yang cepat clan upaya
mempertahankan patensi jalan nafas adalah penting walaupun belum diketahui penyebab /
diagnosis spesifik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Oropharyngeal airway ?
2. Apa saja Organ-organ yang terlibat dalam oropharyngeal airway?
3. Apa Indikasi dan Kontra Indikasi oropharyngeal airway?
4. Bagaimana Konsep Fisiologi oropharyngeal airway ?
5. Bagaimana Prinsip Pencegahan Infeksi oropharyngeal airway ?
6. Bagaimana Persiapan Alat sebelum terapi diberikan pada pemasangan oropharyngeal
airway ?
7. Bagaimana Prosedur Tindakan Pemasangan oropharyngeal airway ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi Oropharyngeal airway
2. Untuk mengetahui Organ-organ yang terlibat dalam oropharyngeal airway
3. Untuk mengetahui Indikasi dan Kontra Indikasi oropharyngeal airway
4. Untuk mengetahui Konsep Fisiologi oropharyngeal airway
5. Untuk mengetahui Prinsip Pencegahan Infeksi oropharyngeal airway
6. Untuk mengetahui Persiapan Alat sebelum terapi diberikan pada pemasangan
oropharyngeal airway
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Oropharyngeal airway adalah sebuah tabung / pipa yang dipasang antara mulut
dan pharynx pada orang yang tidak sadar yang berfungsi untuk membebaskan jalan nafas.
(Medical Dictionary) Pembebasan jalan nafas dengan oropharyngeal tube adalah cara
yang ideal untuk mengembalikan sebuah kepatenan jalan nafas yang menjadi terhambat
oleh lidah pasien yang tidak sadar atau untuk membantu ventilasi (Sally Betty,2005).
Oropharyngeal tube adalah alat yang terbuat dari karet bengkok atau plastik yang
dimasukkan pada mulut ke pharynx posterior untuk menetapkan atau memelihara
kepatenan jalan nafas. (William dan Wilkins). Pada pasien tidak sadar, lidah biasanya
jatuh ke bagian pharynx posterior sehingga menghalangi jalan nafas, sehingga
pemasangan oropharyngeal tube yang bentuknya telah disesuaikan dengan palatum /
langit-langit mulut mampu membebaskan dan mengedarkan jalan nafas melalui tabung /
lubang pipa. Dapat juga berfungsi untuk memfasilitasi pelaksanaan suction. Pembebasan
jalan nafas dengan oropharingeal tube digunakan dalam jangka waktu pendek pada post-
anastesi atau langkah postictal. Penggunaan jangka panjang dimungkinkan pada pasien
yang terpasang endotracheal tube untuk menghindari gigitan pada selang endotraceal.

B. Organ-organ yang terlibat dalam oropharyngeal airway


1. Nasofaring (terdapat pharyngeal tonsil dan Tuba Eustachius)
2. Orofaring (merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring,terdapat pangkal lidah)
3. Laringofaring(terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran makanan)
C. Indikasi dan Kontra Indikasi
1. Indikasi
Adapun indikasi pemasangan oropharyngeal tube adalah sebagai berikut :
a. Pemeliharaan jalan nafas pasien dalam ketidaksadaran,
b. Melindungi endotracheal tube dari gigitan,
c. Memfasilitasi suction pada jalan nafas
d. Membebaskan jalan napas pada pasien yang kehilangan refleks jalan napas bawah
(Krisanty, 2009)

2. Kontra indikasi
Tidak boleh diberikan pada pasien dengan keadaan sadar ataupun semi sadar karena
dapat merangsang muntah, spasme laring. Harus berhati-hati bila terdapat trauma
oral.

D. Konsep Fisiologi / Pengaruh Terhadap Tubuh


Pemasangan oropharengeal tube meniadakan proses pemanasan dan pelembaban
udara inspirasi kecuali pasien dipasang ventilasi mekanik dengan humidifikasi yang baik.
Perubahan ini menyebabkan gagalnya silia mukosa bronkus mengeluarkan partikel-
partikel tertentu dari paru. Discharge trakea berkurang dan menjadi kental, akhirnya
terjadi metaplasia skuamosa pada epitel trakea. Pada penderita dengan bantuan jalan
nafas oropharyngeal ini merupakan benda asing dalam tubuh pasien sehingga sering
menjadi tempat ditemukan berbagai koloni bakteri, yang sering ialah Pseudomonas
aeruginosa dan kokus gram positif. Pada fiksasi oropharyngeal tube juga sering kali
menimbulkan penekanan pada salah satu sisi bibir pasien sehingga bisa menyebabkan
luka/nekrotik sebagai penyebab masuknya kuman ke dalam tubuh pasien.

E. Prinsip Pencegahan Infeksi


Untuk pencegahan infeksi, digunakan prosedur yang bersih baik itu dari peralatan
dan juga lingkungan bersih dalam melakukan prosedur tindakan. Untuk perawatan, jaga
kebersihan mulut setiap 2 sampai 4 jam jika dibutuhkan. Oropharyngeal tube dapat
direndam di baskom yang telah diisi air kemudian dibilas dengan larutan hydrogen
peroxida dan air.

Prinsip / Hal Lain Untuk Pemasangan Oropharyngeal Tube


1. Cara pemasangan yang tidak tepat dapat mendorong lidah ke belakang atau apabila
ukuran terlampau panjang, epiglotis akan tertekan sehingga menyebabkan jalan nafas
tersumbat
2. Hindarkan terjepitnya lidah dan bibir antara gigi dan alat
3. Jangan gunakan alat ini pada pasien dimana refleks faring masih ada karena dapat
menyebabkan muntah dan spasme laring.

Outcome Yang Ingin Dicapai Dari Pemasangan oropharingeal tube


Tujuan pemasangan oropharyngeal tube adalah :
1. Menjaga kepatenan jalan nafas pasien

Tujuan perawatan oropharyngeal tube adalah :


1. Menjaga jalan nafas tetap paten
2. Mencegah terjadinya infeksi

F. Persiapan Alat, Lingkungan dan Pasien Sebelum Terapi Oksigen Diberikan


1. Persiapan Alat
a. Mayo / Guedel / oropharyngeal tube berbagai ukuran
b. Sarung tangan
c. Plester
d. Bengkok
e. Tongue spatel
f. Kasa
g. Suction
h. Selang penghisap
2. Persiapan Lingkungan
a. Ciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman serta kooperatif
b. Siapkan sampiran atau sketsel
3. Persiapan Pasien
a. Informasikan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
b. Posisikan klien terlentang, upayakan sedekat mungkin dengan bagian atas empat
tidur
c. Pastikan pasien dalam keadaan aman untuk dilakukan tindakan
d. Pastikan tidak terdapat reflek faring

G. Prosedur Tindakan Pemasangan oropharyngeal tube menurut (Arifin, 2012)


1. Posisikan kepala
2. Pasien lurus dengan tubuh.
3. Kemudian pilih ukuran pipa orofaring yang sesuai dengan pasien. Hal ini dilakukan
dengan cara menyesuaikan ukuran pipa oro-faring dari tragus (anak telinga) sampai
ke sudut bibir
4. Masukkan pipa orofaring dengan tangan kanan, lengkungannya menghadap ke atas
(arah terbalik),
5. Lalu masukkan ke dalam rongga mulut. Setelah ujung pipa mengenai palatum durum
putar pipa ke arah 180 drajat.
6. Kemudian dorong pipa dengan cara melakukan jaw thrust dan kedua ibu jari tangan
menekan sambil mendorong pangkal pipa oro-faring dengan hati-hati sampai bagian
yang keras dari pipa berada diantara gigi atas dan bawah,
7. Terakhir lakukan fiksasi pipa 15 orofaring. Periksa dan pastikan jalan nafas bebas
(Lihat, rasa, dengar).
8. Fiksasi pipa oro-faring dengan cara memplester pinggir atas dan bawah pangkal pipa,
rekatkan plester sampai ke pipi pasien

Prosedur perawatan oropharyngeal tube :

1. Cuci tangan , gunakan sarung tangan, lakukan perawatan oral pada sisi rongga mulut
yang tidak terhalang oleh pipa
2. Perhatikan tanda panjang pipa dalam sentimeter dengan acuan bibir pasien
3. Pegang pipa dalam tanda tersebut dan dengan hati-hati dan cermat gerakkan pipa
kesisi lain dari mulut pasien.
4. Pastikan bahwa tanda acuan tetap sama.
5. Gunakan penghisap oral sesuai kebutuhan
6. Atur kembali posisi klien
7. Rapikan semua peralatan, lepaskan sarung tangan dan buang di tempat yang
disediakan.
8. Evaluasi status pernafasan klien, kenyamanan klien
9. Perawat mencuci tangan

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Oropharyngeal airway adalah sebuah tabung / pipa yang dipasang antara mulut dan
pharynx pada orang yang tidak sadar yang berfungsi untuk membebaskan jalan nafas. (Medical
Dictionary) Pembebasan jalan nafas dengan oropharyngeal tube adalah cara yang ideal untuk
mengembalikan sebuah kepatenan jalan nafas yang menjadi terhambat oleh lidah pasien yang
tidak sadar atau untuk membantu ventilasi. Kondisi kekurangan oksigen merupakan penyebab
kematian yang cepat. Kondisi ini dapat diakibatkan karena masalah system pernafasan ataupun
bersifat sekunder akibat dari gangguan system tubuh yang lain. Pasien dengan kekurangan
oksigen dapat jatuh dengan cepat ke dalam kondisi gawat darurat sehingga memerlukan
pertolongan segera. Apabila terjadi kekurangan oksigen 6-8 menit akan menyebabkan kerusakan
otak pernderita gawat darurat penting dilakukan secara efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA

Irapanussa, frans (2012). Pemasangan dan perawatan pasien dengan oropharyngeal


tube. (online), (http://irapanussa.blogspot.com/2012/06/pemasangan-dan-
perawatan-pasien-dengan.html) diakses tanggal 25 Juni 2012.
Setyawan, Heru (2015). Gambaran pengetahuan peran perawat dalam ketepatan waktu
tanggap penanganan kasus gawat darurat di instalasi gawat darurat rumah
sakit umum daerah karanganyar. Surakarta: Program studi s-1 keperawatan
stikes kusuma husada, Surakarta.
Lasantha, (2010). Management airway. (online) (http://infokesehatan-
dragonball.blogspot.com/2010/11/management-airway.html) diakses tanggal
26 November 2010.
Zaenal, M,D. (2013). Makalah airway breathing. (online)
(http://kumpulanmakalahmatakuliahakpercianjur.blogspot.com/2013/04/maka
lah-airway-breating.html) diakses tanggal 26 April 2013.

Anda mungkin juga menyukai