Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

RESUME DAN ANALISIS TINDAKAN

DOSEN PEMBIMBING

Ns. Yossi Suryarinilsih,.M.Kep.Sp.KMB

OLEH

VIVIA HASANAH

193110198

Kelas : 2B

D3 KEPERAWATAN PADANG

POLTEKKES KEMENKES PADANG

2019/2020
A. RESUME TRACHEOSTOMI

Trakeostomi Merupakan prosedur yang dilakukan pada situasi gawat darurat atau pada
penderita penyakit yang parah,dimana ada prosedur sebuah selang akan dimasukan kedalam
batang tenggorokan agar jalan udara tetap terbuka dan memungkinkan pasien tetap
bernapas.Pada keadaan normal,atag tenggorokan dan paru-paru sendiri akan memprodukdi
lendir,dan lendir ini dapat di keluarkan dengan cara batuk.Namun pada pasien tidak sadar
seperti pasien stroke,kemempuan batuk secara baik telah menurun.

Sehingga lendir yang berada di batang teggorokan dapat menumpuk pada paru-paru
dan menimbulkan infeksi atau menghambat jalan napas.Oleh kaena itu dibutuhkan jalan napas
baru untuk mengeluarkan lendir.Pada pasien tidak sadar biasanya terpasag 2 selang,selang
pertama dipasang dari hidung hingga lambung untuk jlur makan.Selang kedua diasangdari
mulut hingga batang tenggorokan sampai paru-paru untuk jalan napas.Selang yang diasang dari
mulut samapai paru-paru hanaya dapat bertahan selama 7 hari karna kalau alat ini dipaan terus
menerus melewati mulut dan batang tenggirokan lama-lama bisa merusak pita suara dan
batang tenggorokan.

Oleh karena itu kita memerlukan akses baru dengan selang yang lebih pendek . untuk
dapat memasang selang trakeostomi diperlukan proses operasi kecil oleh dokter spesialis THT .
Dokter spesialis THT akan meminta persetujuan dari keluarga untuk melakukan prosedur
trakeostomi dengan cara penyayatan kecil di depan leher dengan bantuan anestesi lokal dan
bila pasien kesakitan bisa diberikan sedasi. Dari lubang kecil ini langsung dimasukkan selang
menuju batang tenggorokan. Dari selang inilah pasien bernapas dan dapat dilakukan
penyedotan lendir secara rutin.

1. Anatomi Fisiologi Trakea


Trakea merupakan tabung berongga yang disokong oleh cincin kartilago. Panjang
trakea pada orang dewasa 10-12 cm. Trakea berawal dari kartilago krikoid yang berbentuk
cincin meluas ke anterior pada esofagus, turun ke dalam thoraks di mana ia membelah
menjadi dua bronkus utama pada karina. Pembuluh darah besar pada leher berjalan sejajar
dengan trakea di sebelah lateral dan terbungkus dalam selubung karotis.
Kelenjar tiroid terletak di atas trakea di setelah depan dan lateral. Ismuth melintas
trakea di sebelah anterior, biasanya setinggi cincin trakea kedua hingga kelima. Saraf
laringeus rekuren terletak pada sulkus trakeoesofagus. Di bawah jaringan subkutan dan
menutupi trakea di bagian depan adalah otot-otot supra sternal yang melekat pada kartilago
tiroid dan hioid.

2. Etiologi
Etiologi masalah pada jalan napas adalah sumbatan. Sedangkan sumbatan parsial dibedakan
menjadi tiga bagian yaitu:
a. Sumbatan Karena Cairan
b. Sumbatan Karena Pangkal Lidah
c. Sumbatan Anatomis Sumbatan anatomis

3. Fungsi Trakeostomi
a. Mengurangi tahanan aliran udara pernafasan yang selanjutnya mengurangi kekuatan
yang diperlukan untuk memindahkan udara sehingga mengakibatkan peningkatan
regangan total dan ventilasi alveolus yang lebih efektif
b. Proteksi terhadap aspirasi
c. Memungkinkan pasien menelan tanpa reflek apnea, yang sangat penting pada pasien
dengan gangguan pernafasan
d. Memungkinkan jalan masuk langsung ke trachea untuk pembersihan
e. Memungkinkan pemberian obat-obatan dan humidifikasi ke traktus respiratorius
f. Mengurangi kekuatan batuk sehingga mencegah pemindahan secret ke perifer oleh
tekanan negative intra toraks yang tinggi pada fase inspirasi batuk yang norma

4. Indikasi dan kontradiksi


A. Indikasi
a) Terjadinya obstruksi jalan nafas atas
b) Sekret pada bronkus yang tidak dapat dikeluarkan secara fisiologis, misalnya
pada pasien dalam keadaan koma.
c) Untuk memasang alat bantu pernafasan (respirator).
d) Apabila terdapat benda asing di subglotis
e) Penyakit inflamasi yang menyumbat jalan nafas ( misal angina ludwig),
epiglotitis dan lesi vaskuler, neoplastik atau traumatik yang timbul melalui
mekanisme serupa
f) Obstruksi laring karena radang akut, misalnya pada laryngitis akut, laryngitis
difterika, laryngitis membranosa, laringo-trakheobronkhitis akut, dan abses laring
karena radang kronis, misalnya perikondritis, neoplasma jinak dan ganas, trauma
laring, benda asing, spasme pita suara, dan paralise Nerus Rekurens
g) Refleks laring atau kemampuan untuk menelan hilang (misalnya penyakit
serebrovaskular).
h) Cedera kepala dan leher.
B. Kontraindikasi
Infeksi pada tempat pemasangan, dan gangguan pembekuan darah yang tidak
terkontrol, seperti hemofili

5. Perawatan Trakeostomi
1. Melakukan pengisapan selang trakeostomi
2. Membersihkan selang trakea
3. Membersihkan stroma
1. Melakukan pengisapan selang trakeostomi
Tujuan: untuk membersihkan sekret atau mukus sehingga pasien dapat bernapas lebi
baik dang mengurangi resiko infeksi.
A. Siapkan peralatan yang dibutuhkan
a) Mesin penghisap
b) Selang penghisap
c) Sarung tangan lateks
d) Larutan garam fisiologik (NaCl 0,9 %)
e) Mangkuk berisi air kran
B. Cucilah tangan secara menyeluruh
C. Siapkan dan lakukan pengujiann pada selang penghisap
a) Nyalakan mesin penghisap
b) Uji dengan menutupkan ibu jari pada lubang angin yang terdapat di ujung
selang penghisap yang dapat disentuh
D. Siapkan pasien, pastikan kepala sedikit ditinggikan
E. Ambil larutan NaCl, masukkan ke dalam selang penghisap
F. Masukkan selang penghisap ke dalam selang trakea dengan lembut sampai psien
mulinterbatuk hingg batuk tersebut berhenti dan tidak berlanjut. Selang penghisap
dimasukkn kira-kir 10-12 cm agar tidak terlalu dalam.
G. Tutup lubang angin, sebaiknya tidak lebih lama dari 10 detik sambil menarik selang
penghisap dengan gerakan pelan dan memutar hingga keluar dari selang trakeostomi
H. Periksa warna, bau, dan kekentln lendir untuk berjaga bilamana terdapat infeksi
(lendir hijau atau bau tidak sedap)
I. Berilah kesempatan pasien menarik napas dalam di antara tahap penghisapan, sebab
saat mesin penghisap bekerja sangat sedikit udara yang dapat masuk ke paru-paru
pasien. Pasien sebaiknya diberikan oksiegen setiap ali usai tahap penghisapan
J. Sesudah pelepasan selang penghisap, sedot air keran melalui selang tersebut untuk
membuang semu lendir kental.
K. Ulangi proses selama diperlukan hingga saluran napas bersih dari lendir.
L. Setelah penghisapan, aliran oksigen dikembalikan.

2. Membersihkan selang trakea


A. Meyiapkan peralatan
a) Larutan garam steril (NaCl 0,9 %)
b) H2O2 1,5 %
c) 2 mangkuk kecil yang bersih
d) Sikat lembut yang bersih
B. Cucilah tangan secara menyeluruh
C. Masukkan larutan H2O2 ke dalam mangkuk pertama dan larutan garam steril ke dalam
mangkuk kedua.
D. Angkat selang trakea bagian dalam pasien denga hati-hti sambil menahan pelat leher.
E. Masukkan selang trakea ke dalam mngkuk pertama hingga terendam sempurna
sampai lapisan kerak padanya melunak, larut dan terlepas.
F. Angkat dan bersihkan bagian dalam maupun luar selang trakea dengan sikat berbulu
halus. Pastikan silang bersih dari lendir atau kotoran lainnya.
G. Masukkan selang kedalam mangkuk kedua, rendam selama 5-10 menit
H. Pasang kembali selang trakea yang bersih dan steril dengan hati-hati ke dalam lubang
trakeostomi sambil menahan pelat leher
I. Lakukan prosedur miniml 2 kali sehari untuk mencegah infeksi, penyumbatan
saluran, dan komplikasi lainnya

3. Membersihkan stoma
A. Periksalah stoma untuk mengetahui ada tidaknya gangguan atau tanda-tanda infeksi,
seperti:
a) Kemerahan
b) Bengkak
c) Rasa sakit
d) Produksi nanah yang berbau tidak sedap.
B. Ganti kassa di sekeliling stoma minimal 2 kali sehari. Kassa sendiri membantu
mengisolasi kulit dan menyerap lendir yang mungkin bocor di sekitar stoma. Jika
kassa basah harus diganti secepatnya.
C. Gantilah pita / tali yamg menahan selang trakea jika tampak kotor / basah. Mintalah 1
orang penolong untuk menahan pelat leher, sedangkan orang lainnya mengganti tali.

6. Dekanulasi
Dekanulasi adalah suatu tindakan untuk melepas selang trakeostomi dari stoma sehingga
lubang trakea dapat menutup dan pasien dapat bernapas spontan. Berikut adalah tindakan latihan
untuk mempersiapkan dekanulasi:

a. Syarat pasien dekanulasi:


a) Pasien sudah keluar dari perawatan ICU
b) Pasien sudah sadar penuh ( sudah bisa menelan makanan tanpa tersedak )
c) Produksi lendir yang keluar dari trakeostomi sudah minimal da refleks batuk untuk
mengeluarkan lendir dari lubang trakeostomi baik sehingga tidak memerlukan
penyedotan lendir (suction) secara berkala lagi.
d) Tidak membutuhkan tindakan pembedahan yang memerlukan bius umum dalam
waktu dekat
e) Sanggup menjalani latihan buka / tutup trakeostomi dengan baik
f) Sudah disetujui setelah diperiksa untuk dekanulasi oleh dokter paru dan dokter
spesialis THT.
b. Latihan buka / tutup
1. Balon / cuff trakeostomi dikempeskan maksimal
2. Aktifkan alat pulse oksimetri
3. Lubang trakeostomi ditutup separuh bagian dengan plester. Diobservasi / didampingi
ketat, bila saturasi O2 < 95 dan pasien terlihat sesak, seera lepskan plester.
4. Lakukan latihan seperti ini dengan meningkatkan waktu pengawasan : 15 menit –30
menit – hingga 1 jam
5. Bila pasien sudah sanggup mentoleransi latihan seperti ini, latihan ditingkatkan
dengan menutup total lubang trakeostomi dengan plester dan diobservasi dengan
peningkatan waktu 15 menit –30 menit – hingga 1 jam
6. Bila pasien sudah terbiasa dan sanggup menjalani latihan ini, kontrol ke dokter THT
untuk dinilai kemungkinan dekanulasi.

Jika pasien tidak mampu melewati latihan ini, padahal persyaratan awal sudah terpenuhi,
maka disarankan kontrol ke dokter THT untuk dinilai penyebab kegagalan latihan buka /
tutup atau menilai kemungkinan untuk mengganti trakeostomi dengan ukuran yang lebih
kecil. Nantinya kembali dilatih buka/tutup trakeostomi. Selang trakeostomi dapat bertahan
hingga 1 – 3 bulan.
B. Resume Perawatan WSD

Drainase thoraks merupakan metode yang penting untuk mencegah dan megobati kolaps
dari paru-paru. Keadaan ini dapat timbul karena obstruksi bronchial akibat sekresi karena
tekanan oleh udara, cairan, darah dan pus. Kendati terdapat berbagai metode yang diperlukan
untuk kedua sebab, kedua tipe tersebut dapat terjadi bersama, misalnya pneumothoraks yang
menyebabkan kolaps parsial dari paru-paru akibat kompresi (pasif ) yang dapat diikuti oleh
drainase bronchial yang adekuat.

Sekresi yang meningkat tidak dapat diabsorbsi sehingga menyebabkan terjadinya kolaps
paru-paru. Kavum pleura kemudian harus diaspirasi atau  didrainase. Jika diperlukan adanya
drainase, maka digunakan WSD (Water Seal Drainage). Seal mencegah masuknya udara melalui
susunan drainase dan memungkinkan paru-paru mengembang. Udara, darah, atau eksudat
lainnya akan didrainase.

Tujuan dari perawatan WSD adalah untuk mencegah terjadinya infeksi serta memonitor
ada tidaknya infeksi pada area sekitar insersi selang. Selain itu perawatan WSD juga dilakukan
untuk mencegah terjadinya kolaps paru dengan nanti kita akan menggantikan botol WSD apabila
sudah penuh serta juga untuk memonitor apakah sudah ada reekspansi paru karena kita sudah
mengeluarkan udara atau cairan dari rongga pleura karena kasus-kasus tersebut.

1. Indikasi
a. Pneumothoraks
Pneumothoraks adalah suatu penumpukan dada diantara pleura viseralis dan
parietalis yang menyebabkan rongga pleura sebenrnya, bukan rongga pleura.
b. Hemothorak
Hemothoraks adalah akumulasi darah dan cairan di rongga pleura, biasanya akibat
trauma atau pembedahan ( Kozier, 2003 )
c. Thorakotomi
a) Lobektomi
b) Pneumoktomi
d. Efusi Pleura
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya penumpukan cairan dalam
rongga pleura ( Soemantri, 2008 ).
e. Emfiema
Emfiema adalah keadaan terkumpulnya pus di dalam rongga pleura. Pus dapat
mengisi satu lokasi pleura atau mengisi seluruh rongga pleura ( Muttaqin, 2008).

2. Kontraindikasi Pemasangan
a. Infeksi pada tempat pemasangan
b. Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol

3. Komplikasi
a. Komplikasi primer
a) Perdarahan
b) Edema paru
c) Tension pneumothoraks
d) Atrial aritmia
b. Komplikasi sekunder
a) Infeksi
b) Emfiema
c. Komplikasi lainnya
a) Laserasi yang mencederai organ
b) Perdarahan
c) Emfisema subkutis
d) Tube terlepas
e) Tube tersumbat

4. Tipe Sistem Drainage


a. Sistem WSD Botol Tunggal
Terdiri dari botol steril rapat udara yang berisi 100 ml air steril atau saline. Bagian
penutup botol memiliki dua lubang. Selang udara yang pendek merupakan lubang udara,
yang memungkinkan udara dari ruang pleura keluar dan untuk mencegah tekanan yang
terbentuk pada rongga pleura. Satu lubang dengan ujung selang yang panjang masuk ke
air sekitar 2 cm, sehingga ia bertindak sebagai water seal. Ujung selang tersebut
dihubungkan ke tubing drainase dada pasien. Botol bertindak sebagai ruang pengumpul
dan ruang water seal. Undulasi pada sistem mengikuti irama pernapasan, meningkat saat
inspirasi dan turun saat ekspirasi.
Keuntungan (penyusunan sederhana, memudahkan untuk mobilisasi pasien. Kerugian
(saat melakukan drainage, perlu kekuatan yang lebih besar dari ekpansi dada untuk
mengeluarkan cairan atau udara, Untuk terjadinya aliran ke botol tekanan pleura harus
lebih tinggi dari tekanan dalam botol, Campuran darah drainage dan udara menimbulkan
campuran busa dalam botol yang membatasi garis pengukuran drainage)
b. Sistem WSD Dua Botol
Pada sistem dua botol, botol pertama adalah sebagai botol penampung dan yang kedua
bekerja sebagai water seal. Botol pertama bersambungan dengan selang drainage. Botol ini
mulanya kosong dan hampa udara. Selang udara yang pendek pada botol pertama
bersambungan dengan selang yang panjang pada botol kedua, yang menimbulkan water
seal pada botol kedua. Cairan dari ruang pleura mengalir masuk ke dalam botol pertama
dan udara dari ruang pleura ke water seal pada botol kedua.
Keuntungan (mampu mempertahankan water seal pada tingkat yang konstan,
Memungkinkan observasi dan tingkat pengukuran jumlah drainage yang keluar dengan
baik, Udara maupun cairan dapat terdrainage secara bersama-sama.
Kerugian (Untuk terjadinya aliran, tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan botol,
Mempunyai batas kelebihan kapasitas aliran udara sehingga dapat terjadi kebocoran udara.

c. Sistem WSD Tiga Botol


Pada sistem tiga botol, botol pertama menampung drainage dari ruang pleura, botol
kedua bertindak sebagai water seal dan botol ketiga merupakan botol pengontrol suction.
Pada sistem ini yang terpenting adalah kedalaman selang dibawah air pada botol ketiga.
Jumlah penghisap di dinding yang diberikan botol ketiga harus cukup untuk menciptakan
putaran-putaran lembut gelembung dalam botol. Gelembung yang kasar menyebabkan
kehilangan air, mengubah tekanan penghisap dan meningkatkan tingkat kebisingan.
Keuntungan (Sistem paling aman untuk mengatur penghisapan, Tingkat water seal
stabil, Suction terkontrol)
Kerugian (Perakitan lebih kompleks sehingga lebih mudah terjadi kesalahan pada
perakitan dan pemeliharaan, Sulit untuk digunakan jika pasien ingin melakukan mobilisasi.

d. Sistem WSD Sekali Pakai


Sistem WSD sekali pakai memiliki jenis-jenisnya antara lain :
a) Pompa Penghisap Pleural Emerson
Merupakan pompa penghisap yang umum digunakan sebagai pengganti
penghisap di dinding. Pompa penghisap emerson ini dapat dirangkai
menggunakan sistem dua atau tiga botol.
b) Fluther Valve
Keuntungan (Ideal untuk transport karena segel air dipertahankan bila unit
terbalik, Kurang satu ruang untuk mengisi, Tidak ada masalah dengan penguapan
air, Penurunan kadar kebisingan)
Kerugian (Mahal, Katup berkipas tidak memberikan informasi visual pada
tekanan intra pleural karena tidak adanya fluktuasi air pada ruang water seal)

5. Indikasi Pencabutan Selang WSD


1. Paru-paru sudah mengembang yang ditandai dengan :
a. Tidak ada undulasi
b. Tidak ada gelembung udara yang keluar
c. Tidak ada cairan yang keluar
d. Tidak ada kesulitan bernapas
e. Pemeriksaan radiologis rontgen thorax : tidak ada cairam atau udara
f. Pemeriksaan fisik : suara paru kanan dan kiri sama
2. Selang WSD tersumbat

6. Prosedur

Fase pra interaksi 1. Baca catatan keperawatan atau cacatan medis(Baca identitas
pasien, kondisi pasien, pertatikan catatan keperawatan shift
sebelumnya mengenai tanda iritasi/infeksi, tinggi undulasi,
ada tidaknya gelembung, warna dan jumlah produk drainase)
2. Seebutkan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
3. Cuci tangan sebelum menyiapkan alat
4. Persiapan alat:Sepasang sarung tangan bersih, sepasang
sarung tangan seril, perlak dan alasnya, bengkok, larutan
NaCl, botol WSD yang baru, bak instrumen berisi pinset
anatomis, pinset chirugis, kasa steril, kom kecil, gunting,
klem), kasa steril, plester putih dan coklat, guntig plester.
5. Cuci tangan sebelum ke pasian
Fase orientasi 1. Ucapkan salam dan perkenalkan diri
2. Identifikasi pasien dengan bertanya nama dan umur pasien
atau nama dan alamat pasien, serta cek gelang identitas pasien
3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
kepada pasien atau kelurga
(samapaikan pada pasien tujuan dari perawatan WSD yang
akan dilakukan pada pasien yaitu untuk mencegah terjadinya
infeksi dan memonitor pengembangan paru. Prosedurnya
nanti akan dilakukan pergantian larutan di area selang dan
pergantian botol WSD)
4. Lakukan tindakan pengurangan nyeri (non farmakologis)
pada saat tindakan (samapaikan pada pasien apabila pada saat
tindakan nanti pasien merasa nyeri atau tidak nyaman,pasien
bisa tarik napas dan hembuskan untuk mengurangi rasa nyeri)
5. Kontrak waktu
6. Beri kesempatan pada pasien untuk bertnya
7. Dekatkan alat didekat pasien
8. Jaga privasi pasien (tuutp tirai),keamanan (pasang atau lepas
side rail),dan kenyamanan pasien (posisi dan lingkungan)

Fase Kerja 1. Cuci tangan


2. Posisikan pasien dengan posisi semi fowler 450
3. Pakai sarung tangan bersih
4. Letakan perlak dan begkok di dekat pasien,dan mintak pasien
untuk mengangkat tangan nya ke atas,letakan perlak dibawah
kasa yg terdapat insersi silang WSD
5. Selanjutnya kita melakukan monitoring pada bagian kasa yg
membalut selang WSD kita lihat apakah adanya rembesan yg
keluar melalui kasa tersebut kemudian ada bunyi berdesis
atau tidak pada area insersi selang kemudian melakukan
monitoring apakah pada silang WSD terdapat sumbatan,
lipatan atau terdapat kebocoran pada bagian sambungan
6. Kemudian kita amati produk drainase bisa kita lihat warna
dan jumlah dari produk drainase
7. Kemudian kita melihat pengembangan dari ekspansi paru
pasien dengan melihat ada tidak nya undulasi dan juga buble
atau glembung yg ada pada botl WSD
8. Pertama, kita akan melakukan pengecekan undulasi naik
turun nya cairan pada selang WSD dengan cara kita meminta
pasien untuk menarik napas dn hembuskan pasa saat inspirasi
atau tarik napas cairan WSD akan naik dan pada saat
ekspirasi cairan WSD akan turun
9. Selanjutnya kita memonitor adanya gelembung pada cairan
botol WSD dengan cara meminta pasien untuk membatuk
10. Selanjutya kita akan mengganti balutan yg ada di sekitar
insersi selang
11. Selanjutnya kita akan melakukan monitor kulit pada area
seitar insersi selang apakah ada tada infeksi lokal
12. Perhatikan kekuatan jahitan di sektar selang
13. Melakukan perawatan dengn mengnti sarung tangan
menggunkan sarung tangan steril
14. Mengambil kasa sesuai kebutuhan(7 dengan 3 untuk
mrmbersihkan, 2 untuk mengeringkan, 2 lagi untuk penutup)
15. Basahi dengan NaCl
16. Pertama,bersihkan area sekitar insersi selang dari dalam ke
luar dengan satu kali usapan
17. Bersihkan area selangnya
18. Apabila ada kemerahan pada kulit pasie ita bisa menberukan
salep untuk mengatasi kemerahan tsb
19. Tutup area insersi selang dengan kasa dan Plester
20. Ganti botol WSD dengn yang baru kita perlu melakuakn
klem(silang yang terhubung pada dada pasien)
21. Buka sambungan selang kemudian bersihkan dengan alkohol
22. Bersihkan area disekitar knektor dengan kapas alkohol
23. Setelah botol WSD diganti dengan botol yg baru kita
menyambungkan kembali selang yang pada pasien dengan
konektor
24. Melepaskan klen dan memastikan apakah selang befungsi
dengan baik(mengecek udulasi dan gelembung)
25. Rapikan alat dan pasien
26. Buka sarung tangan dan cuci tangan
Fase terminasi 1. Simpulkan hasil kegiantan
2. Berikan edukasi setela perawatan WSD
3. Evaluasi respon pasien
4. Berikan reinforcemen sesuai dengan kemampuan pasien
5. Klukan kontrak untuk kegitan selanjutnya
6. Akhiri kegitan dengan mengucapkan salam
7. Buang sampah padd tempat sapah
8. Cuci tangan dengan 6 langkah
Dokumentasi 1. Tanggal dan jam pelaksanaan
2. Data (DS/DO sebelum tindakan)
3. Action / tindakan keperawatan yang dilakukan : Perawatan
WSD
4. Respon (DS/DO sesudah tindakan)
( DS = Respon klien, pasien menyeluh panas atau nyeri di
area sekitar insersi selang. DO = produk drainase(warna dan
jumlah), tinggi undulasi(cm), adanya gelembung, kekuatan
benang, dan kondisi skiatr insersi selang ).
5. Nama dan tanda tangan ners

Anda mungkin juga menyukai